Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH BEHAVIORAL FINANCE DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN INVESTASI BERESIKO


(STUDI EKSPERIMEN PADA MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
KONSENTRASI KEUNGAN FEB-UB)

Oleh: Wuri Istiadi


Dosen Pembimbing: Dr. Djumahir, SE., MM.

Abstrak

Behavioral Finance saat ini menjadi bagian penting dalam proses


pengambilan keputusan investasi, karena mempengaruhi kemampuan investor
secara nyata. Proses pengambilan keputusan investasi mengacu pada aspek
psikologis dari investor tersebut. Hal ini menyebabkan sering terjadinya bias
dalam mengambil keputusan investasi. Dalam kondisi ini, investor menyadari
pengaruh psikologi dalam pengambilan keputusan investasi akan lebih mengarah
pada keputusan yang bias karena investor merasa yakin akan kemampuan dirinya
melebihi pertimbangan resiko.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ambiguity aversion dan
illusion of control dalam pengambilan keputusan investasi beresiko pada
mahasiswa, serta menguji pengaruh gender terhadap keduanya. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ambiguity aversion bias
dan illusion of control bias. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan
menggunakan within subject design dimana grup eksperimen sekaligus sebagai
grup kontrolnya.
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa jurusan manajemen konsentrasi
keuangan FEB-UB yang telah menempuh mata kuliah Manajemen Keuangan
Lanjutan. Sebanyak 52 data dari penelitian eksperimen ini berhasil dikumpulkan
menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan metode one way ANOVA dan independent sample t- test. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa (1) ambiguity aversion dan (2) illusion of control
berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi, namun
keduanya tidak mempengaruhi besarnya dana yang diinvestasikan, (3) pengujian
perbedaan gender terhadap behavioral finance menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara signifikan antara pria dan wanita, baik pada ambiguty aversion
maupun illusion of control. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pria memiliki
tingkat ambiguity aversion dan illusion of control yang lebih tinggi daripada
wanita.

Kata Kunci: perilaku keuangan, ambiguity aversion, llusion of control,


gender, investasi.
BEHAVIORAL FINANCE IMPACT IN MAKING DECISION OF RISKY
INVESTMENT (EXPERIMENTAL STUDY OF UNIVERSITY BRAWIJAYA
STUDENT OF FINANCIAL MANAGEMENT)

Author: Wuri Istiadi


Supervisor Lecture: Dr. Djumahir, SE., MM.

Abstract

Behavioral finance is now become an important part of investment


decision-making process due to the ability affecting the investors capability.
Investment decision-making process refers to the psychological aspects of the
inverse. This leads to frequent bias in making investment decisions. Related to this
condition, the investors aware to the psychological influences in the investment
decision making will lead to biased decision because investors become confident
in their ability is beyond the risk management.
This research was conducted to test the influence of ambiguity aversion
and illusion of control towards decision making of investment on risky assets and
test the influence of gender towards ambiguity aversion and illusion of
control.Independent variables used in this research is ambiguity aversion bias
and illusion of control bias. This study is a research experiment in used of ‘within
subject design’ whereas the experimental group are also as the control group.
All participants who take this experimentare students of Management
whose majoring in Finance of Bachelor Degree Program on Brawijaya
University who has taken Intermediate Financial Management lecture. A total of
52 data from this experimental research was collected using purposive sampling
technique.
Test results shows that ambiguity aversion and illusion of control
significantly influence investment decision making, yet both do not affected to the
amounts of fund invested. The examination of gender differences toward
behavioral finance shows that there are significant differences between men and
women, both in ambiguty aversion and illusion of control. Test results show that
men have higher levels of ambiguity aversion and illusion of control than women.

Keyword: behavioral finance, ambiguity aversion, llusion of control, gender,


investation
PENDAHULUAN

Teori keuangan tradisional cukup populer di kalangan investor pada awal


hingga menjelang akhir abad ke-20. Teori ini adalah teori yang paling
berkembang di zamannya dan paling banyak digunakan oleh investor dalam
melakukan investasi karena dianggap relevan dengan kondisi yang ada. Teori
mengenai keuangan tradisional ini sendiri sering dikaitkan dengan teori portofolio
modern. Teori portofolio modern telah berkembang selama 50 tahun terakhir yang
dipelopori oleh Harry Markowitz pada tahun 1952. Teori ini mengungkapkan
tentang pentingnya diversifikasi untuk mengurangi resiko suatu investasi, dengan
asumsi bahwa investor akan berperilaku secara rasional setiap saat, dapat
diprediksi dan tidak menyimpang dari kebiasaan yang berlaku pada umumnya
(Widyastuti, 2012).
Teori portofolio modern ini akhirnya mulai dianggap tidak relevan dengan
kondisi investor saat ini, karena seringkali investor membuat kesalahan
pengambilan keputusan atas investasinya. Terdapat jarak yang besar antara tingkat
pengembalian yang diharapkan dan yang diterima. Dalam konsisi ini, investor
menyadari adanya pengaruh psikologi dalam pengambilan keputusan investasi.
Daniel Kahneman dan Amos Tversky memberikan pandangan baru mengenai
behavioral finance pada tahun 1980-an. Secara spesifik, behavioral finance
adalah studi yang mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi pengambilan
keputusan keuangan, perusahaan, dan pasar keuangan (Nofsinger dalam Subash,
2012). Pada kondisi saat ini, behavioral finance menjadi bagian penting dalam
proses pengambilan keputusan, karena mempengaruhi kemampuan investor secara
nyata. Behavioral finance dapat meningkatkan nilai investasi dengan
mengidentifikasi bias dan kesalahan investasi. Keputusan yang diambil atas
pengaruh psikologis ketika berinvestasi sangat berpotensi menimbulkan bias.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bias perilaku mengenai
ambiguity aversion dan illusion of control pada mahasiswa jurusan manajemen
konsentrasi keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya dalam
pengambilan keputusan investasi, yang dibedakan melalui gender.
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang sudah dilakukan oleh Nora Dina
(2009). Penelitian tersebut membahas mengenai perilaku bias yang muncul pada
mahasiswa yang diuji melalui studi eksperimen. Penulis tertarik untuk mereplikasi
penelitian yang dilakukan oleh Nora Dina (2009) karena bagi penulis, behavioral
finance adalah bahasan yang menarik dan menyenangkan, sekalipun bahasan
mengenai behavioral finance tidak penulis dapatkan selama berkuliah di jenjang
pendikan S-1 di Universitas Brawijaya. Selain itu, penulis belum menemukan
penelitian atau publikasi mengenai bahasan ini di lingkup Kota Malang dan
Universitas Brawijaya di tingkat S-1.
RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:


1. Apakah terdapat pengaruh ambiguity aversion dalam keputusan investasi
beresiko?
2. Apakah terdapat pengaruh illusion of control dalam keputusan investasi
beresiko?
3. Apakah terdapat perbedaan ambiguity aversion antara mahasiswa pria dan
wanita?
4. Apakah terdapat perbedaan illusion of control antara mahasiswa pria dan
wanita?

