Anda di halaman 1dari 28

Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

Individual Investasi Sahamdi Pulau Jawa


Oleh:
Dwika Nur Usman

Dosen Pembimbing:
Putu Prima Wulandari, SE., MSA., Ak.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya


Jl. MT. Haryono 165, Malang, 65145, Indonesia
E-mail : dwikanuru@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari perilaku herding,


optimisme berlebihan, kecenderungan risiko dan konservatisme terhadap
keputusan individual investasi saham di Pulau Jawa. Populasi dari penelitian ini
adalah investor saham individual yang ada di Pulau Jawa. Sebanyak 114 data
sampel berhasil dikumpulkan dengan metode survey dan menggunakan teknik
purposive sampling. Analisis data dilakukan menggunakan metode Structural
Equation Modeling (SEM) dengan aplikasi SmartPLS 3. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa perilaku herding dan kecenderungan risikotidak berpengaruh
terhadap keputusan individual investasi saham. Sedangkan, optimisme berlebihan
dan konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan individual investasi
saham.

Kata kunci: perilaku herding, optimisme berlebihan, kecenderungan risiko,


konservatisme, keputusan investasi

ABSTRACT

The purpose of this study is to explain the effects of herding behavior, excessive
optimism, risk propensity, and conservatism on individual decision of stock
investment. The population of this study is individual stock investors in Java.
Using survey method and purposive sampling technique, 114 data samples were
collected, which were then analyzed using Structural Equation Modelling (SEM)
in SmartPLS 3.. The results show that herding behavior and risk propensity have
no effect on individual decision of stock investment, while excessive optimism
and conservatism have positive effects on individual decision of stock investment.
Keywords: herding behavior, excessive optimism, risk propensity, conservatism,
investment decision

1
I. PENDAHULUAN

Investasi menjadi salah satu kebutuhan di masa kini. Tandelilin (2010:13)


menyatakan bahwa Investasi merupakan komitmen dari sejumlah uang ataupun
sumber daya pada saat ini (present time) untuk memperoleh suatu manfaat
(benefit) di masa mendatang (in the future). Agar dapat menghasilkan keuntungan
dalam berinvestasi, investor diharapkan dapat mengambil keputusan investasi
dengan baik. investor perlu berhati-hati dalam mempertimbangkan return yang
mungkin diterima dan risiko dari investasi yang ada. Jogiyanto (2010)
menyatakan bahwa return dan risiko berhubungan positif dimana semakin besar
return yang diharapkan, maka semakin besar pula risiko yang akan dihadapi oleh
seorang investor. Risiko yang semakin besar menyebabkan peluang kegagalan
berinvestasi yang semakin meningkat.

Dalam keuangan tradisional, para peneliti menggunakan teori Efficient


Market Hypothesis (EMH). Teori ini mengasumsikan bahwa investor individu
merupakan investor yang rasional dan ingin memaksimalkan laba dalam
berinvestasi serta perilaku dan keputusan yang mereka ambil tidak terpengaruh
oleh faktor psikologis maupun emosi (Fama, 1970). Namun teori ini tidak
sepenuhnya dapat diterima oleh para peneliti, misalnya Shefrin (2000) dan
Nofsinger (2001) yang meneliti tentang perilaku keuangan (behavioral finance).

Shefrin (2000) menyatakan bahwa perilaku keuangan (behavioural finance)


sebagai sebuah studi yang mempelajari bagaimana faktor psikologis berpengaruh
terhadap perilaku keuangan seseorang. Ton dan Dao (2014) menyatakan bahwa
faktor psikologis secara alamiah ada dalam setiap manusia dan mempengaruhi
setiap keputusan, termasuk keputusan investasinya. Sedangkan Gitman dan
Joehnk (2008) menyatakan bahwa para peneliti perilaku keuangan mempercayai
bahwa keputusan investor dipengaruhi oleh persepsi dan keyakinan dari masing-
masing investor.

Menurut Hermalin & Isen (2000), proses pengambilan keputusan yang


dilakukan oleh investor pasti melibatkan emosinya. Pengaruh emosi terhadap
keputusan investasi sering menyebabkan investor bersikap irasional. Anggirani
(2017) membagi investor menjadi dua tipe, yaitu investor yang bersikap rasional
dan investor yang bersikap irasional, dimana investor rasional adalah tipe investor
yang dalam mengambil keputusan investasinya didasarkan pada pengetahuan
terhadap informasi yang tersedia, tingkat pengembalian, dan risiko investasinya.
Sedangkan tipe investor yang bersikap irasional dalam mengambil keputusan
investasi dipengaruhi oleh faktor yang lain, seperti faktor psikologis dan
demografis.

2
Dengan adanya risiko yang dihadapi oleh investor dalam berinvestasi, maka
seorang investor harus dapat mengambil keputusan secara tepat. Kenyataannya
investor sering membuat keputusan investasi secara tidak rasional. Dalam situasi
berisiko, terdapat emosi dan faktor psikologis yang turut berpengaruh terhadap
keputusan investasi. Hal ini seringkali menyebabkan investor berperilaku tidak
rasional dan membuat kesalahan sistematis atas keputusannya.

Ton dan Dao (2014) dalam model penelitiannya mengungkapkan beberapa


faktor psikologis yang populer digunakan dalam penelitian mengenai perilaku
keuangan, yaitu overconfidence, perilaku herding, optimisme berlebihan,
pesimisme berlebihan dan kecenderungan risiko. Lebih lanjut, dari kelima faktor
psikologis diatas, overconfidence, optimisme berlebihan, pesimisme berlebihan
dan kecenderungan risiko diketahui berpengaruh positif dalam keputusan investasi
saham. Sedangkan perilaku herding tidak berpengaruh terhadap keputusan
investasi saham. Kesimpulan mengenai perilaku herdingini sesuai dengan temuan
Lim (2012) dan Bakar dan Yi (2015) yang menyatakan bahwa perilaku herding
tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Namun, hal ini kontras dengan
temuan dari dari Ly, T.T.H dan Thao, H.T.P (2012), Phan dan Zhou (2014) dan
Ramdani (2018) yang melakukan penelitian terhadap perilaku herding dan
memperoleh hasil bahwa perilaku herding merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Adanya perbedaan hasil studi
diatas bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang turut serta dalam mempengaruhi
hasil dari penelitian. Oleh karena itu, peneliti berniat untuk melakukan pengkajian
kembali terhadap pengaruh perilaku herding pada investor saham di Indonesia
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keputusan investasi yang diambil oleh
investor individual.

Selain perilaku herding, optimisme berlebihan juga termasuk salah satu bias
perilaku yang populer digunakan dalam penelitian. Optimisme berlebihan
merupakan rasa percaya diri berlebihan dan keyakinan bahwa masa depan akan
menjadi lebih baik dari keadaan sebenarnya (Ton dan Dao, 2014). Optimisme
berlebihan sebagai salah satu faktor psikologis yang disebabkan oleh pengambilan
keputusan secara heuristik. Keputusan secara heuristik adalah pengambilan
keputusan dengan mengurangi kompleksitas sampel, sehingga menghasilkan
penilaian yang lebih mudah sebagai dasar dalam membuat keputusan investasi.
Optimisme berlebihan terjadi ketika investor hanya mengambil beberapa sampel
kejadian positif, yang kemudian mendorong mereka untuk meningkatkan volume
investasinya dan mengharapkan tingkat return yang meningkat. Optimisme
biasanya membawa dampak positif dengan mendorong investor untuk
berinvestasi, namun, rasa optimisme yang berlebihan terkadang dapat membawa
dampak negatif bagi investor dengan mendorong investor untuk berinvestasi pada

3
aset berisiko tinggi atau perusahaan dengan kondisi yang kurang baik (Gervais,
Heaton, Odean, Rodney., 2002). Hal ini tentu dapat berpengaruh buruk terhadap
kinerja investasi (investment performance) dari portofolio investor, dan
menunjukkan bahwa investor kurang baik dalam mengambil keputusan investasi.

