Anda di halaman 1dari 50

Oleh:

Reny Windyawati, ST, MSc

DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG


KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN
PERTANAHAN NASIONAL
LANDASAN HUKUM
RTR KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 1 poin (17)


Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan,
termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Kawasan TN Gunung Merapi merupakan KSN dari kepentingan lingkungan hidup


(PP 26 /2008 pasal 80)
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah;
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna;
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. rawan bencana alam nasional; atau
g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak
luas
2 terhadap kelangsungan kehidupan.
2
LATAR BELAKANG

RTR Kawasan
TN Gunung
PP. No 26/2008 Terjadinya
Telah disepakati Merapi
menetapkan bencana letusan
Peta Area diperlukan untuk
Kawasan TN Gunung Merapi
Terdampak menjadi acuan
Gunung Merapi menjadikan
yang akan tindakan mitigasi
sebagai KSN penanganan
menjadi dasar bencana dan
berdasarkan terhadap
penanganan payung hukum
kepentingan daya kawasan ini
rehab-rekon proses
dukung semakin
basca bencana. rehabilitasi -
lingkungan hidup mendesak
rekonstruksi
pasca bencana

3
PETA AREA TERDAMPAK ERUPSI DAN LAHAR DINGIN GUNUNG
MERAPI

Taman Nasional

KRB-3 ATL-1

KRB-2
ATL-2

KRB-1
PENETAPAN AREA TERDAMPAK ERUPSI DAN
LAHAR DINGIN GUNUNG MERAPI
NO Notasi WILAYAH KETERANGAN
TN Gunung
1 Taman Nasional
Merapi
2 Area 1. Kawasan lindung, yang terdiri dari :  Masa transisi, diusulkan maksimum 3 th
Terdampak a. Hutan lindung;  Selama masa transisi perizinan
Langsung – 1 b. Kawasan resapan air, pemanfaatan ruang bersifat sementara
(ATL – 1) c. Kawasan rawan bencana geologi.  Izin bukan untuk hunian
2. Dibebaskan dari permukiman

3 Area 1. Peruntukan ruang memperhatikan  Terdapat Early Warning System, dan


Terdampak fungsi lindung sarana/prasarana penanggulangan
Langsung – 2 2. Enclave permukiman yang ada : bencana
(ATL – 2) living in harmony with disaster, zero  Mendelineasi enclave permukiman yang
growth ada dan disusun peraturan zonasinya
4. Kawasan 1. Hutan lindung / pengembangan Taman Nasional;
Rawan 2. Enclave permukiman yang ada : living in harmony with disaster, zero growth
Bencana III
(KRB III)
5. Kawasan 1. Peruntukan ruang sesuai dengan RTRW / RRTR, sebagai kawasan
Rawan pengendalian tinggi (high control);
Bencana II 2. Permukiman perdesaan, perumahan berkepadatan (KDB dan KLB) rendah
(KRB II)
6. Kawasan 1. Lebar sempadan sungai ditetapkan oleh pemerintah daerah, dengan
Rawan mempertimbangkan karakteristik sungai dan peraturan perundang-undangan;
Bencana I 2. Peruntukan ruang yang dapat meminimalisir konsentrasi penduduk
(KRB I)
5
Rencana Tata Ruang
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

6
DELINEASI WILAYAH
Dasar Delineasi :
• Peta Area Terdampak Erupsi dan Lahar Dingin Gunung Merapi
(tanda tangan 5 Menteri dan 2 Gubernur)
Luas Wilayah : 78.164 Ha
• Batas Kecamatan yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi Kab. Magelang
1. Kec. Sawangan
Peta Area Terdampak Erupsi 2. Kec. Dukun
dan Lahar Dingin Gunung Merapi 3. Kec. Srumbung
4. Kec. Mungkid
5. Kec. Muntilan
6. Kec. Salam
7. Kec. Ngluwar

Kab. Boyolali
Kab. Sleman
Kab. Magelang 1. Kec. Tempel
2. Kec. Turi
3. Kec. Pakem
4. Kec. Cangkringan
5. Kec. Ngemplak

Kab. Boyolali
1. Kec. Selo
Kab. Sleman Kab. Klaten
2. Kec. Cepogo
3. Kec. Musuk

Kab. Klaten
Peta Delineasi RTR 1. Kec. Kemalang
Kawasan TN Gunung Merapi 2. Kec. Manisrenggo
7 3. Kec. Karangnongko
KONSEPSI
ISU STRATEGIS
PENATAAN RUANG KAWASAN

 Terdapat potensi keanekaragaman  Melindungi kawasan Gunung Merapi


ISU KONSEPSI
hayati dan sosial budaya sebagai potensi keanekaragaman hayati
masyarakat yang perlu dilindungi dan kearifan lokal
dan dikembangkan
 Terjadi kerusakan ekosistem,  Menjaga harmonisasi kehidupan antar
masyarakat, serta masyarakat dengan
sarana prasarana serta kehidupan
lingkungan.
sosial budaya ekonomi masyarakat
lokal akibat letusan Gn. Merapi
 Mempertimbangkan Kawasan Gunung
 Kondisi sarana prasarana yang Merapi sebagai daerah rawan bencana.
tidak dapat mengakomodasi
keperluan evakuasi bencana akibat  Membebaskan area terdampak langsung
kondisi topografi yang sulit dalam KRB dari permukiman

 Terdapat kepentingan masyarakat  Mempertimbangkan kontinuitas dan


setempat untuk bermukim dan peningkatan produktivitas kegiatan
sosial-ekonomi masyarakat.
beraktivitas di kawasan rawan
bencana.  Menerapkan konsep “living in harmony with
disaster” diterapkan pada kawasan yang
8 relatif cukup aman bagi keselamatan
8 masyarakat.
MUATAN RTR RAPERPRES KAWASAN TAMAN
NASIONAL GUNUNG MERAPI