TINJAUAN PUSTAKA

Pengambilan Keputusan Investasi

Pengambilan keputusan secara umum menjadi proses yang kompleks pada


saat ini, karena meliputi semua aspek kehidupan, mencakup berbagai dimensi, dan
proses memilih dari berbagai pilihan yang tersedia. Teori pengambilan keputusan
didasari oleh konsep kepuasan, bahwa utilitas merupakan jumlah dari kesenangan
atau kepuasan relatif yang dicapai. Berdasarkan konsep ini, setiap tindakan
individu bertujuan untuk memaksimalkan jumlah utilitas untuk mencapai
kepuasan (Puspitaningtyas, 2012).
Keputusan investasi seringkali tidak hanya diambil berdasarkan peninjauan
ulang terhadap aset investasi yang dimiliki, namun sudah ada keterlibatan
psikologi didalamnya. Shefrin (2007) mengategorikan aspek-aspek yang dapat
turut berperan dalam pengambilan keputusan, yaitu: bias, heuristic, dan framing
effect. Penelitian yang akan penulis lakukan, hanya aspek bias yang akan menjadi
fokus.
Ahmad (1996) menjelaskan dalam pengambilan keputusan investasi, ada
beberapa tahapan, yaitu: (1) dengan menentukan tujuan investasi, (2) melakukan
analisis, (3) melakukan pembentukan portofolio, (4) melakukan evaluasi kinerja
portofolio, (5) melakukan revisi kinerja portofolio.

Behavioral Finance

Behavioral finance secara spesifik memiliki dua unsur penting di dalamnya,


yaitu cognitive illusions dan limits to arbitrage. Cognitive illusions menjelaskan
bagaimana orang-orang berpikir. Terdapat banyak literatur yang mengindikasikan
bahwa investor membuat kesalahan yang sistematis dalam pola pikir mereka.
Sedangkan limits to arbitrage lebih menjelaskan mengenai memprediksi pada
keadaan seperti apa praktek untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan harga
yang terjadi di antara dua pasar keuangan akan menjadi efektif dan tidak efektif
(Ritter, 2003).
Secara spesifik, behavioral finance adalah studi yang mempelajari bagaimana
psikologi mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan, perusahaan, dan
pasar keuangan (Nofsinger, 2005). Sewell dalam Subash (2007) memberikan
pengertian behavioral finance adalah ilmu yang dipengaruhi oleh psikologi pada
perilaku praktisi keuangan dan efek selanjutnya pada pasar keuangan.
Definisi lain diungkapkan oleh Ricciardi & Simon (2000) menyatakan bahwa
behavioral finance berusaha untuk menjelaskan dan meningkatkan pemahaman
mengenai perilaku investor melibatkan proses-proses emosional dan sejauh mana
hal tersebut mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Pompian (2006) membagi behavioral finance menjadi dua sub topik yaitu:
1) Behavioral Finance Micro yang menguji perilaku-perilaku atau bias-bias
dari individual investor yang membedakannya dari perilaku rasional yang
dikemukakan oleh teori ekonomi klasik.
2) Behavioral Finance Macro mendeteksi dan mendeskripsikan anomali-
anomali dalam hipotesis pasar efisien yang mungkin dapat dijelaskan dengan
model behavioral finance.

Ambiguity Aversion

Ellsberg (1961) mendefinisikan ambiguity aversion sebagai keinginan untuk


menghindari hal-hal yang belum jelas (ambigu), meskipun tidak akan
meningkatkan expected utility. Orang cenderung tidak akan berinvestasi dalam
proporsi yang besar ketika dihadapkan pada pilihan investasi beresiko yang
memiliki tingkat ambiguity (ketidakjelasan) mengenai probabilitas hasil
(outcomes) tinggi. Ketika tingkat ambiguitas berkurang, orang kemudian
mempertimbangkan untuk meningkatkan proporsi dana yang diinvestasikan pada
asset beresiko (Nora Dina, 2009). Penelitian Ellsberg (1961) dengan
menggunakan eksperimen menunjukkan bahwa orang lebih memilih melakukan
investasi pada pilihan investasi yang distribusi peluangnya diketahui daripada
yang tidak diketahui. Sarin and Weber (1993) malakukan pengujian ambiguity
aversion dengan melakukan eksperimen pada mahasiswa graduate dan eksekutif
bank. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ambiguity aversion memiliki
pengaruh dalam pengambilan keputusan meskipun dalam kondisi pertisipan harus
membayar insentif untuk mengurangi tingkat ambiguity.

H1: Ambiguity Aversion berpengaruh terhadap keputusan investasi beresiko

Illusion of Control

Langer (1975) mendeskripsikan illusion of control sebagai suatu keyakinan


yang lebih dalam hal kemampuan untuk memprediksi atau hasil yang lebih
memuaskan ketika seseorang seseorang memiliki keterlibatan yang lebih di
dalamnya. Leksikawan (2009) menjelaskan bahwa illusion of control dapat
diartikan sebagai fenomena dimana seseorang percaya bahwa dia (seakan-akan)
bisa mengendalikan lingkungan sekitarnya walaupun pada kenyataannya
sebenarnya tidak. Orang akan cenderung meningkatkan proporsi dana yang
diinvestasikan jika memiliki keterlibatan (control) dalam investasi asset beresiko
atau memiliki confident (keyakinan) yang tinggi bahwa mereka dapat mengontrol
hasil (outcomes) (Nora Dina, 2009).
Langer (1975) menemukan bahwa keterlibatan aktif akan menyebabkan
tingkat keyakinan akan hasil (outcomes) meningkat. Hal ini dibuktikan dengan
penelitiannya yang dilakukan dengan eksperimen lotere. Hasil penelitian ini
menunjukkan orang seringkali memiliki persepsi bahwa dia lebih memiliki
control terhadap hasil jika dia memiliki keterlibatan dan kemampuan prediksi
yang tinggi. Fellner (2004) dengan metode eksperimen menemukan bahwa
investor lebih memilih untuk melakukan investasi dimana mereka percaya bahwa
mereka dapat mengontrol hasil dari investasi tersebut.

