Anda di halaman 1dari 14

Ari Mulianta Ginting Pengaruh Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah terhadap Kemiskinan di Indonesia 2004-2013 45

PENGARUH KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTARWILAYAH TERHADAP KEMISKINAN


DI INDONESIA 2004-2013

THE INFLUENCE OF REGIONAL DISPARITY ON POVERTY IN INDONESIA DURING 2004-2013

Ari Mulianta Ginting


Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi
Sekretariat Jenderal DPR RI, Gedung Nusantara I Lt.2,
Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta 10270, Indonesia,
e-mail: ari.ginting@dpr.go.id)

Naskah diterima:31 Januari 2015, direvisi: 9 Februari 2015,


disetujui: 20 Februari 2015

Abstract
Indonesia’s economic development is intended to increase the country’s people welfare, but its disconnection to equality principle
causes regional disparities, which eventually leads to mass-poverty. This research aims to reveal the development of poverty and
regional disparities, and to analyze the impact of regional disparities to regional GDP, agglomeration, and investment in increasing
poverty in Indonesia. Using quantitative and qualitative methods and data from 2004 to 2013, it concludes that from the year 2004
to 2013, poverty level in Indonesia has decreased, in line with the decline in regional disparities. The decrease in regional disparities
is indicated by the Williamson Index, and the result of quantitative analysis with a panel regression of data probes that the regional
disparities and agglomeration show a positive and significant impact on poverty reduction in the country. In addition, the regional
GDP and investment have a negative and significant impact on poverty reduction. Thus, the writer argues, the government should
take a crash program to further reduce the regional disparities, a policy which is needed to more reduce mass-poverty in Indonesia.
Keywords: regional disparity, poverty, Indonesia, PDRB, investment, agglomeration, 2004-2013.

Abstrak
Pembangunan ekonomi ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia, namun mengabaikan azas pemerataan yang
menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan, yang memunculkan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perkembangan kemiskinan dan ketimpangan antarwilayah dan menganalisis pengaruh variabel ketimpangan pembangunan
antarwilayah, PDRB, investasi dan aglomerasi terhadap pengurangan kemiskinan di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dan data dari tahun 2004 sampai dengan 2013, penelitian ini menghasilkan kesimpulan: dari tahun 2004
sampai dengan 2013 tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan sejalan dengan semakin menurunnya ketimpangan
pembangunan antarwilayah. Penurunan ketimpangan ini ditunjukkan dengan Indeks Williamson yang semakin menurun untuk
Indonesia bagian barat dan timur. Hasil analisa kuantitatif dengan regresi panel data menemukan bahwa variabel ketimpangan
pembangunan dan aglomerasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemiskinan. Sedangkan variabel PDRB dan
investasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan hasil itu, pemerintah harus
melakukan crash program untuk mengatasi lebih jauh ketimpangan pembangunan, agar kemiskinan dapat menurun lebih signifikan
lagi di Indonesia.

Kata Kunci: ketimpangan pembangunan, antarwilayah, kemiskinan, Indonesia, PDRB, investasi, aglomerasi, 2004-2013.

I. PENDAHULUAN ukuran martabat suatu negara.1 Hal tersebut juga


A. Latar Belakang berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara yang
mengalami problema yang sama.
Kemiskinan memang menjadi salah satu masalah
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (1)
utama umat manusia yang sudah ada sejak dulu.
secara tegas menyatakan bahwa orang miskin, anak
Fenomena ini telah ada sejak peradaban manusia
terlantar menjadi tanggung jawab negara. Amanat
hingga kini masih menjadi masalah utama di negara
ini secara tegas dan lugas menegaskan bahwa
manapun. Kemiskinan merupakan fenomena sosial
problema kemiskinan menjadi salah satu hal yang
yang bersifat umum, bukan merupakan fenomena
utama yang harus menjadi program pembangunan
sosial khusus pada masyarakat yang berlatar belakang
suku bangsa dan agama. Namun kemiskinan menjadi
1
Mohammad Mulyadi, Kemiskinan: Indentifikasi Penyebab
dan Strategi Penanggulangannya. Jakarta : Publica Press,
2014, hlm. v.
46 Kajian Vol. 20 No. 1 Maret 2015 hal. 45 - 58

negara ini. Ditambah lagi dalam pembukaan Undang- daerah lain mempunyai kandungan sumber daya
Undang Dasar 1945 dalam aline ke-4 secara tersurat alam lebih kecil hanya akan memproduksi barang
menegaskan tujuan didirikannya Pemerintah Negara dan jasa dengan biaya produksi lebih tinggi sehingga
Indonesia. Salah satu tujuannya adalah memajukan daya saingnya menjadi lemah. Kondisi tersebut
kesejahteraan umum dan mewujudkan keadilan selanjutnya menyebabkan daerah yang bersangkutan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Makna dari cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang
tujuaan ini adalah pemerintah harus menciptakan lambat.3
dan mendorong kesejahteraan bagi rakyat namun Ketimpangan wilayah timbul karena tidak
harus disertai dengan adanya azas keadilan bagi adanya pemerataan dalam pembangunan ekonomi.
semua masyarakat dimanapun mereka berada di Hal ini terlihat dengan adanya wilayah yang maju
seluruh Indonesia dari Sabang sampai Marauke. dengan wilayah yang terkebelakang atau kurang
Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat maju.Ketidakmerataan pembangunan ini disebabkan
tersebut maka dibutuhkan suatu proses yang karena adanya perbedaan antarwilayah satu dengan
dinamakan pembangunan dan pertumbuhan. lainnya. Armida. S Alisjahbana mengatakan bahwa
Dalam proses pembangunan ekonomi yang salah satu permasalahan ketimpangan yang menonjol
menciptakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia di Indonesia adalah kesenjangan antardaerah
berlangsung secara kontinu akan tetapi tidak sebagai konsekuensi dari terkonsentrasinya kegiatan
diimbangi dengan azas keadilan dan pemerataan. perekonomian di Pulau Jawa dan Bali. Berkembangnya
Dampaknya yang langsung terlihat adalah timbulnya provinsi-provinsi baru sejak tahun 2001 dan
ketimpangan pembangunan antarwilayah. desentralisasi diduga akan mendorong kesenjangan
Ketimpangan pembangunan antarwilayah tersebut, antardaerah yang lebih lebar.4 Ketimpangan
terlihat dengan adanya wilayah yang maju dengan pembangunan antar provinsi di Indonesia yang terjadi
wilayah yang terkebelakang atau kurang maju.Untuk menurut Deputi Kementerian Negara Perencanaan
itu maka diperlukan suatu kebijakan pertumbuhan Pembangunan Nasional (Bappenas) Imron Bulkin,
ekonomi yang disertai dengan pemerataan distribusi mengatakan bahwa hasil evaluasi yang dilakukan
pendapatan. oleh Bapenas terhadap pemerintahan Presiden Susilo
Ketimpangan pembangunan ekonomi Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap pembangunan
antarwilayah menurut Sjafrizal (2012) merupakan daerah sampai saat ini masih banyak ketimpangan.
fenomena umum yang terjadi dalam proses Secara khusus ketimpangan tersebut hampir disemua
pembangunan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan sektor terutama pada ketersediaan sarana publik,
ini pada awalnya disebabkan oleh adanya perbedaan pendidikan dan kesehatan. Bukan hanya ketimpangan
kandungan demografi yang terdapat pada masing- saja, bahkan pembangunan selama ini mengabaikan
masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kawasan timur Indonesia.5 Bahkan Presiden terpilih
kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan Joko Widodo dalam kunjungannya ke redaksi Bisnis
pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses Indonesia mengakui bahwa adanya ketimpangan
pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, pemerataan pembangunan di Indonesia bagian timur,
tidaklah mengherankan bilamana pada setiap daerah beliau mengatakan bahwa ketimpangan sangat jelas
biasanya terdapat wilayah maju (developed region) sekali di lapangan di Indonesia bagian timur.6 Untuk
dan wilayah relatif terbelakang (underdeveloped itu maka pembangunan yang dilaksanakan harus
region).2 didasarkan kepada azas pemerataan dan keadilan bagi
Lebih lanjut Sjafrizal (2012) mengatakan bahwa seluruh rakyat Indonesia dimana pun mereka berada.
penyebab ketimpangan ekonomi antarwilayah juga Bertitik tolak dari kenyataan tersebut,
disebabkan oleh perbedaan kandungan sumber daya kesenjangan atau ketimpangan antarwilayah
alam. Perbedaan kandungan sumber daya alam ini merupakan konsekuensi logis pembagunan dan
jelas akan mempengaruhi kegiatan produksi daerah
yang bersangkutan. Daerah dengan kandungan
3
Ibid hlm. 119.