TUJUAN

KEBIJAKAN

STRATEGI

RENCANA STRUKTUR RENCANA


RUANG POLA RUANG

ARAHAN PEMANFAATAN
RUANG
PERAN
MASYARAKAT
ARAHAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG PENGELOLAAN
KAWASAN

9
BAB I  KETENTUAN UMUM

TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI


OUTLINE PERPRES RTR KAWASAN pengertian, ruang lingkup pengaturan
BAB II  PERAN DAN FUNGSI SERTA CAKUPAN KAWASAN
peran, fungsi, dan cakupan kawasan
BAB III  TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
tujuan, kebijakan, dan strategi
BAB IV  RENCANA STRUKTUR RUANG
sistem evakuasi bencana dan sistem jaringan prasarana
BAB V  RENCANA POLA RUANG
kawasan lindung dan kawasan budi daya
BAB VI  ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
indikasi program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang
BAB VII  ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan
arahan sanksi
BAB VIII  PENGELOLAAN KAWASAN
pengaturan pengelolaan dan kelembagaan Kawasan TN Gunung Merapi
BAB IX  PERAN MASYARAKAT
pengaturan peran masyarakat dalam penataan ruang Kawasan TN Gunung
Merapi
BAB X  KETENTUAN PERALIHAN
ketentuan penyesuaian perizinan yang telah diterbitkan terhadap Perpres RTR
Kawasan TN Gunung Merapi
BAB XI  KETENTUAN PENUTUP
ketentuan masa berlaku dan peninjauan kembali Perpres RTR Kawasan TN
Gunung Merapi
PERAN DAN FUNGSI
Sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan alat
Peran koordinasi pelaksanaan pembangunan
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

a) Pedoman penyusunan rencana pembangunan Kawasan TN Gunung Merapi;


b) Pedoman pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan
TN Gunung Merapi;
c) Pedoman perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah kabupaten, serta keserasian antarsektor di
Kawasan TN Gunung Merapi;
d) Pedoman Penataan Ruang wilayah provinsi dan kabupaten di Kawasan TN
Fungsi Gunung Merapi
e) Pedoman pengelolaan Kawasan TN Gunung Merapi berbasis kelestarian
lingkungan dan mitigasi bencana;
f) Pedoman penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi
Kawasan TN Gunung Merapi;
g) Pedoman perwujudan keterpaduan penanganan bencana pasca erupsi Kawasan
TN Gunung Merapi; dan
h) Pedoman perwujudan keterpaduan rencana pengembangan kawasan di luar
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dengan Kawasan TN Gunung Merapi.

11
Tujuan Kebijakan Strategi
1 1) Meningkatkan fungsi konservasi TN untuk keberlanjutan
ekosistem dan keanekaragaman hayati beserta habitatnya
Pelestarian 2) Meningkatkan konservasi sumber daya air di Kawasan Sekitar
TN Gunung Merapi
Mewujudkan lingkungan
3) Merehabilitasi dan merevitalisasi TN Gunung Merapi yang
tata ruang Kawasan mengalami kerusakan
Kawasan TN TN 4) Mencegah dan membatasi kegiatan pemanfaatan ruang yang
Gunung Merapi Gunung berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan
Merapi 5) Mengendalikan dan membatasi intensitas kawasan terbangun
yang berkualitas 6) Mengembangkan kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung
dalam rangka fungsi lindung
menjamin
kelestarian 1) Meningkatkan fungsi TN Gunung Merapi yang berbasis mitigasi
lingkungan dan 2 bencana;
kesejahteraan Pengembang 2) Meningkatkan fungsi kawasan lindung dan mengembangkan
masyarakat an Kawasan
kawasan budi daya berbasis mitigasi bencana;
Kawasan TN 3) Mengembangkan sistem evakuasi bencana yang terintegrasi
TN Gunung dengan sistem pusat permukiman dan jaringan prasarana
Gunung Merapi Merapi 4) Menyesuaikan pemanfaatan ruang pada Kawasan Rawan Bencana
yang berbasis Berbasis Alam Geologi yang terdampak langsung;
mitigasi bencana Mitigasi 5) Melakukan pengendalian yang tinggi pada kawasan rawan
bencana geologi yang terdapat kantung permukiman
Bencana 6) Meningkatkan peran masyarakat dalam pelaksanaan dan
pengembangan sistem evakuasi bencana
7) Mengembangkan kelembagaan antarsektor dan antardaerah
12
12
RENCANA STRUKTUR RUANG

Rencana Sistem Pusat Permukiman :


diatur dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten beserta
rencana rincinya di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

Rencana Sistem Jaringan Prasarana:


1. Sistem jaringan prasarana utama :
Sistem Evakuasi Bencana, yang terdiri atas:
1. Tempat Evakuasi Sementara (TES);
2. Tempat Evakuasi Akhir (TEA); dan
3. Jalur Evakuasi

II. Sistem jaringan prasarana lainnya, terdiri atas :


1. Sistem jaringan transportasi,
2. Sistem jaringan energi,
3. Sistem jaringan telekomunikasi,
4. Sistem jaringan sumber daya air, dan
5. Sistem jaringan pemantauan dan peringatan dini bencana
13
RENCANA
STRUKTUR RUANG