H2: Illusion of Control berpengaruh terhadap keputusan investasi beresiko

Gender

Ernawati (2004) mengklaim bahwa gender adalah pembagian peran,


kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh
masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas
menurut norma-norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
Lebih lanjut, perkembangan moral dan cara-cara pemikiran wanita berbeda secara
fundamental terhadap pria, pengaruh gender muncul ketika perbedaan antara pria
dan wanita terjadi dalam proses pembuatan keputusan etik (Giligan, 1982 dalam
Ernawati, 2004).
Charness and Gneezy (2007) menguji bias psikologi yaitu ambiguity aversion
dan illusion of control yang mempengaruhi tingkat investasi pada asset beresiko
dengan a cross gender, dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan. Rata-rata keseluruhan investasi pria baik pada treatment
ambiguity ataupun illusion ternyata lebih tinggi daripada wanita.
Eckel (2008) menemukan adanya perbedaan sikap antara pria dan wanita
dalam menghadapi resiko. Eksperimen ini dilakukan pada mahasiswa, dan
membuktikan bahwa terdapat hubungan antara risk attitude dengan karakteristik
psikologi dalam mengambil keputusan keuangan bahwa secara signifikan wanita
lebih risk averse daripada pria.

H3: Terdapat perbedaan Ambiguity Aversion antara pria dan wanita


H4: Terdapat perbedaan Illusion of Control antara pria dan wanita

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Menurut Latipun (2002)


penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan
manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku
individu yang diamati. Jadi, penelitian eksperimen adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan
terhadap subjek penelitian. Adapun tujuan dari penelitian eksperimen adalah
untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian, memprediksi kejadian
atau peristiwa di dalam latar eksperimen, serta menarik generalisasi hubungan
antar variabel (Zuriah, 2006).

Desain Penelitian

Desain eksperimen dalam penelitian ini adalah within subject, dimana


eksperimen dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.
Jadi, satu kelompok yang sama pada suatu ketika dijadikan grup eksperimen dan
pada saat lain dijadikan grup kontrol. Eksperimen dilakukan dengan 4 (empat)
perlakuan (treatment) untuk pengujian ambiguity aversion dan 4 (empat)
perlakuan (treatment) illusion of control. Desain eksperimen penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.1 Desain Eksperimen Ambiguity Aversion

EKSPERIMEN PERLAKUAN
Partisipan bebas memilih investasi pada kotak yang
I diketahui distribusi probabilitasnya (kotak A) atau
tidak diketahui distribusi probabilitasnya (kotak B)
Partisipan hanya dapat berinvestasi pada kotak yang
II distribusi peluangnya diketahui (kotak A)
Partisipan hanya dapat berinvestasi pada kotak yang
III distribusi peluangnya tidak diketahui (kotak B)
Partisipan bebas memilih investasi pada kotak yang
diketahui probabilitas peluangnya (kotak A) atau
tidak diketahui distribusinya (kotak B) tetapi
IV partisipan harus membayar insentif untuk
berinvestasi pada kotak yang diketahui
probabilitasnya

Tabel 3.2 Desain Eksperimen Illusion of Control

EKSPERIMEN PERLAKUAN
Partisipan diberi pilihan apakah akan melempar
I sendiri dadu atau menyerahkan kepada
eksperimenter
II Partisipan harus melempar sendiri dadu
III Eksperimenter yang melempar dadu
Partisipan diberi pilihan apakah akan melempar
sendiri dadu atau menyerahkan kepada
IV eksperimenter tetapi harus membayar insentif jika
memilih melempar sendiri dadu.
Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan


eksperimen. Kuesioner disusun atas beberapa pertanyaan dan berisi mengenai
bagaimana eksperimen dilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh
informasi dari partisipan atas eksperimen yang dilakukan. Selain itu, studi
literatur digunakan oleh penulis sebagai metode pengumpulan data teoritis,
seperti berbagai teori behavioral finance dan teori statistika, untuk membangun
landasan teori guna mendukung analisis yang terdiri dari jurnal-jurnal, buku-
buku, dan referensi lainnya baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa manajemen konsentrasi


keuangan yang aktif kuliah di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang. Namun tidak ada data resmi yang menunjukkan
jumlah mahasiswa manajemen konsentrasi keungan, sehingga dalam penelitian ini
tidak diketahui seberapa besar jumlah populasinya. Sampel adalah bagian dari
populasi yang diteliti secara detail. Gay dan Diehl (1992) menuliskan untuk
penelitian eksperimen sampel yang bisa digunakan sebesar 15 elemen per
kelompok. Selain itu Roscoe (1975) memberikan pedoman penentuan jumlah
sampel untuk penelitian eksperimen yang sederhana dengan pengendalian yang
ketat, ukuran sampel bisa antara 10 sampai 20 elemen. Sehingga sampel minimum
untuk penelitian eksperimen setidaknya berjumlah 30 sampai 40 sampel. Teknik
penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen Konsentrasi Keuangan
Universitas Brawijaya Malang
2. Telah atau sedang menempuh mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan

Pengujian Hipotesis

Uji Hipotesis 1

Pengujian terhadap hipotesis pertama (H 1) Semakin berkurang tingkat


ambiguity, semakin besar proporsi dana yang diinvestasikan pada asset beresiko
didasarkan melalui treatment Ambiguity Aversion pada eksperimen yang sudah
dilaksanakan yaitu dengan menggunakan uji One Way Analysis of Variance
(ANOVA), dengan menghitung variance within group yakni variance rata- rata
dari variance masing- masing sample. Dan pada Within subject design akan
membandingkan pengaruh perlakuan yang berbeda pada subyek yang sama
dengan menggunakan repeated measure design. Langkah-langkah dalam
pengujian ini adalah:
1. Menyusun hipotesis
Ho1 = ambiguity aversion tidak berpengaruh secara signifikan dalam
keputusan investasi beresiko
Ha1 = ambiguity aversion berpengaruh secara signifikan dalam keputusan
investasi beresiko
2. Menentukan level of significance (α), yaitu 10%
3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
a. Jika probabilitas > 0,10 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Jika probabilitas < 0,10 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Uji Hipotesis 2