4
Armida S. Alisjahbana, Kesenjangan Regional di Indonesia,
sumber daya alam cukup banyak akan memproduksi
Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2005.
barang dan jasa tertentu dengan biaya relatif murah
5
“Ketimpangan Pembangunan di Indonesia Masih Terjadi”,
dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai (Online), (http://nasional.kontan.co.id/news/ketimpangan-
kandungan sumber daya alam lebih sedikit. Kondisi pembangunan-di-indonesia-masih-tinggi, diakses tanggal 9
ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah September 2014.)
bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan
6
“Ketimpangan Pembangunan di Indonesia Timur”, (Online),
(http://news.bisnis.com/read/20140721/15/244928/
Sjafrizal, Ekonomi Wilayah dan Perkotaan, Jakarta: Rajawali
2 jokowi-akui-ketimpangan-pembangunan-di-indonesia-
Press, 2012, hlm.108-110. timur, diakses tanggal 9 September 2014 dari diunduh
tanggal 9 September 2014.)
Ari Mulianta Ginting Pengaruh Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah terhadap Kemiskinan di Indonesia 2004-2013 47
merupakan suatu tahapan dalam pembangunan (PDRB) dari masing-masing provinsi, baik provinsi
itu sendiri. Perbedaan tingkat kemajuan ekonomi yang berada di Indonesia bagian Barat mapun yang
antarwilayah yang berlebihan akan menyebabkan berada di Indonesia bagian Timur.
pengaruh yang merugikan (backwash effect) Perkembangan ketimpangan pembangunan
mendominasi pengaruh yang menguntungkan antarwilayah di Indonesia yang ditunjukkan dengan
(spread effect) terhadap pertumbuhan daerah, dalam Indeks Williamson pada Gambar 1. menunjukkan tren
hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan. yang menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Tujuan utama dari usaha pembangunan ekonomi ketimpangan yang semakin menurun antarwilayah
selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi- di Indonesia, baik di Indonesia bagian barat maupun
tingginya, harus pula menghapus dan mengurangi bagian timur. Sejalan dengan ketimpangan yang
tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan semakin menurun, tren kemiskinan di Indonesia
tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi pada periode sama juga menunjukkan penurunan.
penduduk atau masyarakat akan memberikan Menurut Bappenas mengatakan bahwa pengurangan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.7 ketimpangan pembangunan wilayah di Indonesia
Ketimpangan pembangunan antarwilayah diperlukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan
terjadi mengakibatkan terhambatnya perkembangan di Indonesia.8 Ketimpangan pembangunan
wilayah diakibatkan oleh rendahnya aksesibilitas antarwilayah terutama Indonesia bagian barat dan
pelayanan sarana dan prasarana ekonomi dan sosial. Indonesia bagian timur harus dilakukan tindakan
Pembangunan yang dilaksanakan selama ini telah nyata untuk mendorong pengurangan kemiskinan di
menghasilkan daerah-daerah yang maju, berkembang Indonesia.

Sumber : Data diolah (2014).


Gambar 1. Perkembangan Kemiskinan dan Ketimpangan Pembangunan (Indeks Williamson)
Indonesia Tahun 2004-2013
dan miskin. Di pihak lain ketimpangan pembangunan B. Perumusan Masalah
juga menciptakan kantong-kantong kemiskinan pada Berdasarkan paparan diatas, terlihat bahwa
kawasan-kawasan terpencil, terisolir, kritis dan miskin perkembangan ketimpangan antarwilayah dan
sumber daya serta merupakan kawasan tertinggal kemiskinan periode tahun 2004 sampai dengan 2013
yang menyebabkan kesenjangan antarwilayah. di Indonesia yang memiliki tren menurun. Pertanyaan
Khusus ketimpangan antarwilayah di Indonesia yang yang kemudian layak dikemukakan adalah: Bagaimana
terjadi padahal pada saat yang bersamaan provinsi- perkembangan kemiskinan dan ketimpangan
provinsi tersebut berdasarkan data Badan Pusat pembangunan antarwilayah di Indonesia serta
Statistik (BPS) mengalami pertumbuhan ekonomi. bagaimana pengaruh ketimpangan pembangunan
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi provinsi- antarwilayah terhadap kemiskinan di Indonesia?
provinsi yang ada di Indonesia adalah dengan semakin 8
Bappenas, Pengurangan Ketimpangan Pembangunan
meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto Wilayah, (Online), (http://www.bappenas.go.id/files/3813/

7
Todaro, M.P, Economic Development.7th Edition, New York 5762/8989/bab-26__20091007161707__26.pdf, diakses
: Wesley Longman, Inc, 2000, hlm. 109-115. tanggal 29 Januari 2015.)
48 Kajian Vol. 20 No. 1 Maret 2015 hal. 45 - 58

