Dosen Pembimbing:
Putu Prima Wulandari, SE., MSA., Ak.
ABSTRAK
ABSTRACT
The purpose of this study is to explain the effects of herding behavior, excessive
optimism, risk propensity, and conservatism on individual decision of stock
investment. The population of this study is individual stock investors in Java.
Using survey method and purposive sampling technique, 114 data samples were
collected, which were then analyzed using Structural Equation Modelling (SEM)
in SmartPLS 3.. The results show that herding behavior and risk propensity have
no effect on individual decision of stock investment, while excessive optimism
and conservatism have positive effects on individual decision of stock investment.
Keywords: herding behavior, excessive optimism, risk propensity, conservatism,
investment decision
1
I. PENDAHULUAN
2
Dengan adanya risiko yang dihadapi oleh investor dalam berinvestasi, maka
seorang investor harus dapat mengambil keputusan secara tepat. Kenyataannya
investor sering membuat keputusan investasi secara tidak rasional. Dalam situasi
berisiko, terdapat emosi dan faktor psikologis yang turut berpengaruh terhadap
keputusan investasi. Hal ini seringkali menyebabkan investor berperilaku tidak
rasional dan membuat kesalahan sistematis atas keputusannya.
Selain perilaku herding, optimisme berlebihan juga termasuk salah satu bias
perilaku yang populer digunakan dalam penelitian. Optimisme berlebihan
merupakan rasa percaya diri berlebihan dan keyakinan bahwa masa depan akan
menjadi lebih baik dari keadaan sebenarnya (Ton dan Dao, 2014). Optimisme
berlebihan sebagai salah satu faktor psikologis yang disebabkan oleh pengambilan
keputusan secara heuristik. Keputusan secara heuristik adalah pengambilan
keputusan dengan mengurangi kompleksitas sampel, sehingga menghasilkan
penilaian yang lebih mudah sebagai dasar dalam membuat keputusan investasi.
Optimisme berlebihan terjadi ketika investor hanya mengambil beberapa sampel
kejadian positif, yang kemudian mendorong mereka untuk meningkatkan volume
investasinya dan mengharapkan tingkat return yang meningkat. Optimisme
biasanya membawa dampak positif dengan mendorong investor untuk
berinvestasi, namun, rasa optimisme yang berlebihan terkadang dapat membawa
dampak negatif bagi investor dengan mendorong investor untuk berinvestasi pada
3
aset berisiko tinggi atau perusahaan dengan kondisi yang kurang baik (Gervais,
Heaton, Odean, Rodney., 2002). Hal ini tentu dapat berpengaruh buruk terhadap
kinerja investasi (investment performance) dari portofolio investor, dan
menunjukkan bahwa investor kurang baik dalam mengambil keputusan investasi.
Faktor psikologis lain yang diungkapkan oleh Ton dan Dao (2014) adalah
kecenderungan risiko. Hunjra dan Azam (dikutip olehFarayibi, 2015) membagi
tipe investor berdasarkan kecenderungan risiko mereka menjadi tiga, yaitu risk
averse(menghindari risiko), risk neutral (netral terhadap risiko) dan risk
preference /risk seeker (menyukai risiko). Bennet, Servam, Ebenezer, Kalpagam
dan Vanitha (2011) dalam penelitiannya mengenai faktor yang mempengaruhi
perilaku investor retail terhadap perilaku investasi di pasar modal menemukan
bahwa kecenderungan risiko investor merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap keputusan investasi. Kecenderungan risiko dari investor
menunjukkan besar kecilnya minat investor terhadap risiko investasi yang
dihadapinya, sehingga hal ini sangat berpengaruh dalam menentukan keputusan
investasi yang diambil.
Salah satu faktor psikologis dengan jumlah referensi yang masih terbatas di
Indonesia adalah konservatisme. Konservatisme merupakan salah satu faktor
psikologis yang diangkat dalam penelitian ini. Dalam model Belief Based Model
yang dikemukakan oleh Barberis,Shleifer dan Vishny (1998), konservatisme
menyebabkan investor saham cenderung kurang reaktif terhadap informasi di
pasar serta berhati-hati dalam mengambil keputusan investasinya. Konservatisme
diakibatkan oleh rendahnya tingkat literasi keuangan, yang menyebabkan investor
mengalami stres mental saat dihadapkan pada informasi yang baru (Thomas,
2018). Hal ini mengakibatkan investor tidak dapat memproses data baru, dan
masih tetap berpegang pada keyakinannya yang terdahulu. Menurut hasil survei
Otoritas Jasa Keuangan (2016) dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan tahun 2016 menyatakan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat
4
Indonesia dinilai masih rendah dengan berada pada angka 29,7%, sehingga dapat
dikatakan bahwa tingkat konservatisme investasi di Indonesia masih tergolong
tinggi. Berdasarkan temuan dari penelitian Lim (2012) dan Kengatharan dan
Kengatharan (2014) menunjukkan bahwa konservatisme merupakan faktor yang
berpengaruh positif terhadap keputusan investasi saham. Menurut Mercia et al.