Pengujian terhadap hipotesis kedua (H2) Semakin seseorang memiliki


control dalam investasi, semakin besar proporsi dana yang diinvestasikan pada
asset beresiko didasarkan melalui treatment illusion of control pada eksperimen
yang sudah dilaksanakan yaitu dengan menggunakan uji One Way Analysis of
Variance (ANOVA), dengan menghitung variance within group yakni variance
rata- rata dari variance masing- masing sample. Dan pada Within subject design
akan membandingkan pengaruh perlakuan yang berbeda pada subyek yang sama
dengan menggunakan repeated measure design. Langkah-langkah dalam
pengujian ini adalah:
1. Menyusun hipotesis
Ho2 = illusion of control tidak berpengaruh secara signifikan dalam
keputusan investasi beresiko
Ha2 = illusion of control berpengaruh secara signifikan dalam keputusan
investasi beresiko
2. Menentukan level of significance (α), yaitu 10%
3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
a. Jika probabilitas > 0,10 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Jika probabilitas < 0,10 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Uji Hipotesis 3

Pengujian terhadap hipotesis ketiga (H3) Terdapat perbedaan Ambiguity


Aversion antara pria dan wanita, menggunakan independent sample t- test .Uji
beda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh gender terhadap ambiguity
aversion. Karena sampel yang di uji berbeda (independent) yaitu antara pria dan
wanita, pengujian akan dilakukan dengan dua sisi (two-tailed test) pada level of
significance 5%. Langkah-langkah dalam pengujian ini adalah:
1. Menyusun hipotesis
Ho3 = tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara mahasiswa pria
dan wanita pada ambiguity aversion
Ha3 = terdapat perbedaan secara signifikan antara mahasiswa pria dan
wanita pada ambiguity aversion
2. Menentukan level of significance (α), yaitu 5%
3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
a. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Uji Hipotesis 4

Pengujian terhadap hipotesis empat (H4) Terdapat perbedaan Illusion of


Control antara pria dan wanita, menggunakan uji independent Sample t- test. Uji
beda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh gender terhadap Illusion of
Control. Karena sampel yang di uji berbeda (independent) yaitu antara pria dan
wanita, pengujian akan dilakukan dengan dua sisi (two-tailed test) pada level of
significance 5%. Langkah-langkah dalam pengujian ini adalah:
1. Menyusun hipotesis
Ho4 = tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara mahasiswa pria
dan wanita pada illusion of control
Ha4 = terdapat perbedaan secara signifikan antara mahasiswa pria dan
wanita pada illusion of control
2. Menentukan level of significance (α), yaitu 5%
3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
a. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasisiwa Jurusan Manajemen


konsentrasi keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel yang
diambil sebagai partisipan adalah mahasiswa aktif yang sedang atau telah
menempuh mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan. Total sampel yang
terkumpul sebanyak 52 partisipan. Dimana angka tersebut sudah melampaui
sampel minimum yang disyaratkan berdasarkan teori.
Gambaran tentang karakteristik partisipan pada penelitian ini akan dijelaskan
dalam bentuk tabel. Tabel 4.1 berikut ini menunjukkan komposisi partisipan
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Partisipan
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Pria 20 38.46
Wanita 32 61.54
Jumlah 52 100
Sumber: Data yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 52 partisipan,
38,46% atau 20 partisipan berjenis kelamin pria dan 61,54% atau 32 partisipan
berjenis kelamin wanita. Perbedaan jumlah mahasiswa pria dan wanita tidak
terlalu besar sehingga hasil tersebut cukup representatif dalam mewakili populasi
penelitian.
Komposisi partisipan berdasarkan status menempuh mata kuliah Manajemen
Keuangan Lanjutan ditunjukkan dalam tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Status Menempuh Mata Kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan
Status Jumlah Persentase
Telah Menempuh 52 100
Jumlah 52 100
Sumber: Data yang diolah, 2017
Tabel diatas menunjukkan bahwa komposisi jumlah tersebut menyatakan
semua partisipan telah menempuh mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan,
sehingga seluruh partisipan dianggap lolos dari kriteria pengambilan sampel.

Kondisi Eksperimen
Desain eksperimen ini adalah within subject design, dimana grup eksperimen
sekaligus sebagai grup kontrolnya. Jadi, satu kelompok yang sama pada suatu
ketika dijadikan grup eksperimen dan pada saat lain dijadikan grup kontrol. Proses
eksperimen ini membandingkan pengaruh perlakuan yang berbeda pada subjek
yang sama, sehingga seluruh partisipan melalui delapan perlakuan yang ada.
Eksperimen ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung partisipan dalam
jangka waktu 7 hari. Satu kali eksperimen dilakukan pada 5-8 eksperimen. Secara
keseluruhan satu kali eksperimen memerlukan waktu sekitar 15 menit, dimulai
dari eksperimenter menjelaskan aturan permainan, kemudian melakukan
rangkaian perlakuan ambiguty aversion dan illusion of control dengan alat
eksperimen yang telah disiapkan. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu
dan tempat. Seluruh partisipan wajib untuk mengikuti semua rangkaian perlakuan
sampai selesai.

Pengujian Hipotesis

Ambiguity aversion dalam keputusan investasi beresiko (H1)


Ambiguity aversion berpengaruh terhadap portofolio investasi pada aset
beresiko didasarkan melalui treatment ambiguity aversion pada eksperimen yang
sudah dilaksanakan yaitu dengan menggunakan uji One Way Analysis of Variance
(ANOVA), dengan menghitung variance within group yakni variance rata- rata
dari variance masing- masing sample. Dan pada Within subject design akan
membandingkan pengaruh perlakuan yang berbeda pada subyek yang sama
dengan menggunakan repeated measure design.
Hasil pengujian dengan menggunakan ANOVA untuk mengetahui adanya
pengaruh ambiguity aversion terhadap portofolio investasi disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji ANOVA Ambiguity Aversion
ANOV A

Am biguity aversion
Sum of
Squares df Mean Square F Si g.
Between Groups 6908.788 3 2302.929 4.927 .003
W ithin Groups 95358.885 204 467.446
Total 102267.7 207