14
SISTEM EVAKUASI BENCANA
STRUKTUR RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI

Kriteria Lokasi Boleh Beryarat Tidak Boleh


Tempat Evakuasi Sementara (TES) Kegiatan evakuasi Kegiatan Kegiatan yang
bencana dan selain yang mengganggu
1. Mudah diakses Ditetapkan oleh Pemerintah kegiatan lain yang diperboleh kelancaran evakuasi
2. Berada di lokasi yang aman Daerah sesuai fungsi ruang kan yang bencana serta fungsi
3. Tersedia prasarana dan sarana yg digunakan tidak TES/TEA seperti
yang memadai sebagai TES dan menggang menghalangi akses
4. Tersedia alat komunikasi TEA gu ke TES/TEA,
5. Tersedia rambu evakuasi kelancaran mengurangi luasan
evakuasi dan merusak
Tempat Evakuasi Akhir (TEA) bencana prsarana dan sarana
1. Berada diluar kawasan rawan Terdapat di 13 Kecamatan : serta fungsi TES/TEA
bencana di Kws TN Gunung Sawangan, Srumbung, Dukun TES/TEA
Merapi Muntilan, Mungkid, Ngluwar, Prasarana dan sarana minimum:
2. Mudah diakses Salam (Kab. Magelang) • Ruang terbuka, alat penerangan, alat komunikasi, rambu
3. Berada di lokasi yang aman Karangnongko (Kab. Klaten), evakuasi
4. Tersedia prasarana dan sarana Turi, Cangkringan, Pakem, • Untuk TEA harus ada air bersih, listrik, ruang
yang memadai Ngemplak, Tempel hunian/ruang tidur, ruang medis, dapur umum, ruang
5. Tersedia ruang terbuka (dapat (Kab. Sleman) dengan jumlah 15 logistik, dan MCK
berfungsi untuk ruang parkir dan TEA.
ruang pendaratan helikopter)
6. Tersedia prasarana dan sarana
komunikasi
7. tersedia rambu evakuasi
Jalur Evakuasi Kegiatan yang Kegiatan selain Kegiatan yang
sesuai dengan yang diperboleh mengganggu
1. Merupakan jalan dengan Dari lokasi TES yang melayani peraturan kan yang tidak kelancara evakuasi
perkerasan seluruh desa yang terdapat di perundang- menggang seperti menutup jalur
2. Tersedia marka jalan dan rambu dalam delineasi wilayah menuju undangan gu kelancaran evakuasi, parkir di
evakuasi. TEA yang berada di dalam tentang jalan evakuasi badan jalan, dan
maupun di luar delineasi wilayah. bencana merusak rambu

Prasarana dan sarana minimum:


15 Penerangan jalan, marka jalan dan rambu evakuasi.
SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI
STRUKTUR RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Jaringan Jalan
Kolektor Kegiatan kegiatan selain kegiatan yang Kegiatan yang
sesuai dengan diperbolehkan seperti keg. mengakibat
A. Kabupaten Magelang: peraturan pembangunan kelengkapan kan terganggu
1. Menghubungkan Kec. Mungkid dan Sawangan perundang- jalan, penanaman pohon, nya kelancaran
2. Menghubungkan Kec.Mungkid, Muntilan dan Ngluwar undangan papan reklame, pembangunan lalu lintas dan
3. Menghubungkan Kec. Dukun dan Muntilan tentang fasilitas pendukung lain yang keselamatan
4. Menghubungkan Kec. Srumbung, Salam dan Ngluwar Rumija, tidak mengganggu kelancaran pengguna jln
B. Kabupaten Sleman: Rumaja dan lalu lintas dan pengguna jalan
1. Menghubungkan Kec. Tempel, Turi, Pakem, Cangkringan, Ruwasja
dan Ngemplak
2. Menghubungkan Kec. Pakem dan Ngemplak Ketentuan lain:
C. Kabupaten Klaten: • Pemanfaatan ruwasja dgn KDH min. 30%
Menghubungkan Kec. Manisrenggo, Kemalang dan • Pemanfaatan sisi jalan bebas hambatan untuk ruang terbuka
Karangnongko harus bebas pandang bagi pengemudi dan memiliki pengamanan
D. Kabupaten Boyolali: fungsi jalan.
Menghubungkan Kec. Selo dan Cepogo • Pengembangan jalan dilakukan dengan menerapkan teknologi
yang memperhatikan kerawanan Bencana Alam Geologi
Arteri • Pengembangan jalan dengan mempertimbangkan
Jalan yg menghubungkan Kab.Magelang-Kab.Sleman terakomodasinya jalur evakuasi

Bebas Hambatan
A. jalan Yogyakarta - Bawen
B. jalan Solo-Yogyakarta.
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
 Berupa terminal penumpang: kegiatan Kegiatan yang tidak Kegiatan yg
berada di kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang penunjang mengganggu mengganggu
operasional keamanan lalu lintas keamanan serta fungsi
kawasan dan fungsi kws sekitar kawasan di sekitar
terminal terminal terminal
Ketentuan lain :
16  KDH terminal minimal 30%
SISTEM JARINGAN ENERGI
STRUKTUR RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh

SUTT kegiatan kegiatan selain Kegiatan


Melintasi : pembangun kegiatan yang yang
A. Kec. Cepogo dan Musuk (Kab.Boyolali) an diperbolehkan, menimbulka
B. Kec. Karangnongko dan Manisrenggo (Kab. prasarana meliputi n bahaya
Klaten) jaringan penghijauan, kebakaran,
C. Kec. Turi, Tempel, Ngemplak (Kab. Sleman) transmisi pertanian, serta
tenaga perparkiran, menggangg
listrik dan pemakaman u fungsi
kegiatan dan kegiatan sistem
SUTET prasarana lain yang tidak jaringan
Melintasi Kec. Musuk dan Cepogo (Kab. Boyolali) penunjang menimbulkan transmisi
transmisi bahaya tenaga listrik
tenaga kebakaran; &
listrik tidak
mengganggu
fungsi jaringan
transmisi
tenaga listrik

17
SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI
STRUKTUR RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Jaringan Teresterial Kegiatan Kegiatan selain Kegiatan yang
penunjang kegiatan yang mengganggu fungsi
• Ditetapkan sesuai dengan ketentuan operasional diperbolehkan sistem jaringan
peraturan perundang-undangan sistem jaringan yang aman dan telekomunikasi
telekomunikasi tidak
mengganggu
fungsi sistem
jaringan
 Jaringan Satelit: telekomunikasi
meliputi satelit dan transponden
• Diselenggarakan melalui pelayanan
stasiun bumi
• Ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
 Jaringan Bergerak Seluler berupa
menara Based Transceiver Station
(BTS)
• Ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