C. Tujuan Penulisan pembangunan antarwilayah cenderung meningkat.


Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini Proses ini akan terjadi sampai ketimpangan
memiliki dua tujuan. Yang pertama adalah ingin tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu, bila
mengetahui perkembangan kemiskinan dan proses pembangunan terus berlanjut, maka secara
ketimpangan antarwilayah di Indonesia. Kemudian berangsur-angsur ketimpangan pembangunan
tujuan penelitian yang kedua adalah menganalisis antarwilayah tersebut akan menurun. Berdasarkan
pengaruh ketimpangan pembangunan antarwilayah hipotesis ini, dapat ditarik suatu kesimpulan
terhadap kemiskinan di Indonesia. Diharapkan sementara bahwa negara-negara sedang
hasil penelitian ini mampu memberikan masukan berkembang umumnya ketimpangan pembangunan
kepada berbagai stakeholder terkait pengentasan antarwilayah cendrung lebih tinggi, sedangkan pada
kemiskinan di Indonesia. negara maju ketimpangan akan menjadi rendah.
Dengan kata lain, kurva ketimpangan pembangunan
D. Teori/Kerangka Pemikiran antarwilayah adalah berbentuk huruf U terbalik.13
Kebenaran Hipotesis Neo Klasik ini kemudian
Pengertian atau definisi mengenai kemiskinan
diuji kebenarannya oleh Jefrey G. Williamson dalam
sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan
Sjafrizal (2012) melalui studi yang dilakukan pada
memenuhi kebutuhan dasar dan memperbaiki
tahun 1966 tentang ketimpangan pembangunan
keadaan, kurangnya kesempatan memperoleh
antarwilayah pada negara maju dan negara sedang
pekerjaan, hingga pengertian yang lebih luas yang
berkembang dengan menggunakan data time
memasukkan aspek sosial dan moral.9 Akan tetapi
series dan cross-section. Hasil penelitian tersebut
Kuncoro mendefinisikan bahwa konsep kemiskinan
menunjukkan bahwa Hipotesis Neo Klasik yang
sebagai perkiraan tingkat pendapatan dan
diformulasikan secara teoritis ternyata terbukti secara
kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar minimum
empirik. Ini berarti bahwa proses pembangunan
yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup
suatu negara tidak otomatis dapat menurunkan
secara layak. Bila pendapatan tidak dapat memenuhi
ketimpangan pembangunan antarwilayah, tetapi
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum,
pada tahap permulaan justru terjadi hal yang
maka orang tersebut dapat dikatakan miskin.10
sebaliknya.
Lebih lanjut Michael Parkin mengatakan bahwa
Mengukur ketimpangan pembangunan
kemiskinan adalah situasi dimana pendapatan
antarwilayah dalam suatu negara atau daerah
rumah tangga terlalu rendah untuk dapat memenuhi
bukanlah hal yang mudah karena hal ini dapat
kebutuhan dasarnya.Mereka kesulitan untuk dapat
menimbulkan perdebatan yang panjang. Namun
membeli makanan, rumah dan pakaian yang mereka
pada umumnya metode yang lazim digunakan dalam
butuhkan setiap hari.11 World Bank memberikan
mengukur ketimpangan pembangunan antarwilayah
kategori orang yang dapat dikelompokkan ke dalam
adalah dengan menggunakan metode Indeks
miskin adalah orang yang per harinya pendapatannya
Williamson. Dalam ilmu statistik, indeks ini adalah
kurang dari USD 2 sehari. Definisi ini berbeda
coeffecieint of variation yang lazim digunakan untuk
dengan yang dipegang oleh Pemerintah Indonesia,
mengukur suatu perbedaan. Istilah Indeks Williamson
kemiskinan diukur dengan menghitung kebutuhan
muncul sebagai penghargaan kepada Jeffrey G.
pangan seseorang dalam sehari, diukur dengan
Williamson yang pertama kali menggunakan teknik
satuan kalori kemudian dikalikan dengan harga.12
ini untuk mengukur ketimpangan pembangunan
Sedangkan definisi mengenai ketimpangan
antar wilayah,14
pembangunan antarwilayah menurut hipotesa Neo
Simon Kuznet menghubungkan laju pertumbuhan
Klasik dalam Sjafrizal (2012) proses pembangunan
sebagai negara maju dan negara sedang berkembang
ekonomi yang terjadi di suatu daerah dapat berbeda
dengan mengamati data time series untuk Amerika,
dengan daerah lainnya dan dapat mengarah kepada
Inggris dan Jerman serta data cross section yang
ketimpangan ekonomi antarwilayah. Menurut
mencakup tiga negara tersebut ditambah negara India,
hipotesa Neo Klasik tersebut pada permulaan
Srilangka, serta Puerto Rico dan hasil pengamatan
proses pembanguan suatu negara, ketimpangan
tersebut Kuznet menemukan sebuah pola yang
9
Mulyadi, Op.Cit. Hlm. 9 berbentuk U terbalik. Pola tersebut mensyaratkan
10
Mudrajat Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah,
Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang, Jakarta: Sjafrizal, Op.cit. hlm 108.
13

Erlangga, 2004, hlm. 5. Lukman Harun dan Ghozali Maski, Analisis Pengaruh
14

11
Michael Parkin, Economics 8th Edition, Toronto: Perason Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Pertumbuhan
International Edition, 2008, hlm. 79-81. Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pembangunan Wilayah
12
World Bank, Era Baru Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, (Studi pada Kabupaten dan Kota di Jawa Timur),Malang:
Jakarta: World Bank, 2006. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya, 2012.
Ari Mulianta Ginting Pengaruh Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah terhadap Kemiskinan di Indonesia 2004-2013 49
bahwa pada tahapan perkembangan (diwakili dengan E. Metode Penelitian
PDB per kapita yang masih rendah), maka proses Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
pertumbuhan diikuti oleh semakin memburuknya adalah menggunakan analisa kualitatif dan kuantitatif.
distribusi pendapatan dan setelah mencapai titik Analisa kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan
tertentu, pembangunan akan diikuti oleh membaiknya dan menjawab pertanyaan penelitian mengenai
pemerataan. Pembangunan dengan hasil seperti yang perkembangan ketimpangan pembangunan dan
digambarkan oleh hipotesis U terbalik, sebagian besar kemiskinan di Indonesia. Sedangkan analisa kuantitatif
didasarkan pada model pembangunan dualistik15 digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian
Yusuf, et al. dalam penelitiannya mengenai mengenai pengaruh variabel PDRB per kapita, investasi,
ketimpangan pembangunan regional di Indonesia aglomerasi, ketimpangan pembangunan antarwilayah
pada tahun 2014 mengatakan bahwa dengan terhadap kemiskinan di Indonesia.
mengurangi ketimpangan pembangunan di Indonesia Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi
pada akhirnya bertujuan untuk mengurangi tingkat pustaka (library research). Untuk itu, maka data
kemiskinan yang ada di daerah. Pengembangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan
potensi dari sektor unggulan dari masing-masing dengan menggunakan literatur yang berkaitan
daerah harus dapat ditingkatkan di masing-masing dengan objek penelitian yang berupa dokumen atau
daerah, sehingga berdasarkan pengembangan asrip yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS),
potensi sektor unggulan tersebut dapat memacu Bank Indonesia (BI), Badan Koordinasi Penanaman
pembangunan daerah dan pada akhirnya dapat Modal (BKPM), situs internet dan buku terkait. Jenis
mengakselerasi pengurangan kemiskinan.16 data yang digunakan adalah data sekunder mulai dari
Lebih lanjut menurut Aritenang, mengatakan tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Data yang
bahwa dengan pemerintah daerah yang memiliki tingkat digunakan menggunakan sample dari 33 provinsi,
kemiskinan yang cukup tinggi perlu meningkatkan kemudian dari 33 provinsi tersebut dikelompokkan
pertumbuhan GDP per kapita. Dengan peningkatan ke dalam dua bagian yaitu Indonesia Bagian Barat
GDP per kapita tersebut, maka provinsi-provinsi dan Timur. Pengelompokkan ini digunakan untuk
tersebut dapat memacu konvergensi dan mengurangi lebih memperlihatkan perbedaan kondisi antara
ketimpangan pembangunan di daerah. Pengurangan Indonesia Bagian Barat dan Timur.
ketimpangan pembangunan berarti dapat diartikan Variabel penelitian yang digunakan dalam
bahwa pemerintah daerah dapat meningkatkan level penelitian ini adalah:
pembangunan manusia, peningkatan investasi yang 1. Kemiskinan
pada akhirnya dapat mengurangi tingkat kemiskinan.17
Penelitian ini menggunakan data jumlah
Purnamasari (2010) melakukan penelitian mengenai
penduduk miskin yang digunakan bersumber dari
kesenjangan pendapatan regional antar kabupaten/
BPS. Konsep kemiskinan menurut BPS dipandang
kota di Provinsi Jawa Barat periode tahun 2001-2008
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
dengan menggunakan Indeks Ketimpangan Williamson
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach)
dan model data panel. Indeks Ketimpangan Williamson
makanan dan bukan bahan makanan yang diukur
digunakan untuk mengukur tingkat kesenjangan
dari sisi pengeluaran.19
pendapatan serta menganalisa tren kesenjangan yang
2. PRDB
terjadi antar kabupaten/kota. Berdasarkan Indeks
Ketimpangan Williamson periode tahun 2001-2008 PDRB adalah jumlah output barang dan jasa yang
kesenjangan pendapatan kabupaten/kota di Provinsi dihasilkan oleh suatu daerah dalam perekonomian
Jawa Barat tergolong dalam indeks yang tinggi.18 dalam satu waktu tertentu. Dalam penelitian ini,
data PDRB yang digunakan adalah PDRB berdasarkan
harga konstan pada tahun dasar 2000 yang
15
Munawir Ismail, Teori Pertumbuhan dan Pemerataan,
Prisma tahun XXIV No. 1, 1995. mencerminkan PDRB sesungguhnya yang dihasilkan
16
Arief Yusuf, Mark Horridge, Edimon Ginting, Priasto Aji, oleh perekonomian suatu daerah setelah dieleminir
Reducing Disparity Through a Regions-Focused Development: dari pengaruh harga.
A Modeling Approach of Assessing the Indonesia MP3I, 3. Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah
Working Paper in Economics and Development Studies No.
201402, Bandung: Departement of Economics, Padjadjaran Untuk mengetahui ketimpangan pembangunan
University, 2014. antarwilayah menggunakan indeks ketimpangan
17
Adiwan F. Aritenang, A Study on Indonesia Regions Disparity regional (regional inequality) yang dinamakan indeks
Post Decentralization, MRPA Paper No. 25245, 2010. ketimpangan Williamson20:
18
Meika Purnamasyari, Analisis Kesenjangan Pendapatan
Regional Kabupaten/Kota Periode Tahun 2001-2008 di 19
Badan Pusat Statistik, Data Strategis Indonesia 2013.
Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Jakarta: BPS, 2013.
Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2010. 20
Sjafrizal.Loc Cit,. hlm. 110-111
50 Kajian Vol. 20 No. 1 Maret 2015 hal. 45 - 58