Sumber: Data yang diolah, 2017

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ambiguity aversion berpengaruh


secara signifikan terhadap keputusan investasi pada asset berisiko sebesar 4,927.
secara statistik ditunjukkan dengan p= 0.000. Dari table di atas dapat disimpulkan
bahwa ambiguity aversion sebagai salah satu proxy risk attitude ini
mempengaruhi investasi portofolio asset beresiko secara signifikan. Hipotesis 1
diterima.
Kemudian untuk mengetahui perbedaan tingkat investasi dengan adanya bias
ambiguity aversion disajikan pada table Tukey HSD berikut.
Tabel 4.4
Hasil Uji Tukey HSD Perbedaan Tingkat Investasi Pada Ambiguity Aversion
Multiple Com parisons

Dependent Variable: A mbiguity aversion


Tukey HSD

Mean
Difference 95% Confidenc e Interval
(I) Perlakuan (J) Perlakuan (I-J) St d. E rror Sig. Lower Bound Upper Bound
1.00 2.00 -8. 17308 4.24013 .220 -19.1564 2.8103
3.00 -6. 32692 4.24013 .444 -17.3103 4.6564
4.00 -16.15385* 4.24013 .001 -27.1372 -5. 1705
2.00 1.00 8.17308 4.24013 .220 -2. 8103 19.1564
3.00 1.84615 4.24013 .972 -9. 1372 12.8295
4.00 -7. 98077 4.24013 .239 -18.9641 3.0026
3.00 1.00 6.32692 4.24013 .444 -4. 6564 17.3103
2.00 -1. 84615 4.24013 .972 -12.8295 9.1372
4.00 -9. 82692 4.24013 .097 -20.8103 1.1564
4.00 1.00 16.15385* 4.24013 .001 5.1705 27.1372
2.00 7.98077 4.24013 .239 -3. 0026 18.9641
3.00 9.82692 4.24013 .097 -1. 1564 20.8103
*. The mean differenc e is significant at the .05 level.

Sumber: Data yang diolah, 2017

Hasil tukey HSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat investasi


antara teatment 1 dengan treatment 2 dengan rata- rata perbedaan investasi
8,17308 .dan secara statistik tidak signifikan dengan p= 0.220. Perbedaan tingkat
investasi antara treatment pertama dengan treatment ketiga sebesar 6,3292 dan
secara statistik tidak signifikan dengan p= 0.444. Begitu juga pada treatment 1
dengan treatment 4 terdapat perbedaan tingkat investasi dengan rata- rata
perbedaan 16,1538 dan secara statistik signifikan dengan p= 0.000. Sedangkan
perbedaan tingkat investasi antara treatment 2 dan treatment 3 sebesar 1,846
perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan dengan p= 0.972 di atas
0.05. Kemudian perbedaan tingkat investasi antara treatment 2 dan treatment 4
yaitu sebesar 7,980 perbedaan ini pun kecil dan secara statistik tidak signifikan
dengan p=0.239 di atas 0.05. begitu juga perbedaan tingkat investasi antara
treatment 3 dan treatment 4yaitu sebesar 9,826 perbedaan ini kecil dan secara
statistik juga tidak signifikan dengan p= 0.097 di atas 0.05. Secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa diantara masing masing treatment tidak ada perbedaan
tingkat investasi.

Illusion of control dalam keputusan investasi beresiko (H2)


Illusion Of Control berpengaruh terhadap keputusan investasi pada aset
beresiko didasarkan melalui treatment illusion of control pada eksperimen yang
sudah dilaksanakan yaitu dengan menggunakan uji One Way Analysis of Variance
(ANOVA), dengan menghitung variance within group yakni variance rata- rata
dari variance masing- masing sample. Dan pada Within subject design akan
membandingkan pengaruh perlakuan yang berbeda pada subyek yang sama
dengan menggunakan repeated measure design.
Hasil pengujian dengan menggunakan ANOVA untuk mengetahui adanya
pengaruh illusion of control terhadap portofolio investasi pada asset beresiko
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji ANOVA Illusion of Control
ANOV A

Illusion of Control
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 12044.058 3 4014.686 8.290 .000
W ithin Groups 98790.385 204 484.267
Total 110834.4 207

Sumber: Data yang diolah, 2017

Hasil pengujian menunjukkan bahwa illusion of control berpengaruh secara


signifikan pada α 10% terhadap keputusab investasi pada asset berisiko sebesar
8,290 dan secara statistik ditunjukkan dengan p= 0.000. Dari tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa illusion of control mempengaruhi seseorang dalam
mengambil keputusan investasi pada asset beresiko secara signifikan. Hipotesis 2
diterima. Kemudian untuk mengetahui perbedaan tingkat investasi dengan
adanya bias illusion of control disajikan pada table Tukey HSD berikut.
Tabel 4.6
Hasil Uji Tukey HSD Perbedaan Tingkat Investasi pada Illusion of Control
Multiple Com parisons

Dependent Variable: Illusion of Control


Tukey HSD

Mean
Difference 95% Confidenc e Interval
(I) Perlakuan (J) Perlakuan (I-J) St d. E rror Sig. Lower Bound Upper Bound
1.00 2.00 -18.84615* 4.31574 .000 -30.0254 -7. 6669
3.00 -16.03846* 4.31574 .001 -27.2177 -4. 8593
4.00 -17.38462* 4.31574 .000 -28.5638 -6. 2054
2.00 1.00 18.84615* 4.31574 .000 7.6669 30.0254
3.00 2.80769 4.31574 .915 -8. 3715 13.9869
4.00 1.46154 4.31574 .987 -9. 7177 12.6407
3.00 1.00 16.03846* 4.31574 .001 4.8593 27.2177
2.00 -2. 80769 4.31574 .915 -13.9869 8.3715
4.00 -1. 34615 4.31574 .989 -12.5254 9.8331
4.00 1.00 17.38462* 4.31574 .000 6.2054 28.5638
2.00 -1. 46154 4.31574 .987 -12.6407 9.7177
3.00 1.34615 4.31574 .989 -9. 8331 12.5254
*. The mean differenc e is significant at the .05 level.