Faktor psikologis lain yang diungkapkan oleh Ton dan Dao (2014) adalah
kecenderungan risiko. Hunjra dan Azam (dikutip olehFarayibi, 2015) membagi
tipe investor berdasarkan kecenderungan risiko mereka menjadi tiga, yaitu risk
averse(menghindari risiko), risk neutral (netral terhadap risiko) dan risk
preference /risk seeker (menyukai risiko). Bennet, Servam, Ebenezer, Kalpagam
dan Vanitha (2011) dalam penelitiannya mengenai faktor yang mempengaruhi
perilaku investor retail terhadap perilaku investasi di pasar modal menemukan
bahwa kecenderungan risiko investor merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap keputusan investasi. Kecenderungan risiko dari investor
menunjukkan besar kecilnya minat investor terhadap risiko investasi yang
dihadapinya, sehingga hal ini sangat berpengaruh dalam menentukan keputusan
investasi yang diambil.

Dalam lingkup ASEAN, terdapat beberapa penelitian dengan tema


behavioral finance yang banyak dijadikan sebagai referensi penelitian sejenis,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Lim (2012) dan Kengatharan dan
Kengatharan (2014) yang meneliti mengenai faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi keputusan investasi. Di Indonesia juga terdapat beberapa
penelitian dengan tema behavioral finance, namun sebagian besar penelitian yang
dilakukan banyak berfokus pada faktor overconfidence dan kecenderungan
maupun toleransi risiko sebagai faktor yang diteliti, seperti penelitian yang
dilakukan Wulandari dan Iramani (2014) serta Anggirani (2017). Sedangkan
referensi untuk faktor-faktor yang lain, jumlahnya masih terbatas.

Salah satu faktor psikologis dengan jumlah referensi yang masih terbatas di
Indonesia adalah konservatisme. Konservatisme merupakan salah satu faktor
psikologis yang diangkat dalam penelitian ini. Dalam model Belief Based Model
yang dikemukakan oleh Barberis,Shleifer dan Vishny (1998), konservatisme
menyebabkan investor saham cenderung kurang reaktif terhadap informasi di
pasar serta berhati-hati dalam mengambil keputusan investasinya. Konservatisme
diakibatkan oleh rendahnya tingkat literasi keuangan, yang menyebabkan investor
mengalami stres mental saat dihadapkan pada informasi yang baru (Thomas,
2018). Hal ini mengakibatkan investor tidak dapat memproses data baru, dan
masih tetap berpegang pada keyakinannya yang terdahulu. Menurut hasil survei
Otoritas Jasa Keuangan (2016) dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan tahun 2016 menyatakan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat

4
Indonesia dinilai masih rendah dengan berada pada angka 29,7%, sehingga dapat
dikatakan bahwa tingkat konservatisme investasi di Indonesia masih tergolong
tinggi. Berdasarkan temuan dari penelitian Lim (2012) dan Kengatharan dan
Kengatharan (2014) menunjukkan bahwa konservatisme merupakan faktor yang
berpengaruh positif terhadap keputusan investasi saham. Menurut Mercia et al.
(2014), investor konservatif merupakan investor yang terlambat dalam bereaksi
terhadap informasi ataupun rumor dari suatu perusahaan. Dalam penelitiannya di
pasar modal Malaysia, Bakar dan Yi (2015) menyatakan bahwa investor yang
konservatif lebih memilih untuk berinvestasi pada saham yang familiar dan
berasal dari perusahaan yang mereka ketahui sebelumnya. Hal itu mendukung
keyakinan mereka bahwa saham yang familiar akan menghasilkan keuntungan
yang lebih besar.

Penelitian ini merupakan bentuk replikasi dari model penelitian Khalid,


Javed dan Shahzad (2018) dan Ton dan Dao (2014). Peneliti mengadopsi variabel
perilaku herding dan variabel dependen keputusan investasi saham dari penelitian
Khalid et al. (2018), serta optimisme berlebihan dan kecenderungan terhadap
risiko dari penelitian Ton dan Dao (2014). Peneliti tidak menggunakan faktor
overconfidence pada model penelitian Ton dan Dao (2014), dan menggantinya
dengan faktor konservatisme berdasarkan variabel penelitian Bakar dan Yi (2015)
dan Saraswati (2016). Hal ini dikarenakan overconfidence telah banyak diteliti di
Indonesia dengan kesimpulan hasil yang sama, sehingga peneliti menyimpulkan
tidak terdapat adanya masalah dalam faktor overconfidence. Selain itu, adanya
perbedaan pendapat dari penelitian terdahulu serta masih terbatasnya jumlah
jurnal di Indonesia yang membahas behavioral finance membuat peneliti tertarik
untuk mengangkatnya dalam penelitian ini.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka penulis kemudian memutuskan


untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis
terhadap Keputusan Individual Investasi Saham di Pulau Jawa”.

II. TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Behavioral Finance Theory


Behavioral Finance Theoryatau teori perilaku keuangan merupakan teori
yang yang menjelaskan tentang pengaruh faktor psikologis dalam tingkah laku
keuangan seseorang (Shefrin, 2000). Teori Behavioral Financedidasarkan pada
model bounded rationality yang diperkenalkan oleh Simon pada tahun 1955
(Prosad et al., 2015). Model bounded rationality menyatakan bahwa rasionalitas
individu dalam mengambil keputusan terbatas, sehingga individu lebih memilih
keputusan yang dirasa memuaskan dibandingkan memilih keputusan yang

5
optimal. Dalam perkembangannya, Tversky dan Kahneman pada tahun 1974 dan
1979 memperkenalkan teori heuristik (heuristic theory) dan teori prospek
(prospect theory). Kedua teori ini menjadi komponen dasar dalam behavioral
finance.Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing teori :

1. Heuristic Theory
Tversky dan Kahneman (dikutip Luong dan Ha., 2011) mendefinisikan heuristik
sebagai rules of thumb yang memudahkan pengambilan keputusan dengan
mengurangi tingkat kompleksitas dalam melakukan penilaian kemungkinan dan
memprediksi nilai agar lebih mudah.
2. Prospect Theory
Dalam mengambil keputusan investasi, investor tidak dapat selalu mengambil
keputusan dengan rasional.Tversky dan Kahneman (dikutip Luong dan Ha,2011)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa sebagian besar investor menjadi risk
averse ketika mereka dalam keadaan menguntungkan. Sedangkan ketika
dihadapkan pada suatu keadaan berisiko mengalami kerugian, mereka menjadi
risk seeker.

2.2. Keputusan Investasi


Investasi merupakan penanaman modal pada perusahaan baik dalam bentuk
aktiva riil maupun dalam bentuk aktiva finansial.Najwa (2015) menyatakan
bahwa salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk memperoleh
pendapatan yang akan diterima dimasa depan. Untuk memperoleh tingkat
pendapatan yang maksimal, investor harus menentukan keputusan investasinya
secara tepat. Menurut Ayu dan Iramani (2014), keputusan investasi merupakan
sebuah keputusan untuk menanamkan modal pada aset dengan tujuan untuk
keuntungan dimasa mendatang. Keputusan investasi ini dapat mencangkup jenis
aktiva atau investasi apa yang akan dikelola, jangka waktu investasi dan
keputusan-keputusan lain yang terkait dengan invstasi tersebut.
Simon (1955) menyatakan bahwa keputusan investasi yang baik dapat
diukur dengan dua kriteria, yaitu: kepuasan terhadap keputusan yang dibuat dan
efisiensi hasil yang diperoleh dengan meminimalkan pengeluaran dan
mengoptimalkan tingkat return yang diperoleh. Agar dapat memperoleh tingkat
return yang optimal, seorang investor harus mengambil keputusan secara rasional.
Namun kenyataanya seperti dijelaskan oleh Simon (1955) dalam teori bounded
rationality bahwa individu memiliki rasionalitas yang terbatas. Selanjutnya Simon
(dikutip oleh Christofaro, 2017) mengemukakan model pengambilan keputusan
satisficing model yang menjelaskan bahwa sebagai akibat dari rasionalitas
individu yang terbatas, individu lebih memilih keputusan yang sekiranya dapat
memperoleh hasil yang memuaskan dan sesuai dengan harapannya dibandingkan
dengan memaksimalkan hasil. Hal ini didukung oleh perndapat Oliver (1997)

6
yang menyatakan bahwa tingkat kepuasan menunjukkan kemampuan seseorang
dalam mengambil keputusan, dimana seseorang yang merasa puas atas
keputusannya percaya bahwa ia semakin ahli dalam mengambil keputusan.