(2014), investor konservatif merupakan investor yang terlambat dalam bereaksi
terhadap informasi ataupun rumor dari suatu perusahaan. Dalam penelitiannya di
pasar modal Malaysia, Bakar dan Yi (2015) menyatakan bahwa investor yang
konservatif lebih memilih untuk berinvestasi pada saham yang familiar dan
berasal dari perusahaan yang mereka ketahui sebelumnya. Hal itu mendukung
keyakinan mereka bahwa saham yang familiar akan menghasilkan keuntungan
yang lebih besar.
5
optimal. Dalam perkembangannya, Tversky dan Kahneman pada tahun 1974 dan
1979 memperkenalkan teori heuristik (heuristic theory) dan teori prospek
(prospect theory). Kedua teori ini menjadi komponen dasar dalam behavioral
finance.Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing teori :
1. Heuristic Theory
Tversky dan Kahneman (dikutip Luong dan Ha., 2011) mendefinisikan heuristik
sebagai rules of thumb yang memudahkan pengambilan keputusan dengan
mengurangi tingkat kompleksitas dalam melakukan penilaian kemungkinan dan
memprediksi nilai agar lebih mudah.
2. Prospect Theory
Dalam mengambil keputusan investasi, investor tidak dapat selalu mengambil
keputusan dengan rasional.Tversky dan Kahneman (dikutip Luong dan Ha,2011)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa sebagian besar investor menjadi risk
averse ketika mereka dalam keadaan menguntungkan. Sedangkan ketika
dihadapkan pada suatu keadaan berisiko mengalami kerugian, mereka menjadi
risk seeker.
6
yang menyatakan bahwa tingkat kepuasan menunjukkan kemampuan seseorang
dalam mengambil keputusan, dimana seseorang yang merasa puas atas
keputusannya percaya bahwa ia semakin ahli dalam mengambil keputusan.
7
optimis memiliki harapan yang positif terhadap investasinya, terlepas dari usaha
dan keterampilan yang dimiliki oleh investor tersebut (Agrawal, 2012). Investor
yang memperoleh return investasi yang sesuai dengan harapannya akan menjadi
lebih optimis kedepannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bracha dan Brown
(2012) yang menyatakan bahwa investor yang mengalami bias optimisme
dikarenakan investor tersebut terbiasa dan telah memiliki pengalaman serupa
sebelumnya, sehingga hal itu mempengaruhi mereka dalam mengambil keputusan
investasi.
Perilaku optimisme yang berlebihan dapat memberikan dampak yang buruk
terhadap investor. Dengan investor yang memiliki optimisme berlebihan membuat
investor kurang berhati-hati dalam membuat keputusan serta kurang
memperhatikan risiko atau NPV dari investasinya, sehingga dapat menurunkan
kinerja portofolio investasinya. Disisi lain, optimisme berlebihan juga dapat
memberikan hasil yang baik pada investor. Perilaku optimisme semakin
meningkat seiring dengan waktu dan pengalaman berinvestasi (Hoffman dan Post,
2012). Investor yang menerima keuntungan sesuai dengan harapannya akan
semakin optimis dalam berinvestasi, sehingga mereka meyakini bahwa keadaan di
masa depan akan membaik. Hal ini mendorong investor lebih berani untuk
berinvestasi pada saat yang tidak menentu.
Kecenderungan Risiko
Sitkin dan Pablo (dikutip oleh Nicholson, O’Creevy, Soane dan Willman,
2001) mendefinisikan kecenderungan risiko sebagai kecenderungan atau tendensi
dari pembuat keputusan untuk mengambil atau menghindari risiko.Phan dan Zhou
(2014) menyatakan bahwa risiko memiliki banyak definisi, sehingga terdapat
banyak metode pengukurannya, dimana sebagian investor setuju bahwa risiko
merupakan hasil yang tidak diharapkan karena berhubungan dengan
ketidakpastian. Namun sebagian investor yang lain lebih memilih untuk
berinvestasi pada alternatif investasi yang berisiko tinggi.