Sumber: Data yang diolah, 2017

Hasil tukey HSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat investasi


antara teatment 1 dengan treatment 2 dengan rata- rata perbedaan investasi 18,846
perbedaan ini besar dan secara statistik signifikan dengan p= 0.000 di bawah 0.05.
kemudian perbedaan tingkat investasi antara treatment 1 dan treatment 3 sebesar
16,038 perbedaan ini besar dan secara statistik signifikan dengan p= 0.001 di
bawah 0.05. sedangkan perbedaan tingkat investasi antara treatment 1 dan
treatment 4 rata- rata perbedaan nya sebesar 17,384 dan secara statistic signifikan
p= 0.000. untuk perbedaan tingkat investasi antara treatment 2 dan treatment 3
rata- rata perbedaan nya sebesar 2,807, perbedaan ini kecil dan secara statistik
tidak signifikan dengan p= 0.915 diatas 0.05. begitu juga perbedaan tingkat
investasi antara treatment 2 dan treatment 4, rata-rata perbedaanya 1,461,
perbedaan ini pun kecil dan secara statistik tidak signifikan dengan p= 0.987
diatas 0.05. dan perbedaan tingkat investasi antara treatment 3 da treatment 4 rata-
rata perbedaannya 1,346, perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan
dengan p= 0.989 diatas 0.05. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
diantara masing - masing treatment tidak ada perbedaan tingkat investasi. Hal ini
menunjukkan bahwa illusion of control tidak mempengaruhi tingkat investasi jadi
meskipun orang itu cenderung memilki illusion of control tapi dia tidak akan
meningkatkan jumlah investasinya.

Gender terhadap ambiguity aversion (H3)


Terdapat perbedaan ambiguity aversion antara pria dan wanita, menggunakan
idependent sample t-test. Uji beda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
gender terhadap ambiguity aversion. Karena sampel yang di uji berbeda
(independent) yaitu antara pria dan wanita, pengujian akan dilakukan dengan dua
sisi (two-tailed test) pada level of significance 5% Hasil pengujian dengan
menggunakan independent sample t-test untuk menguji adanya perbedaan tingkat
ambiguity aversion antara pria dan wanita disajikan pada tabel berikut

Tabel 4.7
Uji Tingkat Ambiguity Aversion dengan Gender differences
Group Statistics

Std. Error
Gender N Mean Std. Deviation Mean
Ambiguity avers ion Pria 20 80.3750 17.75241 3.96956
Wanita 32 68.5313 16.78778 2.96769

Sumber: Data yang diolah, 2017

Terlihat bahwa rata- rata tingkat ambiguity aversion pada pria sebesar 80,375
sedangkan untuk wanita sebesar 68.5313 secara absolute jelas bahwa rata- rata
tingkat ambiguity aversion pada pria dan wanita berbeda, untuk melihat apakah
perbedaan ini memang nyata secara statistik maka dapat dilihat pada hasil output
pada uji independent sample test berikut ini:

Tabel 4.8
Uji Independent sample t-test Gender pada Ambiguity Aversion Bias
Independent Samples Test

t-test for Equality of Means


95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Ambiguity aversion Equal variances
2.421 50 .019 11.84375 4.89156 2.01876 21.66874
assumed
Equal variances
2.390 38.754 .022 11.84375 4.95627 1.81672 21.87078
not assumed

Sumber: Data yang diolah, 2017

Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variance assumed adalah
2,421 dengan probabilitas signifikan 0.019 (two tail). Jadi dapat disimpulkan
bahwa rata- rata tingkat ambiguity aversion berbeda secara signifikan antara pria
dan wanita. Hipotesis 3 diterima.

Gender terhadap illusion of control (H4)


Terdapat perbedaan Illusion of Control antara pria dan perempuan,
menggunakan uji Independent Sample t-test . Uji beda ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh gender terhadap Illusion of Control. Karena sampel yang di
uji berbeda (independent) yaitu antara pria dan wanita, pengujian akan dilakukan
dengan dua sisi (two-tailed test) pada level of significance 5%. Hasil penguian
dengan menggunakan Independent sample t-test untuk menguji adanya perbedaan
tingkat illusion of control antara pria dan wanita disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Uji Tingkat Illusion of Control dengan Gender differences
Group Statistics

Std. Error
Gender N Mean Std. Deviation Mean
Illusion of Control Pria 20 85.5625 12.27290 2.74430
Wanita 32 61.3203 14.05565 2.48471

Sumber: Data yang diolah, 2017

Terlihat bahwa rata- rata tingkat illusion of control pada pria sebesar 85,5625
sedangkan untuk wanita sebesar 61,3203 secara absolute jelas bahwa rata- rata
tingkat illusion of control pada pria dan wanita berbeda, untuk melihat apakah
perbedaan ini memang nyata secara statistik maka dapat dilihat pada hasil output
pada uji independent sample test berikut ini:

Tabel 4.9
Uji Independent sample t- test Gender pada Illusion of Control Bias
Independent Samples Test

t-test for Equality of Means


95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Illusion of Control Equal variances
6.344 50 .000 24.24219 3.82135 16.56679 31.91759
assumed
Equal variances
6.548 44.564 .000 24.24219 3.70203 16.78391 31.70047
not assumed

Sumber: Data yang diolah, 2017

Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variance assumed adalah
6,344 dengan probabilitas signifikan 0.000 (two tail). Jadi dapat disimpulkan
bahwa rata- rata tingkat illusion of control berbeda secara signifikan antara laki-
laki dan wanita. Hipotesis 4 diterima.