2.3. Faktor Psikologis Investor


Faktor psikologis merujuk pada sifat atau karakter diri dari individu
(Schiffman dan Kanuk, 2004). Dalam behavioral finance theory dijelaskan bahwa
faktor psikologis individu berpengaruh terhadap tingkah laku keuangan seseorang,
termasuk dalam keputusan investasinya.
Perilaku herding
Keynes (dikutip oleh Baddeley, Burke, Schultz dan Tobler, 2012) dalam
teorinya mengenai perilaku herding menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak
pasti, jika kita menyadari bahwa penilaian kita keliru, maka akan lebih rasional
jika mengasumsikan bahwa orang lain memiliki informasi yang lebih baik dari
kita dan sebaiknya mengikuti langkah mereka.Bikhchandani, Hirshlleifer dan
Welch (1992) menyatakan bahwa herding terjadi karena adanya ketidakpastian
keadaan dan adanya tindakan logis yang diambil oleh orang lain. Jika kedua
kondisi tersebut terpenuhi, maka terjadi kemungkinan adanya herding. Lebih
lanjut, Banerjee (dikutip oleh Baddeley et al., 2012) menyatakan bahwa dalam
mengambil keputusan, termasuk keputusan keuangan, perilaku herding akan
menghasilkan outcome yang rasional. Hal ini karena keputusan ini diikuti oleh
banyak orang, sehingga dapat menyebabkan keputusan yang keliru menjadi
rasional serta menyebabkan informasi yang sifatnya privat namun relevan tidak
memiliki pengaruh yang berarti dan menjadi tidak efisien, sehingga menghasilkan
outcome yang kurang sesuai.
Dalam pasar saham, perilaku herding mendorong seorang investor untuk
meniru langkah investor lain maupun pergerakan pasar dibandingkan dengan
mempercayai strategi atau informasinya sendiri.Luong dan Ha (2011) menyatakan
bahwa investor individual memiliki kecenderungan yang lebih tinggi dalam
mengikuti keputusan investor lain dibandingkan dengan investor institusional.
Terdapat beberapa keputusan
investasi yang banyak diikuti oleh investor dalam perilaku herding, yaitu
keputusan untuk : membeli, menjual, memilih saham, jangka waktu untuk hold
saham dan jumlah saham yang akan dibeli atau dijual (Waweru et al., 2008
dikutip Luong dan Ha. 2011).
Optimisme Berlebihan
Menurut Ton dan Dao (2014), optimisme berlebihan menunjukkan rasa
percaya bahwa masa depan akan menjadi lebih baik, dimana hal ini membantu
investor dalam memiliki emosi yang positif. Dengan investor yang optimis akan
mendorong meningkatnya minat berinvestasi (Gervais et al., 2002). Investor yang

7
optimis memiliki harapan yang positif terhadap investasinya, terlepas dari usaha
dan keterampilan yang dimiliki oleh investor tersebut (Agrawal, 2012). Investor
yang memperoleh return investasi yang sesuai dengan harapannya akan menjadi
lebih optimis kedepannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bracha dan Brown
(2012) yang menyatakan bahwa investor yang mengalami bias optimisme
dikarenakan investor tersebut terbiasa dan telah memiliki pengalaman serupa
sebelumnya, sehingga hal itu mempengaruhi mereka dalam mengambil keputusan
investasi.
Perilaku optimisme yang berlebihan dapat memberikan dampak yang buruk
terhadap investor. Dengan investor yang memiliki optimisme berlebihan membuat
investor kurang berhati-hati dalam membuat keputusan serta kurang
memperhatikan risiko atau NPV dari investasinya, sehingga dapat menurunkan
kinerja portofolio investasinya. Disisi lain, optimisme berlebihan juga dapat
memberikan hasil yang baik pada investor. Perilaku optimisme semakin
meningkat seiring dengan waktu dan pengalaman berinvestasi (Hoffman dan Post,
2012). Investor yang menerima keuntungan sesuai dengan harapannya akan
semakin optimis dalam berinvestasi, sehingga mereka meyakini bahwa keadaan di
masa depan akan membaik. Hal ini mendorong investor lebih berani untuk
berinvestasi pada saat yang tidak menentu.
Kecenderungan Risiko
Sitkin dan Pablo (dikutip oleh Nicholson, O’Creevy, Soane dan Willman,
2001) mendefinisikan kecenderungan risiko sebagai kecenderungan atau tendensi
dari pembuat keputusan untuk mengambil atau menghindari risiko.Phan dan Zhou
(2014) menyatakan bahwa risiko memiliki banyak definisi, sehingga terdapat
banyak metode pengukurannya, dimana sebagian investor setuju bahwa risiko
merupakan hasil yang tidak diharapkan karena berhubungan dengan
ketidakpastian. Namun sebagian investor yang lain lebih memilih untuk
berinvestasi pada alternatif investasi yang berisiko tinggi.
Dalam prospect theory, kecenderungan risiko investor dibagi menjadi dua,
yaitu investor risk averse dan risk seeker (Prosad et al., 2015). Prospect theory
menjelaskan bahwa sebagian besar investor menjadi risk averse dengan
mengambil keputusan berisiko rendah ketika mereka berpeluang besar untuk
memperoleh keuntungan, sedangkan ketika dihadapkan pada suatu keadaan yang
berpeluang besar untuk mengalami kerugian, mereka menjadi risk seeker dan
memilih keputusan berisiko tinggi agar dapat meminimalisir tingkat kerugian
yang mereka terima. Selanjutnya Hunjra dan Azam (dikutip oleh Farayibi, 2015)
membagi investor berdasarkan kecenderungan risiko mereka menjadi 3, yaitu risk
averse (menghindari risiko), risk neutral (netral terhadap risiko) dan risk
preference /risk seeker (menyukai risiko).

8
Konservatisme
Bakar dan Yi (2015) berpendapat bahwa konservatisme merupakan
pandangan investor yang lambat dalam menyesuaikan respon mereka terhadap
perkembangan informasi dan kejadian terbaru. Berdasarkan model belief based
model yang dikemukakan oleh Barberis et al. (1998), konservatisme akan
mendorong investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi dan
lambat dalam menyesuaikan diri dengan informasi baru,Dalam menghadapi suatu
masalah, investor konservatif mengatasinya dengan mengandalkan
pengalamannya terdahulu dibandingkan dengan mencari informasi baru yang
sesuai. Investor konservatif tetap bersikukuh atas pendapatnya meskipun tidak
sepenuhnya benar. Rahim, Shah dan Aamir (2019) berpendapat bahwa
konservatisme merupakan bias yang menyebabkan investor menggunakan
informasi lampau yang diingat dalam membuat keputusan dan tidak dapat
memperbaharui informasi seperti yang ada di pasar. Tipe investor konservatif
menggunakan pengalaman dan pengetahuannya dalam mengambil keputusan
investasi tanpa memproses informasi yang baru.
Konservatisme biasanya terdapat pada investor yang menerima berita buruk
seperti krisis global, sehingga mendorongnya untuk mengambil langkah berjaga-
jaga dan berhati-hati dalam berinvestasi (Shefrin, 2000). Langkah berhati-hati ini
termasuk diantaranya adalah dengan kecenderungan berinvestasi pada saham yang
familiar dan banyak diketahui orang. Dengan berinvestasi pada perusahaan yang
familiar dan memiliki produk yang banyak diketahui oleh orang, mereka percaya
bahwa tingkat pengembalian yang akan mereka terima lebih tinggi dibandingkan
dengan saham perusahaan yang kurang familiar di masyarakat (Bakar dan Yi,
2015).

2.4. Kerangka Penelitian


Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah faktor-faktor psikologis
yang berpengaruh positif terhadap keputusan investasi saham. Penelitian ini
menggunakan empat variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini meliputi: Perilaku Herding (X1), Optimisme
Berlebihan (X2), Kecenderungan Risiko (X3) dan Konservatisme (X4).
Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Keputusan Individual
Investasi Saham (Y).