Metode Estimasi
n 2 Teknik estimasi yang digunakan dalam
∑ ( yi − y ) ( fi / n) penelitian ini adalah estimasi panel data. Estimasi
Vw = i =1 panel data adalah estimasi yang menggabungkan
y antara data time series dan cross section. Salah
satu tujuan menggunakan estimasi panel menurut
Dimana : Baltagi (1995) yaitu dapat meneliti karakteristik
Vw = Koefisien Variasi Williamson (Indeks individu yang mencerminkan dinamika antar waktu
Williamson) dari masing-masing variabel independen, sehingga
Yi = PDRB Per Kapita Daerah masing-masing analisis lebih komprehensif dan mencakup hal-hal
Provinsi di Indonesia yang mendekati realita. Dalam estimasi panel data,
ada tiga pendekatan yang bisa digunakan yaitu
Y = PDB per kapita nasional seluruh provinsi di
common effects, fixed effects dan random effects.
Indonesia
Untuk memilih antara pendekatan common effects
fi = Jumlah penduduk masing-masing provinsi dan fixed effects digunakan Uji F.
di Indonesia Rumus Uji F yang digunakan adalah
i = Wilayah
F= F=
(
RUR
2
)
− RR2 m
, dimana RUR adalah
2
n = Jumlah penduduk seluruh Indonesia
R ( )
1 − RUR ( n − k )
2

Sedangkan Indeks Ketimpangan Pembangunan


Ekonomi ditunjukkan oleh angka 0 sampai dengan
2
untuk fixed effects, RR2 adalah R2 untuk common
angka 1 atau 0 < Vw < 1. Semakin mendekati 0 effects, m adalah jumlah restriksi, n adalah
berarti ketimpangan semakin rendah dan semakin banyaknya observasi dan k adalah jumlah parameter
mendekati 1 berarti ketimpangan semakin lebar. dalam fixed effects. Hipotesis yang digunakan adalah
Data ketimpangan pembangunan antarwilayah H0: common effects dan Ha: fixed effects. Sedangkan
diolah penulis dengan menggunakan data yang untuk memilih antara pendekatan fixed effects dan
bersumber dari BPS. random effects digunakan Uji Hausman. Dimana
4. Aglomerasi hipotesis yang digunakan adalah H0: random effects
dan Ha: fixed effects.
Menurut Matitaputty dalam Tiffani aglomerasi
muncul ketika sebuah aktifitas ekonomi dan
penduduk serta industri melakukan pengelompokkan II. HASIL DAN PEMBAHASAN
atau terkonsentrasi secara spasial, pengelompokkan A. Perkembangan Ketimpangan Pembangunan
ini diakibatkan usaha dari pelaku aktivitas ekonomi Antarwilayah dan Kemiskinan di Indonesia
serta penduduk untuk melakukan penghematan, Selama periode tahun 2004 sampai dengan 2013,
didukung oleh lokasi yang berdekatan.21 Aglomerasi terlihat adanya tren penurunan jumlah orang miskin
diukur dengan menghitung share PDRB wilayah maupun angka kemiskinan. Hal ini dapat terlihat pada
terhadap total PDRB. Bila ditulis secara matematis Gambar 2.Berdasarkan data dari BPS pada September
sebagai berikut: 2013, terdapat 28,55 juta penduduk hidup di bawah
garis kemiskinan yang berarti angka kemiskinan
sebesar 11, 47 persen. Pada periode 2006-2009, tingkat
5. Investasi kemiskinan turun lebih dari 1 titik persen (percentage
point) setiap tahunnya. Namun dalam periode 2010-
Investasi yang digunakan dalam penelitian ini 2013 terjadi perlambatan penurunan tingkat kemiskinan.
adalah investasi yang dilakukan oleh swasta, baik Perlambatan yang sama juga terjadi dalam hal perubahan
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman angka kemiskinan. Sementara itu indikator kedalaman
Modal Dalam Negeri (PMDN). Data investasi yang kemiskinan (P1) dan keparahan kemiskinan (P2) juga
digunakan menggunakan data PMA dan PMDN yang mengalami tren yang menurun dalam periode 2006-
telah direalisasikan menurut lokasi bersumber dari 2013. Tren penurunan indikator kedalam kemiskinan
BKPM. (P1) menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran rumah
tangga miskin semakin mendekati garis kemiskinan.
Sementara itu, tren penurunan indikator keparahan
kemiskinan (P2) berarti kesenjangan pengeluaran

21
Mutia Karina Tiffani, Analisis Komparasi Konvergensi,
Aglomerasi, Kinerja Ekonomi Daerah Pada Daerah antarpenduduk miskin semakin mengecil. Namun
Pemekaran, Skripsi, Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, demikian, tren perlambatan penurunan juga sangat jelas
Universitas Brawijaya, 2014. terlihat untuk kedua indikator ini.
Ari Mulianta Ginting Pengaruh Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah terhadap Kemiskinan di Indonesia 2004-2013 51

Sumber: BPS (2014).


Gambar 2. Perkembangan Populasi, Persentase, Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan
Tahun 2004-2013
Berdasarkan perkembangan tingkat kemiskinan berjalan. Sehingga program tersebut dapat mencapai
tersebut diatas, maka dapat disimpulkan terjadi target output yang terukur.
perlambatan tren penurunan indikator kemiskinan Pada saat yang bersamaan, penelitian ini,
selama periode 2010-2013 Perlambatan ini akan penulis mencoba membagi Indonesia menjadi
mempengaruhi target angka kemiskinan sebesar kedalam 2 (dua) bagian, yaitu Indonesia Bagian Barat
8-10 persen pada akhir tahun 2014. Diperlukan dan Bagian Timur. Indonesia Bagian Barat terdiri dari
berbagai upaya khusus untuk menurunkan angka Provinsi yang ada di Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan
kemiskinan ini. Oleh karena itu, secara progresif Bali. Sementara itu Indonesia Bagian Timur terdiri
pemerintah pusat melalui kementerian dan lembaga dari Provinsi yang ada di Pulau Kalimantan, Pulau
serta yang terpenting pemerintah daerah sangat Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Maluku Utara,
perlu mengoptimalkan dan mensinergikan berbagai sampai dengan Papua dan Papua Barat. Berdasarkan
program penanggulangan kemiskinan yang sudah pembagian tersebut, maka kita akan dapat melihat

Sumber : BPS (2014).


