ABSTRAK
ABSTRACT
Bearing in mind the importance of character education in the world of
education, IPS textbooks should contain material that contains a lot about
character education education that will shape the character of students.
Character education is a deliberate effort to help understand humans, care for
one's ethical or moral values. Character education is one of the focuses of
educational goals in Indonesia. The importance of character education is due
to the declining moral ethics, student behavior and increasingly widespread
student delinquency. This article was made to explain how important
character education is to be contained in textbooks, especially in social studies
subjects, because after all education should be able to shape the character of
students. In this case the textbook must be able to load material that is
integrated with character education, this is needed so that students have good
character in order to become advanced and characterized characters. And of
course the characters that are loaded must be adjusted to the development of
students in order to achieve the objectives of the loading of character
education in social studies textbooks.
Key Word: character education, IPS textbooks, Education
PENDAHULUAN
Pendidikan karakter dipercaya sebagai upaya penting yang perlu dihadirkan
dalam penulisan buku teks, keberadaan pendidikan katakter juga menjadi hal vital
dalam dunia pendidikan karena menjadi fondasi untuk meciptkan generasi yang
lebih baik. pendidikan karater sejatinya sudah tertera dalam undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam undang-undang sistem pendidikan Nasional tersebut, karakter
penting yang semestinya di bangun adalah agar anak didik menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Inilah yang hal yang
penting yang semestinya mendapat perhatian dalam pendidikan kita. Dengan
demikian, kesadaran iman dan taqwa kepada kepada tuhan itu akan menjadi
kekuatan yang bisa melawan apabila anak didik terpengaruh untuk melakukan
perbuatan yang tidak terpuji. Apalagi, hal ini semakin dikuatkan dengan
pengembangan karakter yang selanjutnya, yakni berakhlak mulia. Maka, semakin
kukuhlah kepribadian dari anak didik berkarakter sebagaimana yang sangat
diharapkan.
Anak didik sebagaimana yang diharapkan tersebut baru dibangun dari
karakter dasar, yakni beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia. Belum lagi jika ditambah karakter selanjutnya yang ada dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yakni sehat,
berilmu, cakap, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
Artinya pendidikan tidak hanya mengacu pada pemahaman kognitif
melainkan juga membangun karakter peserta didik yang sesuai dengan tujuan dari
pendidikan nasional yakni siswa memiliki karakter dasar yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa pada Tuhan dan berlanjut pada prilaku yang berkarakter
yaitu berakhlak mulia hingga menjadi warga negara yang demkratis serta
bertanggung jawab. Dalam hal ini buku teks IPS sangat perlu menghadirkan
pendidikan karakter dalam materi atau bahan ajar nya. Dalam rangka
menghasilkan peserta didik yang unggul dan diharapkan proses pendidikan juga
senantiasa di evaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas
pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter
dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Dengan demikian diharapkan integrasi pendidikan karakter pada
pembelajaran IPS perlu dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada
tahapan kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata
dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian
diharapkan integrasi pendidikan karakter pada pembelajaran IPS perlu
dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tahapan kognitif, tetapi
menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta
didik sehari-hari di masyarakat. Tentunya pendidikan karakter perlu dimuat dalam
buku teks IPS untuk menyukseskan tujuan dari pendidikan nasional. Buku
merupakan variabel penting bagi keberhasilan pendidikan dan pembelajaran
karena didalamnya memuat berbagai informasi dan pengetahuan.
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) berfungsi mengembangkan pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-harinya serta mampu mengembangkan ketrampilan
dasar yang berguna bagi dirinya. Integrasi pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan
Sosial) dengan pendidikan karakter dimaksudkan agar pengamalan nilai moral
dapat dicapai peserta didik. Terlaksananya integrasi pendidikan karakter tidak
lepas dari peran sekolah yang selalu melaksanakan pembinaan pada siswa, dan
adanya dukungan orang tua yang ikut aktif dalam mengawasi anaknya sehingga
terciptanya pengamalan nilai moral baik di sekolah maupun dirumah. IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial)sebagai bidang studi dalam pembelajaran yang bertujuan agar
peserta didik mampu bertanggung jawab terhadap kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara dapat di implementasikan dengan memasukkan nilai-nilai yang
terkandung dalam pendidikan karakter.