9
Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

2.5 Pengembangan Hipotesis

Perilaku herding berpengaruh positif terhadap keputusan individual


investasi saham.
Keynes (dikutip oleh Baddeley, 2010) mendefinisikan perilaku herding
sebagai fenomena dimana individu memutuskan untuk meniru perilaku pihak lain
sebagai respon atas terjadinya ketidakpastian. Hal ini juga berlaku bagi investor,
dimana perilaku herding mendorong
mendorong investor untuk meniru langkah investor lain
maupun pergerakan pasar dibandingkan dengan mempercayai strategi atau
informasinya sendiri (Bikhchandani and Sharma, 2000). Dengan mengikuti
langkah yang diambil oleh banyak pihak, maka investor merasa yakin
ya untuk dapat
mencapai tujuan mereka dan terhindar dari kesalahan dalam pengambilan
keputusan.
Luong dan Ha (2011) menggunakan indikator kepuasan terhadap keputusan
yang diambil, kesesuaian antara return harapan dengan return yang diterima dan
return yang
ang sama atau lebih tinggi dari return di pasar untuk mengukur performa
investasi. Performa investasi yang baik menunjukkan bahwa investor telah
mengambil keputusan investasi dengan baik. Hasil penelitian Luong dan Ha
(2011) menunjukkan bahwa perilaku herding herding berpengaruh positif terhadap
keputusan investasi. Hasil ini didukung oleh Wamae (2013), Manuel dan Matthew
(2017) dan Hayat dan Anwar (2016). Dari beberapa kesimpulan diatas, peneliti
menarik hipotesis sebagai berikut:
H1 : Perilaku herding berpengaruh
berpengaruh positif terhadap keputusan individual
investasi saham.

10
Optimisme berlebihan berpengaruh positif terhadap keputusan individual
investasi saham
Ton dan Dao (2014) mendefinisikan optimisme berlebihan sebagai
kombinasi dari rasa percaya diri berlebihan dan keyakinan bahwa masa depan
akan menjadi lebih baik dan positif dari keadaan sebenarnya. Dengan demikian,
individu dengan rasa optimisme yang berlebihan akan memandang masa depan
secara positif. Harapan akan masa depan yang positif mendorong investor
membuat keputusan untuk meningkatkan nilai investasinya (Pompian, 2006).
Kesimpulan serupa diungkapkan oleh Gervais et al., (2002) yang menyatakan
bahwa optimisme berlebihan memberikan dampak positif dengan mendorong
investor untuk berinvestasi, dimana investor dengan nilai investasi dan transaksi
yang lebih tinggi berpeluang dalam mengambil keputusan investasi dengan lebih
baik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa optimisme berlebihan berpengaruh
positif terhadap keputusan investasi. Kesimpulan ini didukung oleh Ton dan Dao
(2014) dan Manuel dan Matthew (2017). Oleh karena itu, untuk hipotesis kedua
dirumuskan sebagai berikut :

H2: Optimisme berlebihan berpengaruh positif terhadap keputusan individual


investasi saham.

Kecenderungan risiko berpengaruh positif terhadap keputusan individual


investasi saham
Kecenderungan investor terhadap risiko merupakan salah satu faktor yang
memiliki dampak besar pada perilaku investasi individu (Bennet et al., 2011).
Naughton (dikutip oleh Hunjra, Qureshi dan Riaz, 2017) menyatakan bahwa
kecenderungan risiko berpengaruh terhadap jumlah keputusan investasi yang
diambil oleh seorang investor. Investor dengan kecenderungan risk averse
memiliki volume transaksi saham yang lebih rendah dibandingkan dengan
investor tipe risk seeker (Gervais et al, 2002).
Odean (dikutip oleh Ngoc, 2013) menyatakan bahwa kecenderungan risiko
berpengaruh positif terhadap keputusan investasi, dimana investor dengan
perilaku risk averse menyebabkan investor mengambil keputusan investasi dengan
kurang baik. Investor dengan kecenderungan risk averse lebih banyak melewatkan
kesempatan dalam berinvestasi, sehingga kinerja investasinya kurang baik
dibandingkan dengan investor tipe risk seeker. Pendapat ini sesuai dengan
pendapat Zahirovic dan Okicic (2016) yang menyatakan bahwa meningkatnya
risk aversion dari investor menyebabkan menurunnya tingkat return yang
diharapkan. Dari beberapa paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan risiko berpengaruh positif terhadap keputusan investasi.
Kesimpulan ini didukung oleh Ton dan Dao (2014) yang menyatakan bahwa

11
faktor kecenderungan terhadap risiko berpengaruh positif terhadap keputusan
investasi. Oleh karena itu dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3: Kecenderungan risiko berpengaruh positif terhadap keputusan individual


investasi saham.

Konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan individual investasi


saham
Barberis et al. (1998) mengemukakan model belief based model.
Berdasarkan pada model ini, perilaku konservatisme mendorong investor menjadi
cenderung kurang reaktif dan berhati-hati dalam mengambil keputusan
(underreaction). Investor tipe konservatif cenderung lambat dalam bereaksi
terhadap informasi baru yang ada di pasar dan memerlukan waktu dalam
mempercayai dan memproses informasi tersebut, sehingga mereka lebih berhati-
hati dalam menentukan keputusan investasinya.Hal ini mendorong mereka lebih
memilih untuk berinvestasi pada saham atau perusahaan yang mereka ketahui
dengan baik.Dengan berinvestasi pada perusahaan yang telah dikentahui dengan
baik, mereka berharap dapat memperoleh tingkat return yang lebih besar (Bakar
dan Yi, 2015). Oleh karena itu, investor konservatif cenderung terhindar dari
keputusan secara heuristik dan dapat mengambil keputusan dengan lebih baik..
Sehingga dapat dikatakan bahwa konservatisme berpengaruh positif dalam
keputusan investasi. Kesimpulan serupa diungkapkan Lim (2012) dan
Kengatharan dan Kengatharan (2014) yang menyatakan bahwa konservatisme
merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Untuk
itu, ditarik hipotesis sebagai berikut:

H4 : Konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan individual investasi


saham.

III. METODE PENELITIAN


3.1. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah investor saham individual di Pulau Jawa
yang berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan populasi dikarenakan
peneliti ingin mengetahui kondisi psikologis investor di Pulau Jawa. Sedangkan
data sampel penelitian ini berasal dari grup anggota diskusi online komunitas
Investor Saham Pemula (ISP). di beberapa kota, yaitu antara lain: Malang,
Surabaya, Jember, Surakarta, Klaten, Tegal, Semarang, Jogjakarta, Bandung,
Depok, Bekasi dan Jakarta.
Peneliti menetapkan target jumlah sampel sebanyak 120 orang investor
dalam jangka waktu satu bulan. Jumlah ini telah sesuai dengan kriteria jumlah

12
sampel yang ditetapkan oleh Roscoe (dikutip oleh Amirullah, 2015) yang
menyatakan bahwa jumlah sampel yang tepat bagi sebagian besar penelitian
adalah 30 hingga 500 sampel.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang yang sama bagi individu yang ada dalam populasi untuk
dipilih sebagai sampel (Syahrum dan Salim, 2012:115). Sedangkan, teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, adalah purposive
sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan
menetapkan kriteria tertentu agar sampel sesuai dengan tujuan dari penelitian
(Syahrum dan Salim, 2012:118). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah
investor saham individu yang mengelola portofolio investasinya sendiri dan
pernah melakukan transaksi jual beli saham di Bursa Efek Indonesia.