Dalam prospect theory, kecenderungan risiko investor dibagi menjadi dua,
yaitu investor risk averse dan risk seeker (Prosad et al., 2015). Prospect theory
menjelaskan bahwa sebagian besar investor menjadi risk averse dengan
mengambil keputusan berisiko rendah ketika mereka berpeluang besar untuk
memperoleh keuntungan, sedangkan ketika dihadapkan pada suatu keadaan yang
berpeluang besar untuk mengalami kerugian, mereka menjadi risk seeker dan
memilih keputusan berisiko tinggi agar dapat meminimalisir tingkat kerugian
yang mereka terima. Selanjutnya Hunjra dan Azam (dikutip oleh Farayibi, 2015)
membagi investor berdasarkan kecenderungan risiko mereka menjadi 3, yaitu risk
averse (menghindari risiko), risk neutral (netral terhadap risiko) dan risk
preference /risk seeker (menyukai risiko).
8
Konservatisme
Bakar dan Yi (2015) berpendapat bahwa konservatisme merupakan
pandangan investor yang lambat dalam menyesuaikan respon mereka terhadap
perkembangan informasi dan kejadian terbaru. Berdasarkan model belief based
model yang dikemukakan oleh Barberis et al. (1998), konservatisme akan
mendorong investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi dan
lambat dalam menyesuaikan diri dengan informasi baru,Dalam menghadapi suatu
masalah, investor konservatif mengatasinya dengan mengandalkan
pengalamannya terdahulu dibandingkan dengan mencari informasi baru yang
sesuai. Investor konservatif tetap bersikukuh atas pendapatnya meskipun tidak
sepenuhnya benar. Rahim, Shah dan Aamir (2019) berpendapat bahwa
konservatisme merupakan bias yang menyebabkan investor menggunakan
informasi lampau yang diingat dalam membuat keputusan dan tidak dapat
memperbaharui informasi seperti yang ada di pasar. Tipe investor konservatif
menggunakan pengalaman dan pengetahuannya dalam mengambil keputusan
investasi tanpa memproses informasi yang baru.
Konservatisme biasanya terdapat pada investor yang menerima berita buruk
seperti krisis global, sehingga mendorongnya untuk mengambil langkah berjaga-
jaga dan berhati-hati dalam berinvestasi (Shefrin, 2000). Langkah berhati-hati ini
termasuk diantaranya adalah dengan kecenderungan berinvestasi pada saham yang
familiar dan banyak diketahui orang. Dengan berinvestasi pada perusahaan yang
familiar dan memiliki produk yang banyak diketahui oleh orang, mereka percaya
bahwa tingkat pengembalian yang akan mereka terima lebih tinggi dibandingkan
dengan saham perusahaan yang kurang familiar di masyarakat (Bakar dan Yi,
2015).
9
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
10
Optimisme berlebihan berpengaruh positif terhadap keputusan individual
investasi saham
Ton dan Dao (2014) mendefinisikan optimisme berlebihan sebagai
kombinasi dari rasa percaya diri berlebihan dan keyakinan bahwa masa depan
akan menjadi lebih baik dan positif dari keadaan sebenarnya. Dengan demikian,
individu dengan rasa optimisme yang berlebihan akan memandang masa depan
secara positif. Harapan akan masa depan yang positif mendorong investor
membuat keputusan untuk meningkatkan nilai investasinya (Pompian, 2006).
Kesimpulan serupa diungkapkan oleh Gervais et al., (2002) yang menyatakan
bahwa optimisme berlebihan memberikan dampak positif dengan mendorong
investor untuk berinvestasi, dimana investor dengan nilai investasi dan transaksi
yang lebih tinggi berpeluang dalam mengambil keputusan investasi dengan lebih
baik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa optimisme berlebihan berpengaruh
positif terhadap keputusan investasi. Kesimpulan ini didukung oleh Ton dan Dao
(2014) dan Manuel dan Matthew (2017). Oleh karena itu, untuk hipotesis kedua
dirumuskan sebagai berikut :
11
faktor kecenderungan terhadap risiko berpengaruh positif terhadap keputusan
investasi. Oleh karena itu dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
12
sampel yang ditetapkan oleh Roscoe (dikutip oleh Amirullah, 2015) yang
menyatakan bahwa jumlah sampel yang tepat bagi sebagian besar penelitian
adalah 30 hingga 500 sampel.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang yang sama bagi individu yang ada dalam populasi untuk
dipilih sebagai sampel (Syahrum dan Salim, 2012:115). Sedangkan, teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, adalah purposive
sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan
menetapkan kriteria tertentu agar sampel sesuai dengan tujuan dari penelitian
(Syahrum dan Salim, 2012:118). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah
investor saham individu yang mengelola portofolio investasinya sendiri dan
pernah melakukan transaksi jual beli saham di Bursa Efek Indonesia.
