RTR Kawasan
TN Gunung
PP. No 26/2008 Terjadinya
Telah disepakati Merapi
menetapkan bencana letusan
Peta Area diperlukan untuk
Kawasan TN Gunung Merapi
Terdampak menjadi acuan
Gunung Merapi menjadikan
yang akan tindakan mitigasi
sebagai KSN penanganan
menjadi dasar bencana dan
berdasarkan terhadap
penanganan payung hukum
kepentingan daya kawasan ini
rehab-rekon proses
dukung semakin
basca bencana. rehabilitasi -
lingkungan hidup mendesak
rekonstruksi
pasca bencana
3
PETA AREA TERDAMPAK ERUPSI DAN LAHAR DINGIN GUNUNG
MERAPI
Taman Nasional
KRB-3 ATL-1
KRB-2
ATL-2
KRB-1
PENETAPAN AREA TERDAMPAK ERUPSI DAN
LAHAR DINGIN GUNUNG MERAPI
NO Notasi WILAYAH KETERANGAN
TN Gunung
1 Taman Nasional
Merapi
2 Area 1. Kawasan lindung, yang terdiri dari : Masa transisi, diusulkan maksimum 3 th
Terdampak a. Hutan lindung; Selama masa transisi perizinan
Langsung – 1 b. Kawasan resapan air, pemanfaatan ruang bersifat sementara
(ATL – 1) c. Kawasan rawan bencana geologi. Izin bukan untuk hunian
2. Dibebaskan dari permukiman
6
DELINEASI WILAYAH
Dasar Delineasi :
• Peta Area Terdampak Erupsi dan Lahar Dingin Gunung Merapi
(tanda tangan 5 Menteri dan 2 Gubernur)
Luas Wilayah : 78.164 Ha
• Batas Kecamatan yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi Kab. Magelang
1. Kec. Sawangan
Peta Area Terdampak Erupsi 2. Kec. Dukun
dan Lahar Dingin Gunung Merapi 3. Kec. Srumbung
4. Kec. Mungkid
5. Kec. Muntilan
6. Kec. Salam
7. Kec. Ngluwar
Kab. Boyolali
Kab. Sleman
Kab. Magelang 1. Kec. Tempel
2. Kec. Turi
3. Kec. Pakem
4. Kec. Cangkringan
5. Kec. Ngemplak
Kab. Boyolali
1. Kec. Selo
Kab. Sleman Kab. Klaten
2. Kec. Cepogo
3. Kec. Musuk
Kab. Klaten
Peta Delineasi RTR 1. Kec. Kemalang
Kawasan TN Gunung Merapi 2. Kec. Manisrenggo
7 3. Kec. Karangnongko
KONSEPSI
ISU STRATEGIS
PENATAAN RUANG KAWASAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
STRATEGI
ARAHAN PEMANFAATAN
RUANG
PERAN
MASYARAKAT
ARAHAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG PENGELOLAAN
KAWASAN
9
BAB I KETENTUAN UMUM
11
Tujuan Kebijakan Strategi
1 1) Meningkatkan fungsi konservasi TN untuk keberlanjutan
ekosistem dan keanekaragaman hayati beserta habitatnya
Pelestarian 2) Meningkatkan konservasi sumber daya air di Kawasan Sekitar
TN Gunung Merapi
Mewujudkan lingkungan
3) Merehabilitasi dan merevitalisasi TN Gunung Merapi yang
tata ruang Kawasan mengalami kerusakan
Kawasan TN TN 4) Mencegah dan membatasi kegiatan pemanfaatan ruang yang
Gunung Merapi Gunung berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan
Merapi 5) Mengendalikan dan membatasi intensitas kawasan terbangun
yang berkualitas 6) Mengembangkan kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung
dalam rangka fungsi lindung
menjamin
kelestarian 1) Meningkatkan fungsi TN Gunung Merapi yang berbasis mitigasi
lingkungan dan 2 bencana;
kesejahteraan Pengembang 2) Meningkatkan fungsi kawasan lindung dan mengembangkan
masyarakat an Kawasan
kawasan budi daya berbasis mitigasi bencana;
Kawasan TN 3) Mengembangkan sistem evakuasi bencana yang terintegrasi
TN Gunung dengan sistem pusat permukiman dan jaringan prasarana
Gunung Merapi Merapi 4) Menyesuaikan pemanfaatan ruang pada Kawasan Rawan Bencana
yang berbasis Berbasis Alam Geologi yang terdampak langsung;
mitigasi bencana Mitigasi 5) Melakukan pengendalian yang tinggi pada kawasan rawan
bencana geologi yang terdapat kantung permukiman
Bencana 6) Meningkatkan peran masyarakat dalam pelaksanaan dan
pengembangan sistem evakuasi bencana
7) Mengembangkan kelembagaan antarsektor dan antardaerah
12
12
RENCANA STRUKTUR RUANG
14
SISTEM EVAKUASI BENCANA
STRUKTUR RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Bebas Hambatan
A. jalan Yogyakarta - Bawen
B. jalan Solo-Yogyakarta.
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Berupa terminal penumpang: kegiatan Kegiatan yang tidak Kegiatan yg
berada di kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang penunjang mengganggu mengganggu
operasional keamanan lalu lintas keamanan serta fungsi
kawasan dan fungsi kws sekitar kawasan di sekitar
terminal terminal terminal
Ketentuan lain :
16 KDH terminal minimal 30%
SISTEM JARINGAN ENERGI
STRUKTUR RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
17
SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI
STRUKTUR RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Jaringan Teresterial Kegiatan Kegiatan selain Kegiatan yang
penunjang kegiatan yang mengganggu fungsi
• Ditetapkan sesuai dengan ketentuan operasional diperbolehkan sistem jaringan
peraturan perundang-undangan sistem jaringan yang aman dan telekomunikasi
telekomunikasi tidak
mengganggu
fungsi sistem
jaringan
Jaringan Satelit: telekomunikasi
meliputi satelit dan transponden
• Diselenggarakan melalui pelayanan
stasiun bumi
• Ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Jaringan Bergerak Seluler berupa
menara Based Transceiver Station
(BTS)
• Ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
18
SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR
STRUKTUR RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Sumber Air Kegiatan Kegiatan yang Kegiatan yang
pembangunan tidak mengganggu
Air Permukaan pada Sungai
prasarana mengganggu fungsi sungai
Terdapat di 12 Sungai : sumber air dan fungsi sungai dan CAT
Kali Apu;Trising;Senowo;Duren; penunjang dan CAT sebagai
Pabelan;Lamat;Blongkeng; sumber air, sebagai sumber sumber air
Putih;Batang;Krasak; Boyong, Kuning, Opak, Gendol, kegiatan air; fungsi serta jaringan
Gandul; dan Woro penanaman jaringan irigasi; irigasi, sistem
Air Tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT) vegetasi, dan fungsi pengendalian
pengamanan sistem banjir, dan
CAT Magelang-Temanggung; aliran sungai, pengendalian prasarana
CAT Karanganyar-Boyolali; dan pembangunan banjir sumber daya
CAT Yogyakarta-Sleman. jaringan irigasi, air lainnya
Prasarana Sumber Daya Air dan
pengamanan
Sistem Jaringan Irigasi
limpasan banjir
Melayani daerah-daerah irigasi di seluruh kecamatan lahar
dalam wilayah perencanaan
Sistem Pengendalian Banjir (Bangunan Sabo) Ketentuan lainnya :
Batas-batas pemanfaatan ruang di sekitar jaringan
Terdapat di 16 sungai yang rawan banjir lahar :
sumber daya air ditetapkan sesuai peraturan
Kali Apu; Trising; Senowo; Pabelan; Lamat;
perundang-undangan
Blongkeng; Putih; Batang; Bebeng; Krasak; Boyong;
Kuning; Opak; Gendol; Woro; dan Gandul
19
SISTEM JARINGAN PEMANTAUAN DAN PERINGATAN DINI
KAWASAN LINDUNG :
1. Zona L1 : Kawasan Taman Nasional yang berada pada Kawasan Rawan
Bencana Alam Geologi
2. Zona L2 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdampak langsung
3. Zona L3 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang berada pada
Sempadan Sungai
4. Zona L4 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdapat kantung
(enclave) permukiman.
21
PETA RENCANA POLA RUANG
22
KAWASAN TAMAN NASIONAL (L1)
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Berupa Taman Nasional Berada di sebagian wilayah Arahan peraturan zonasi untuk Zona L1
Gunung Merapi yang kecamatan : diatur sesuai dengan peraturan
didalamnya terdapat zona-zona a. Dukun, dan Srumbung, (Kab perundang-undangan di bidang kehutanan
sebagaimana ditetapkan dalam Magelang);
ketentuan peraturan perundang- b. Cepogo, Musuk, dan Selo,
undangan bidang kehutanan (Kab. Boyolali);
c. Kemalang, Kab.Klaten; dan
d. Cangkringan, Pakem, dan Turi
(Kab. Sleman).
23
KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM GEOLOGI YANG
TERDAMPAK LANGSUNG (L2)
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Berupa kawasan yang Berada di 1. Kegiatan yang 1. Kegiatan budi 1. Kegiatan
berpotensi terkena sebagian menunjang fungsi daya hutan dan mengubah
kembali dampak wilayah: lindung L2 pertanian bentang alam
erupsi Gunung Merapi Kecamatan 2. Kegiatan dengan tidak 2. Kegiatan
berupa awan panas Kemalang pemeliharaan, mengubah mengganggu
dan material panas (Kab.Klaten) dan pelestarian, dan bentang alam, ekosistem alami
lainnya serta Kecamatan perlindungan tidak 3. Kegiatan
berdampak besar Cangkringan, kawasan resapan mengganggu mengurangi daya
pada manusia, (Kab.Sleman). air ekosistem alami serap tanah
permukiman, dan 3. Kegiatan evakuasi dan terhadap air
infrastruktur bencana memperhatikan 4. Kegiatan
4. kegiatan peringatan dini mengganggu
pemantauan dan 2. Kegiatan fungsi resapan air
peringatan dini penelitian dan 5. Kegiatan
bencana alam pengembangan permukiman
geologi. ilmu 6. Kegiatan
pengetahuan, menggaggu jalur
pendidikan, evakuasi
wisata alam dan 7. Kegiatan
wisata minat mengganggu
khusus peringatan dini
8. Kegiatan yang
menimbulkan
polusi
24
KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM GEOLOGI
YANG BERADA DI SEMPADAN SUNGAI (L3)
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Berupa kawasan yang Berada di 16 sempadan 1. Pembanguna 1. Kegiatan evakuasi 1. Kegiatan yang
berpotensi terkena sungai yaitu: n prasarana bencana dengan mengganggu fungsi
aliran lahar atau banjir, Kali Apu, Trising, dan sarana memperhatikan sempadan
serta dapat berpotensi Senowo, Pabelan; SDA, ancaman banjir 2. Kegiatan menggangu
terkena perluasan Lamat, Blongkeng, pengaman lahar dan dilengkapi jalur evakuasi
aliran sungai sarana peringatan 3. Kegiatan
awan panas dan Putih, Batang, Bebeng,
dan dini mengganggu
material panas lainnya Krasak, Boyong; pengaman 2. Kegiatan prasarana dan
Kuning, Opak, Gendol; limpasan pengelolaan dan sarana peringatan
Woro; dan Gandul banjir lahar pemanfaatan SDA dini
serta 3. Penambangan 4. Kegiatan mendirkan
bangunan pasir dan batu bangunan atau
pengambilan 4. Budi daya pertanian sarana permukiman
dan 5. Peringatan dini 5. Kegiatan yang
pembuangan 6. Penelitian dan menimbulkan polusi
air pengembangan ilmu
2. Kegiatan pengetahuan
pemantauan
dan Kegiatan tersebut
peringatan dengan
dini memperhatikan
3. Kegiatan peringatan dini
pembanguna bencana
n RTH dan
kegiatan lain
penunjang
fungsi lindung
L3
25
KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM GEOLOGI YANG
TERDAPAT KANTUNG (ENCLAVE) PERMUKIMAN (L4).