3.2. Data Penelitian dan Sumbernya


Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hypothesis testing
(menguji hipotesis). Sekaran (dikutip oleh Ali dan Limakrisna, 2013) menyatakan
bahwa penelitian hypothesis testing merupakan penelitian yang menjelaskan
mengenai hubungan/pengaruh tertentu, dalam hal ini menjelaskan pengaruh dari
variabel independen berupa faktor psikologis yaitu perilaku herding, optimisme
berlebihan, kecenderungan risiko dan konservatisme terhadap variabel dependen
yaitu keputusan individual investasi saham. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian yang menganalisis variabel
yang diteliti dengan memakai data yang berbentuk angka-angka dan statistik
(Syahrum dan Salim, 2012:40).
Berdasarkan sumber datanya, penelitian ini menggunakan data primer,
diamana peneliti memperoleh data secara langsung dari responden. Sarwono
(2006:16) mendefinisikan data primer sebagai data atau informasi yang diperoleh
dari sumber pertama, baik dengan pertanyaan tertulis melalui kuesioner ataupun
dengan lisan melalui wawancara untuk suatu tujuan studi tertentu.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data angket (kuesioner),
dimana responden diminta untuk mengisi pertanyaan atau pernyataan pada
kuesioner dengan jawaban yang sesuai dengan dirinya. Syahrum dan Salim
(2012:135) mendefinisikan teknik pengumpulan data angket (kuesioner) sebagai
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan sejumlah
pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi ataupun data dari responden.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis kuesioner tertutup.
Kuesioner tertutup adalah jenis kuesioner yang alternatif jawabannya sudah
dibatasi oleh peneliti, sehingga memudahkan dalam melakukan perhitungan skor,
sedangkan kuesioner terbuka adalah jenis kuesioner yang memungkinkan

13
responden untuk memberikan penjelasan secara panjang dan mendalam (Syahrum
dan Salim, 2012:136).
Dalam pengambilan data sampel, penyebaran kuesioner dan pengisiannya
dilakukan dengan cara kuesioner elektronik (electronic questionnaire). Kuesioner
dibagikan melalui link kepada responden yang tergabung dalam grup sosial media
komunitas Investor Saham Pemula (ISP) di beberapa grup regional. Data yang
dikumpulkan meliputi demografis, faktor psikologis dan pembuatan keputusan
investasi saham dari responden. Skala pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala likert. Abdullah (dikutip oleh Ar-Rachman (2018)
mendefinisikan skala likert sebagai skala yang diukur berdasarkan pada
penjumlahan respon jawaban dari responden atas pernyataan terkait indikator dari
suatu variabel.

3.3. Definisi Operasional


Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Variabel independen merupakan variabel yang
mempengaruhi, sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel keputusan investasi
saham, sedangkan variabel independen adalah variabel perilaku herding,
optimisme berlebihan, kecenderungan risiko dan konservatisme.
Keputusan Investasi Saham
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keputusan investasi saham.
keputusan investasi saham merupakan keputusan atau kebijakan yang dilakukan
dalam penanaman modal terhadap aset yang memberikan keuntungan dimasa
mendatang. (Khalid et al., 2018). Keputusan investasi saham dapat diukur dengan
3 indikator yang diadopsi dari penelitian Khalid et al. (2018).
Perilaku Herding
Menurut Bikhchandani dan Sharma (2000), perilaku herding merupakan
perilaku investor yang memilih untuk meniru tindakan yang dilakukan oleh pihak
lain ataupun pergerakan pasar dibandingkan dengan mempercayai informasinya
sendiri. Variabel perilaku herding diadopsi dari penelitian Khalid et al. (2018) dan
Ton dan Dao (2014).
Optimisme Berlebihan
Ton dan Dao (2014) mendefinisikan optimisme berlebihan sebagai rasa
percaya diri berlebihan dan keyakinan bahwa masa depan akan menjadi lebih baik
dari keadaan sebenarnya.Variabel optimisme berlebihan diadopsi dari penelitian
Ton dan Dao (2014) dan Ar-Rachman (2018).
Kecenderungan Risiko
Sitkin dan Pablo (dikutip oleh Nicholson, O’Creevy, Soane dan Willman, 2001)
mendefinisikan kecenderungan risiko sebagai kecenderungan atau tendensi dari

14
investor untuk mengambil atau menghindari risiko.Variabel kecenderungan risiko
investasi diadopsi dari penelitian Ton dan Dao (2014) dan Hunjra et al. (2017).
Konservatisme
Konservatisme adalah bias akibat investor mengalami kesulitan dalam memproses
informasi baru karena adanya tekanan mental saat dihadapkan pada set data yang
baru, sehingga investor lebih memilih untuk tetap pada keyakinannya yang
sebelumnya (Thomas, 2018).Variabel konservatisme diadopsi dari penelitian
Thomas (2018) dan Saraswati (2016).

3.4. Metode Analisis Data


Data diolah dan dianalisis dengan regresi linier berganda untuk menguji
hipotesis penelitian. Pengujian terhadap hipotesis dirumuskan dengan memakai
metode Partial Least Square (PLS). Hartono dan Abdillah (2009:11)
mendefinisikan Partial Least Square (PLS) sebagai metode regresi yang
digunakan dalam mengidentifikasi faktor yang berasal dari hasil kombinasi
variabel independen dan variabel dependen yang merupakan variabel respon.
Partial Least Square (PLS) digunakan untuk memprediksikan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen serta menjelaskan hubungan teori antar
variabel tersebut (Hartono dan Abdillah, 2009:11). Penelitian ini menggunakan
program Partial Least Square (PLS) SmartPLS Versi 3. Model regresi pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan :
Y : Keputusan Investasi
X1 : Perilaku Herding
X2 : Optimisme Berlebihan
X3 : Kecenderungan risiko
X4 : Konservatisme
βi : Koefisien
e : Error

Evaluasi model struktural PLS dilakukan dengan uji outer model dan inner
model.Outer model merupakan model pengukuran yang untuk menguji validitas
dan reliabilitas dari model penelitian. Outer model terdiri dari uji validitas
konvergen, uji validitas diskriminan dan uji reliabilitas.
Sedangkan Inner model merupakan model pengukuran untuk menguji
hubungan kausalitas pada variabel laten. Evaluasi inner model dilakukan dengan
menggunakan model R untuk variabel dependen, nilai koefisien path atau t-
valuespada tiap path untuk menguji signifikansi antar variabelpada model
struktural

15
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengumpulan Data
Responden dalam penelitian ini adalah para investor saham individual di
Pulau Jawa yang mengelola portofolio sahamnya sendiri dan telah melakukan
transaksi jual beli saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh
dengan menyebarkan kuesioner melalui tautan (link) kuesioner penelitian di
forum online. Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling, dimana
pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan kemudahan dan kesediaan dari
responden dalam mengisi kuesioner penelitian
Tabel 4.1
Tingkat Partisipasi Responden
Keterangan Responden Prosentase %
Target Jumlah Responden 120 100
Responden yang Mengisi Kuesioner 117 97,5
Data Responden yang Dapat Diolah 114 95
Data Responden yang Tidak Dapat Diolah 3 5
Sumber : Data Primer (diolah)

4.2. Evaluasi Model


Evaluasi model pada penelitian ini dianalisis menggunakan program Partial
Least Square (PLS). Evaluasi model terdiri dari evaluasi model pengukuran (outer
model) dan evaluasi model struktural (inner model).

Evaluasi Outer Model


Evaluasi outer model terdiri dari uji validitas konvergen, uji validitas diskriminan
dan uji reliabilitas. Pengujian validitas konvergen didasarkan pada tiga parameter
pengukuran, yaitu nilai AVE dan Communality dengan nilai > 0,5 dan nilai
loading factor> 0,7. Uji validitas diskriminan didasarkan pada parameternilai
loading item terhadap konstruk > nilai cross loading dan Nilai akar kuadrat AVE
> Korelasi antar variabel. Sedangkan untuk pengujian reliabilitas didasarkan pada
parameter nilai cronbach’s alpha dan composite reliability dengan nilai > 0,7
(namun nilai 0,6 masih dapat diterima). Berikut merupakan beberapa parameter
dalam evaluasi outer model dan pembahasannya yang ditampilkan dalam tabel
Algoritma 4.2.
Tabel 4.2
Overview Algoritma
Composite Cronbach's
Variaabel AVE Communality
Reliability Alpha
Perilaku Herding 0,576 0,869 0,835 0,576
Optimisme
0,542 0,824 0,719 0,542
Berlebihan
Kecenderungan
0,608 0,858 0,831 0,608
risiko