13
responden untuk memberikan penjelasan secara panjang dan mendalam (Syahrum
dan Salim, 2012:136).
Dalam pengambilan data sampel, penyebaran kuesioner dan pengisiannya
dilakukan dengan cara kuesioner elektronik (electronic questionnaire). Kuesioner
dibagikan melalui link kepada responden yang tergabung dalam grup sosial media
komunitas Investor Saham Pemula (ISP) di beberapa grup regional. Data yang
dikumpulkan meliputi demografis, faktor psikologis dan pembuatan keputusan
investasi saham dari responden. Skala pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala likert. Abdullah (dikutip oleh Ar-Rachman (2018)
mendefinisikan skala likert sebagai skala yang diukur berdasarkan pada
penjumlahan respon jawaban dari responden atas pernyataan terkait indikator dari
suatu variabel.
14
investor untuk mengambil atau menghindari risiko.Variabel kecenderungan risiko
investasi diadopsi dari penelitian Ton dan Dao (2014) dan Hunjra et al. (2017).
Konservatisme
Konservatisme adalah bias akibat investor mengalami kesulitan dalam memproses
informasi baru karena adanya tekanan mental saat dihadapkan pada set data yang
baru, sehingga investor lebih memilih untuk tetap pada keyakinannya yang
sebelumnya (Thomas, 2018).Variabel konservatisme diadopsi dari penelitian
Thomas (2018) dan Saraswati (2016).
Evaluasi model struktural PLS dilakukan dengan uji outer model dan inner
model.Outer model merupakan model pengukuran yang untuk menguji validitas
dan reliabilitas dari model penelitian. Outer model terdiri dari uji validitas
konvergen, uji validitas diskriminan dan uji reliabilitas.
Sedangkan Inner model merupakan model pengukuran untuk menguji
hubungan kausalitas pada variabel laten. Evaluasi inner model dilakukan dengan
menggunakan model R untuk variabel dependen, nilai koefisien path atau t-
valuespada tiap path untuk menguji signifikansi antar variabelpada model
struktural
15
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengumpulan Data
Responden dalam penelitian ini adalah para investor saham individual di
Pulau Jawa yang mengelola portofolio sahamnya sendiri dan telah melakukan
transaksi jual beli saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh
dengan menyebarkan kuesioner melalui tautan (link) kuesioner penelitian di
forum online. Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling, dimana
pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan kemudahan dan kesediaan dari
responden dalam mengisi kuesioner penelitian
Tabel 4.1
Tingkat Partisipasi Responden
Keterangan Responden Prosentase %
Target Jumlah Responden 120 100
Responden yang Mengisi Kuesioner 117 97,5
Data Responden yang Dapat Diolah 114 95
Data Responden yang Tidak Dapat Diolah 3 5
Sumber : Data Primer (diolah)
16
Konservatisme 0,659 0,853 0,753 0,659
Keputusan Investasi 0,636 0,837 0,747 0,636
Sumber : Data Primer (Diolah)
Terlihat pada Tabel 4.2 diatas bahwa seluruh variabel penelitian telah
memenuhi persyaratan uji validitas konvergen untuk parameter nilai AVE dan
Communality, dimana nilai AVE dan Communality dari masing-masing variabel
pada Tabel 4.2 memiliki nilai > 0,5. Selain parameter nilai AVE dan
Communality, parameter lain yang digunakan adalah nilai factor loading. Nilai
factor loading dapat dilihat dari hasil uji outer loading yang ditampilkan pada
Tabel 4.3. yang menunjukkan bahwa setiap indikator yang ada telah memenuhi
persyaratan untuk validitas konvergen dengan nilai masing-masing indikator
berada diatas 0,5.