18
SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR
STRUKTUR RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Sumber Air Kegiatan Kegiatan yang Kegiatan yang
pembangunan tidak mengganggu
 Air Permukaan pada Sungai
prasarana mengganggu fungsi sungai
Terdapat di 12 Sungai : sumber air dan fungsi sungai dan CAT
Kali Apu;Trising;Senowo;Duren; penunjang dan CAT sebagai
Pabelan;Lamat;Blongkeng; sumber air, sebagai sumber sumber air
Putih;Batang;Krasak; Boyong, Kuning, Opak, Gendol, kegiatan air; fungsi serta jaringan
Gandul; dan Woro penanaman jaringan irigasi; irigasi, sistem
 Air Tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT) vegetasi, dan fungsi pengendalian
pengamanan sistem banjir, dan
CAT Magelang-Temanggung; aliran sungai, pengendalian prasarana
CAT Karanganyar-Boyolali; dan pembangunan banjir sumber daya
CAT Yogyakarta-Sleman. jaringan irigasi, air lainnya
Prasarana Sumber Daya Air dan
pengamanan
 Sistem Jaringan Irigasi
limpasan banjir
Melayani daerah-daerah irigasi di seluruh kecamatan lahar
dalam wilayah perencanaan
 Sistem Pengendalian Banjir (Bangunan Sabo) Ketentuan lainnya :
Batas-batas pemanfaatan ruang di sekitar jaringan
Terdapat di 16 sungai yang rawan banjir lahar :
sumber daya air ditetapkan sesuai peraturan
Kali Apu; Trising; Senowo; Pabelan; Lamat;
perundang-undangan
Blongkeng; Putih; Batang; Bebeng; Krasak; Boyong;
Kuning; Opak; Gendol; Woro; dan Gandul
19
SISTEM JARINGAN PEMANTAUAN DAN PERINGATAN DINI

STRUKTUR RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI


Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Jaringan Pemantauan Bencana Kegiatan Kegiatan yang Kegiatan yang
- Berupa prasarana dan pembangunan tidak menghalangi
sarana pemantauan dan peningkatan mengganggu akses
aktivitas Gunung Merapi kualitas fungsi jaringan pemantauan dan
yang dikelola oleh intansi prasarana dan pemantauan komunikasi,
yang menyelenggarakan sarana dan peringatan merusak, dan
pemantauan aktivitas penunjang dini bencana mengganggu
Gunung Merapi. jaringan jaringan
pemantauan dan pemantauan dan
jaringan peringatan dini
peringatan dini bencana
bencana
Jaringan Peringatan Dini Bencana

- Berupa prasarana dan Ketentuan lain:


sarana peringatan dini  Batas-batas pemanfaatan ruang di sekitar jaringan
bencana seperti alat pemantauan dan peringatan dini bencana ditetapkan
komunikasi dan alat tanda sesuai peraturan perundang-undangan
bahaya dan/atau
prasarana dan sarana
peringatan dini lainnya
20
RENCANA POLA RUANG

KAWASAN LINDUNG :
1. Zona L1 : Kawasan Taman Nasional yang berada pada Kawasan Rawan
Bencana Alam Geologi
2. Zona L2 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdampak langsung
3. Zona L3 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang berada pada
Sempadan Sungai
4. Zona L4 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdapat kantung
(enclave) permukiman.

KAWASAN BUDI DAYA


1. Zona B1 : Kawasan permukiman perkotaan
2. Zona B2 : Kawasan permukiman perdesaan
3. Zona B3 : Kawasan b udi daya hortikultura dan perkebunan
4. Zona B4 : kawasan budi daya tanaman pangan
5. Zona B5 : Kawasan hutan rakyat

21
PETA RENCANA POLA RUANG

22
KAWASAN TAMAN NASIONAL (L1)
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Berupa Taman Nasional Berada di sebagian wilayah Arahan peraturan zonasi untuk Zona L1
Gunung Merapi yang kecamatan : diatur sesuai dengan peraturan
didalamnya terdapat zona-zona a. Dukun, dan Srumbung, (Kab perundang-undangan di bidang kehutanan
sebagaimana ditetapkan dalam Magelang);
ketentuan peraturan perundang- b. Cepogo, Musuk, dan Selo,
undangan bidang kehutanan (Kab. Boyolali);
c. Kemalang, Kab.Klaten; dan
d. Cangkringan, Pakem, dan Turi
(Kab. Sleman).

23
KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM GEOLOGI YANG
TERDAMPAK LANGSUNG (L2)
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Berupa kawasan yang Berada di 1. Kegiatan yang 1. Kegiatan budi 1. Kegiatan
berpotensi terkena sebagian menunjang fungsi daya hutan dan mengubah
kembali dampak wilayah: lindung L2 pertanian bentang alam
erupsi Gunung Merapi Kecamatan 2. Kegiatan dengan tidak 2. Kegiatan
berupa awan panas Kemalang pemeliharaan, mengubah mengganggu
dan material panas (Kab.Klaten) dan pelestarian, dan bentang alam, ekosistem alami
lainnya serta Kecamatan perlindungan tidak 3. Kegiatan
berdampak besar Cangkringan, kawasan resapan mengganggu mengurangi daya
pada manusia, (Kab.Sleman). air ekosistem alami serap tanah
permukiman, dan 3. Kegiatan evakuasi dan terhadap air
infrastruktur bencana memperhatikan 4. Kegiatan
4. kegiatan peringatan dini mengganggu
pemantauan dan 2. Kegiatan fungsi resapan air
peringatan dini penelitian dan 5. Kegiatan
bencana alam pengembangan permukiman
geologi. ilmu 6. Kegiatan
pengetahuan, menggaggu jalur
pendidikan, evakuasi
wisata alam dan 7. Kegiatan
wisata minat mengganggu
khusus peringatan dini
8. Kegiatan yang
menimbulkan
polusi