16
Konservatisme 0,659 0,853 0,753 0,659
Keputusan Investasi 0,636 0,837 0,747 0,636
Sumber : Data Primer (Diolah)

Terlihat pada Tabel 4.2 diatas bahwa seluruh variabel penelitian telah
memenuhi persyaratan uji validitas konvergen untuk parameter nilai AVE dan
Communality, dimana nilai AVE dan Communality dari masing-masing variabel
pada Tabel 4.2 memiliki nilai > 0,5. Selain parameter nilai AVE dan
Communality, parameter lain yang digunakan adalah nilai factor loading. Nilai
factor loading dapat dilihat dari hasil uji outer loading yang ditampilkan pada
Tabel 4.3. yang menunjukkan bahwa setiap indikator yang ada telah memenuhi
persyaratan untuk validitas konvergen dengan nilai masing-masing indikator
berada diatas 0,5.
Tabel 4.3
Outer Loading
Perilaku Optimisme Kecenderungan Keputusan
Konservatisme
Herding Berlebihan risiko Investasi
PH1 0,746
PH2 0,885
PH3 0,847
PH4 0,679
PH5 0,601
OB1 0,631
OB2 0,660
OB3 0,789
OB4 0,844
KR1 0,855
KR2 0,809
KR3 0,859
KR4 0,557
K1 0,870
K2 0,810
K4 0,752
KI1 0,926
KI2 0,794
KI3 0,648
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan: PH: Perilaku Herding, OB: Optimisme Berlebihan, KR: Kecenderungan risiko, K:
Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.

17
Selanjutnya pembahasan uji validitas diskriminan. Pengujian validitas
diskriminan dapat dilakukan dengan parameter perbandingan akar kuadrat AVE
dengan korelasi antar variabale laten dan Cross loading.
Tabel 4.4
Akar AVE dan Korelasi antar Variabel Laten
PH OB KR K KI
PH 0,759
OB -0,185 0,736
KR -0,207 -0,060 0,780
K 0,047 0,223 -0,408 0,812
KI 0,161 0,266 -0,096 0,268 0,797
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan: PH: Perilaku Herding, OB: Optimisme Berlebihan, KR: Kecenderungan risiko, K:
Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.

Tabel 4.5
Cross Loading
PH OB KR K KI
PH1 0,746 -0,222 -0,167 0,016 -0,020
PH2 0,885 -0,216 -0,164 -0,005 0,165
PH3 0,847 -0,224 -0,225 0,005 0,104
PH4 0,679 -0,096 -0,210 0,029 0,070
PH5 0,601 0,021 -0,050 0,153 0,090
OB1 -0,027 0,631 -0,202 0,104 0,195
OB2 -0,162 0,660 0,104 0,093 0,129
OB3 -0,192 0,789 -0,014 0,201 0,163
OB4 -0,174 0,844 -0,020 0,227 0,258
KR1 -0,149 -0,088 0,855 -0,401 -0,071
KR2 -0,145 -0,004 0,809 -0,292 -0,040
KR3 -0,220 -0,029 0,859 -0,352 -0,096
KR4 -0,199 0,060 0,557 -0,390 0,014
K1 0,200 0,235 -0,340 0,870 0,280
K2 -0,024 0,127 -0,311 0,810 0,189
K4 -0,181 0,157 -0,359 0,752 0,150
KI1 0,113 0,345 -0,113 0,290 0,926
KI2 0,168 0,086 -0,033 0,209 0,794
KI3 0,154 0,060 -0,059 0,023 0,648
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan: PH: Perilaku Herding, OB: Optimisme Berlebihan, KR: Kecenderungan risiko, K:
Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.

18
Selanjutnya pembahasan uji validitas diskriminan. Dapat dilihat pada tabel
cross loadings 4.5yang menunjukkan nilai pada setiap indikator pertanyaan
variabel penelitian > 0,5 dan pada tabel akar AVE dan korelasi variabel laten 4.4
menunjukkan nilai akar AVE > korelasi variabel laten. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa syarat validitas diskriminan telah terpenuhi.
Setelah uji validitas konvergen dan diskriminan telah dilakukan, maka
langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitas. Pengujian reliabilitas didasarkan
pada parameter nilai cronbach’s alpha dan composite reliability dengan nilai > 0,7
(namun nilai 0,6 masih dapat diterima). Berdasarkan pada Tabel 4.2 Overview
Algoritma, dapat dilihat bahwa cronbach’s alpha dan composite reliability pada
setiap konstruk memiliki nilai > 0,7. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
data tersebut reliabel.

Evaluasi Inner Model


Langkah pertama dalam melakukan evaluasi inner model adalah dengan
menghitung nilai R . Nilai R . Berfungsi untuk mengetahui seberapa kuat
hubungan linear antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai R dari
penelitian ini adalah sebesar 15.7 %. Falk dan Miller (1992) merekomendasikan
nilai R^2 lebih besar atau sama dengan 0,10 agar varians menjelaskan suatu
konstruk endogen yang dianggap layak.
Setelah menghitung nilai R , maka langkah selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis penelitian. Pengolahan data untuk menguji hipotesis dilakukan dengan
PLS Bootstrapping. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 Total Effect berikut ini.
Tabel 4.6
Total Effect
Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values Kesimpulan
Sample (O) Mean (M) (O/STDEV)
(STDEV)
PH -> KI 0,209 0,207 0,153 1,370 0,086 Tidak Didukung
OB -> KI 0,259 0,246 0,085 3,039 0,001 Didukung
KR -> KI 0,054 0,038 0,149 0,362 0,359 Tidak Didukung
K -> KI 0,223 0,246 0,107 2,078 0,019 Didukung
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan: PH : Perilaku Herding, OB : Optimisme Berlebihan, KR : Kecenderungan risiko, K:
Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa faktor optimisme berlebihan dan


konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Faktor
Optimisme berlebihan memiliki nilai t-statistik 3,039 > 1,64. Sedangkan nilai p
<0,05, sedangkan faktor konservatisme memiliki nilai t-statistik 2,078 > 1,64
dengan nilai p < 0,05,Sedangkan faktor perilaku herding dan kecenderungan

19
risiko dapat disimpulkan tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Hal ini
terlihat pada faktor perilaku herding yang memiliki nilai t-statistik 1,370 dengan
nilai p sebesar 0,086. Sedangkan faktor kecenderungan terhadap risiko memiliki
nilai t-statistik sebesar 0,362 dan nilai p sebesar 0,359. Keduanya tidak memenuhi
kriteria nilai t-statistik dan ¬p-values yang ditetapkan.

4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Perilaku Herding terhadap Keputusan Investasi Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel perilaku herding tidak
berpengaruh terhadap keputusan investasi. Hasil ini tidak konsisten dengan
behavioral finance theory, serta penelitian dari Luong dan Ha (2011) dan Wamae
(2013) yang menyatakan bahwa perilaku herding berpengaruh positif terhadap
keputusan investasi. Namun, kesimpulan ini sesuai dengan penelitian dari Khalid
et al. (2018) dan Ton dan Dao (2014) yang menyatakan bahwa variabel perilaku
herding tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Perilaku herding
mendorong investor untuk meniru langkah yang diambil oleh investor lain
maupun pergerakan pasar saham jika keputusan tersebut logis dan dapat dipercaya
(Bikhchandani and Sharma, 2000). Mereka percaya dengan mengikuti langkah
yang diambil oleh banyak orang dapat membantu menghindari kesalahan dalam
pengambilan keputusan investasi. Namun, jika investor hanya mengikuti
keputusan yang diambil oleh investor lain tanpa disertai dengan pengalaman
berinvestasi maupun literasi keuangan yang memadai, maka hasilnya juga tidak
akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Investor dengan perilaku herding tidak
dapat mengambil keputusan investasi dengan baik jika tidak disertai dengan
literasi keuangan yang memadai. Investor yang memiliki literasi keuangan yang
baik dapat menentukan target investasinya dan dapat membaca keadaan pasar
sebelum mengambil keputusan investasi, sedangkan seorang investor dengan
literasi keuangan yang kurang baik hanya mengikuti keputusan yang diambil
investor lain tanpa dapat menentukan tingkat return dan toleransi kerugian yang
akan diterima, sehingga terkadang investor mengambil keputusan investasi secara
keliru.