Tabel 4.3
Outer Loading
Perilaku Optimisme Kecenderungan Keputusan
Konservatisme
Herding Berlebihan risiko Investasi
PH1 0,746
PH2 0,885
PH3 0,847
PH4 0,679
PH5 0,601
OB1 0,631
OB2 0,660
OB3 0,789
OB4 0,844
KR1 0,855
KR2 0,809
KR3 0,859
KR4 0,557
K1 0,870
K2 0,810
K4 0,752
KI1 0,926
KI2 0,794
KI3 0,648
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan: PH: Perilaku Herding, OB: Optimisme Berlebihan, KR: Kecenderungan risiko, K:
Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.
17
Selanjutnya pembahasan uji validitas diskriminan. Pengujian validitas
diskriminan dapat dilakukan dengan parameter perbandingan akar kuadrat AVE
dengan korelasi antar variabale laten dan Cross loading.
Tabel 4.4
Akar AVE dan Korelasi antar Variabel Laten
PH OB KR K KI
PH 0,759
OB -0,185 0,736
KR -0,207 -0,060 0,780
K 0,047 0,223 -0,408 0,812
KI 0,161 0,266 -0,096 0,268 0,797
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan: PH: Perilaku Herding, OB: Optimisme Berlebihan, KR: Kecenderungan risiko, K:
Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.
Tabel 4.5
Cross Loading
PH OB KR K KI
PH1 0,746 -0,222 -0,167 0,016 -0,020
PH2 0,885 -0,216 -0,164 -0,005 0,165
PH3 0,847 -0,224 -0,225 0,005 0,104
PH4 0,679 -0,096 -0,210 0,029 0,070
PH5 0,601 0,021 -0,050 0,153 0,090
OB1 -0,027 0,631 -0,202 0,104 0,195
OB2 -0,162 0,660 0,104 0,093 0,129
OB3 -0,192 0,789 -0,014 0,201 0,163
OB4 -0,174 0,844 -0,020 0,227 0,258
KR1 -0,149 -0,088 0,855 -0,401 -0,071
KR2 -0,145 -0,004 0,809 -0,292 -0,040
KR3 -0,220 -0,029 0,859 -0,352 -0,096
KR4 -0,199 0,060 0,557 -0,390 0,014
K1 0,200 0,235 -0,340 0,870 0,280
K2 -0,024 0,127 -0,311 0,810 0,189
K4 -0,181 0,157 -0,359 0,752 0,150
KI1 0,113 0,345 -0,113 0,290 0,926
KI2 0,168 0,086 -0,033 0,209 0,794
KI3 0,154 0,060 -0,059 0,023 0,648
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan: PH: Perilaku Herding, OB: Optimisme Berlebihan, KR: Kecenderungan risiko, K:
Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.
18
Selanjutnya pembahasan uji validitas diskriminan. Dapat dilihat pada tabel
cross loadings 4.5yang menunjukkan nilai pada setiap indikator pertanyaan
variabel penelitian > 0,5 dan pada tabel akar AVE dan korelasi variabel laten 4.4
menunjukkan nilai akar AVE > korelasi variabel laten. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa syarat validitas diskriminan telah terpenuhi.
Setelah uji validitas konvergen dan diskriminan telah dilakukan, maka
langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitas. Pengujian reliabilitas didasarkan
pada parameter nilai cronbach’s alpha dan composite reliability dengan nilai > 0,7
(namun nilai 0,6 masih dapat diterima). Berdasarkan pada Tabel 4.2 Overview
Algoritma, dapat dilihat bahwa cronbach’s alpha dan composite reliability pada
setiap konstruk memiliki nilai > 0,7. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
data tersebut reliabel.