Gambar 3. Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi
52 Kajian Vol. 20 No. 1 Maret 2015 hal. 45 - 58

secara lebih jelas mengenai ketimpangan dan Williamson untuk Indonesia Bagian Barat sebesar
kemiskian yang terjadi di Indonesia. 0,239. Perbedaan Indeks Williamson yang cukup
Berdasarkan data BPS pada tahun 2013 yang tinggi menandakan bahwa terdapat kesenjangan
terlihat pada Gambar 3. disparitas kemiskinan yang cukup besar atau tinggi antara Indonesia bagian
antarprovinsi di Indonesia sangat tinggi. Tingkat barat dan Indonesia bagian timur. Akan tetapi secara
kemiskinan di Indonesia Bagian Barat, sebagai contoh perlahan namun pasti, pada periode selanjutnya
di Provinsi DKI Jakarta, Bali, Sumatera dan Jawa Indeks Williamson untuk Indonesia bagian timur
relatif lebih rendah dibandingkan di Indonesia Bagian mengalami penurunan dari 0,42585 pada tahun
Timur. Perbedaan tingkat kemiskinan di Jakarta hanya 2004 maka pada tahun 2012 menjadi 0,31929. Hal ini
sekitar 4,09 persen sedangkan di Indonesia Bagian pertanda terjadi peningkatan kualitas pembangunan
Timur sebagai contoh di Provinsi Papua hampir di Indonesia bagian timur sehingga dapat mengurangi
mencapai 27,80 persen dari jumlah penduduk. Atau ketimpangan pembangunan yang terjadi.
terjadi disparitas sebesar 23,71 persen. Perbedaan Penurunan ketimpangan yang terjadi di Indonesia
persentase penduduk miskin menurut provinsi khususnya di Indonesia bagian timur tidak lepas dari
tersebut sejalan dengan ketimpangan pembangunan fungsi pemerintah. Menurut Stiglitz yang dikutip oleh
antarwilayah yang terjadi antara Indonesia Bagian Rama, et. al. mengatakan bahwa fungsi pemerintah
Barat dengan Bagian Timur. itu sendiri di antaranya adalah fungsi distribusi, alokasi
Gambar 4. memberikan deskripsi yang cukup jelas dan stabilisasi. Fungsi alokasi adalah peran pemerintah
mengenai ketimpangan pembangunan antarwilayah di dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi agar
Indonesia. Dengan menggunakan Indeks Williamson, tercipta secara efisien. Fungsi alokasi yang efisien
Indonesia Bagian Timur memiliki angka indeks yang dilakukan dengan cara adanya peran pemerintah
lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia Bagian dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi tersebut
Barat. Pada tahun 2004, Indeks Williamson untuk merata di seluruh wilayah. Dan diikuti dengan peran
Indonesia Bagian Timur adalah sebesar 0,42585 pemerintah dalam menyediakan barang yang tidak
sedangkan Indeks Williamson untuk Indonesia Bagian bisa disediakan oleh pasar. Fungsi distribusi adalah
Barat untuk tahun yang sama adalah sebesar 0,239. Dari peran pemerintah dalam mempengaruhi distribusi
Indeks Williamson tersebut terlihat terdapat disparitas pendapatan dan kekayaan untuk menjamin adanya
angka yang cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa keadilan. Fungsi stabilisasi merujuk pada tindakan
antara Indonesia Bagian Barat dan Bagian Timur masih pemerintah dalam mempengaruhi keseluruhan tingkat
terdapat ketimpangan pembangunan antarwilayah pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan harga.22
yang cukup besar. Ketimpangan pembangunan Namun demikian gap antara Indeks Williamson
antarwilayah di Indonesia terus masih terjadi hingga untuk Indonesia bagian timur dan bagian barat secara
tahun observasi tahun 2013. keseluruhan dari tahun 2004 sampai dengan tahun

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2014).


Gambar 4. Perkembangan Indeks Williamson antara
Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur
Akan tetapi yang menarik untuk dicermati adalah 2013 masih terdapat perbedaan yang cukup signifikan.
bahwa pada tahun 2004, ketika pemerintahan Susilo Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan yang
Bambang Yudhoyono periode pertama tahun 2004, 22
Rama Nurhuda, Khairul Muluk, Wima Yudo Prasetyo, Analisis
Indeks Williamson untuk Indonesia bagian timur Ketimpangan Pembangunan (Studi di Provinsi Jawa Timur
cukup tinggi sebesar 0,42585 sedangkan Indeks 2005-2011), Jurnal Administrasi Publik, Vol. 1 No. 4, 2012.
Ari Mulianta Ginting Pengaruh Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah terhadap Kemiskinan di Indonesia 2004-2013 53
tercipta di Indonesia bagian timur memang terjadi Dengan nilai probabilita sebesar 0.9926, maka
akan tetapi belum dapat mengimbangi pembangunan H0 (model fixed effect) tidak ditolak, sehingga model
yang terjadi di Indonesia bagian barat. Ketimpangan yang tepat adalah menggunakan efek tetap (fixed
pembangunan antarwilayah tersebut berujung kepada effect).
semakin terjadinya disparitas tingkat kemiskinan di Berdasarkan hasil tersebut, maka model
Indonesia Bagian Barat dan Bagian Timur. Untuk itu diestimasi menggunakan fixed effect. Maka model
maka diperlukan suatu strategi “crash program” untuk estimasi terbaik yang didapat adalah sebagai berikut:
mendorong terjadinya konvergensi antara pembangunan Tabel1. Hasil Regresi Panel
di Indonesia bagian bagian barat dan timur. Variabel Koefisien t-statistik Prob.
PDRB -0,753 -4,869 0,0213
B. Analisis Hasil Estimasi
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Investasi -0,602776 -9.5098 0.0010
software Eviews 6 dengan metode fixed effect dengan Aglomerasi 41.2830 17.575 0.000
pembobotan cross section weight untuk data cross Ketimpangan 0,662931 -4.99437 0.0016
section Indonesia bagian Barat dan bagian Timur dengan Pembangunan
time series untuk tahun 2004 sampai dengan 2013.
Fixed Effects (Cross)
Penentuan metode estimasi fixed effect dengan
cross section weight, dilakukan setelah melakukan _Barat—C -1,4600
tahapan-tahapan pengujian sebagai berikut: _Timur—C 1,46056
1. Untuk pemilihan metode estimasi untuk
R2 0,890
penggunaan metode individual effect atau
common effect dilakukan dengan uji F. F 1491.301
H0 : α1 = α2 =...= αn ( intersep sama/ common effect) Prob(F-Stat) 0.0000
H1 : α1 ≠ α2 ≠...≠ αn (individual effect)
Sumber: data diolah dengan Eviews 6.0

Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa uji F dari


pengaruh pertumbuhan masing-masing variabel
Berdasarkan rumus diatas didapatkan nilai F-hitung mulai dari PDRB, investasi dan aglomerasi dan
sebesar 27,5 sementara nilai F tabel sebesar 3,23. ketimpangan pembangunan terhadap pertumbuhan
Maka F-hitung > F-tabel sehingga H0 ditolak, yang kemiskinan dalam hal ini ditunjukkan oleh indeks
menyatakan bahwa intersep adalah sama yaitu williamson menunjukkan angka signifikan dengan
dengan metode common effect, dan metode yang probalitas (F-stat) = 0,00000< α (0.05). Artinya, secara
lebih baik adalah metode estimasi dengan individual bersama-sama pertumbuhan dari masing-masing
effect, di mana intersep antar individu berbeda. variabel independen dalam model secara signifikan
2. Dari efek individual, dilakukan pengujian untuk mempengaruhi pertumbuhan variabel dependen.
pemilihan antara model efek tetap (fixed effect) Nilai R2 adjusted sebesar 0,89 artinya model secara
atau efek acak (random effect) yaitu melalui representatif dapat menjelaskan keragaman variabel
redundant fixed effect tests. dependen sebesar 89 persen. Dalam metode
H0: fixed effect estimasi panel data sering mengandung masalah
H1: random effect heteroskedastisitas, tetapi dalam estimasi ini tidak
mengandung masalah tersebut. Karena model
Hasil dari Hausman test diperoleh hasil sebagai
ini diestimasi menggunakan Metode GLS White
berikut :
Heteroskedasticity-Consistent Standard Error and
Redundant Fixed Effects Tests Covariance, sehingga diasumsikan model sudah
Pool: Untitled bersifat homoskedastisitas
Hasil analisis regresi panel diperoleh bahwa
Test period fixed effects
pertumbuhan ketimpangan pembangunan secara
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
Effects Test Statistic   d.f.  Prob.  kemiskinan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai probabilitas sebesar 0,0016 lebih kecil dari pada
Period F 0.142528 (8,6) 0.9926 alpha 0,05. Berdasarkan hasil analisa didapatkan
Period Chi-square 3.131718 8 0.9258 bahwa setiap 1 persen penurunan pertumbuhan
ketimpangan pembangunan antarwilayah maka
Sumber : eviews 6 diolah. akan menurunkan pertumbuhan kemiskinan sebesar
0.6629 persen, ceteris paribus. Hasil regresi ini berarti
54 Kajian Vol. 20 No. 1 Maret 2015 hal. 45 - 58