4.3.2. Pengaruh Optimisme Berlebihan terhadap Keputusan Investasi Saham.


Berdasarkan hasil uji hipotesis, ditemukan bahwa optimisme berlebihan
berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Hasil dari uji hipotesis ini
sesuai dan konsisten dengan temuan dari Gervais et al, (2002), Ton dan Dao
(2014) dan Manuel dan Matthew (2017). Gervais et al. (2002) menyatakan bahwa
optimisme berlebihan dapat memberikan pengaruh positif terhadap keputusan
investasi karena optimisme berlebihan mendorong seseorang untuk berinvestasi.
Dengan meningkatnya volume transaksi investasi membuat investor lebih

20
berpeluang untuk dapat menghasilkan return yang sesuai dengan harapannya dan
melebihi return yang diterima pasar dibandingkan dengan investor dengan volume
transaksi investasi yang lebih rendah (Luong dan Ha, 2011).Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa optimisme berlebihan berpengaruh positif terhadap keputusan
investasi.

4.3.3. Pengaruh Kecenderungan Risikoterhadap Keputusan Investasi Saham


Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kecenderungan risiko tidak
berpengaruh terhadap keputusan investasi. Hasil ini tidak konsisten dengan
behavioral finance theory serta penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ton
dan Dao (2014) dan Odean (dikutip oleh Ngoc, 2013).Masing-masing jenis
investor memiliki kecenderungan risiko dan return harapan yang berbeda,
sehingga masing-masing memiliki peluang untuk mendapatkan tingkat retun yang
sesuai dengan harapan dan kepuasan terhadap keputusan investasinya. Dalam
berinvestasi jangka panjang, baik investor dengan kecenderungan menghindari
risiko maupun investor yang menyukai risiko tidak menjamin akan memperoleh
tingkat return yang sesuai dengan harapan mereka (Brandouy, Mathieu dan
Veryzhenko, 2012). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
investor terhadap risiko tidak mempengaruhi seorang investor dalam mengambil
keputusan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Danepo (2018) yang
menyatakan bahwa kecenderungan investor terhadap risiko tidak berpengaruh
terhadap keputusan investasi, dimana investor cenderung lebih memilih keputusan
yang rasional saat dihadapkan pada risiko investasi yang ada.

4.3.4. Pengaruh Konservatisme terhadap Keputusan Investasi Saham


Berdasarkan hasil uji hipotesis, ditemukan bahwa konservatisme
berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Hasil ini sesuai dan konsisten
dengan temuan dari Lim (2012), Kengatharan dan Kengatharan (2014) dan
Saraswati (2016) yang menyatakan bahwa konservatisme berpengaruh positif
terhadap keputusan investasi.Dalam hal memilih saham, investor konservatif lebih
berhati-hati dalam memilih sahamnya. Hal ini sesuai dengan model belief based
model yang menyatakan bahwa konservatisme mendorong investor menjadi lebih
lambat dalam bereaksi terhadap informasi baru dan berhati-hati dalam mengambil
keputusan investasi. Bentuk kehati-hatian ini termasuk tidak mudah mempercayai
informasi baru dan cenderung lebih memilih untuk berinvestasi pada perusahaan
yang familiar dan diketahui oleh banyak orang, dimana tingkat pengembalian
yang mereka terima akan lebih tinggi dibandingkan dengan saham perusahaan
yang kurang familiar di masyarakat (Bakar dan Yi, 2015). Dengan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan investor non konservatif,
maka menunjukkan bahwa investor konservatif telah mengambil

21
keputusan investasi dengan baik, sehingga dapat menghasilkan kinerja investasi
yang lebih baik dibandingkan investor non konservatif. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan
investasi.

V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan terhadap 114 investor saham di Pulau Jawa. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
dari faktor-faktor psikologis terhadap keputusan individual investasi saham.
Peneliti melakukan pengujian mengenai pengaruh faktor psikologis, yang terdiri
dari perilaku herding, optimisme berlebihan, kecenderungan risiko dan
konservatisme. terhadap keputusan investasi.
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa perilaku herding dan
kecenderungan risiko tidak berpengaruh terhadap keputusan individual investasi
saham. Sedangkan, optimisme berlebihan dan konservatisme berpengaruh positif
terhadap keputusan individual investasi saham.

5.2. Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Penelitian ini dibagikan kedalam media grup online melalui link dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel secara angket (kuesioner),
sehingga terdapat kemungkinan adanya percampuran antara responden yang
sesuai dengan kriteria sampel dan responden yang tidak sesuai dengan
kriteria sampel yang ditetapkan.
2. Instrumen penelitian kurang mengakomodasi adanya fitur mengenai rata-
rata tingkat return yang diterima oleh investor di pasar saham, sehingga
responden tidak dapat membandingkan antara tingkat return yang mereka
terima dengan tingkat return rata-rata di pasar saham.
3. Penelitian ini tidak menjelaskan pengaruh dari faktor-faktor demografis
maupun faktor-faktor lain yang turut serta dalam mempengaruhi hasil dari
penelitian.

5.3. Saran untuk Penelitian Berikutnya


Agar dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih baik, berikut ini
merupakan beberapa saran yang dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya:
1. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah responden dalam penelitian
agar dapat merepresentasikan populasi dengan lebih baik.
2. Agar dapat memperoleh hasil pengukuran yang lebih akurat dan objektif,
penelitian selanjutnya dapat mengembangkan instrumen penelitian dengan

22
mengakomodasi adanya fitur mengenai tingkat return rata-rata yang
diterima oleh investor di pasar saham, sehingga responden dapat
membandingkan antara tingkat return yang mereka terima dengan tingkat
return rata-rata di pasar saham.
3. Disamping menguji pengaruh dari faktor psikologis, penelitian selanjutnya
dapat menambahkan faktor-faktor lain, seperti misalnya faktor demografis,
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keputusan individual investasi
saham.

Daftar Pustaka
Ali, H., & Limakrisna, N. (2013). Metodologi penelitian (Petunjuk praktis untuk
pemecahan masalah bisnis, penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi).
Amirullah. (2015). Metode Penelitian Manajemen. Malang: Bayumedia Press.
Anggirani, N. A. (2017). Pengaruh risk tolerance, overconfidence dan literasi
keuangan terhadap pengambilan keputusan investasi masyarakat Surabaya.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Diakses dari
eprints.perbanas.ac.id/2841/1/ARTIKEL% 20ILMIAH.pdf
Ar-Rachman, A. R. (2018). Pengaruh overconfidence bias dan bias optimisme
terhadap pengambilan keputusan investasi pada investor di Yogyakarta
(Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta). Diakses dari
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/7506/JURNAL%20Aqi
b%20Rizka%20Ar-Rachman.pdf?sequence=2&isAllowed=y
Baddeley, M., Burke, C., Schultz, W., & Tobler, P. (2012). Herding in financial
behavior: A behavioral and neuroeconomic analysis of individual
differences. Journal of Economic Behavior and Organisation. pp. 1-29.
Bakar, S., & Yi, A. N. C. (2015). The impact of psychological factors on
investors’ decision making in Malaysian Stock Market: A Case of Klang
Valley and Pahang. Procedia Economics and Finance 35 (2016), pp. 319 –
328.
Barberis, N., & Thaler, R. (2003). A survey of behavioral finance. In G.
Constantinides, M. Harris, & R. Stulz (Eds.), Handbook of the Economics
of Finance. Amsterdam: North-Holland.