19
risiko dapat disimpulkan tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Hal ini
terlihat pada faktor perilaku herding yang memiliki nilai t-statistik 1,370 dengan
nilai p sebesar 0,086. Sedangkan faktor kecenderungan terhadap risiko memiliki
nilai t-statistik sebesar 0,362 dan nilai p sebesar 0,359. Keduanya tidak memenuhi
kriteria nilai t-statistik dan ¬p-values yang ditetapkan.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Perilaku Herding terhadap Keputusan Investasi Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel perilaku herding tidak
berpengaruh terhadap keputusan investasi. Hasil ini tidak konsisten dengan
behavioral finance theory, serta penelitian dari Luong dan Ha (2011) dan Wamae
(2013) yang menyatakan bahwa perilaku herding berpengaruh positif terhadap
keputusan investasi. Namun, kesimpulan ini sesuai dengan penelitian dari Khalid
et al. (2018) dan Ton dan Dao (2014) yang menyatakan bahwa variabel perilaku
herding tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Perilaku herding
mendorong investor untuk meniru langkah yang diambil oleh investor lain
maupun pergerakan pasar saham jika keputusan tersebut logis dan dapat dipercaya
(Bikhchandani and Sharma, 2000). Mereka percaya dengan mengikuti langkah
yang diambil oleh banyak orang dapat membantu menghindari kesalahan dalam
pengambilan keputusan investasi. Namun, jika investor hanya mengikuti
keputusan yang diambil oleh investor lain tanpa disertai dengan pengalaman
berinvestasi maupun literasi keuangan yang memadai, maka hasilnya juga tidak
akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Investor dengan perilaku herding tidak
dapat mengambil keputusan investasi dengan baik jika tidak disertai dengan
literasi keuangan yang memadai. Investor yang memiliki literasi keuangan yang
baik dapat menentukan target investasinya dan dapat membaca keadaan pasar
sebelum mengambil keputusan investasi, sedangkan seorang investor dengan
literasi keuangan yang kurang baik hanya mengikuti keputusan yang diambil
investor lain tanpa dapat menentukan tingkat return dan toleransi kerugian yang
akan diterima, sehingga terkadang investor mengambil keputusan investasi secara
keliru.
20
berpeluang untuk dapat menghasilkan return yang sesuai dengan harapannya dan
melebihi return yang diterima pasar dibandingkan dengan investor dengan volume
transaksi investasi yang lebih rendah (Luong dan Ha, 2011).Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa optimisme berlebihan berpengaruh positif terhadap keputusan
investasi.
21
keputusan investasi dengan baik, sehingga dapat menghasilkan kinerja investasi
yang lebih baik dibandingkan investor non konservatif. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan
investasi.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan terhadap 114 investor saham di Pulau Jawa. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
dari faktor-faktor psikologis terhadap keputusan individual investasi saham.
Peneliti melakukan pengujian mengenai pengaruh faktor psikologis, yang terdiri
dari perilaku herding, optimisme berlebihan, kecenderungan risiko dan
konservatisme. terhadap keputusan investasi.
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa perilaku herding dan
kecenderungan risiko tidak berpengaruh terhadap keputusan individual investasi
saham. Sedangkan, optimisme berlebihan dan konservatisme berpengaruh positif
terhadap keputusan individual investasi saham.
22
mengakomodasi adanya fitur mengenai tingkat return rata-rata yang
diterima oleh investor di pasar saham, sehingga responden dapat
membandingkan antara tingkat return yang mereka terima dengan tingkat
return rata-rata di pasar saham.
3. Disamping menguji pengaruh dari faktor psikologis, penelitian selanjutnya
dapat menambahkan faktor-faktor lain, seperti misalnya faktor demografis,
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keputusan individual investasi
saham.
Daftar Pustaka
Ali, H., & Limakrisna, N. (2013). Metodologi penelitian (Petunjuk praktis untuk
pemecahan masalah bisnis, penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi).
Amirullah. (2015). Metode Penelitian Manajemen. Malang: Bayumedia Press.
Anggirani, N. A. (2017). Pengaruh risk tolerance, overconfidence dan literasi
keuangan terhadap pengambilan keputusan investasi masyarakat Surabaya.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Diakses dari
eprints.perbanas.ac.id/2841/1/ARTIKEL% 20ILMIAH.pdf
Ar-Rachman, A. R. (2018). Pengaruh overconfidence bias dan bias optimisme
terhadap pengambilan keputusan investasi pada investor di Yogyakarta
(Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta). Diakses dari
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/7506/JURNAL%20Aqi
b%20Rizka%20Ar-Rachman.pdf?sequence=2&isAllowed=y
Baddeley, M., Burke, C., Schultz, W., & Tobler, P. (2012). Herding in financial
behavior: A behavioral and neuroeconomic analysis of individual
differences. Journal of Economic Behavior and Organisation. pp. 1-29.
Bakar, S., & Yi, A. N. C. (2015). The impact of psychological factors on
investors’ decision making in Malaysian Stock Market: A Case of Klang
Valley and Pahang. Procedia Economics and Finance 35 (2016), pp. 319 –
328.
Barberis, N., & Thaler, R. (2003). A survey of behavioral finance. In G.
Constantinides, M. Harris, & R. Stulz (Eds.), Handbook of the Economics
of Finance. Amsterdam: North-Holland.
23
Barberis, N., A. Shleifer and R. Vishny (1998), “A model of investor sentiment”,
Journal of Financial Economics Vol. 49, pp. 307-345.