setiap terjadi penurunan ketimpangan pembangunan hingga menjadi 0,267. Hal yang sama terjadi juga
antarwilayah di Indonesia maka akan mengurangi dengan kemiskinan di Indonesia. Pada tahun 2004,
tingkat kemiskinan yang terjadi. Sebaliknya jika terjadi jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar
kenaikan ketimpangan pembangunan antarwilayah 36,15 juta jiwa mengalami penurunan sebesar 21,03
di Indonesia maka akan dapat meningkatkan tingkat persen pada tahun 2013 menjadi sebesar 28,5
kemiskinan di Indonesia. juta jiwa. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian tingkat kemiskinan di Indonesia pada dari tahun
yang dilakukan sebelumnya oleh Haan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 juga mengalami
2004 melakukan penelitian dengan sampel negara tren pertumbuhan yang menurun.

Sumber : Data diolah (2014).


Gambar 5. Indeks Williamson dan Kemiskinan di Indonesia Tahun 2004-2013
India. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa Maka untuk mengatasi kemiskinan di
semakin tinggi ketimpangan pembangunan di Indonesia bagian barat dan timur, perlu dilakukan
suatu wilayah maka akan mendorong peningkatan pertumbuhan regional yang disertai dengan
kemiskinan di wilayah tersebut.23 Lebih lanjut dalam pemerataan. Untuk dapat tumbuh secara cepat,
penelitian yang dilakukan oleh Datt dan Ravallion suatu negara perlu memilih satu atau lebih pusat-
pada tahun 1990 menekankan bahwa salah satu pusat pertumbuhan regional yang memiliki potensi
jalan pengentasan kemiskinan di suatu daerah adalah paling kuat. Apabila region ini kuat maka akan terjadi
dengan menghilangkan ketimpangan antarwilayah perembetan pertumbuhan bagi region-region yang
yang terjadi. Karena ketimpangan tersebutlah yang lemah. Pertumbuhan ini berdampak positif yaitu
pada akhirnya mendorong terciptanya kemiskinan.24 pertumbuhan di region yang kuat akan menyerap
Untuk itu penting bagi pemerintah bukan hanya potensi tenaga kerja di region yang lemah atau
menciptakan proses pembangunan akan tetapi juga mungkin region yang lemah menghasilkan produk
memenuhi unsur pemerataan pembangunan. Hal yang sifatnya komplementer dengan produk region
ini ditujukan agar proses pembangunan merata di yang kuat.25 Diperlukan suatu koordinasi antara
seluruh Indonesia dan bisa dirasakan langsung oleh daerah-daerah di seluruh wilayah Indonesia agar
rakyat. dapat melakukan koordinasi terkait pertumbuhan
Hasil penelitian secara kuantitatif senada dan pemerataan. Sehingga pada akhirnya
dengan analisa grafis seperti yang ditunjukkan pada ketimpangan pembangunan dan kemiskinan dapat
Gambar 5. tren Indeks Williamson yang mengukur berkurang di Indonesia.
ketimpangan mengalami penurunan dari tahun Sementara itu untuk variabel pertumbuhan
2004 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2004, PDRB, hasil analisis regresi panel menunjukkan bahwa
Indeks Williamson Indonesia adalah sebesar 0,332 hasil variabel pertumbuhan PDRB memiliki pengaruh
mengalami penurunan sampai dengan tahun 2013 yang negatif dan signifikan terhadap variabel
pertumbuhan kemiskinan. Hal ini ditunjukkan

23
Arjan de Haan, Disparities within India’s Poorest Regions:
Why do The Same Insititution Work Diffrenly in Diffrence dengan koefisien variabel investasi yang negatif
Place? World Development Report, 2004.
Wiyardi dan Rina Trisnawati, Analisa Potensi Daerah
25