24
KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM GEOLOGI
YANG BERADA DI SEMPADAN SUNGAI (L3)
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Berupa kawasan yang Berada di 16 sempadan 1. Pembanguna 1. Kegiatan evakuasi 1. Kegiatan yang
berpotensi terkena sungai yaitu: n prasarana bencana dengan mengganggu fungsi
aliran lahar atau banjir, Kali Apu, Trising, dan sarana memperhatikan sempadan
serta dapat berpotensi Senowo, Pabelan; SDA, ancaman banjir 2. Kegiatan menggangu
terkena perluasan Lamat, Blongkeng, pengaman lahar dan dilengkapi jalur evakuasi
aliran sungai sarana peringatan 3. Kegiatan
awan panas dan Putih, Batang, Bebeng,
dan dini mengganggu
material panas lainnya Krasak, Boyong; pengaman 2. Kegiatan prasarana dan
Kuning, Opak, Gendol; limpasan pengelolaan dan sarana peringatan
Woro; dan Gandul banjir lahar pemanfaatan SDA dini
serta 3. Penambangan 4. Kegiatan mendirkan
bangunan pasir dan batu bangunan atau
pengambilan 4. Budi daya pertanian sarana permukiman
dan 5. Peringatan dini 5. Kegiatan yang
pembuangan 6. Penelitian dan menimbulkan polusi
air pengembangan ilmu
2. Kegiatan pengetahuan
pemantauan
dan Kegiatan tersebut
peringatan dengan
dini memperhatikan
3. Kegiatan peringatan dini
pembanguna bencana
n RTH dan
kegiatan lain
penunjang
fungsi lindung
L3
25
KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM GEOLOGI YANG
TERDAPAT KANTUNG (ENCLAVE) PERMUKIMAN (L4).
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
 Kawasan yang Berada di sebagian Kegiatan yang Kegiatan yang tidak Kegiatan yang
berpotensi terkena wilayah kecamatan : menunjang fungsi mengganggu fungsi mengganggu
kembali dampak Dukun, Sawangan, dan lindung Zona L4, Zona L4, dapat fungsi L4, berupa:
erupsi Gunung Srumbung, antara lain berupa: 1. mendirikan
Merapi berupa awan (Kab.Magelang); bangunan baru
kegiatan: 1. kegiatan
dan menambah
panas dan material Cepogo, Selo, dan 1. kegiatan yang permukiman bagi luas bangunan
panas lainnya yang Musuk, (Kab.Boyolali); menunjang penduduk asli yang ada;
berdampak kecil Kemalang, (Kab.Klaten); fungsi lindung dengan konsep 2. kegiatan yang
pada manusia, dan Cangkringan, L4; living in harmony mengurangi
permukiman dan Ngemplak, Pakem, dan 2. kegiatan with disaster; daya serap
infrastruktur; dan Turi (Kab.Sleman). pemeliharaan, 2. kegiatan budi daya tanah terhadap
 Terdapat kantung pelestarian, dan hutan dan air
(enclave) perlindungan pertanian dengan 3. kegiatan yg
permukiman dengan kawasan tidak mengubah mengganggu
konsep kehidupan resapan air; bentang alam, jalur evakuasi
harmonis 3. Kegiatan ekosistem alami, bencana; dan
berdampingan 4. kegiatan yang
evakuasi fungsi resapan air;
mengganggu
dengan bencana, bencana; 3. kegiatan budi daya prasarana dan
perumahan 4. kegiatan berupa penelitian sarana
kepadatan sangat pemantauan dan dan pemantauan
rendah, dan tidak peringatan dini pengembangan peringatan dini
melakukan bencana. ilmu pengetahuan, bencana.
pembangunan fisik pendidikan, dan 5. Kegiatan yang
baru. wisata alam. menimbulkan
polusi
26
KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN (B1)
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Berupa kawasan yang Sebagian wilayah Kegiatan : 1. Kegiatan industri 1. Kegiatan yang
memiliki daya dukung kecamatan: 1. Hunian skala kecil dan mengganggu TES,
lingkungan sedang dan Mungkid, Muntilan, 2. Pemerintahan menengah TEA dan jalur
intensitas pelayanan Salam, dan Sawangan, 3. Sosial budaya 2. Kegiatan budi daya evakuasi
4. Perdagangan pertanian dengan 2. Kegiatan yang
prasarana dan sarana (Kab.Magelang).
dan jasa skala tidak mengubah menggaggu fungsi
sedang. Selo, Cepogo, dan
kecil atau bentang alam, tidak pemantauan dan
Musuk (Kabupaten menengah mengganggu peringatan dini
Terdiri atas: Boyolali); 5. Pelestarian ekosistem alami, 3. Kegiatan
1. kawasan perumahan Kemalang, kekayaan budaya dan/atau tidak perdagangan dan
kepadatan sedang Manisrenggo, dan 6. Pemeliharaan, mengganggu fungsi jasa skala besar
2. kawasan Karangnongko, pelestarian, resapan air 4. Kegiatan industri
pemerintahan (Kab.Klaten); dan perlindungan skala besar dan/atau
kabupaten atau Tempel, Turi, Pakem, resapan air intensitas tinggi
kecamatan; Cangkringan, dan 7. Evakuasi
3. kawasan Ngemplak bencana
8. Pemantauan &
perdagangan dan jasa (Kab.Sleman).
peringatan dini
skala kecil atau
bencana
menengah; dan
4. kawasan pelayanan Intensitas Pemanfaatan Ruang :
sosial dan pelayanan 1. Pengembangan permukiman dengan rasio lahan terbangun rendah
umum. 2. Pengembangan permukiman perkotaan dibatasi dengan ketentuan KDB,
KLB, KDH, GSB sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan berbasis mitigasi
bencana
Penyediaan Sarana Prasarana Minimum :
1. RTH minimum 30% dari luas kawasan
2. Prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan umum, dan kegiatan
informal
3. Kolam penampungan air hujan yang merata
4. Tempat parkir, persampahan, prasarana limbah
27 5. Lokasi dan Jalur evakuasi yg dilengkapi rambu evakuasi
KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN (B2)
POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI
Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Berupa kawasan Sebagian wilayah: Kegiatan : 1. kegiatan industri skala 1. Kegiatan yang
memiliki daya dukung 1. Hunian kecil dan menengah, mengganggu TES,
lingkungan rendah dan Dukun, Mungkid, 2. Pemerintahan pendukung TEA dan jalur
intensitas pelayanan Muntilan, Ngluwar, 3. Sosial budaya pertanian/perkebunan/ evakuasi
4. Perdagangan dan industri rumah tangga 2. Kegiatan yang
prasarana dan sarana Salam, Sawangan,
jasa skala kecil atau (tidak mencemari mengganggu
rendah dan sedang dan Srumbung, (Kab.
menengah lingkungan) fungsi
Magelang); 5. Pelestarian kekayaan 2. Kegiatan budi daya pemantauan dan
Terdiri atas: budaya pertanian peringatan dini
1. Kawasan perumahan Cepogo, Musuk, dan 6. Pemeliharaan, 3. Kegiatan budi daya bencana
kepadatan rendah Selo, pelestarian, peternakan dan/atau 3. Kegiatan
dan sedang; dan (Kab. Boyolali); perlindungan kawasan perikanan perdagangan dan
2. Kawasan budi daya resapan air jasa skala besar
pertanian. Kemalang, 7. Evakuasi bencana 4. Kegiatan industir
Manisrenggo, dan 8. Pemantauan dan skala besar dan
Karangnongko, peringatan dini intensitas tinggi
bencana.
(Kab. Klaten);
dan Intensitas Pemanfaatan Ruang :
1. Pengembangan permukiman dengan dengan rasio lahan terbangun rendah
Cangkringan, 2. Perkembangan permukiman perkotaan tetap dibatasi dengan ketentuan KDB,
Ngemplak, Pakem, KLB, KDH, GSB terhadap jalan sesuai ketentuan peraturan perundang-
Tempel, dan Turi, undangan
3. Penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan berbasis mitigasi
(Kab. Sleman).
bencana
PenyediaanSarana Prasarana Minimum :
1. RTH minimum 30% dari luas kawasan
2. Prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan umum, dan kegiatan informal
3. Kolam penampungan air hujan yang merata
4. Tempat parkir, prasarana persampahan dan pengolahan air limbah untuk
kepentingan umum
28 5. Lokasi dan Jalur evakuasi yg dilengkapi rambu evakuasi
KAWASAN BUDI DAYA HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN(B3)

POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI


Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Kawasan yang Sebagian wilayah: Kegiatan : 1. kegiatan industri 1. budi daya lain yang
memiliki daya dukung 1. Budi daya pengolahan hasil budi mengurangi lahan
lingkungan rendah, Dukun, Mungkid, hortikultura daya hortikultura dan kawasan budi daya
memiliki kedalaman Muntilan, Ngluwar, dan perkebunan skala hortikultura dan
efektif lapisan tanah Salam, Sawangan, perkebunan kecil atau menengah; perkebunan;
atas >30cm, memiliki dan Srumbung, 2. Pemeliharaan, 2. kegiatan pendidikan, 2. kegiatan budi daya
kondisi, potensi (Kab.Magelang); pelestarian penelitian dan wisata; yang mengurangi
sumber daya alam, dan 3. Kegiatan hunian daya serap tanah
prasana dan sarana Cepogo, Musuk, perlindungan penunjang kegiatan terhadap air
untuk pengembangan dan Selo, kawasan budi daya hortikultura 3. kegiatan yang
resapan air dan perkebunan mengganggu TES,
budi daya hortikultura (Kab.Boyolali);
3. Pembangunan dengan intensitas TEA , dan jalur
dan perkebunan
sarana budi bangunan rendah evakuasi;
Kemalang,
daya 4. kegiatan budi daya 4. kegiatan yang
Manisrenggo, dan
hortikultura pertanian yang tidak mengganggu
Terdiri atas: Karangnongko, dan mengubah bentang prasarana dan
a. kawasan budi daya (Kab.Klaten); dan perkebunan alam, ekosistem alami, sarana pemantauan
hortikultura dan 4. Evakuasi resapan air dan peringatan dini
perkebunan; dan Ngemplak, Pakem, bencana 5. kegiatan budi daya bencana.
b. kawasan Tempel, Turi, dan 5. Pemantauan peternakan/perikanan
perumahan Cangkringan dan peringatan dengan intensitas
perdesaan (Kab.Sleman). dini bencana bangunan rendah;
kepadatan rendah.
PenyediaanSarana Prasarana Minimum :
Infrastruktur pendukung kegiatan budi daya hortikultura dan
perkebunan serta lokasi dan jalur evakuasi