Diskusi Hasil Penelitian

Pengaruh Ambiguity Aversion Terhadap Keputusan Investasi


Ambiguity aversion didefinisikan sebagai keinginan untuk menghindari hal-
hal yang belum jelas (ambigu), meskipun tidak akan meningkatkan expected
utility (Ellsberg, 1961). Berdasarkan hasil penelitian, ambiguity aversion
berpengaruh dalam pengambilan keputusan investasi beresiko. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima.
Penelitian ini konsisten dengan Penelitian Ellsberg (1961) dengan
menggunakan eksperimen menunjukkan bahwa orang lebih memilih melakukan
investasi pada pilihan investasi yang distribusi peluangnya diketahui daripada
yang tidak diketahui. Maka Investor yang ambiguity averse mungkin hanya
berinvestasi pada indeks lokal atau nasional atau hanya pada
perusahaanperusahaan yang familiar secara geografis, terlebih lagi mereka
mungkin lebih memilih investasi pada employer’s stock daripada investasi di
saham perusahan lain karena investasi di perusahaan lain masih ambigu.
Ambiguity aversion juga memunculkan aspek khusus yaitu adanya
competence effect. Competence effect muncul ketika seseorang dihadapkan pada
situasi ambigu, dia menggunakan judgment bahwa dia merasa cukup kompeten
untuk mengatasi situasi ambigu tersebut sehingga terkadang menyebabkan
seorang investor menerima resiko yang lebih tinggi dari yang seharusnya.
Selain itu hasil pengujian untuk mengetahui perbedaan tingkat investasi antar
treatment menunjukkan bahwa diantara masing masing treatment tidak ada
perbedaan tingkat investasi. Hal ini menunjukkan bahwa ambiguity aversion tidak
mempengaruhi tingkat investasi jadi meskipun orang itu cenderung ambiguity
aversion, tapi dia tidak akan mengurangi jumlah investasinya. Hasil pengujian ini
konsisten dengan penelitian Charness and Gneezy (2003) bahwa level dari
ambiguity tidak mempengaruhi seberapa besar dana yang diinvestasikan.

Pengaruh Illusion of Control Terhadap Keputusan Investasi

Illusion of control didefinisikan sebagai suatu keyakinan yang lebih dalam hal
kemampuan untuk memprediksi atau hasil yang lebih memuaskan ketika seorang
investor memiliki keterlibatan yang lebih di dalamnya (Langer, 1975).
Berdasarkan hasil penelitian, illusion of control berpengaruh dalam pengambilan
keputusan investasi beresiko. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang
diajukan diterima.
Pengujian ini konsisten dengan penelitian Langer (1975) yang menemukan
bahwa keterlibatan aktif akan menyebabkan tingkat keyakinan akan hasil
(outcomes) meningkat. Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya yang dilakukan
dengan eksperimen lotere. Hasil penelitian ini menunjukkan orang seringkali
memiliki persepsi bahwa dia lebih memiliki control terhadap hasil jika dia
memiliki keterlibatan dan kemampuan prediksi yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan Fellner (2004) dengan metode eksperimen
menemukan bahwa investor lebih memilih untuk melakukan investasi dimana
mereka percaya bahwa mereka dapat mengontrol hasil dari investasi tersebut.
Adanya Illusion of control bias dapat menyebabkan investor melakukan
perdagangan (trading) yang kurang hati-hati, dan investor akan mempertahankan
portofolio yang tidak terdiversifikasi karena merasa lebih memiliki control pada
investasi yang telah dipilih dan cenderung tidak mencoba mengkombinasikan
dengan investasi lain karena merasa tidak memiliki control.
Illusion of control bias juga dapat membuat investor menjadi overconfident
yaitu ilusi yang menunjukkan bahwa mereka tanpa sadar mempersepsikan diri
mereka seolah-olah memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi sehingga merasa
mampu mengontrol dan mempengaruhi hasil dari peristiwa-peristiwa yang tidak
dapat dikontrol.
Kemudian hasil penelitian untuk mengetahui perbedaan tingkat investasi
dengan adanya bias illusion of control menunjukkan bahwa illusion of control
tidak mempengaruhi tingkat investasi jadi meskipun orang itu cenderung memilki
illusion of control tapi dia tidak akan meningkatkan jumlah investasinya. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Charness and
Gneezy (2003) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dana yang
diinvestasikan ketika partisipan memilki control dalam permainan ataupun tidak
memiliki control.

Pengaruh gender terhadap ambiguity aversion

Gender didefinisikan sebagai jenis kelamin partisipan yang terdiri dari pria dan
wanita. Perkembangan moral dan cara pemikiran wanita berbeda secara fundamental
dengan pria, pengaruh gender muncul ketika perbedaan antara pria dan wanita terjadi
dalam proses pembuatan keputusan etik (Giligan, 1982 dalam Ernawati, 2004). Hasil
dalam penelitian ini me nunjukkan bahwa rata- rata tingkat ambiguity aversion
berbeda antara mahasiswa pria dan mahasiswa wanita. Mahasiswa pria cenderung
memiliki tingkat ambiguity aversion lebih tinggi daripada mahasiswa wanita.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Charness and Gneezy (2007)
dan Nora Dina (2009) yang menunjukkan bahwa ambiguity aversion pria lebih
tinggi di banding dengan wanita. Tingkat ambiguity yang tinggi berarti bahwa pria
cenderung menghindari hal- hal yang belum jelas (ambigu).

Pengaruh gender terhadap Illusion of Control

Gender didefinisikan sebagai jenis kelamin partisipan yang terdiri dari pria dan
wanita. Perkembangan moral dan cara pemikiran wanita berbeda secara fundamental
dengan pria, pengaruh gender muncul ketika perbedaan antara pria dan wanita terjadi
dalam proses pembuatan keputusan etik (Giligan, 1982 dalam Ernawati, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata- rata tingkat illusion of control
berbeda antara mahasiswa pria dan mahasiswa wanita. Mahasiswa pria cenderung
memiliki tingkat illusion of control lebih tinggi daripada mahasiswa wanita.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Charness and Gneezy (2007),
Nora Dina (2009) dan Leksikawan (2009) yang menunjukkan bahwa illusion of
control pria lebih tinggi di banding dengan wanita. Tingkat illusion of control
yang tinggi berarti bahwa pria memilki keyakinan yang lebih dalam hal
kemampuan untuk memprediksi atau hasil yang lebih memuaskan ketika ia
memiliki keterlibatan yang lebih didalamnya daripada wanita.