Bennet, E., Selvam, D.M., Ebenezer, E., Karpagam, V. and Vanitha, S. (2011).
Investors' attitude on stock selection decision. International Journal of
Management & Business Studies, Vol. 1, pp.7-15.
Bikhchandani, S., & Sharma, S. (2000). Herd behavior in financial markets. IMF
Staff Papers, 47(3), 279–310.
Bikhchandani, S., Hirshlleifer, D., & Welch, I. (1992). Theory of fads, fashion,
custom, and cultural change as information cascades. Journal of Political
Economy, 100(5), 992-1026.
Brandouy, O., Mathieu, P., & Veryzhenko, I. (2012). Risk aversion impact on
investment strategy performance: A multi agent based analysis. Lecture
Notes in Economics and Mathematical Systems, Vol. 662, pp. 91-102.
Cohen, J. 1988. Statistical power analysis for the behavioral sciences (2nd ed.).
Diakses dari: https://www.researchgate.net/post/what_is_a_good_r_squ
are_value_in_regression_analysis.
Cristofaro, M. (2017). Herbert Simon’s bounded rationality: Its historical
evolution in management and cross-fertilizing contribution. Journal of
Management History. 23(2), pp. 170-190.
Danepo, M. (2018). Pengaruh bias perilaku investor terhadap keputusan investasi
di pasar saham (Studi pada Bursa Efek Indonesia). Tesis. Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Fama, E. F. (1970). Efficient Capital Market : II. The Journal Of Finance Vol 46,
No 5, pp. 1575-1617.
Falk, R. & Miller, N. (1992). A Primer for soft modeling. The University of
Akron Press: Akron, OH.
Farayibi, A. O. (2015). The impact of risk on investment decision in Nigeria.
Research Journal of Finance and Accounting Vol. Vol.6, No.23, 52-59.
24
Gervais, S., Heaton, J. B., Odean, T., & Rodney, L. W. C. (2002). The positive
role of overconfidence and optimism in investment policy. Working Papers,
Rodney L White Center for Financial Research.
Gitman, L. J., & Joehnk, M. D., (2008). Fundamentals of investing. 10th edn.
Boston: Pearson Education Inc.
Hayat, A., & Anwar, M. (2016). Impact of behavioral biases on investment
decision; Moderating role of financial literacy. Islamabad, Pakistan,
Department of Business Administration, International Islamic University
Islamabad Pakistan.
Hartono, J. M. & Abdillah, W. (2009). Konsep & aplikasi PLS (Partial Least
Square) Untuk penelitian empiris. BPFE UGM, Yogyakarta
Hoffmann, A. O. I. & Post, T. (2012). What Makes Investors Optimistic, What
Makes them Afraid?. SSRN Electronic Journal. 10.2139/ssrn.2184220.
Hunjra, A. I., Qureshi, S. A., & Riaz, L. (2017). Psychological factors and
investment decision making: A confirmatory factor analysis. Journal of
Contemporary Management Sciences: Vol. 2, Issue 1, pp. 66-83.
Hussein, A. S. (2015). Penelitian bisnis dan manajemen menggunakan Partial
Least Squares (PLS) dengan smartPLS 3.0. Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.
Ivada, W. (2010). Pengaruh kompetensi investor dan overconfidence terhadap
frekuensi perdagangan. (Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta).
Kengatharan, L., & Kengatharan, N. (2014). The influence of behavioral factors in
making investment decisions and performance: Study of investors of
Colombo Stock Exchange, Sri Lanka. Asian Journal of Finance &
Accounting .
Khalid, R., Javed, M. U. & Shahzad, K. (2018). Impact of behavioral biases on
investment decision making with moderating role of financial literacy.
Jinnah Business Review Vol. 6, No. 2, pp. 34-41.
25
Lee, K., Miller, S., Velasquez, N., & Wann, C., (2013). The effect of investor bias
and gender on portofolio performance and risk. The International Journal of
Business and Finance Research Vol. 7, pp.1-16.
Luong, L. P., & Ha, D. T. (2011). Behavioral factors influencing individual
investors' decision-making and performance: A survey at the Ho Chi Minh
Stock Exchange. Sweden: Umeå School of Business.
Ly, T. T. H., & Thao, H. T. P. (2012). The influence of psychological factors on
the objectives of investors in Vietnam's stock market. Development and
integration Review.
Malhotra, N.K. (2012). Basic marketing research : Integration of social media.