23
Barberis, N., A. Shleifer and R. Vishny (1998), “A model of investor sentiment”,
Journal of Financial Economics Vol. 49, pp. 307-345.
Bennet, E., Selvam, D.M., Ebenezer, E., Karpagam, V. and Vanitha, S. (2011).
Investors' attitude on stock selection decision. International Journal of
Management & Business Studies, Vol. 1, pp.7-15.
Bikhchandani, S., & Sharma, S. (2000). Herd behavior in financial markets. IMF
Staff Papers, 47(3), 279–310.
Bikhchandani, S., Hirshlleifer, D., & Welch, I. (1992). Theory of fads, fashion,
custom, and cultural change as information cascades. Journal of Political
Economy, 100(5), 992-1026.
Brandouy, O., Mathieu, P., & Veryzhenko, I. (2012). Risk aversion impact on
investment strategy performance: A multi agent based analysis. Lecture
Notes in Economics and Mathematical Systems, Vol. 662, pp. 91-102.
Cohen, J. 1988. Statistical power analysis for the behavioral sciences (2nd ed.).
Diakses dari: https://www.researchgate.net/post/what_is_a_good_r_squ
are_value_in_regression_analysis.
Cristofaro, M. (2017). Herbert Simon’s bounded rationality: Its historical
evolution in management and cross-fertilizing contribution. Journal of
Management History. 23(2), pp. 170-190.
Danepo, M. (2018). Pengaruh bias perilaku investor terhadap keputusan investasi
di pasar saham (Studi pada Bursa Efek Indonesia). Tesis. Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Fama, E. F. (1970). Efficient Capital Market : II. The Journal Of Finance Vol 46,
No 5, pp. 1575-1617.
Falk, R. & Miller, N. (1992). A Primer for soft modeling. The University of
Akron Press: Akron, OH.
Farayibi, A. O. (2015). The impact of risk on investment decision in Nigeria.
Research Journal of Finance and Accounting Vol. Vol.6, No.23, 52-59.

24
Gervais, S., Heaton, J. B., Odean, T., & Rodney, L. W. C. (2002). The positive
role of overconfidence and optimism in investment policy. Working Papers,
Rodney L White Center for Financial Research.
Gitman, L. J., & Joehnk, M. D., (2008). Fundamentals of investing. 10th edn.
Boston: Pearson Education Inc.
Hayat, A., & Anwar, M. (2016). Impact of behavioral biases on investment
decision; Moderating role of financial literacy. Islamabad, Pakistan,
Department of Business Administration, International Islamic University
Islamabad Pakistan.
Hartono, J. M. & Abdillah, W. (2009). Konsep & aplikasi PLS (Partial Least
Square) Untuk penelitian empiris. BPFE UGM, Yogyakarta
Hoffmann, A. O. I. & Post, T. (2012). What Makes Investors Optimistic, What
Makes them Afraid?. SSRN Electronic Journal. 10.2139/ssrn.2184220.
Hunjra, A. I., Qureshi, S. A., & Riaz, L. (2017). Psychological factors and
investment decision making: A confirmatory factor analysis. Journal of
Contemporary Management Sciences: Vol. 2, Issue 1, pp. 66-83.
Hussein, A. S. (2015). Penelitian bisnis dan manajemen menggunakan Partial
Least Squares (PLS) dengan smartPLS 3.0. Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.
Ivada, W. (2010). Pengaruh kompetensi investor dan overconfidence terhadap
frekuensi perdagangan. (Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta).
Kengatharan, L., & Kengatharan, N. (2014). The influence of behavioral factors in
making investment decisions and performance: Study of investors of
Colombo Stock Exchange, Sri Lanka. Asian Journal of Finance &
Accounting .
Khalid, R., Javed, M. U. & Shahzad, K. (2018). Impact of behavioral biases on
investment decision making with moderating role of financial literacy.
Jinnah Business Review Vol. 6, No. 2, pp. 34-41.

25
Lee, K., Miller, S., Velasquez, N., & Wann, C., (2013). The effect of investor bias
and gender on portofolio performance and risk. The International Journal of
Business and Finance Research Vol. 7, pp.1-16.
Luong, L. P., & Ha, D. T. (2011). Behavioral factors influencing individual
investors' decision-making and performance: A survey at the Ho Chi Minh
Stock Exchange. Sweden: Umeå School of Business.
Ly, T. T. H., & Thao, H. T. P. (2012). The influence of psychological factors on
the objectives of investors in Vietnam's stock market. Development and
integration Review.
Malhotra, N.K. (2012). Basic marketing research : Integration of social media.
Jakarta : PT Index Kelompok Gramedia.
Manuel, J., & Mathew, G. (2017). Impact of cognitive biases in investment
decisions of individual investors in stock market. International Journal of
Engineering Technology, Management and Applied Sciences. Vol. 5, Issue
6, pp. 531-538.
Ngoc, L. T. B. (2013). Behavior Pattern of Individual Investors in Stock Market.
International Journal of Business and Management: Vol.9. No.1.
Nicholson, N., O’Creevy, M. F., Soane, E., & Willman, P. (2001). Risk
propensity and personality. London Business School. London.
Nofsinger, J. R. (2001). Psychology of investing. New Jersey. Prentice-Hall, Inc.
Oliver, R. L. (1997) Satisfaction: A behavioral perspective on the consumer. The
McGraw-Hill Companies, Inc., New York.
Otoritas Jasa Keuangan. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2016.
Diakses dri https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/images/Document.
Peng, S. (2013). Maximizing and satisficing in decision-making dyads. (Thesis,
The Wharton School, University of Pennsylvania, USA). Diakses dari
http://repository.upenn.edu/wharton_research_scholars/98.
Phan, K. C., & Zhou, J. (2014). Factors influencing individual investor behavior:
An empirical study of the Vietnamese stock market. American Journal of
Business and Management,pp. 77-94.

26
Pompian, M. M. (2012). Behavioral finance and investor type (Managing
behavior to make better investment decision). New Jersey: John Wiley &
Sons.
Prosad, J. M., Kapoor, S. & Sengupta, J. (2015). Theory of behavioral finance.
Handbook of Research on Behavioral Finance and Investment Strategies:
Decision Making in the Financial Industry.
Putri, G. F. C., & Novianti, N. (2016). Pengaruh persepsi kegunaan, persepsi
kemudahan, kenyamanan, kepercayaan, kepuasan, dan loyalitas pelanggan
terhadap minat pembelian kembali secara online. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
FEB. Vol. 4, No. 2.
Rahim, A., Shah, M. H., & Aamir, A. (2019). Impact of conservatism bias effect
on investment decisions of Pakistani stock investor. City University
Research Journal, Vol. 9, No. 1, pp. 85-97.
Saraswati, A. R. (2016). The effect of anchoring and adjustment bias and
conservatism bias on investment decision making. (Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Malang).
Samani, S. A. (2016). Steps in research process (Partial Least Square of structural
equation modeling (PLS-SEM)). International Journal of Social Science and
Business. Vol. 1 No. 2; pp. 55-66.
Sarstedt, M., Ringle, C., & Hair, F. J. (2017). Partial least squares structural
equation modeling. Diakses dari https://www.researchgate.net/
publication/319669432_Partial_Least_Squares_Structural_Equation_Modeli
ng/citation/download
Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Shefrin, H., & Statman, M. (2000). Behavioral portofolio theory. The Journal of
Financial and Quantitative Analysis Vol. 35, No. 2, pp. 127-151.
Simon, H. A. (1955). A behavioral model of rational choice. The Quarterly
Journal of Economics, Vol. 69, pp. 99–118.
Syahrum, & Salim. (2012). Metodologi penelitian kuantitatif. Bandung: Cita
Pustaka Media

27
Thomas, T. C. (2018). Influences of behavioral biases on retail investors:
Evidences from India. International Journal of Current Engineering and
Scientific Research Vol. 5, Is. 4, pp. 27-36.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan investasi teori dan aplikasi. Edisi pertama.
Yogyakarta : Kanisius
Ton, H. T., & Dao, T. K. (2014). The effects of psychology on individual
investors' behaviors: Evidence from the Vietnam Stock Exchange. Journal
of Management and Sustainability, pp. 125-134.
Wamae, J. N., (2013). Behavioural factors influencing investment decision in
stock market: A survey of investment banks in Kenya. International Journal
of Social Sciences and Entrepreneurship Vol. 1,pp. 68-83.
Wulandari, D. A., & Iramani, R. (2014). Studi Experienced regret, risk tolerance,
overconfidence dan risk perception pada pengambilan keputusan investasi
dosen ekonomi. Vol. 4, No. 1, May 2014, pp. 55 – 66
Zahirović, S., & Okičić, J. (2016) Effects of risk aversion on securities portfolio
performance in underdeveloped capital markets: The case of the capital
market of Bosnia and Herzegovina, Economic Research-Ekonomska
Istraživanja, Vol. 29:1,pp. 343-359

28

Anda mungkin juga menyukai