24
Gaurav Datt dan Martin Ravallion, Regional Disparities,
Untuk Mengembangkan Wilayah di Eks Keresidenan
Targeting, and Poverty in India, Working Paper, World
Surakarta,Jurnal Fokus Ekonomi No. 3(1), 2003, hlm. 10-23.
Bank, 1990.
Ari Mulianta Ginting Pengaruh Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah terhadap Kemiskinan di Indonesia 2004-2013 55
0,579 dan probabilitinya sebesar 0.0220 lebih kecil sedangkan wilayah-wilayah lainnya akan terlantar.
dibandingkan dengan alplha 0,05. Hasil ini berarti Hal ini menujukkan bahwa investasi yang tidak
bahwa setiap 1 persen peningkatan pertumbuhan merata pada setiap daerah menyebabkan kelangkaan
PDRB yang dilakukan maka dapat mengurangi 0,579 modal yang mengakibatkan ketidak merataan
persen pertumbuhan ketimpangan, ceteris paribus. pembangunan29. Dan kondisi tersebut terjadi di
Berdasarkan hasil tersebut, pengurangan tingkat Indonesia, dimana investasi lebih banyak terpusat
kemiskinan di Indonesia dapat diselesaikan salah pada Indonesia bagian barat yang memiliki harapan
satunya dengan cara meningkatkan PDRB yang laba yang tinggi. Hal ini berdampak kepada semakin
merata di seluruh Indonesia, baik Indonesia bagian terpolarisasinya pembangunan di Indonesia bagian
barat maupun bagian timur. barat dan Indonesia bagian timur semakin tertinggal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dampak akhirnya adalah terjadinya kemiskinan di
yang dilakukan oleh Astrini pada tahun 2013. Indonesia bagian timur yang semakin sulit untuk
Dengan menggunakan data di Provinsi Bali, hasil dikurangi.
penelitian tersebut menyebutkan bahwa PDRB Hasil penelitian ini senada dengan penelitian
memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan yang dilakukan sebelumnya oleh Nizar et al. pada
terhadap pengurangan angka kemiskinan di Provinsi tahun 2013. Dengan menggunakan sampel Indonesia
Bali.26 Pendapat senada dikemukakan oleh Rusdarti dan data time series dari tahun 1980 sampai dengan
dan Karolina, yang melakukan penelitian dengan 2010 menemukan bahwa variabel investasi dapat
menggunakan data dari Provinsi Jawa Tengah. mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia. Lebih
Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa PDRB lanjut menurut Sukirno (2000) yang dikutip oleh Nizar
berpengaruh signifikan terhadap pengurangan et al. mengatakan bahwa invetasi yang dilakukan
kemiskinan di Jawa Tengah.27 Lebih lanjut Indah secara terus menerus akan meningkatkan kegiatan
mengatakan bahwa pertumbuhan PDRB di Provinsi ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatan
Jawa Barat memiliki pengaruh yang negatif dan pendapatan nasinoal dan meningkatkan taraf
signifikan terhadap pengurangan kemiskinan di Jawa hidup masyarakat.30 Penelitian yang dilakukan oleh
Barat melalui desentralisasi fiskal saat ini.28 Untuk Mekahsari terhadap Provinsi Sulawesi Selatan pada
itu salah satu langkah strategis pengurangan tingkat tahun 2012 menemukan bahwa investasi yang masuk
kemiskinan di daerah adalah dengan meningkatkan ke Provinsi Sulawesi Selatan melalui FDI memiliki
PDRB daerah. Peningkatan PDRB daerah dapat pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
dilakukan dengan menggali potensi-potensi sumber pengurangan kemiskinan.31
daya yang ada di daerah untuk dapat ditingkatkan Berdasarkan hasil regresi diatas, menunjukkan
menjadi sumber penggerak ekonomi daerah. hasil bahwa variabel aglomerasi berpengaruh positif
Berdasarkan hasil regresi diatas, diperoleh hasil dan signifikan terhadap kemiskinan yang terjadi
bahwa variabel investasi berpengaruh negatif dan baik untuk Indonesia bagian barat dan bagian timur.
signifikan terhadap kemiskinan yang terjadi baik Ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas yang lebih
untuk Indonesia bagian barat dan bagian timur. kecil dari pada alpha 5 persen Kenaikan 1 persen
Ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas yang aglomerasi akan meningkatkan pertumbuhan
lebih kecil dari pada alpha 5 persen. Kenaikan 1 kemiskinan sebesar 1,2830 persen, ceteris paribus.
persen pertumbuhan investasi akanmenurunkan Semakin meningkatnya aglomerasi maka akan
pertumbuhan kemiskinan sebesar 0,602 persen, menyebabkan terkonsetrasinya kegiatan produksi
ceteris paribus. Teori yang dikemukakan oleh yang cukup tinggi hanya di pusat-pusat kegiatan
Myrdal yang dikutip oleh Yeniwati mengatakan aktivitas perekonomian. Sedangkan bagi daerah lain
bahwa dampak balik yang diakibatkan oleh yang memiliki konsentrasi kegiatan produksi rendah
perpindahan modal dan motif laba yang mendorong akan mendorong pengangguran dan rendahnya
berkembangnya pembangunan terpusat pada tingkat pendapatan masyarakat setempat. Oleh
wilayah-wilayah yang memiliki harapan laba tinggi, 29
Yeniwati, Ketimpangan Ekonomi Antar Provinsi di Sumatera,
26
Myanti Astrini, Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Jurnal Kajian Ekonomi, Vol II No. 03, 2013.
Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali, Jurnal 30
Charirul Nizar, Abubakar Hamzah dan Sofyan Syahnur,
Ekonomi Pembangunan No. 8(2), 2013, hlm 350-400. Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap
27
Rusdarti dan Lesta Karolina Sebayang, Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi serta Hubungannya Terhadap
yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tingkat Kemiskinan di Indonesia, Jurnal Ilmu Ekonomi No.
Tengah, Jurnal Economia No. 1(9), 2013, hlm. 1-9. 2(1), hlm 1-8, 2013.
28
Siska Permata Indah, Analisis Dampak Desentralisasi 31
Ika Mekahsari, Pengaruh Investasi Melalui Pertumbuhan
Fiskal dan Pengaruhnya Terhadap PDRB, Tenaga Kerja dan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Sulawesi Selatan, Skripsi,
Kemiskinan di Jawa Barat,Skripsi,Bogor: Fakultas Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin
dan Pembangunan, Institut Pertanian Bogor, 2011. Makassar, 2012..
56 Kajian Vol. 20 No. 1 Maret 2015 hal. 45 - 58

karena itu, aglomerasi mendorong semakin tingginya Analisis Cross Section


kemiskinan dan ketimpangan antarwilayah.32 Berdasarkan angka koefisien cross section,
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian disebutkan apabila variabel-variabel independen
terdahulu yang dilakukan oleh Siagian pada tahun tidak mengalami perubahan atau dianggap konstan,
2005. Dengan menggunakan sampel Provinsi DKI maka kemiskinan di Indonesia bagian barat memiliki
Jakarta, menemukan fakta bahwa terdapat pengaruh indeks yang negatif (-1,4600). Sedangkan kemiskinan
yang positif dan signifikan antara aglomerasi dan di Indonesia bagian timur mengalami indeks yang
kemiskinan khususnya di perkotaan. Konsentrasi positif (1,4056). Hal ini menjukkan bahwa pada saat
pembangunan yang terjadi di kota-kota besar variabel independen konstan, maka kemiskinan di
menyebabkan beberapa daerah yang kurang Indonesia bagian barat akan memiliki kecendrungan
tersentuh pembangunan menjadi kurang berkembang menurun sebaliknya di Indonesia bagian timur
dan mengalami peningkatan kemiskinan.33 Pendapat mengalami kencederungan peningkatan. Untuk
yang sama dikemukakan Dody dan Gunanto, dengan itu perlu ditekankan bahwa tanpa adanya langkah
melakukan studi kasus di 44 kota di Indonesia kongkrit dari pemerintah, maka Indonesia bagian
dan menggunakan data dari tahun 2007 sampai timur akan sulit melakukan pengurangan kemiskinan.
dengan 2010 hasil penelitian ini menemukan
bahwa aglomerasi terkadang menciptakan suatu III. KESIMPULAN
permasalahan baru. Dengan semakin meningkatnya
Perkembangan kemiskinan di Indonesia secara
aglomerasi di kota-kota besar di Indonesia,
umum mengalami penurunan dari tahun 2004 sampai
berdampak terhadap meningkatnya urbanisasi
dengan tahun 2013. Penurunan populasi penduduk
di 44 kota tersebut. Dari data tersebut terlihat
miskin tersebut walaupun pada periode tahun
kecenderungan bahwa urbanisasi kependudukan di
2010 sampai dengan 2013 mengalami perlambatan
Indonesia juga diikuti dengan urbanisasi kemiskinan
penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia.
yang lebih lanjut pada timbulnya berbagai aspek
Penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia sejalan
permasalahan perkotaan.34
dengan penurunan ketimpangan pembangunan
Wahyu dan Hendarto melalukan penelitian pada
antarwilayah. Pada periode yang sama dari tahun
tahun 2012 dengan menggunakan sampel Kabupaten
2004 sampai dengan 2013 terjadi penurunan
Kendal. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan
ketimpangan pembangunan baik untuk Indonesia
bahwa aglomerasi memiliki pengaruh yang kuat
bagian barat dan timur. Walaupun berdasarkan
terhadap pertumbuhan ekonomi.35 Akan tetapi
analisis kualitatif juga ditemukan bahwa persentase
dampak lainnya adalah bagi daerah sekitar yang tidak
penduduk miskin menurut provinsi lebih banyak
menikmati dampak dari aglomerasi tersebut. Bagi
terdapat di Indonesia bagian timur dibandingkan
daerah-daerah yang kurang memiliki potensi sektor
dengan di Indonesia bagian barat.
ekonomi bagi aglomerasi, maka daerah tersebut
Berdasarkan hasil analisis regresi panel
kurang menikmati pertumbuhan ekonomi. Padahal
ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu syarat
signifikan variabel ketimpangan pembangunan dan
bagi pengurangan kemiskinan di Indonesia.36
aglomerasi terhadap pengurangan kemiskinan.Hal
ini berarti bahwa setiap pengurangan ketimpangan
pembangunan antarwilayah dan aglomerasi yang
terjadi di Indonesia maka dapat menyebabkan