Jakarta : PT Index Kelompok Gramedia.
Manuel, J., & Mathew, G. (2017). Impact of cognitive biases in investment
decisions of individual investors in stock market. International Journal of
Engineering Technology, Management and Applied Sciences. Vol. 5, Issue
6, pp. 531-538.
Ngoc, L. T. B. (2013). Behavior Pattern of Individual Investors in Stock Market.
International Journal of Business and Management: Vol.9. No.1.
Nicholson, N., O’Creevy, M. F., Soane, E., & Willman, P. (2001). Risk
propensity and personality. London Business School. London.
Nofsinger, J. R. (2001). Psychology of investing. New Jersey. Prentice-Hall, Inc.
Oliver, R. L. (1997) Satisfaction: A behavioral perspective on the consumer. The
McGraw-Hill Companies, Inc., New York.
Otoritas Jasa Keuangan. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2016.
Diakses dri https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/images/Document.
Peng, S. (2013). Maximizing and satisficing in decision-making dyads. (Thesis,
The Wharton School, University of Pennsylvania, USA). Diakses dari
http://repository.upenn.edu/wharton_research_scholars/98.
Phan, K. C., & Zhou, J. (2014). Factors influencing individual investor behavior:
An empirical study of the Vietnamese stock market. American Journal of
Business and Management,pp. 77-94.
26
Pompian, M. M. (2012). Behavioral finance and investor type (Managing
behavior to make better investment decision). New Jersey: John Wiley &
Sons.
Prosad, J. M., Kapoor, S. & Sengupta, J. (2015). Theory of behavioral finance.
Handbook of Research on Behavioral Finance and Investment Strategies:
Decision Making in the Financial Industry.
Putri, G. F. C., & Novianti, N. (2016). Pengaruh persepsi kegunaan, persepsi
kemudahan, kenyamanan, kepercayaan, kepuasan, dan loyalitas pelanggan
terhadap minat pembelian kembali secara online. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
FEB. Vol. 4, No. 2.
Rahim, A., Shah, M. H., & Aamir, A. (2019). Impact of conservatism bias effect
on investment decisions of Pakistani stock investor. City University
Research Journal, Vol. 9, No. 1, pp. 85-97.
Saraswati, A. R. (2016). The effect of anchoring and adjustment bias and
conservatism bias on investment decision making. (Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Malang).
Samani, S. A. (2016). Steps in research process (Partial Least Square of structural
equation modeling (PLS-SEM)). International Journal of Social Science and
Business. Vol. 1 No. 2; pp. 55-66.
Sarstedt, M., Ringle, C., & Hair, F. J. (2017). Partial least squares structural
equation modeling. Diakses dari https://www.researchgate.net/
publication/319669432_Partial_Least_Squares_Structural_Equation_Modeli
ng/citation/download
Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Shefrin, H., & Statman, M. (2000). Behavioral portofolio theory. The Journal of
Financial and Quantitative Analysis Vol. 35, No. 2, pp. 127-151.
Simon, H. A. (1955). A behavioral model of rational choice. The Quarterly
Journal of Economics, Vol. 69, pp. 99–118.
Syahrum, & Salim. (2012). Metodologi penelitian kuantitatif. Bandung: Cita
Pustaka Media
27
Thomas, T. C. (2018). Influences of behavioral biases on retail investors:
Evidences from India. International Journal of Current Engineering and
Scientific Research Vol. 5, Is. 4, pp. 27-36.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan investasi teori dan aplikasi. Edisi pertama.
Yogyakarta : Kanisius
Ton, H. T., & Dao, T. K. (2014). The effects of psychology on individual
investors' behaviors: Evidence from the Vietnam Stock Exchange. Journal
of Management and Sustainability, pp. 125-134.
Wamae, J. N., (2013). Behavioural factors influencing investment decision in
stock market: A survey of investment banks in Kenya. International Journal
of Social Sciences and Entrepreneurship Vol. 1,pp. 68-83.
Wulandari, D. A., & Iramani, R. (2014). Studi Experienced regret, risk tolerance,
overconfidence dan risk perception pada pengambilan keputusan investasi
dosen ekonomi. Vol. 4, No. 1, May 2014, pp. 55 – 66
Zahirović, S., & Okičić, J. (2016) Effects of risk aversion on securities portfolio
performance in underdeveloped capital markets: The case of the capital
market of Bosnia and Herzegovina, Economic Research-Ekonomska
Istraživanja, Vol. 29:1,pp. 343-359
28