29
KAWASAN KAWASAN BUDI DAYA TANAMAN PANGAN(B4)

POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI


Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Kawasan yang Sebagian wilayah: Kegiatan : 1. industri pengolahan 1. Budi daya lain yang
memiliki daya dukung 1. Budi daya hasil budi daya mengurangi luas
lingkungan rendah, Dukun, Mungkid, tanaman tanaman pangan lahan kawasan budi
curah hujan minimal Muntilan, Ngluwar, pangan skala kecil atau daya tanaman
1.500 mm/tahun, Sawangan, 2. Kegiatan menengah, pangan
kedalaman efektif Srumbung, dan pemeliharaan, 2. Pendidikan, 2. Kegiatan budi daya
lapisan tanah atas >30 Salam, pelestarian, penelitian dan wisata yang mengurangi
cm, tersedia jaringan (Kab.Magelang); perlindungan 3. Hunian penunjang daya serap tanah
irigasi, memiliki kondisi KRA budi daya tanaman terhadap air
potensi sda dan Selo, Cepogo, dan 3. Pembangunan pangan (intensitas 3. Kegiatan yang
prasarana budi bangunan rendah) mengganggu TES,
prasarana dan sarana Musuk,
daya tanaman 4. Budi daya pertanian TEA, jalur evakuasi;
untuk pengembangan (Kab.Boyolali);
pangan; yang tidak 4. Kegiatan yang
budi daya tanaman
4. Evakuasi mengubah bentang mengganggu
pangan Kecamatan
bencana; alam, ekosistem prasarana dan
Manisrenggo, 5. Pemantuan alami, fungsi resapan sarana pemantauan
Terdiri atas: Kemalang, dan dan peringatan air dan peringatan dini
a. kawasan budi daya Karangnongko, dini bencana 5. Budi daya bencana.
tanaman pangan (Kab.Klaten); peternakan/perikana
b. kawasan n dgn intensitas
perumahan Cangkringan, bangunan rendah
perdesaan Ngemplak, Tempel,
kepadatan rendah Turi, dan Pakem Penyediaan Sarana Prasarana Minimum :
Infrastruktur pendukung kegiatan budi daya tanaman pangan dan
(Kab. Sleman)
perkebunan serta lokasi dan jalur evakuasi

30
KAWASAN HUTAN RAKYAT(B5)

POLA RUANG ARAHAN PERATURAN ZONASI


Kriteria Lokasi Boleh Bersyarat Tidak Boleh
Kawasan dengan daya Sebagian wilayah: Kegiatan : 1. industri 1. Budi daya lain
dukung lingkungan 1. Budi daya pengolahan hasil yang mengurangi
rendah, memiliki Dukun, Muntilan, hutan rakyat hutan rakyat luas hutan rakyat
kesesuaian lahan Ngluwar, Srumbung, 2. Pemeliharaan, skala kecil atau 2. Kegiatan budi
sebagai pertanian Salam, Mungkid, pelestarian, menengah, daya yang
tanaman keras, dan Sawangan, perlindungan 2. Pendidikan, mengurangi daya
memiliki kondisi, (Kab.Magelang); kawasan penelitian dan serap tanah
potensi sumber daya resapan air wisata terhadap air
alam, serta prasaran Cepogo, Musuk, 3. Kegiatan 3. Hunian 3. Kegiatan yang
dan sarana untuk dan Selo, pembangunan penunjang budi mengganggu
prasarana dan daya hutan TES, TEA, dan
pengembangan hutan (Kab.Boyolali);
sarana budi rakyat dengan jalur evakuasi
rakyat
daya hutan intensitas 4. Kegiatan yang
Kemalang,
rakyat bangunan mengganggu
Terdiri atas: Manisrenggo, dan
4. Kegiatan sangat rendah prasaran dan
1. hutan rakyat; dan Karangnongko, evakuasi 4. Kegiatan budi sarana
2. kawasan (Kab.Klaten); dan bencana; daya pertanian pemantauan dan
perumahan 5. Kegiatan yang tidak peringatan dini
perdesaan Cangkringan, pemantauan mengubah bencana
kepadatan rendah Ngemplak, Pakem, dan peringatan bentang alam,
Tempel, dan Turi, dini bencana ekosistem alami,
(Kab.Sleman) fungsi resapan
air

PenyediaanSarana Prasarana Minimum :


Infrastruktur pendukung kegiatan budi daya hutan rakyat dan
31 perkebunan serta lokasi dan jalur evakuasi
Contoh Pemberian Rekomendasi

32
Contoh Kasus I
Permohonan Petunjuk Penafsiran Perpres 70 Tahun 2014 dari Sdr Trihono
Imam Santoso (Kab Magelang, Prov Jawa Tengah)

Lokasi

Permintaan rekomendasi teknis untuk pendukung proses


pengeluaran ijin lingkungan terkait rencana eksplorasi di
bidang pertambangan batuan (pasir) di Kabupaten
Magelang
33
Rekomendasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Terhadap Permohonan Petunjuk Penafsiran Perpres 70 Tahun 2014 dari
Sdr Trihono Imam Santoso (Kab Magelang, Prov Jawa Tengah)

• Lokasi yang dimintakan ijin berada di zona L4 yang ditetapkan untuk memberikan
perlindungan Kawasan Rawan Bencana, meningkatkan konservasi sumber daya air, dan
terdapat kantung (enclave) permukiman dengan konsep kehidupan harmonis
berdampingan dengan Bencana Alam Geologi dan tidak melakukan pembangunan fisik
baru.
• Lokasi penambangan pasir dan batu yang diajukan tidak sesuai dengan arahan rencana
tata ruang sebagaimana diatur dalam Perpres Nomor 70 Tahun 2014
34
Contoh Kasus II
Permohonan Arahan Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Atas Ijin Penambangan
di TN Gunung Merapi dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa
Tengah
Lokasi 2
Sdr. Nanang Giyanto

Lokasi 1
Sdr. Supriyanto

Permintaan rekomendasi teknis terkait permohonan perijinan penambangan pasir batu di 2


(dua) lokasi dari Sdr Nanang Giyanto dan Sdr Supriyanto
35
Lokasi 1
Sdr. Nanang Giyanto

Taman
Nasional

Analisis:
 Lokasi di
Sungai
Senowo
 Pertambangan
di sempadan
sungai
(daratan)
Lokasi 2
Sdr. Supriyanto

Taman
Nasional

Analisis:
 Lokasi di
Sungai Pabelan
 Pertambangan
di palung
sungai
Rekomendasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Terhadap Permohonan Arahan Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Atas Ijin
Penambangan di TN Gunung Merapi dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Provinsi Jawa Tengah