Kesimpulan

Penelitian ini menguji pengaruh ambiguity aversion bias dan illusion of


control bias terhadap pengambilan keputusan investasi beresiko. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa baik ambiguity aversion maupun illusion of control
terbukti mempengaruhi keputusan investasi. Pengaruh ambiguity aversion bias
dibuktikan dengan kecenderungan mahasiswa yang lebih memilih melakukan
investasi pada pilihan investasi yang distribusi peluangnya diketahui daripada
yang tidak diketahui atau cenderung menghindari hal- hal yang belum jelas
(ambigu). Sedangkan adanya pengaruh illusion of control bias dibuktikan dengan
keterlibatan aktif akan menyebabkan tingkat keyakinan akan hasil (outcomes)
meningkat, mahasiswa lebih memilih untuk melakukan investasi dimana mereka
percaya bahwa mereka dapat mengontrol hasil dari investasi tersebut. Mahasiswa
merasa memiliki keyakinan yang lebih dalam hal kemampuan untuk memprediksi
atau hasil yang lebih memuaskan ketika ia memilki keterlibatan yang lebih
didalamnya.
Penelitian ini juga memberikan hasil bahwa gender mempengaruhi tingkat
ambiguity aversion dan illusion of control, sehingga terdapat perbedaan antara
pria dan wanita dalam kedua bias tersebut. Keduanya menunjukkan bahwa pria
memiliki tingkat ambiguity aversion dan illusion of control yang lebih tinggi
daripada wanita. Ambiguity aversion yang tinggi berarti bahwa pria cenderung
menghindari hal- hal yang belum jelas (ambigu), dan illusion of control yang
tinggi berarti bahwa pria memilki keyakinan yang lebih dalam hal kemampuan
untuk memprediksi hasil yang lebih memuaskan ketika ia memilki keterlibatan
yang lebih didalamnya.

Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan dan hasil penelitian ini tentu saja mengandung kelemahan. Tidak
tersedianya sumber yang jelas akan populasi menyebabkan peneliti kesulitan
dalam menentukan jumlah sampel. Selain itu, masih terdapat bias perilaku lain
yang bisa mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan saat
berinvestasi.
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan sample non mahasiswa
guna menetukan apakah penelitian ini bisa digeneralisasi pada populasi secara
keseluruhan. Selain itu, hasil penelitian ini memberikan peluang untuk peneliti
selanjutnya guna menemukan bias perilaku lain yang bisa mempengaruhi
pengambilan keputusan investasi seperti loss aversion dan overconfidence.

DAFTAR PUSTAKA

Arie Widyastuti, 2012, Behavioral Finance dalam Proses Pengambilan


Keputusan, hal 1-12.

Charness, Gary & Uri Gneezy, 2003, Portfolio Choice and Risk Attitudes: An
Experiment. SSRN.

Eduardus Tandelilin, 2001, Analisi Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi


Pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Ernawati, dan Edi Wibowo, 2004, Pengaruh Gender Terhadap Keinginan


Mahasiswa Akuntansi Dalam Memilih Profesi Akuntan Publik Dan Non
Akuntan Publik (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Unisri Surakarta), Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 4,
No. 1, Surakarta.

Fadila Bester Leksikawan, 2009, Behavioral Finance dalam Pengambilan


Keputusan Investasi Beresiko: Studi Eksperimen, Skripsi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Fama, Eugene F, 1996, Market Efficiency, Long-Term Returns, and Behavioral


Finance, SSRN.

Fury Ratnadewi, 2014, Behavioral Finance dalam Keputusan Investasi saham


(Studi Bias Perilaku Pada Investasi Mahasiswa Di Kota Bandung. Tesis,
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis


Untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Wafi Ivada, 2010, Pengaruh Kompetensi Investor dan Overconfidence Terhadap


Frekuensi Perdagangan, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

FitzGerald, J, 1978, EDP risk analysis for contingency planning, EDP Audit
Control and Security Newsletter (Aug, 1978).
Gneezy, Uri dan Jan Potters, 1997, An Experiment on Risk Taking and Evaluation
Periods, The Quarterly Journal of Economics, Vol. 112, No. 2, In Memory
of Amos Tversky (1937-1996), hal 631-645

Gay, L. R. & P. L. Diehl, 1992, Research Methods for Business and


Management, MacMillan Publishing Company, New York.

Jogiyanto, 2008, Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Kelima, BPFE
Yogyakarta, Yogyakarta.

Kamarudin Ahmad, 2004, Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio,


Rineka Cipta, Jakarta.

Kamaruddin Ahmad, 1996, Dasar-dasar Manajemen Investasi, Rineka Cipta,


Jakarta.

Kannadasan, M. (2010), Role of Behavioural Finance in Investment Decision, hal


1-3.

Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen, Universitas Muhammadiyah Malang.


Pres:Malang.

Norfinger, John F, 2001, Investment Madness:How Psychology Affects Your


Investing…and What To Do About It, Prentice Hall, New Jersey.

Nora Dina, 2009, Gender dan Risk Attitude Dalam Pemilihan Portofolio Investasi
Pada Asset Beresiko: Studi Eksperimental, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Pompian, Michael M., 2006, Behavioral Finance And Wealth Management: How
to Build Optimal Portfolios that Account for Investor Biases, John Wiley &
Sons, New Jersey.

Mario Bayu Prasetya Putra, 2013, Pemilihan Karier Akuntan Publik: Orientasi
Etika, Gender, Umur dan Tingkat Pengetahuan, Jurnal Ilmiah Mahasiswa,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang

Pratomo, Eko Priyo, dan Ubaidillah Nugraha, 2005, Reksadana Solusi


Perencanaan Investasi di Era Modern, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Ricciardi, Victor dan Helen K. Simon, 2000, What is Behavioral Finance?,


Business, Education & Technology Journal, Vol. 2, No. 2, hal 1-9.

Ritter, Jay. R, 2003, Behavioral Finance, Pasific-Basin Finance Journal, Vol. 11,
No. 4, hal 429-437.
Roscoe, J, 1975, Fundamental Research Statistics For The Behavioral Sciences,
Holt, Rinehart, & Winston, New York.

Sarin, R. and M. Weber, 1993, Effects of Ambiguity in Market Experiments,


Management Science, (39) 5: hal 602-615.

Sekaran, Uma. 2011, Research Method for Business. (Metodologi Penelitian


untuk Bisnis), Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Subash, Rahul, 2012, Role of Behavioral Finance in Portfolio Investment


Decisions: Evidence From India. Tesis, Faculty of Social Sciences, Charles
University in Prague, Prague.

Srivastava, Aman, 2007, An Analysis of Behaviour of Investors in India. ICFAI


Journal of Behavioural Finance, June 4.2 (2007): 43-52.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R & D, Alfabeta,


Bandung.

Sumariyah, 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, UPP AMP YKPN,


Yogyakarta.

Puspitaningtyas, Zarah dan Agung W Kurniawan, 2012, Prediksi Tingkat


Pengembalian Investasi Berupa Devidend Yield Berdasarkan Analisis
Financial Ratio. Majalah EKONOMI: Telaah Manajemen, Akuntansi dan
Bisnis, Vol. 16, No. 1, hal. 89-98.

Zuriah, Nurul, 2006, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai