Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Analisis, Desember 2017, Vol. 6 No.

2: 151 – 158 ISSN 2303-100X

PERILAKU WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI e-


Filing: SEBUAH PENDEKATAN FENOMENOLOGI

Personal Taxpayer Behavior in Using of e–filing Information System : A Phenomonological Approach

1
Adil Setiawan, 2Alimuddin, 3 Darwis Said

1
Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
(email: adilsetiawan05@gmail.com)
2
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin (email : aan_alimuddin@yahoo.com)

ABSTRAK

E-Filing merupakan bagian dari modernisasi pajak yang terjadi di seluruh dunia.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perilaku wajib orang pribadi pajak dalam penggunaan Sistem Informasi perpajakan e-Filing. Penelitian ini
bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi untuk memahami fenomena secara komprehensif
dan mendalam dengan menekankanpadasubjektifitasdan pengungkapan intidaripengalamanmelalui
penggabunganantara noema (obyektifitas) dan noesis (subyektifitas) informan. Teknik Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik wawancara dan observasi langsung terhadap informan wajib pajak yang menggunakan sistem e-Filing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perilaku “enggan” dalam penggunaan sistem informasi e-Filing disebabkan
karena kurangnya pemahaman wajib pajak terkait penggunaan e-Filing, selain itu Wajib Pajak acuh tak acuh dalam
penggunaan e-Filing karena faktor keisbukkan. Wajib pajak merasa belum memahami sepenuhnya dalam penggunaan
e-Filing, sehingga animo atau minat wajib pajak untuk menggunakan e-Filing itu sangat rendah. rasa takut yang
dirasakan wajib pajak atas penggunaan e-Filing merupakan dampak dari tidak tersedianya bandwidth atau kecepatan
internet.

Kata kunci: Sistem informasi e-filing, perilaku, wajib pajak, SPT Tahunan.

ABSTRACT

E-Filing is part of the modernization of taxes happening around the world. This study aims to determine the compulsory
personal behavior of the taxpayer in using taxation information systems e-Filing. It is qualitative study with
phenomenological approach to investigate comprehensively and in depth the phenomena by focusing on the subjectivity
and core disclosure of experience by merging the noema (objectivity) to noesis (subjectivity). The data were collected
through interview and direct observation of the taxpayer informants using e-Filing information system. The study
indicates that the "reluctant" behavior in using e-Filing information system is due to the lack of understanding of the
taxpayers of the use of e-Filing, the taxpayer also ignore the use of e-Filing because of their daily business factors.
Therefore, their interest to use e-Filing system is really low. They were afraid to use the system because they did not
have access to broadband internet speed.

Keywords: e-filing information system, behavior, taxpayer, tax return.

151
Adil Setiawan ISSN 2303-100X

PENDAHULUAN kewajibannya, sehingga pemenuhan kewajiban


Kepatuhan Wajib Pajak dalam perpajakan dapat lebih mudah dilaksanakan da n
penyampaian SPT tahunan dengan menggunakan tujuan untuk menciptakan administrasi perpajakan
(e-Filing) tergantung dari kenyamanan Wajib yang lebih tertib dan transparan dapat dicapai
Pajak dalam penggunaan sistem informasi (e- (Khomalyana, 2009). Persepsi tentang kemudahan
Filing). Olehnya itu perilaku Wajib Pajak penggunaan sebuah teknologi didefinisikan
terhadap penggunaan sistem informasi (e-Filing) sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya
dapat dipengaruhi oleh kemudahan Wajib Pajak bahwa teknologi tersebut dapat dengan mudah
dalam mengakses atau menggunakan sistem dipahami dan digunakan (Wibowo, 2006).
informasi (e-Filing) dalam penyampaian atau Fakta yang terjadi dalam pelaporan dan
pelaporan SPT tahunan. Menurut Sugihanti pembayaran pajak khususnya di lingkungan KPP
(2011), tujuan perilaku ditentukan oleh sikap atas Pratama Makassar, masih sekitar 47% Wajib
perilaku tersebut. Dalam hal ini yaitu e-filing, Pajak (WP) yang melaporkan SPT Tahunan secara
perilaku penerimaan pengguna untuk manual dengan datang langsung ke Kantor
menggunakan e-Filing ditentukan oleh minat yang Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Makassar atau
dibentuk dari sikap. Kepatuhan perpajakan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi
meliputi kepatuhan formal dan kepatuhan material Pajak (KP2KP), dimana WP terdaftar. Menurut
(substansi), dimana kepatuhan formal artinya Dirjen Pajak, angka atau persentase tersebut masih
melaksanakan kewajiban menyampaikan Surat sangat tinggi dan menjadi masalah besar bagi
Pemberitahuan (SPT) dan kepatuhan material Dirjen Pajak, karena harapan Dirjen Pajak semua
(substansi) berarti SPT itu disampaikan dengan Wajib Pajak sudah harus menggunakan e-Filing
benar (Darussalam, 2011). sendiri tanpa harus datang lagi ke Kantor
Dalam tataran teoritik, perilaku Wajib Pelayanan Pajak (KPP) mengantri untuk
Pajak dalam penggunaan sistem informasi (e- melaporkan SPT Tahunan. Mungkin mereka
Filing), merupakan hal yang sangat mendasar (Wajib Pajak) belum mengerti sehingga masih
dan menjadi penentu dalam menentukan menggunakan cara manual (Djatnika,
keyakinan yang diperoleh mengenai konsekuensi 2014). Notabenenya salah seorang Wajib Pajak di
dari suatu perilaku (Ajzen, 2005). Kalau kita KPP Pratama Makassar, mengaku bahwa masih
melihat dari sudut pandang perilaku seseorang kesulitan dalam menggunakan sistem informasi
dalam menentukan atau memilih apa yang (e-Filing), masih sulit untuk mengakses pelaporan
diinginkan untuk mencapai suatu kepuasan bagi SPT secara online karena disebabkan jaringan
dirinya, hal ini merupakan hal yang lumrah bagi internet yang masih lambat, sering mengalami
setiap individu, seseorang tersebut akan memilih kegagalan dalam pengirimanan SPT Tahunan
apa yang menjadi kesenangan bagi dirinya dan disebabkan sistem yang masih sering error. Hal
tentunya ada dorongan yang kuat sehingga ini tentu tidak sejalan dengan tujuan yang ingin
seseorang dapat menentukan pilihan atau dicapai oleh Dirjen Pajak dari segi pemanfaatan
sikapnya. teknologi informasi dengan adanya SIDJP (e-
Terlepas dari sikap atau perilaku Filing), dimana sistem informasi ini dirancang
seseorang (Wajib Pajak) menentukan sikapnya untuk mempermudah Wajib Pajak dalam
dalam penggunaan sistem informasi e-Filing, memberikan informasi pajak secara efektif,
Dirjen Pajak berharap penuh agar semua Wajib begitupula mengurangi antrian dan menghemat
Pajak sudah menggunakan sistem informasi e- waktu. Bagi Dirjen Pajak, (e-Filing) dapat
Filing sendiri dalam pelaporan atau penyampaian mengurangi kesalahan input data karena
SPT Tahunan tanpa harus datang langsung ke dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak, mengurangi
KPP Pratama Makassar. Inilah yang menjadi volume proses penerimaan SPT dan mengurangi
Pekerjaan Rumah bagi Pemerintah setempat berkas fisik serta dokumen perpajakan.
dengan Dirjen Pajak dalam memberikan Oleh karena itu penelitian kali ini, peneliti
pelayanan yang memadai kepada masyarakat akan menggunakan pendekatan kualitatif yang
dalam hal ini Wajib Pajak. Penggunaan e-Filing meneliti tentang perilaku Wajib Pajak dalam
ini dilakukan bertujuan agar Wajib Pajak penggunaan sistem informasi (e-Filing) bagi
memperoleh kemudahan dalam memenuhi Wajib Pajak yang menyebabkan Wajib Pajak

152
Sistem informasi e-filing, perilaku, wajib pajak, SPT Tahunan ISSN 2303-100X

masih banyak yang datang langsung ke Kantor menggunakan Sistem Informasi Direktorat
Pelayanan Pajak (KPP) untuk melaporkan SPT- Jenderal Pajak (SIDJP) (e-Filing) yang selama
nya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang ini mereka hadapi dan memenuhi relung –
menggunakan pendekatan kuantitatif (Suryadi, relung kealamian dari sebuah perspektif
2006), melakukan penelitian tentang model Fenomenologi. Trasedental Phenomenologi
hubungan kausal kesadaran, pelayanan, kepatuhan yang diluncurkan oleh Edmund Huserl dalam
Wajib Pajak dan pengaruhnya terhadap kinerja (Kamayanti, 2016) berfokus pada suatu studi
penerimaan pajak di Jawa Timur, dengan kesadaran. Sebuah buku hasil kompilasi kuliah –
responden sebanyak 800 Wajib Pajak pembayar kuliahnya tahun 1910 - 1920, mengerucutkan
pajak terbesar yang terdaftar di 8 Kantor diskusi tentang fenomenologi pada konsep
Pelayanan Pajak (KPP) dalam lingkungan Kerja “Aku”/”I”. jika ada yang mengatakan bahwa
Kantor Wilayah Dirjen Pajak Jawa Timur.Dari 8 fenomenologi, karena berakar pada kesadaran,
KPP tersebut masing – masing ditentukan 100 adalah studi psikologi, Huserl menolak keras
pembayar pajak terbesar yang diurut berdasarkan pendapat ini.
ranking, sehingga jumlahnya menjadi 800 Wajib Setting Lokasi
Pajak. Dimana salah satu dari hasil penelitian Dalam upaya memperoleh keabsahan
menunjukkan bahwa pelayanan perpajakan yang dan kedalaman data dan informasi dari objek
diukur dari ketentuan perpajakan, kualitas SDM penelitian, maka setting lokasi penelitian sedapat
dan sistem informasi perpajakan tidak mungkin dilakukan pada area yang bersentuhan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja langsung dengan impelentasi sistem informasi
penerimaan pajak. Penelitian ini bertujuan agar perpajakan yang menjadi fokus dalam penelitian
Wajib Pajak memperoleh kemudahan untuk ini. Dengan demikian lokasi yang representative
menyampaikan SPT Tahunanya dalam adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
penggunaan sistem informasi e-Filing. Makassar yang beralamat di Jalan Urip
Sumoharjo km. 4 Gedung Keuangan Negara I
Makassar.
METODE PENELITIAN Namun demikian setting lokasi pada saat
penelitian dan penggalian informasi, maka
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi pengambilan data dari informan tidak
perilaku Wajib Pajak orang pribadi dalam harus di KPP Pratama Makassar, tetapi bisa saja
penggunaan sistem informasi (e-Filing). di tempat lain yang dirasakan nyaman oleh
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan informan, termasuk di rumah informan atau di
menggunakan pendekatan fenomenologi untuk tempat lain yang memungkinkan.
memahami fenomena secara komprehensif dan
mendalam dengan menekankan pada
subjektivitas dan pengungkapan inti dari Teknik Pengumpulan Data
pengalaman melalui penggabungan antara Pengumpulan data dilakukan dengan
noema (objektivitas) dan noesis (subjektivitas) teknik wawancara dan observasi. Teknik
informan. Teknik pengumpulan data dilakukan wawancara dilakukan dengan cara interview
dengan teknik wawancara dan observasi langsung kepada beberapa informan Wajib Pajak
langsung terhadap informan Wajib Pajak yang yang menggunakan sistem e-Filing. Disamping
menggunakan sistem informasi e-Filing. wawancara, penelitian ini juga melakukan metode
Sementara itu, pemilihan Fenomenologi observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991)
transdentas Husserl yaitu karena menekankan observasi adalah pengamatan dan pencatatan
pada subjektivitas dan mengungkap inti dari secara sistimatik terhadap unsur – unsur yang
pengalaman melalui penggabungan antara fakta tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala
dan ideal. Fenomenologi transdentas Husserl dalam objek penelitian.
sangat sesuai dengan penelitian ini, karena Peneliti juga menggunakan alat perekam
penelitian ini berusaha memahami inti dari sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar
pengalaman informan yang dimana melihat dari peneliti dapat berkonsentrasi pada proses
sisi Wajib Pajak dalam pengalaman pengambilan data tanpa harus berhenti untuk

153
Adil Setiawan ISSN 2303-100X

mencatat jawaban – jawaban dari subjek. Dalam bahwa mereka enggan menggunakan e-Filing
pengumpulan data, alat perekam baru dapat karena takut ketika melakukan kesalahan dalam
dipergunakan setelah mendapat ijin dari informan pelaporan SPT Tahunan secara online (e-Filing).
untuk mempergunakan alat tersebut pada saat Namun, Wajib Pajak tetap patuh dalam pelaporan
wawancara berlangsung. SPT Tahunan walaupun mereka (Wajib Pajak)
Teknik Analisis Data harus ke KPP lagi untuk melaporkan SPT dengan
Marshall & Rossman (2002), mengajukan meminta bantuan kepada petugas pajak. Rumitnya
teknik analisa data kualitatif untuk proses analisis prosedur penggunaan e-Filing sehingga sebagian
data yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Wajib Pajak sering larut dalam kerumitan
Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat tersebut, tidak lain sebagian besar dari Wajib
beberapa tahapan - tahapan yang perlu dilakukan, Pajak yang tergolong lanjut usia 50 tahun ke atas.
diantaranya: Mengorganisasikan data melalui Wajib Pajak yang tergolong lanjut usia tersebut,
wawancara mendalam (indepth interveiw), dimana sulit bagi mereka untuk memahami prosedur
data tersebut dicatat dan direkam dengan tape penggunaan e-Filing apalagi penggunaan e-Filing
recorder dibantu alat tulis lainya. Kemudian hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun.
dibuatkan transkripnya. Pengelompokan Kedua, Wajib Pajak acuh tak acuh dalam
berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban penggunaan e-Filing karena faktor kesibukan.
Peneliti menyusun sebuah awal analisis sebagai Kesibukan di rumah maupun di kantor yang
acuan dan pedoman dalam melakukan coding. menyebabkan Wajib Pajak sehingga terlena,
Menguji Asumsi atau Permasalahan, yang ada malas dan gagal fokus kembali pada e-Filing
terhadap data peneliti menguji data tersebut menyebabkan waktu pelaporan SPT Tahunan
terhadap asumsi yang dikembangkan dalam menjadi tertunda bahkan terlambat.
penelitian ini. Asumsi – asumsi mengenai Ketiga, rendahnya minat wajib Pajak dalam
hubungan antara konsep – konsep dan faktor - penggunaan sistem informasi e-Filing. Wajib
faktor yang ada. Mencari Alternatif Penjelasan Pajak merasa belum memahami sepenuhnya
bagi Data, pada tahap ini akan dijelaskan dengan dalam penggunaan e-Filing sehingga animo atau
alternatif lain melalui referensi atau teori - teori minat Wajib Pajak untuk menggunakan e-Filing
lain. Menulis hasil penelitian, penulisan data – itu sangat rendah. Hal tersebut disebabkan karena
data hasil penelitian berdasarkan wawancara tidak adanya sosialisasi secara merata bagi Wajib
mendalam dan observasi dengan informan dan Pajak pribadi. Olehnya itu Wajib Pajak
significant other. menginginkan adanya sosialisasi secara intens dan
merata dengan melakukan personal approach atau
HASIL pendekatan pribadi agar Wajib Pajak lebih mudah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk memahami prosedur penggunaan sistem
Perilaku “enggan” dalam penggunaan sistem informasi e-Filing dalam pelaporan SPT Tahunan.
informasi e-Filing disebabkan karena kurangnya Keempat, rasa takut yang menghantui atas
pemahaman Wajib Pajak terkait penggunaan e- penggunaan e-Filing. Keraguan atau rasa takut
Filing, selain itu Wajib Pajak acuh tak acuh dalam yang dirasakan Wajib Pajak atas penggunaan e-
penggunaan e-Filing karena faktor kesibukan. Filing merupakan dampak dari tidak tersedianya
Wajib Pajak merasa belum memahami bandwidth atau kecepatan internet secara
sepenuhnya dalam penggunaan e-Filing, sehingga maksimal. Sehingga ketika Wajib Pajak secara
animo atau minat Wajib Pajak untuk serentak mengakses jaringan server sistem
menggunakan e-Filing itu sangat rendah. Rasa informasi e-Filing, maka secara otomatis jaringan
takut yang dirasakan Wajib Pajak atas internet mengalami gangguan, bahkan terjadi
penggunaan e-Filing merupakan dampak dari error disaat menginput formulir elektronik dalam
tidak tersedianya bandwidth atau kecepatan pelaporan SPT Tahunan secara online. Hal
internet. tersebut yang menjadi kegelisahan atau ketakutan
pertama, perilaku “enggan” dalam bagi Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak merasa
penggunaan sistem informasi e-Filing disebabkan waswas untuk menggunakan sistem informasi e-
karena kurangnya pemahaman Wajib Pajak terkait Filing secara mandiri. Kondisi tersebut membuat
penggunaan e-Filing. Wajib Pajak mengaku Wajib Pajak khawatir apakah mereka sudah

154
Sistem informasi e-filing, perilaku, wajib pajak, SPT Tahunan ISSN 2303-100X

melakukan dengan benar dalam pengisian pada saat pelaporan SPT Tahunan saja, jadi
formulir atau justru tidak dan malah terjadi selisih memang mudah untuk kita lupa” .
bayar. (wawancara : 04 Oktober 2016).

PEMBAHASAN Masalah ketidakpahaman dalam


Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan e-Filing dan dalam melaporkan SPT
perilaku Wajib Pajak menggunakan sistem Tahunan yang dirasakan oleh informan Zainal.
informasi e-Filing dalam pelaporan SPT Tahunan Dari sudut pandang (neosis) informan lebih dipicu
di KPP Pratama Makassar yang menurut Dirjen oleh ketidakbiasaan dalam menggunakan e-Filing.
Pajak sistem informasi e-Filing itu mudah. sehingga informan mudah lupa ketika di tahun
Pendekatan fenomenologi trasedental dibangun berikutnya barulah informan mencoba kembali
dengan makna dunia objektivitasnya (noema) untuk menggunanakan e-Filing dalam pelaporan
berangkat dari kegiatan intensional (noesis) SPT Tahunan. Dengan demikian ketidakpahaman
kesadaran murni yang digunakan untuk Wajib Pajak, bahkan bisa dikatakan ketidak-mau-
mengetahui apakah berdasarkan pengalaman tahuan (cuek), dan adanya pelayanan ekstra yang
Wajib Pajak dalam penggunaan teknologi diberikan oleh aparat KPP terutama di masa –
informasi itu dapat mempermudah dan mendorong masa injury time pelaporan pajak dengan alasan
minat perilaku Wajib Pajak dalam penggunaan sibuk dengan pekerjaan kantor.
sistem informasi e-Filing untuk menyampaikan Acuh tak acuh karena kesibukan, khusus
atau melaporkan SPT Tahunan. untuk pegawai Kementerian Keuangan,
Kurangnya Pemahaman sehingga enggan diharapkan dapat memberikan teladan bagi
menggunakan e-Filing, ketidaktahuan Wajib Pajak masyarakat dengan menyampaikan SPT Tahunan
dalam penggunaan e-Filing merupakan hal yang lebih awal lagi. Karena berbagai alasan, sering
lumrah, mengapa tidak? Dari regulasi pajak yang baru menyadari kewajiban untuk menyampaikan
ada di Indonesia atau di Negara manapun dalam SPT Tahunan pada hari-1 atau tepat pada hari
hal penyampaian atau pelaporan SPT Tahunan itu terakhir batas waktu penyampaian. Berbagai
dilakukan hanya satu kali dalam setahun. Itu kegiatan atau aktivitas yang menjadi rutinitas tiap
artinya penggunaan atau pengaplikasian e-Filing hari adalah salah satu kebiasaan yang sudah
juga hanya sekali dalam satu tahun, jadi tidak mendarahdaging bagi pekerja kantoran, kesibukan
menutup kemungkinan bahwa Wajib Pajak akan pun tak terhindarkan dari pekerjaan – pekerjaan
terus mengingat tata cara penggunaan e-Filing yang harus diselesaikan. Tanpa disadari satu tahun
dalam pelaporan SPT Tahunan walaupun pada telah terlewati dengan penuh kesibukan biasanya
waktu pertama kalinya Wajib Pajak pernah tahu pelaporan SPT Tahunan dilaporkan pada akhir –
tata cara penggunaan e-Filing. akhir bulan Maret bahkan kadang Wajib Pajak
Hal tersebut dirasakan oleh salah satu terlambat dalam pelaporan SPT Tahunan.
Guru SMAN 3 Makassar yaitu bapak Zainal Lanjut informan bapak Zainal Arifin
Arifin : mengatakan bahwa :
“ Maaf, untuk masalah penggunaan sistem “ Jadi selain kurangnya pemahaman
informasi e-Filing memang saya masih penggunaan e-Filing saya juga sangat sibuk
kurang paham dan jadinya saya enggan dengan pekerjaan sehingga dalam
menggunakam e-Filing namun, saya tetap penyampaian SPT Tahunan di awal – awal
patuh dalam penyampaian SPT Tahunan. bulan itu biasa terlupakan, hingga pada
Awalnya saya pernah belajar menggunakan akhirnya, biasa saya melaporkan SPT
e-Filing yang dibantu oleh seorang pegawai Tahunan itu di akhir – akhir bulan Maret
pajak, disamping belum memahami dengan datang langsung ke KPP, memang
penggunaan e-Filing dengan benar kesibukan saya ini yang membuat saya
kemudian karena faktor umur, jadi saya terlena dengan waktu, bukan hanya
kurang nangkap apa yang diajarkan terkait menyampaikan SPT Tahunan saja sering
penggunaan e-Filing. Sehingga untuk tahun terlambat tapi seperti bayar air, listrik, dll.
selanjutnya saya tidak ingat lagi langkah- Yang menjadi kewajiban juga sering
langkah penggunaan e-Filing, karena kita terlambat, tapi kalau air dan listrik biasanya
gunakan e-Filing hanya setahun sekali yaitu anak atau istri yang urus semuanya” .
(wawancara : 4 Oktober 2016).

155
Adil Setiawan ISSN 2303-100X

lain” .(Wawancara : Tanggal 4 Oktober


Memaknai kalimat dari informan “terlena 2016).
dengan waktu” di sini (noesis) menjelaskan yaitu
tumpang tindihnya waktu pelaporan SPT dengan Dalam pernyataan informan Zainal
berbagai kegiatan lain yang menyita waktu Wajib (noema) bahwa belum adanya sosialisasi secara
Pajak, sehingga Wajib Pajak terpaksa keseluruhan atau merata kepada Wajib Pajak
menggunakan pola manual dengan meminta pribadi oleh Ditjen Pajak terkait penggunaan e-
tolong kepada petugas pajak atau mungkin tetap Filing. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan
menyelesaikan pelaporan pajaknya dengan rendahnya minat Wajib Pajak dalam penggunaan
memanfaatkan e-Filing tetapi dalam kondisi sudah e-Filing. Seperti apa yang dirasakan oleh
terlambat. informan memang seharusnya Ditjen Pajak tidak
Rendahnya minat Wajib Pajak dalam boleh memilih – milih Wajib Pajak ketika
penggunaan e-Filing dibuktikan dengan data KPP melakukan sosialisasi karena Wajib Pajak baik
Pratama Makassar 2016, yang menunjukkan pribadi maupun badan mempunyai hak dan
bahwa minat perilaku Wajib Pajak masih rendah. kewajiban yang sama dalam penggunaan sistem
Hal ini disebabkan karena aplikasi dan layanan (e- informasi e-Filing dalam melaporkan SPT
Filing) belum diketahui secara luas oleh Tahunan inilah yang menjadi salah satu penyebab
masyarakat Indonesia, sehingga Wajib Pajak rendahnya minat Wajib Pajak dalam penggunaan
yang menggunakan (e-Filing) masih sangat e-Filing.
rendah (Petrus, 2014). Sebagian Wajib Pajak Rasa takut yang menghantui penggunaan
yang sudah menggunakan (e-Filing) tidak akan e-Filing Wajib Pajak, dalam penggunaan sistem
melanjutkan penggunaan sistem tersebut dan informasi e-Filing dalam pelaporan SPT Tahunan.
akan kembali kepelaporan secara manual, Soal pengguna (Wajib Pajak), bukan masalah
dikarenakan (e-Filing) masih sulit digunakan mereka bisa atau tidak menggunakan e-Filing
untuk sebagian Wajib Pajak. Seharusnya media karena yang menjadi kendala adalah akses
pelaporan SPT Tahunan oleh Wajib Pajak secara jaringan internet ada atau tidak dan apakah cukup
online ini hanya didominasi oleh user pada memadai bagi keperluan semua Wajib Pajak
wilayah media sosial semata seperti facebook, dalam pelaporan SPT Tahunan dengan e-Filing.
twitter, dan search engine google lainnya. Masalah bisa mengoperasikan e-Filing sebenarnya
Jumlah SPT e-Filing yang diterima Ditjen hanya butuh waktu saja. Seperti pernyataan dari
Pajak hingga saat ini ditengarai sehingga berasal informan bapak Zainal Arifin mengatakan bahwa :
dari Wajib Pajak yang memang sudah patuh “ Kami sebagai Wajib Pajak diharuskan
menggunakan sistem informasi e-Filing,
menyampaikan SPT Tahunan dan bukan berasal
tanpa ada dukungan jaringan internet yang
dari Wajib Pajak baru atau Wajib Pajak yang memadai. Seperti yang saya rasakan ketika
belum patuh yang kemudian dengan adanya e- saya mengakses sistem informasi e-Filing,
Filing menjadi patuh secara formal. Lanjut biasanya saya mengalami gangguan
pernyataan informan bapak Zainal Arifin jaringah di tengah – tengah pengisian
mengatakan bahwa : formulir SPT, bahkan sering pula terjadi
“ Terkait e-Filing memang belum ada error. Dari pada terjadi kesalahan dalam
sosialisasi secara merata, yang diutamakan pengisian formulir SPT Tahunan dengan
hanya para Wajib Pajak badan, kalau bantuan petugas pajak, itupun di KPP saya
sudah ada petunjuk dari DJP kami para biasanya menunggu cukuplama karena
Wajib Pajak pribadi pasti akan langsung disebabkan jaringan internet yang kurang
menerima. Jadi DJP harus lebih intens kencang, dengan alasan banyaknya Wajib
secara personal approach untuk melakukan Pajak secara serentak menggunakan e-
sosialisasi, karena tanpa ada legal action Filing dalam pelaporan SPT Tahunan” .
secara personal approach maka saya rasa (Wawancara : Tanggal 4 Oktober 2016).
tidak akan efektif. Jangan menganggap
semua Wajib Pajak itu sudah mengerti Dari pernyataan informan (noema)
dengan sosialisasi e-Filing yang ada di bahwa sulitnya mengakses sistem informasi e-
media visual seperti tv, radio atau yang Filing, karena disebabkan jaringan internet
yang tersedia tidak memadai, informan

156
Sistem informasi e-filing, perilaku, wajib pajak, SPT Tahunan ISSN 2303-100X

katakan pula bahwa mereka lebih memili ke KPP tidak boleh acuh tak acuh terhadap penggunaan e-
untuk melaporkan SPT Tahunan Ketimbang Filing dalam pelaporan SPT Tahunan dan Wajib
menggunakan e-Filing secara mandiri. Dari Pajak harus mempunyai keinginan yang tinggi
kendala yang dialami oleh informan kali ini, untuk belajar dalam penggunaan sistem informasi
menujukkan bahwa kendala utama penggunaan e-Filing.
sistem informasi e-Filing dalam pelaporan SPT
Tahunan, adalah tidak tersedianya jaringan DAFTAR PUSTAKA
internet yang memadai. Ajzen I. (2005). Attitudes, personality, and
behavior. England: Open University Press
KESIMPULAN DAN SARAN Djatnika A. (2014). Walikota Bandung dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Wakilnya Laporkan SPT via E-filing.
Perilaku “enggan” dalam penggunaan sistem Diakses pada 11 April 2014 dalam:
informasi e-Filing disebabkan karena kurangnya http//jabar.tribunnews.com/2014/03/27/wali
pemahaman Wajib Pajak terkait penggunaan e- -kota-bandung-dan-wakilnya-laporkan-spt-
Filing, selain itu Wajib Pajak acuh tak acuh dalam via-e-filling. Senin 03 Agustus 2015
penggunaan e-Filing karena faktor keisbukkan. |21:05WITA.
Wajib Pajak merasa belum memahami Darussalam D. (2011). Kepatuhan Wajib Pajak
sepenuhnya dalam penggunaan e-Filing, sehingga Badan Laporkan SPT Meningkat 53,2%.
animo atau minat Wajib Pajak untuk Diakses pada 7 April 2014 dalam:
menggunakan e-Filing itu sangat rendah. Rasa http//www.ortax.org/ortax/?mod=berita&pa
takut yang dirasakan Wajib Pajak atas ge =show&id =11050&q=&hlm. Kamis 15
penggunaan e-Filing merupakan dampak dari Oktober 2015.
tidak tersedianya bandwidth atau kecepatan Kamayanti K. (2016). Metodologi Penelitian
internet. Pertama, Direktorat Jenderal Pajak Kualitatif Akuntansi. Jakarta Selatan:
(DJP) harusnya melakukan sosialisasi secara Yayasan Rumah Peneleh
intens dan merata serta melakukan pendekatan Khomalyana D. A. A. R. (2009). Analisis Faktor –
khusus (personal approach) yang menuntun para Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Wajib Pajak secara personal baik di kalangan Wajib Pajak terhadap Penggunaan E-
ASN/PNS maupun di kalangan Swasta atau filling. (Tesis).” Fakultas Ekonomi
pekerja bebas. Kedua, Drektorat Jenderal Pajak Universitas Diponegoro.
(DJP) bersama pemerintah memberikan fasilitas Marshall &
jaringan internet dengan bandwich yang tinggi Rossman. (2002). Designing Qualitatitativ
dan memadai di kota Makassar khususnya e Research, Sage Publicat ion, London.
jaringan server lingkup DJP atau lingkup KPP Nawawi, & Martini H. (1991). Instrumen
Pratama Makassar. Ketiga, Direktorat Jenderal Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada
Pajak (DJP) harusnya memeberikan kemudahan University Press.
bagi Wajib Pajak untuk mendapatkan Electronic Petrus K. (2004). E-filing - SPT Online?.
Filing Identification Number (E-FIN). Dalam hal Diakses pada 31 Mei 2014 dalam:
ini DJP dengan cara menyediakan fitur pada http//finance.detik.com/read/2014/05/12/15
aplikasi e-Filing untuk melakukan registrasi e- 6474/2524566/8/efiling-spt-online. Senin
FIN. Keempat, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) 02 November 2015.
melakukan penambahan fitur-fitur pada aplikasi e- Suryadi. (2006). Model kausal kesadaran,
Filing sesuai kebutuhan user atau pengguna dalam pelayanan, kepatuhan Wajib Pajak, dan
hal ini Wajib Pajak agar dimudahkan dalam pengaruhnya terhadap kinerja penerimaan
penggunaan sistem informasi e-Filing. Kelima, pajak: Suatu survey di wilayah Jatim.
Wajib Pajak harus mematuhi aturan yang berlaku Jurnal Keuangan Publik. 4 (1): 105-121.
terkait batas waktu atau jatuh tempo yang telah
Sugihanti W. T. (2011). Analisis faktor-faktor
ditentukan dalam pelaporan SPT Tahunan dan
yang mempengaruhi minat perilaku untuk
lebih berani untuk menggunakan e-Filing secara
menggunakan E-filing (Studi Empiris pada
mandiri dalam pelaporan SPT Tahunan tanpa
Wajib Pajak Badan Kota Semarang).
harus datang lagi ke KPP. Keenam, Wajib Pajak

157
Adil Setiawan ISSN 2303-100X

Diakses pada 22 Mei 2016 dalam:


http//eprints.undip.ac.id/28634/1/Jurnal.pdf.
Wibowo A. (2006). Kajian tentang Perilaku
Pengguna Sistem Informasi dengan
Pendekatan Technology Acceptance Model
(TAM). Jakarta: Universitas Budi Luhur.

158

Anda mungkin juga menyukai