 2 lokasi yang dimintakan ijin berada di zona L3, merupakan kawasan yang berpotensi
terkena aliran lahar dan banjir
 Zona L3 diperbolehkan kegiatan pertambangan pasir dan batu dengan tidak mengganggu
fungsi kawasan dan kualitas lingkungan, tidak merusak fungsi dan kualitas sungai, tidak
mengganggu prasarana sumber daya air, jalan dan jembatan, serta mematuhi Peringatan
Dini Bencana Alam Geologi
 Permohonan perijinan penambangan pasir batu di 2 lokasi ini diperbolehkan dengan
syarat tersebut di atas
 Perlu koordinasi antara Pemprov Jawa Tengah, PemKab Magelang, dan BBWS serta
instansi terkait lainnya dalam menentukan besaran dan batas sempadan sungai terutama
di 2 lokasi tersebut
38
Contoh Kasus III
Permohonan Penjelasan terkait Arahan Pemanfaatan Ruang dari Bupati
Magelang
Lokasi 1
CV. Barokah Merapi

Lokasi 2
LPSPD Bumi Lestari

Permintaan penjelasan kembali terkait penerbitan rekomendasi lingkungan dari kepala badan
lingk hidup provinsi Jawa Tengah kepada LPSPD Bumi Lestari dan CV Barokah Merapi
39
Lokasi 1
CV. Barokah Merapi
Taman
Nasional

Analisis :
 Lokasi di Sungai
Senowo
 Pertambangan di
palung sungai
 Jarak terdekat
dengan TNGM
±20m
LOKASI 1
CV. Barokah Merapi

41
Analisis:
 Lokasi di
Sungai Bebeng Taman
 Pertambangan Nasional

di palung
sungai
 Jarak terdekat
dengan TNGM
±300m

Lokasi 2
LPSPD Bumi Lestari
LOKASI 2
LPSPD Bumi Lestari

43
Rekomendasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Terhadap Permohonan Penjelasan terkait Arahan Pemanfaatan Ruang dari
Bupati Magelang

 Berdasarkan penelaahan dan pengecekan peta, lokasi pengajuan ijin oleh CV Barokah
dan LPSPD Bumi Lestari adalah sbb:
 Lokasi penambangan pasir batu oleh CV Barokah Merapi berada pada aliran Kali
Senowo dan Zona L4.
 Lokasi penambangan pasir batu oleh LPSPD Bumi Lestari berada pada aliran Kali
Bebeng dan Zona L4
• Arahan pemanfaatan ruang untuk kegiatan penambangan pasir batu oleh CV Barokah
Merapi dan LPSPD Bumi Lestarisebagai berikut:
 Diperbolehkan kegiatan penambangan pasir batu yang berada pada aliran Kali
Senowo dan Kali Bebengdengan syarat sebagaimana arahan peraturan zonasi untuk
Zona L3 dan diijinkan hanya pada area badan air saja dengan memperhatikan
persyaratan teknis dari Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak.
 Tidak diberikan ijin untuk kegiatan penambangan pasir batu yang berada di Zona
L4.
44
Regulasi terkait Pertambangan Batuan

45
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam atau batuan:
1. Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari gubernur dari bupati/walikota;
2. Gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati/walikota.
Gubernur atau bupati/walikota memberikan rekomendasi dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
hari kerja sejak diterimanya permintaan rekomendasi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai


Pasal 21
1. Perlindungan palung sungai dilakukan dengan menjaga dimensi palung sungai.
2. Menjaga dimensi palung sungai dilakukan melalui pengaturan pengambilan komoditas tambang di
sungai.
3. Pengambilan komoditas tambang di sungai hanya dapat dilakukan pada sungai yang mengalami
kenaikan dasar sungai.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Mengatur pelimpahan kewenangan pengelolaan tambang galian c dari pemerintah Kabupaten/Kota
ke Pemerintah Provinsi.
Kewenangan Daerah Provinsi dalam Urusan Minerba salah satunya adalah:
• Penetapan wilayah izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan dalam 1 (satu)
Daerah provinsi dan wilayah laut sampai dengan 12 mil.
• Penerbitan izin usaha pertambangan mineral logam dan batubara dalam rangka penanaman
modal dalam negeri pada wilayah izin usaha pertambangan Daerah yang berada dalam 1 (satu )
Daerah provinsi termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut.
• Penerbitan izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan dalam rangka penanaman
modal dalam negeri pada wilayah izin usaha pertambangan yang berada dalam 1 (satu ) Daerah
provinsi termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut.
• Penerbitan izin pertambangan rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan
logam dan batuan dalam wilayah pertambangan rakyat.
• Penerbitan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian
dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang komoditas tambangnya berasal dari 1 (satu)
Daerah provinsi yang sama.
• Penerbitan izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan terdaftar dalam rangka
penanaman modal dalam negeri yang kegiatan usahanya dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
• Penetapan harga patokan mineral bukan logam dan batuan.
Peraturan Lainnya

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28 Tahun 2015 tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Danau
• Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 31 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pertambangan
Mineral dan Batubara di Provinsi Jawa Tengah
• Keputusan Direktur Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Nomor 079.K/42.04/Djg/2003
Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Penambangan Bahan Galian Golongan C di Daerah Rawan
Bencana Gunung Merapi
Direktorat Pemanfaatan Ruang
Direktorat Jenderal Tata Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN

49
Ketentuan Peralihan Perpres No. 70 Tahun 2014

Pasal 84
1. Izin pemanfaatan ruang pada masing-masing daerah yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Perpres ini, tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya.
2. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Perpres ini:
a. Untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin terkait disesuaikan dengan fungsi
kawasan dalam RTR yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Perpres ini
b. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin
terkait habis masa berlakunya dan dilakukan dengan menerapkan rekayasa teknis sesuai
denfan fungsi kawasan dalam RTR dan PZ yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan Perpres ini
c. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dan tidak memungkinkan untuk
menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam RTR dan PZ yang
ditetapkan oleh Pemda berdasarkan Perpres ini, atas izin yang telah diterbitkan dapat
dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin dapat
diberikan penggantian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
3. Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Perpres ini dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan dalam RTR dan PZ yang ditetapkan oleh Pemda berdasarkan
Perpres ini

Anda mungkin juga menyukai