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Kawasan yang Berada di sebagian Kegiatan yang Kegiatan yang tidak Kegiatan yang
berpotensi terkena wilayah kecamatan : menunjang fungsi mengganggu fungsi mengganggu
kembali dampak Dukun, Sawangan, dan lindung Zona L4, Zona L4, dapat fungsi L4, berupa:
erupsi Gunung Srumbung, antara lain berupa: 1. mendirikan
Merapi berupa awan (Kab.Magelang); bangunan baru
kegiatan: 1. kegiatan
dan menambah
panas dan material Cepogo, Selo, dan 1. kegiatan yang permukiman bagi luas bangunan
panas lainnya yang Musuk, (Kab.Boyolali); menunjang penduduk asli yang ada;
berdampak kecil Kemalang, (Kab.Klaten); fungsi lindung dengan konsep 2. kegiatan yang
pada manusia, dan Cangkringan, L4; living in harmony mengurangi
permukiman dan Ngemplak, Pakem, dan 2. kegiatan with disaster; daya serap
infrastruktur; dan Turi (Kab.Sleman). pemeliharaan, 2. kegiatan budi daya tanah terhadap
Terdapat kantung pelestarian, dan hutan dan air
(enclave) perlindungan pertanian dengan 3. kegiatan yg
permukiman dengan kawasan tidak mengubah mengganggu
konsep kehidupan resapan air; bentang alam, jalur evakuasi
harmonis 3. Kegiatan ekosistem alami, bencana; dan
berdampingan 4. kegiatan yang
evakuasi fungsi resapan air;
mengganggu
dengan bencana, bencana; 3. kegiatan budi daya prasarana dan
perumahan 4. kegiatan berupa penelitian sarana
kepadatan sangat pemantauan dan dan pemantauan
rendah, dan tidak peringatan dini pengembangan peringatan dini
melakukan bencana. ilmu pengetahuan, bencana.
pembangunan fisik pendidikan, dan 5. Kegiatan yang
baru. wisata alam. menimbulkan
polusi
26
KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN (B1)
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Berupa kawasan yang Sebagian wilayah Kegiatan : 1. Kegiatan industri 1. Kegiatan yang
memiliki daya dukung kecamatan: 1. Hunian skala kecil dan mengganggu TES,
lingkungan sedang dan Mungkid, Muntilan, 2. Pemerintahan menengah TEA dan jalur
intensitas pelayanan Salam, dan Sawangan, 3. Sosial budaya 2. Kegiatan budi daya evakuasi
4. Perdagangan pertanian dengan 2. Kegiatan yang
prasarana dan sarana (Kab.Magelang).
dan jasa skala tidak mengubah menggaggu fungsi
sedang. Selo, Cepogo, dan
kecil atau bentang alam, tidak pemantauan dan
Musuk (Kabupaten menengah mengganggu peringatan dini
Terdiri atas: Boyolali); 5. Pelestarian ekosistem alami, 3. Kegiatan
1. kawasan perumahan Kemalang, kekayaan budaya dan/atau tidak perdagangan dan
kepadatan sedang Manisrenggo, dan 6. Pemeliharaan, mengganggu fungsi jasa skala besar
2. kawasan Karangnongko, pelestarian, resapan air 4. Kegiatan industri
pemerintahan (Kab.Klaten); dan perlindungan skala besar dan/atau
kabupaten atau Tempel, Turi, Pakem, resapan air intensitas tinggi
kecamatan; Cangkringan, dan 7. Evakuasi
3. kawasan Ngemplak bencana
8. Pemantauan &
perdagangan dan jasa (Kab.Sleman).
peringatan dini
skala kecil atau
bencana
menengah; dan
4. kawasan pelayanan Intensitas Pemanfaatan Ruang :
sosial dan pelayanan 1. Pengembangan permukiman dengan rasio lahan terbangun rendah
umum. 2. Pengembangan permukiman perkotaan dibatasi dengan ketentuan KDB,
KLB, KDH, GSB sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan berbasis mitigasi
bencana
Penyediaan Sarana Prasarana Minimum :
1. RTH minimum 30% dari luas kawasan
2. Prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan umum, dan kegiatan
informal
3. Kolam penampungan air hujan yang merata
4. Tempat parkir, persampahan, prasarana limbah
27 5. Lokasi dan Jalur evakuasi yg dilengkapi rambu evakuasi
KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN (B2)
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Berupa kawasan Sebagian wilayah: Kegiatan : 1. kegiatan industri skala 1. Kegiatan yang
memiliki daya dukung 1. Hunian kecil dan menengah, mengganggu TES,
lingkungan rendah dan Dukun, Mungkid, 2. Pemerintahan pendukung TEA dan jalur
intensitas pelayanan Muntilan, Ngluwar, 3. Sosial budaya pertanian/perkebunan/ evakuasi
4. Perdagangan dan industri rumah tangga 2. Kegiatan yang
prasarana dan sarana Salam, Sawangan,
jasa skala kecil atau (tidak mencemari mengganggu
rendah dan sedang dan Srumbung, (Kab.
menengah lingkungan) fungsi
Magelang); 5. Pelestarian kekayaan 2. Kegiatan budi daya pemantauan dan
Terdiri atas: budaya pertanian peringatan dini
1. Kawasan perumahan Cepogo, Musuk, dan 6. Pemeliharaan, 3. Kegiatan budi daya bencana
kepadatan rendah Selo, pelestarian, peternakan dan/atau 3. Kegiatan
dan sedang; dan (Kab. Boyolali); perlindungan kawasan perikanan perdagangan dan
2. Kawasan budi daya resapan air jasa skala besar
pertanian. Kemalang, 7. Evakuasi bencana 4. Kegiatan industir
Manisrenggo, dan 8. Pemantauan dan skala besar dan
Karangnongko, peringatan dini intensitas tinggi
bencana.
(Kab. Klaten);
dan Intensitas Pemanfaatan Ruang :
1. Pengembangan permukiman dengan dengan rasio lahan terbangun rendah
Cangkringan, 2. Perkembangan permukiman perkotaan tetap dibatasi dengan ketentuan KDB,
Ngemplak, Pakem, KLB, KDH, GSB terhadap jalan sesuai ketentuan peraturan perundang-
Tempel, dan Turi, undangan
3. Penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan berbasis mitigasi
(Kab. Sleman).
bencana
PenyediaanSarana Prasarana Minimum :
1. RTH minimum 30% dari luas kawasan
2. Prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan umum, dan kegiatan informal
3. Kolam penampungan air hujan yang merata
4. Tempat parkir, prasarana persampahan dan pengolahan air limbah untuk
kepentingan umum
28 5. Lokasi dan Jalur evakuasi yg dilengkapi rambu evakuasi
KAWASAN BUDI DAYA HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN(B3)
29
KAWASAN KAWASAN BUDI DAYA TANAMAN PANGAN(B4)
30
KAWASAN HUTAN RAKYAT(B5)
32
Contoh Kasus I
Permohonan Petunjuk Penafsiran Perpres 70 Tahun 2014 dari Sdr Trihono
Imam Santoso (Kab Magelang, Prov Jawa Tengah)
Lokasi
• Lokasi yang dimintakan ijin berada di zona L4 yang ditetapkan untuk memberikan
perlindungan Kawasan Rawan Bencana, meningkatkan konservasi sumber daya air, dan
terdapat kantung (enclave) permukiman dengan konsep kehidupan harmonis
berdampingan dengan Bencana Alam Geologi dan tidak melakukan pembangunan fisik
baru.
• Lokasi penambangan pasir dan batu yang diajukan tidak sesuai dengan arahan rencana
tata ruang sebagaimana diatur dalam Perpres Nomor 70 Tahun 2014
34
Contoh Kasus II
Permohonan Arahan Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Atas Ijin Penambangan
di TN Gunung Merapi dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa
Tengah
Lokasi 2
Sdr. Nanang Giyanto
Lokasi 1
Sdr. Supriyanto
Taman
Nasional
Analisis:
Lokasi di
Sungai
Senowo
Pertambangan
di sempadan
sungai
(daratan)
Lokasi 2
Sdr. Supriyanto
Taman
Nasional
Analisis:
Lokasi di
Sungai Pabelan
Pertambangan
di palung
sungai
Rekomendasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Terhadap Permohonan Arahan Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Atas Ijin
Penambangan di TN Gunung Merapi dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Provinsi Jawa Tengah
2 lokasi yang dimintakan ijin berada di zona L3, merupakan kawasan yang berpotensi
terkena aliran lahar dan banjir
Zona L3 diperbolehkan kegiatan pertambangan pasir dan batu dengan tidak mengganggu
fungsi kawasan dan kualitas lingkungan, tidak merusak fungsi dan kualitas sungai, tidak
mengganggu prasarana sumber daya air, jalan dan jembatan, serta mematuhi Peringatan
Dini Bencana Alam Geologi
Permohonan perijinan penambangan pasir batu di 2 lokasi ini diperbolehkan dengan
syarat tersebut di atas
Perlu koordinasi antara Pemprov Jawa Tengah, PemKab Magelang, dan BBWS serta
instansi terkait lainnya dalam menentukan besaran dan batas sempadan sungai terutama
di 2 lokasi tersebut
38
Contoh Kasus III
Permohonan Penjelasan terkait Arahan Pemanfaatan Ruang dari Bupati
Magelang
Lokasi 1
CV. Barokah Merapi
Lokasi 2
LPSPD Bumi Lestari
Permintaan penjelasan kembali terkait penerbitan rekomendasi lingkungan dari kepala badan
lingk hidup provinsi Jawa Tengah kepada LPSPD Bumi Lestari dan CV Barokah Merapi
39
Lokasi 1
CV. Barokah Merapi
Taman
Nasional
Analisis :
Lokasi di Sungai
Senowo
Pertambangan di
palung sungai
Jarak terdekat
dengan TNGM
±20m
LOKASI 1
CV. Barokah Merapi
41
Analisis:
Lokasi di
Sungai Bebeng Taman
Pertambangan Nasional
di palung
sungai
Jarak terdekat
dengan TNGM
±300m
Lokasi 2
LPSPD Bumi Lestari
LOKASI 2
LPSPD Bumi Lestari
43
Rekomendasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Terhadap Permohonan Penjelasan terkait Arahan Pemanfaatan Ruang dari
Bupati Magelang
Berdasarkan penelaahan dan pengecekan peta, lokasi pengajuan ijin oleh CV Barokah
dan LPSPD Bumi Lestari adalah sbb:
Lokasi penambangan pasir batu oleh CV Barokah Merapi berada pada aliran Kali
Senowo dan Zona L4.
Lokasi penambangan pasir batu oleh LPSPD Bumi Lestari berada pada aliran Kali
Bebeng dan Zona L4
• Arahan pemanfaatan ruang untuk kegiatan penambangan pasir batu oleh CV Barokah
Merapi dan LPSPD Bumi Lestarisebagai berikut:
Diperbolehkan kegiatan penambangan pasir batu yang berada pada aliran Kali
Senowo dan Kali Bebengdengan syarat sebagaimana arahan peraturan zonasi untuk
Zona L3 dan diijinkan hanya pada area badan air saja dengan memperhatikan
persyaratan teknis dari Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak.
Tidak diberikan ijin untuk kegiatan penambangan pasir batu yang berada di Zona
L4.
44
Regulasi terkait Pertambangan Batuan
45
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam atau batuan:
1. Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari gubernur dari bupati/walikota;
2. Gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati/walikota.
Gubernur atau bupati/walikota memberikan rekomendasi dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
hari kerja sejak diterimanya permintaan rekomendasi.
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28 Tahun 2015 tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Danau
• Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 31 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pertambangan
Mineral dan Batubara di Provinsi Jawa Tengah
• Keputusan Direktur Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Nomor 079.K/42.04/Djg/2003
Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Penambangan Bahan Galian Golongan C di Daerah Rawan
Bencana Gunung Merapi
Direktorat Pemanfaatan Ruang
Direktorat Jenderal Tata Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN
49
Ketentuan Peralihan Perpres No. 70 Tahun 2014
Pasal 84
1. Izin pemanfaatan ruang pada masing-masing daerah yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Perpres ini, tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya.
2. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Perpres ini:
a. Untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin terkait disesuaikan dengan fungsi
kawasan dalam RTR yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Perpres ini
b. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin
terkait habis masa berlakunya dan dilakukan dengan menerapkan rekayasa teknis sesuai
denfan fungsi kawasan dalam RTR dan PZ yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan Perpres ini
c. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dan tidak memungkinkan untuk
menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam RTR dan PZ yang
ditetapkan oleh Pemda berdasarkan Perpres ini, atas izin yang telah diterbitkan dapat
dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin dapat
diberikan penggantian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
3. Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Perpres ini dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan dalam RTR dan PZ yang ditetapkan oleh Pemda berdasarkan
Perpres ini