Namun, sampai saat ini belum banyak upaya penyusunan buku ajar yang
mengandung nilai-nilai pendidikan karakter secara sistemik dan sistematis. Oleh
karena itu, penyusunan buku ajar yang dikemas dengan berbasis pendidikan
karakter perlu dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa integrasi nilai
pendidikan karakter dalam buku teks masih sangat minim. Pentingnya buku teks
pelajaran tidak dapat dibantah. Harmer (2007:182) menyatakan bahwa sebagian
besar guru di seluruh dunia menggunakan buku teks pelajaran untuk membantu
peserta didik, memberikan struktur dan arahan bagi guru dalam mengajar. Buku
teks pelajaran, kata Cunningswort (1995:7) hendaknya dipandang sebagai sebuah
sumber dalam mencapai tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Buku teks pelajaran memiliki
peran ganda dalam pembelajaran bahasa dan dapat berfungsi, antara lain sebagai
(1) sumber untuk bahan presentasi lisan atau tertulis; (2) sumber aktivitas bagi
praktik dan interaksi komunikatif siswa; (3) sumber referensi untuk siswa
mengenai aspek kebahasaan (tata bahasa, kosakata, dan lain-lain); dan (4) sumber
rangsangan ide bagi aktivitas bahasa di kelas. Peran dan fungsi buku tersebut
sejalan dengan pendapat Abbs & Freebairn (Cunningswort, 1995:97) akan
kebutuhan peserta didik dalam belajar bahasa. Abbs & Freebairnm
mengemukakan bahwa kebutuhan peserta didik dalam mempelajari bahasa
meliputi: (1) berkomunikasi secara efektif; (2) mengenal sistem bahasa; (3)
menghadapi tantangan; (4) mendalami mata pelajaran; dan (5) persilangan
budaya.
Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana
yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan
(habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham
(kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai
yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan
karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik
(moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good
(moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter
menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus- menerus dipraktikkan dan
dilakukan (Kemendiknas, 2011).
Penekanan fungsi buku teks pelajaran di kelas juga dikemukakan oleh
Loveridge (Muslich, 2010:56), bahwa pelajaran di dalam kelas sangat bergantung
pada buku teks dan dalam keadaan guru tidak memenuhi syarat benar, buku teks
merupakan pembimbing dan penunjang dalam mengajar. Sementara itu, bagi
peserta didik, buku teks bertugas sebagai dasar untuk belajar sistematis, untuk
memperteguh, mengulang, dan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Degan itu
buku teks dapat menjadi wadah untuk penyaluran atau penerapan karakter pada
peserta didik khususnya pada mata pelaara IPS yag sifatya terpadu sehingga prses
transfer nilai karater bisa disampaikan dan tersampaikan pada peserta didik secara
terpadu.
KAJAIAN TEORI
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan
menekankan analisisnya pada proses penyimpulan komparasi serta pada
analisis terhadap dinamika hubungan fenomena yang diamati dengan
menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang yang
diamati yang tidak dituangkan ke dalam istilah yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif.
Jenis Penelitian
Penelitiian ini merupakan penelitian atau riset kepustakaan. Peneltian
ini akan menggali muatan pedidikan karakter dalam buku teks IPS kelas VII.
Penelitihan pustaka atau riset pustaka ialah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat
serta mengolah bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset
lapangan.
KESIMPULAN
Buku teks pelajaran Bahasa Indonesia yang dibutuhkan guru dan
peserta didik bukan hanya semata-mata menyajikan materi kebahasaan dan
kesastraan untuk mewujudkan kemahiran berbahasa dan bersastra melainkan
buku ajar yang di dalamnya memuat dan mengintegrasikan nilai-nilai
pendidikan karakter.
Permasalahan dikalangan remaja dewasa ini sungguh sangat
memprihatinkan, sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran IPS menjadikan
warga negara yang baik, diharapkan melalui pembelajaran IPS dapat mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi, dan dapat membentuk karakter peserta
didik yang mampu bertanggung jawab terhadap masyarakat bangsa dan negara.
Pendidikan karakter secara teri ntegrasi didalam mata pelajaran adalah
pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan terpentingnya nilai-nilai,
dan penginternalisasi nilai-nilai ke dalam tinglah laku peserta didik sehari-hari
melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun diluar
kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain
untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi,(materi) yang
ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal,
menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya prilaku.
Nilai-nilai yang sudah mulai terintegrasi pada semua mata pelajaran terutama
pengembangan nilai peduli lingkungan, sehat, religi, dan disiplin.
Dalam rancangan kurikulum 2013, IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
dikembangkan sebagai mata pelajaran intregative social studies, bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu, IPS sebagai pendidikan berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan belajar, dan pendidikan
karakter seperti rasa ingin tahu, kreatif, jujur, dan pembangunan sikap peduli
dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.
Dengan demikian diharapkan integrasi pendidikan karakter pada
pembelajaran IPS perlu dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya
pada tahapan kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan
nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Adapun strategi
yang bisa digunakan untuk penerapan muatan pendidikan karakter yaitu
keteladanan, pencitraa dan sisipan materi. Sehingga terciptanya keseimbangan
muatan materi dalam buku teks IPS. Maka dengan adanya integrasi tersebut
akan menjadikan siswa memiliki kepribadian yang sesuai dan menjadi upaya
dalam penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap,
dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri
sendiri, masyarakat dan lingkungannya.