32
Yuki Anglia, Analisis Ketimpangan Pembangunan Di Provinsi penurunan tingkat kemiskinan. Sedangkan variabel
DKI Jakarta Tahun 1995-2008, Skripsi, Semarang: Fakultas PDRB dan investasi memiliki pengaruh yang negatif
Ekonomi Universitas Diponegoro, 2010. dan signifikan terhadap pengurangan kemiskinan.
33
Matias Siagian, Aglomerasi dan Kemiskinan Perkotaan, Hal ini berarti bahwa setiap pertumbuhan PDRB dan
Jurnal Wawasan No. 2(11), hlm. 42-46, 2005.
34
Dody Nursetyo Yekni Hapsoro dan Gunanto, Analisis
Investasi dapat mendorong pengurangan kemiskinan
Pengaruh Variabel Makroekonomi Regional Terhadap di Indonesia.
Tingkat Kemiskinan Perkotaan, Diponegoro Journal of Berdasarkan hasil tersebut, maka sudah waktunya
Economics No. 2(2), hlm 1-12, 2013. bagi pemerintah untuk melakukan crash program
35
Ardyan Wahyu Sandhika dan Mulyo Hendarto, Analisis untuk menyelesaikan permasalahan ketimpangan
Pengaruh Aglomerasi, Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk dan
pembangunan antarwilayah di Indonesia. Salah
Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal.
Dipenogeoro Journal of Economic No. 1(1), hlm. 1-6, 2012. satunya adalah dengan pembangunan infrastruktur
36
Ari Mulianta Ginting, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi yang baik di Indonesia bagian timur. Infrastruktur
dan Pertumbuhan Sektor-Sektor Keuangan terhadap tersebut terdiri dari pembangunan pelabuhan-
Pengurangan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan pelabuhan, perbaikan jalan darat, penambahan daya
Kebijakan Publik No. 1(2), hlm. 117-130, 2013.
Ari Mulianta Ginting Pengaruh Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah terhadap Kemiskinan di Indonesia 2004-2013 57
dan kapasitas listrik, pembangunan rumah sakit dan Ismail, Munawir. (1995). Teori Pertumbuhan dan
puskesmas yang handal, serta yang juga penting Pemerataan, Prisma, tahun XXIV No. 1.
adalah pembangunan sarana dan prasana pendidikan.
Nizar, Charirul., Hamzah, A., dan Syahnur, S. (2013).
Tanpa itu semua maka sulit bagi Indonesia bagian
Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap
timur untuk mengejar ketertinggalan dari Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi serta Hubungannya
bagian barat.
Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia,
Jurnal Ilmu Ekonomi, No. 2(1).
Nurhuda, Rama., Muluk, Khairul., & Prasetyo,
DAFTAR PUSTAKA Wima Yudo. (2012). Analisis Ketimpangan
Pembangunan (Studi di Provinsi Jawa Timur
2005-2011). Jurnal Administrasi Publik, Vol. 1
No. 4.
Buku: Rusdarti dan Sebayang, Lesta Karolina. (2013). Faktor-
Kuncoro, Mudrajat. (2004). Otonomi dan Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Economia, No.
Strategi dan Peluang. Jakarta : Erlangga. 1(9.
Mulyadi, Mohammad, (2014). Kemiskinan: Sandhika, Ardyan Wahyu & Hendarto, Mulyo.
Indentifikasi Penyebab dan Strategi (2012). Analisis Pengaruh Aglomerasi, Tenaga
Penanggulangannya. Jakarta : Publica Press. Kerja, Jumlah Penduduk dan Modal terhadap
Parkin, Michael. (2008). Economics, (Edisi ke-8). Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal.
Toronto: Perason International Edition. Dipenogeoro Journal of Economic No. 1(1).

Sjafrizal. (2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Siagian, Matias. (2005). Aglomerasi dan Kemiskinan
Jakarta: Rajawali Press. Perkotaan, Jurnal Wawasan, No. 2(11).

Todaro, M.P. (2000). Economic Development. (Edisi Wiyardi dan Trisnawati, Rina. (2003). Analisa Potensi
ke-7) New York: Wesley Longman, Inc. Daerah Untuk Mengembangkan Wilayah di Eks
Keresidenan Surakarta. Jurnal Fokus Ekonomi,
No. 3(1).
Jurnal dan Majalah:
Yeniwati. (2013). Ketimpangan Ekonomi Antar
Alisjahbana, Armida S. (2005). Kesenjangan Regional
Provinsi di Sumatera. Jurnal Kajian Ekonomi, Vol
di Indonesia, Jakarta: Lembaga Penelitian
II No. 03.
SMERU, No.16: Okt-Des/2005.
Yusuf, Arief., Horridge, Mark., Ginting, Edimon., &
Aritenang, Adiawan F. (2010). A Study on Indonesia
Aji , Priasto. (2014). Reducing Disparity Through
Regions Disparity Post Decentralization. MRPA
a Regions-Focused Development: A Modeling
Paper No. 25245.
Approach of Assessing the Indonesia MP3I.
Astrini, Myanti. (2013). Pengaruh PDRB, Pendidikan Working Paper in Economics and Development
dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Studies, No. 201402, Departement of Economics,
Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Padjadjaran University.
No.8(2).
Datt, Gaurav& Ravallion, Martin.(1990). Regional Internet:
Disparities, Targeting, and Poverty in India, Bappenas. Pengurangan Ketimpangan
World Bank Working Paper. Pembangunan Wilayah, (online),(http://www.
Ginting, Ari Mulyanta. (2013). Pengaruh Pertumbuhan bappenas.go.id/files/3813/5762/8989/bab-
Ekonomi dan Pertumbuhan SektorSektor 26__20091007161707__26.pdf, diakses 29
Keuangan terhadap Pengurangan Kemiskinan di Januari 2015).
Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, “Ketimpangan Pembangunan di Indonesia
No. 1(2). Timur”, (online), (http://news.bisnis.com/
Hapsoro, Dody Nursetyo Yekni & Gunanto. (2013). read/20140721/15/244928/jokowi-akui-
Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi ketimpangan-pembangunan-di-indonesia-
Regional Terhadap Tingkat Kemiskinan Perkotaan, timur, diakses 9 September 2014).
Diponegoro Journal of Economics No. 2(2).
58 Kajian Vol. 20 No. 1 Maret 2015 hal. 45 - 58

Dokumen Resmi: Indah, Siska Permata. (2011). Analisis Dampak


Badan Pusat Statistik. (2013). Data Strategis Desentralisasi Fiskal dan Pengaruhnya Terhadap
Indonesia 2013. Jakarta: BPS. PDRB, Tenaga Kerja dan Kemiskinan di Jawa
Barat. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Fakultas
De Arjan, Haan. (2004). Disparities within India’s Ekonomi dan Pembangunan, Institut Pertanian
Poorest Regions: Why do The Same Insititution Bogor.
Work Diffrenly in Diffrence Place?.Washington
DC: World Bank. Mekahsari, Ika. (2012). “Pengaruh Investasi Melalui
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan
World Bank. (2006). Era Baru Pengentasan di Sulawesi Selatan”. Skripsi tidak diterbitkan.
Kemiskinan di Indonesia. Jakarta : World Bank. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Hasanuddin Makassar.
Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian: Purnamasyari, Meika. (2010). Analisis Kesenjangan
Anglia, Yuki. (2010). Analisis Ketimpangan Pendapatan Regional Kabupaten/Kota Periode
Pembangunan Di Provinsi DKI Jakarta Tahun Tahun 2001-2008 di Provinsi Jawa Barat. Skripsi
1995-2008. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: tidak diterbitkan. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Harun, Lukman & Maski, Ghozali. (2012). Analisis Tiffani, Mutia Karina. (2014). Analisis Komparasi
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Konvergensi, Aglomerasi, Kinerja Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Daerah Pada Daerah Pemekaran. Skripsi tidak
Pembangunan Wilayah (Studi pada Kabupaten diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi dan
dan Kota di Jawa Timur). Skripsi tidak diterbitkan. Bisnis, Universitas Brawijaya.
Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai