Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH MANAGEMENT CONTROL SYSTEM TERHADAP FIRM

PERFORMANCE MELALUI EMPLOYEE MOTIVATION SEBAGAI VARIABEL


INTERVENING (STUDI KASUS PADA SEKTOR NON MANUFAKTUR DI
SURABAYA)

Elliza Christiani dan Saarce Elsye Hatane


Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra
Email: elsyehat@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan


management control system terhadap firm performance melalui employee motivation
sebagai variabel intervening.
Penelitian ini berbentuk penelitian kuantitatif, dimana data diperoleh
melalui penyebaran kuisioner. Teknik analisa yang digunakan adalah Structural
Equation Modeling (SEM) dan perhitungan dilakukan dengan menggunakan alat
bantu Smart Partial least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan management control system berpengaruh positif dan signifikan terhadap
employee motivation, management control system berpengaruh positif dan signifikan
terhadap firm performance, dan employee motivation berpengaruh positif dan
signifikan terhadap firm performance. Namun, employee motivation tidak
memberikan pengaruh yang signifikan sebagai variabel intervening antara
management control system dan firm performance. Hal ini disebabkan karena
pengaruh management control system terhadap firm performance secara langsung
lebih besar dibanding dengan menggunakan variabel employee motivation sebagai
mediasi antara management control system dengan firm performance. Selain itu,
employee motivation dapat menjadi variabel yang berdiri sendiri atau variabel
independen yang dapat mempengaruhi firm performance.

Kata kunci: Management Control System, Employee Motivation, Firm Performance.

ABSTRACT

This research was conducted to know the affect of the application of


PDQDJHPHQW FRQWURO V\VWHPV RQ ILUP·V SHUIRUPDQFH WKURXJK HPSOR\HH·V PRWLYDWLRQ
as an intervening variable.
This research used quantitative research, whereas the data obtained
through the distribution of questionnaires. The analysis technique used was
Structural Equation Modeling (SEM) and the calculations done by using the Smart
Partial least Square (PLS). The results showed that the application of management
control systems had a positive and significant LQIOXHQFH RQ WKH HPSOR\HH·V PRWLYDWLRQ
management control systems had a affirmative and major influenFH RQ WKH ILUP·V
SHUIRUPDQFH DQG HPSOR\HH·V PRWLYDWLRQ KDG D constructive and important influence
RQ WKH ILUP·V SHUIRUPDQFH +RZHYHU HPSOR\HH·V PRWLYDWLRQ GLGQ·W SURYLGH D
considerable impact as the intervening variable between management control
systems DQG WKH ILUP·V SHUIRUPDQFH 7KLV ZDV GXH WR WKH LQIOXHQFH RI PDQDJHPHQW
FRQWURO V\VWHPV RQ ILUP·V SHUIRUPDQFH ZDV PXFK EHWWHU WKDQ XVLQJ HPSOR\HH·V
PRWLYDWLRQ DV D PHGLDWLQJ YDULDEOH EHWZHHQ PDQDJHPHQW FRQWURO V\VWHP RQ WKH ILUP·V
performance. In addition HPSOR\HH·V PRWLYDWLRQ FRXOG EH DQ LQGLYLGXDO YDULDEOH RU
LQGHSHQGHQW YDULDEOHV WKDW PD\ DIIHFW WKH ILUP·V SHUIRUPDQFH

Keywords: Management Control System, Employee Motivation, Firm Performance.


.

64
Christiani: Pengaruh Management Control System Terhadap Firm Performance 65

PENDAHULUAN bersemangat dengan termotivasi sehingga


Tingkat persaingan global yang semakin dapat bertindak dengan cara ² cara tertentu
tajam merupakan tantangan bagi manajer yang akan membawa ke arah yang optimal.
untuk perlu mempertimbangkan cara yang Employee motivation (motivasi karyawan) juga
lebih efektif dalam mencapai keunggulan merupakan salah satu kebijakan manajemen
kompetitif (Baines & Langfield-Smith, 2003). untuk meningkatkan efektifitas manajemen
Hal ini ditandai dengan industri manufaktur yaitu mempererat hubungan antara karyawan
dan industri non-manufaktur yang semakin dengan organisasi (Manzoor, 2012). Seorang
berkembang dan semakin banyak memberikan karyawan yang termotivasi adalah karyawan
kontribusi terhadap PDRB (Produk Domestik yang responsif akan tujuan yang ingin dicapai,
Regional Bruto) kota Surabaya terutama karena itu karyawan akan mengarahkan upaya
industri non-manufaktur. Dimana pada tahun agar tujuan tersebut dapat tercapai dan
2010 kontribusi sektor industri dan pengolahan akhirnya perusahaan mencapai kefektifan
(manufaktur) sebanyak 23,26% sedangkan dalam organisasinya serta dapat meningkatkan
kontribusi sektor lainnya selain sektor industri kinerja perusahaan (Manzoor, 2012).
dan pengolahan (non-manufaktur) sebanyak Kinerja perusahaan dapat diukur melalui
76,74%, tahun 2011 kontribusi sektor industri kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan
dan pengolahan sebanyak 21,70% sedangkan (Chow dan Van Der Stede, 2006). Ukuran
kontribusi sektor lainnya selain sektor industri keuangan dapat diukur melalui Cost,
dan pengolahan sebanyak 78,30% dapat dilihat Profitability, Sales, dan Market Share
bahwa adanya peningkatan kontribusi sektor (Moorman dan Rust, 1999). Ukuran kinerja non-
non manufaktur dari tahun 2010 ke 2011 keuangan seperti kepuasan pelanggan,
(sumber: Badan Pusat Statistika Propinsi Jawa kepuasan karyawan, inovasi produk dan
Timur, 2012). Menurut Matei (2012) karena lainnya (Davila dan Venkatachalam, 2001).
persaingan global yang semakin ketat, manajer Pengukuran kinerja menerjemahkan strategi ke
perusahaan harus memastikan tercapainya dalam perilaku dan hasil yang diinginkan, juga
tujuan dan kinerja. Untuk mencapai ini, mengkomunikasikan harapan perusahaan,
manusia, keuangan, dan sumber daya material memantau kemajuan, menyediakan umpan
harus digunakan secara efektif dan efisien. balik, dan memotivasi karyawan melalui
Sumber daya manusia adalah aset penting bagi penghargaan dan sanksi (Chow dan Van Der
suatu organisasi (ICFAI (Institute of Chartered Stede, 2006). Oleh karena itu sangat diperlukan
Financial Analysts of India), 2006) dan penting management control system yang komprehensif
bagi manajemen kontrol di mana management agar dapat meningkatkan motivasi karyawan
control system (sistem pengendalian sehingga kinerja perusahaan yang efektif dan
manajemen) dibutuhkan oleh perusahaan untuk efisien dapat tercapai.
memastikan bahwa kegiatan berjalan sesuai Berdasarkan latar belakang diatas maka
dengan rencana dan akhirnya tujuan dapat perumusan masalah penelitian ini adalah:
tercapai (Matei, 2012). 1. Apakah dampak sistem pengendalian
Management control system merupakan manajemen terhadap kinerja perusahaan?
sarana bagi manajer senior untuk memastikan 2. Apakah dampak sistem pengendalian
bahwa manajemen bawah telah efisien dan manajemen terhadap motivasi karyawan?
efektif, dan berusaha untuk mencapai tujuan 3. Apakah dampak motivasi karyawan
perusahaan (ICFAI, 2006). Dengan adanya terhadap kinerja perusahaan?
management control system dapat mengarahkan 4. Bagaimana keterkaitan antara sistem
anggota perusahaan agar memiliki satu tujuan pengendalian manajemen melalui motivasi
yang sama dan bertindak sesuai dengan tujuan karyawan dan bagaimana dampaknya
tersebut. Oleh karena itu, penggunaan terhadap kinerja perusahaan?
management control system yang lebih
komprehensif dan informatif akan dapat Management Control System
meningkatkan firm performance (kinerja Management Control System adalah proses
perusahaan) (Peljhan dan Tekavcic, 2008). dimana manajer memastikan bahwa sumber
Management control system berpartisipasi daya diperoleh dan digunakan secara efektif
dalam proses untuk membimbing perilaku dan efisien dalam pemenuhan tujuan organisasi
karyawan dengan motivasi (Matei, 2012). (Anthony dan Govindarajan, 2007). Armes dan
Motivasi disebut juga sebagai pendorong, Salarzehi (2010) mengatakan bahwa sistem
keinginan, pendukung atau kebutuhan² pengendalian manajemen adalah sistem yang
kebutuhan yang dapat membuat seseorang
66 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 2, JULI 2014: 64-74

digunakan dalam suatu organisasi yang berubah untuk medeteksi kesempatan dan
mengumpulkan dan menggunakan informasi ancaman (Iwardeen, Wiele, Williams & Dale,
untuk mengevaluasi kinerja dari sumber daya 2006).
organisasi yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perilaku organisasi untuk Employee Motivation
menerapkan strategi organisasi. Simons (1995) Rutherford (1990) melaporkan bahwa
membagi sistem pengendalian manajemen motivasi menjadikan sebuah organisasi lebih
menjadi 4 tingkatan atau level yaitu: sukses karena karyawan terprovokasi terus-
1. Beliefs Systems menerus mencari praktek yang lebih baik untuk
Belief systems adalah di mana manajer melakukan sebuah pekerjaan, sehingga sangat
senior berkomunikasi secara formal untuk penting bagi organisasi untuk membujuk dan
memperkuat sistem perusahaan dengan memotivasi karyawan mereka (dalam Manzoor,
memberikan nilai-nilai dasar, tujuan, dan 2012).
arah organisasi bagi karyawannya. Menurut Self Determination Theory (SDT,
Perusahaan yang memiliki belief system yang Ryan & Deci (2000)) mengenai motivasi, dalam
baik akan berdampak positif pada nilai-nilai rangka menciptakan dan memelihara tenaga
yang dimiliki oleh manajer dan kerja yang proaktif, inovatif dan bahagia,
mengakibatkan meningkatnya fokus manajer manajemen dalam organisasi harus mengadopsi
pada kepentingan perusahaan (Marginson, desain organisasi yang menumbuhkan motivasi
2002) karyawan secara autonomous (vs controlled)
2. Boundary Systems (dalam Lan guo, 2007). Kecenderungan bawaan
Mintzberg (1978) mengatakan bahwa dari dalam diri manusia itu sendiri disebut
boundary control systems adalah sistem yang sebagai "autonomous motivation", sebagai lawan
ada di dalam perusahaan harus mendukung dari "controlled motivation" (Lan Guo, 2007).
aktivitas perusahaan untuk pencapaian Teori motivasi sendiri dibagi menjadi 2 menurut
tujuan strategis dan mengantisipasi resiko Deci & Ryan (2000) yaitu intrinsic motivation
yang mungkin terjadi (dalam Hidalgo dan dan extrinsic motivation. ´Intrinsic motivation
Ramos, 2003). Resiko ² resiko tersebut dapat refers to doing something because it is inherently
dihindari melalui kode etik bisnis, sistem interesting or enjoyable, and extrinsic
perencanaan strategis, sistem akuisisi aset, motivation, which refers to doing something
dan pedoman operasional perusahaan (Simon, EHFDXVH LW OHDGV WR D VHSDUDEOH RXWFRPH µ Self
1995). Determination Theory terdapat berbagai bentuk
3. Diagnostic Control Systems motivasi ekstrinsik yang bervariasi dalam
Diagnostic control systems mengacu pada autonomous yang relatif. Dari autonomous yang
sistem umpan balik formal (anggaran dan paling sedikit sampai dengan autonomous yang
rencana bisnis) yang digunakan untuk paling banyak ada 4 jenis yaitu:
memantau dan mengoreksi penyimpangan 1. External Regulation
dari prosedur standar kinerja perusahaan External regulation merupakan bentuk
(Hoque & Chia, 2012). Yang artinya motivasi dengan autonomous yang paling
pencapaian sasaran strategis perusahaan sedikit, dan individu melakukan sesuatu
dapat dilihat dengan cara pengukuran yang hanya disebabkan karena ingin memenuhi
menggunakan angka dengan kata lain dapat permintaan eksternal atau untuk
terukur (Fauzi, 2012). mendapatkan reward dari pihak external (Lan
4. Interactive Control Systems Guo, 2007). Deci & Ryan (2000) dalam external
Simons (1991) mengatakan bahwa regulation individu biasanya mengalami
manajer puncak memusatkan perhatian perilaku eksternal yaitu diatur, dikendalikan
mereka pada ketidakpastian strategis yang atau diharuskan demikian.
bisa menggagalkan visi mereka untuk masa 2. Introjected Regulation
depan dan menggunakan sistem yang dipilih Introjected Regulation menjelaskan jenis
secara interaktif untuk memfokuskan peraturan internal yang masih cukup
perhatian seluruh organisasi pada mengendalikan karena orang melakukan
ketidakpastian ini. manajer senior tindakan tersebut dengan perasaan tekanan
menggunakan proses interactive control untuk menghindari rasa bersalah atau
system sebagai alat untuk memaksa semua kecemasan atau untuk mencapai ego pribadi
orang yang terlibat dalam organisasi dan kebanggaan (Deci & Ryan, 2000). Motivasi
memantau dinamika pasar yang terus introjected melibatkan ego di mana orang
Christiani: Pengaruh Management Control System Terhadap Firm Performance 67

melakukan suatu tindakan dalam rangka dan menurunkan biaya (Moorman dan Rust,
meningkatkan atau mempertahankan harga 1999).
diri dan perasaan berharga (Deci & Ryan, 2. Sales
2000). Mengevaluasi kinerja penjualan yang
3. Identified Regulation mengukur pencapaian kuota pada setiap produk
Individu telah mengidentifikasikan adanya dan persentase secara keseluruhan pencapaian
hubungan antara kegiatan dengan untuk semua produk yang dikombinasikan
kepentingan pribadinya sehingga dengan (Zallocco, Pullins dan Mallin, 2008).
demikian individu telah menerima peraturan 3. Profitability
tersebut atau adanya keharusan melakukan Profitabilitas perusahaan adalah di mana
kegiatan yang diperintahkan tadi sebagai kebutuhan untuk memperoleh sumber daya
miliknya sendiri (Deci & Ryan, 2000). (biasanya dari pendapatan yang diperoleh
4. Intrgration Regulation dengan menjual barang dan jasa) pada tingkat
Integration terjadi ketika peraturan yang yang lebih besar daripada menggunakan
teridentifikasi telah sepenuhnya menyatu sumber daya tersebut (biasanya diwakili oleh
dengan diri individu, yaitu adanya hubungan biaya melakukan pembayaran kepada pemasok,
antara kegiatan tersebut dengan nilai-nilai karyawan, dan lain-lain) (Otley, 2002).
dan kebutuhan lainnya Deci & Ryan (2000). 4. Market share
Menurut Wilson (2006) integration regulation Pertumbuhan market share adalah salah
terjadi ketika seseorang melakukan kegiatan satu indikator yang paling berguna untuk
untuk mendapatkan keuntungan yang mengetahui bagaimana kinerja perusahaan
berbeda dari aspek kehidupan bukan karena (Moorman dan Rust, 1999).
kesenangan pribadi. Indikator customer relationship performance
yaitu:
Firm performance 1. Customer satisfaction
Kinerja perusahaan adalah kemampuan Fokusnya untuk memastikan bahwa
perusahaan untuk mencapai tujuan dengan pelanggan puas dengan pelayanan yang
menggunakan sumber daya dengan efisien dan ditawarkan oleh perusahaan, mengukur
efektif (Daft, 2010). Ini mencakup informasi kepuasan pelanggan dengan layanan, dan
tentang efisiensi dengan mana sumber daya mengubah proses internal yang berdiri untuk
yang diubah menjadi barang dan jasa (outcome), memiliki yang terbesar dampak pada pelanggan
kualitas barang dan jasa (seberapa baik mereka (Moorman dan Rust, 1999).
dikirim ke pelanggan dan sejauh mana 2. Customer retention
pelanggan puas), dan hasil (hasil program Beberapa pelanggan dapat membeli dalam
kegiatan dibandingkan dengan tujuan yang jumlah besar atau hanya pada promosi
diinginkan), dan efektivitas operasional sementara sedangkan yang lain akan
perusahaan, dalam hal kontribusi spesifik mengulang kembali pembelian atau dapat
mereka untuk menciptakan nilai bagi para dikatakan sebagai pelanggan setia (Green,
pemangku kepentingan (Gekonge, 2005). 2007).
Kinerja perusahaan dapat diukur melalui 2 Indikator new product performance yaitu:
aspek yaitu kinerja keuangan dan non 1. Speed of new product/ service development
keuangan (Chow dan Van Der Stede, 2006). Pengembangan yang cepat sebagai faktor
Menurut Moorman dan Rust (1999), kinerja penting yang memberikan keuntungan bagi
perusahaan mempunyai 3 indikator yaitu perusahaan (Wessel, 2004).
kinerja keuangan (financial performance), 2. Creativity of new product/ service
kinerja hubungan pelanggan (customer development.
relationship performance) dan kinerja produk Produk atau jasa yang kreatif dan inovatif
baru (new product performance). Indikator akan mengarahkan pada pengembangan produk
financial performance yaitu: masa depan yang akan menciptakan
1. Costs keuntungan berkelanjutan bagi perusahaan
Pendekatan internal biasanya ditemukan (Wessel, 2004).
dalam operasi jasa atau manajemen kualitas,
lebih mungkin untuk memiliki tujuan Pengaruh Management Control System
memaksimalkan efisiensi internal proses terhadap Employee Motivation
layanan dengan meningkatkan produktivitas ICFAI (2006) mengatakan bahwa Proses
pengendalian manajemen melibatkan tiga
kegiatan yang saling terkait - komunikasi,
68 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 2, JULI 2014: 64-74

motivasi dan evaluasi. Pertama, melibatkan H2: Terdapat pengaruh langsung yang
komunikasi antara atasan dan bawahan. signifikan dari management control system
Komunikasi membantu bawahan memahami dengan firm performance pada sektor non-
tujuan organisasi. Kedua, agar bawahan manufaktur di Surabaya.
berusaha untuk memberikan upaya terbaik
mereka dalam mencapai tujuan organisasi, METODE PENELITIAN
mereka harus termotivasi. Ini adalah tanggung Penelitian ini menganalisis hubungan antara
jawab manajemen untuk memotivasi bawahan. Management Control System (X) sebagai
Yang terakhir, untuk kinerja yang efektif, independent variable. Employee Motivation (Y)
atasan harus mengevaluasi pekerjaan sebagai Intervening variable dan Kinerja
bawahan dan memberi mereka umpan balik Perusahaan (Z) sebagai dependent variable. Jenis
secara berkala. skala pengukuran yang digunakan adalah data
Dengan demikian, hipotesis dalam dengan skala interval dan skala likert. Jenis
penelitian ini adalah: data yang digunakan adalah data kuantitatif.
H1: Terdapat pengaruh langsung yang Sumber data yang digunakan adalah data
signifikan dari management control system primer dan data sekunder. Data primer
dengan employee motivation pada sektor non- diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada
manufaktur di Surabaya. para manajer. Data sekunder diperoleh dari
berbagai buku, jurnal, literatur untuk
Pengaruh Management Control System menyusun teori ² teori dan hipotesis. Instrumen
terhadap Firm Performance yang digunakan untuk mengumpulkan data
Sistem pengendalian manajemen dirancang adalah kuesioner dan studi pustaka.
untuk membantu manajer dalam perencanaan Penelitian ini menggunakan populasi dari
dan mengendalikan kegiatan organisasi (ICFAI, perusahaan ² perusahaan non-manufaktur yang
2006). Armes & Salarzehi (2010) mengatakan menerapkan management control systems di
bahwa sistem pengendalian manajemen adalah Surabaya. Di dalam penelitian ini, sampel yang
sebuah sistem yang mengumpulkan dan yang diteliti adalah 40 perusahaan non-
menggunakan informasi untuk mengevaluasi manufaktur. Teknik sampling yang digunakan
kinerja sumber daya organisasi yang berbeda adalah purposive sampling. Unit analisis dalam
seperti manusia, fisik, keuangan dan juga penelitian ini adalah para manajer perusahaan.
organisasi secara keseluruhan dengan Kuesioner terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
mempertimbangkan strategi organisasi. Sistem identitas responden (lama bekerja, jenis
pengendalian manajemen yang baik menjamin kelamin, jabatan dan nama perusahaan) dan isi
keberhasilan bagi suatu organisasi (ICFAI, kuesioner. Di dalam bagian ini, responden akan
2006). memberikan jawaban atas kelompok
Dengan demikian, hipotesis dalam pernyataan yaitu:
penelitian ini adalah: 1. Variabel independen
H2: Terdapat pengaruh langsung yang Management Control Syetem yang terdiri
signifikan dari management control system dari 14 pernyataan, diadopsi dari Hoque &
dengan firm performance pada sektor non- Chia (2012).
manufaktur di Surabaya. 2. Variabel intervening
Employee Motivation yang terdiri dari 5
Pengaruh Employee Motivation terhadap Firm pernyataan, diadopsi dari Lan Guo (2007).
Performance
Menurut Ramllal (2008) manajer perlu 3. Variabel dependen
memotivasi karyawan untuk tampil baik di Kinerja perusahaan yang terdiri dari 8
perusahaan, karena keberhasilan organisasi pernyataan yang diambil dari Moorman dan
tegantung pada mereka (dalam Keijzers 2010). Rust (1999).
Jadi Annamalai (2010), menyimpulkan bahwa Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan
jika sebuah organisasi ingin meningkat dan
menggunakan Structural Equation Modeling
menjadi sukses, kepercayaan memainkan peran
penting sehingga harus selalu dipertahankan (SEM) dengan teknik PLS. Analisis PLS adalah
untuk menjamin eksistensi organisasi dan teknik statistika multivariat yang melakukan
untuk meningkatkan motivasi karyawan (dalam perbandingan antara variabel dependen
Muogbo 2013). berganda dan variabel independen berganda.
Dengan demikian, hipotesis dalam Evaluasi model PLS dilakukan dengan
penelitian ini adalah: mengevaluasi outer model dan inner model.
Christiani: Pengaruh Management Control System Terhadap Firm Performance 69

Outer model merupakan model pengukuran 3,94 High


untuk menilai validitas dan reliabilitas model. 4,04 High
Mean Belief System 3,77 High
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui 4,01 High
kemampuan instrumen penelitian mengukur 4,09 High
apa yang seharusnya diukur. Uji validitas Boundary system
3,66 High
konvergen dengan indikator reflektif dinilai 3,96 High
berdasarkan loading factor. Uji validitas Mean Boundary System 3,93 High
4,28 Highest
diskriminan dinilai berdasarkan cross loading.
4,07 High
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur Diagnostic Control System
3,88 High
konsistensi internal alat ukur. Uji reliabilitas 4,08 High
dalam PLS dapat menggunakan metode Mean Diagnostic Control
4,08 High
Composite reliability. Inner model merupakan System
proses struktural untuk memprediksi hubungan
3,94 High
kausalitas antar variabel laten. Model
struktural dalam PLS dievaluasi dengan Interactive Control System
menggunakan R2 untuk mengukur tingkat 3,96 High
variasi perubahan variabel independen
terhadap variabel dependen. Selain itu juga Mean Interactive Control
3,95 High
System
menghitung nilai Q2 digunakan untuk
mengukur seberapa baik nilai observasi Mean Total 3,929 High
dihasilkan oleh model dan juga estimasi
Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa pada
parameternya. variabel management control system nilai rata-
rata secara keseluruhan sebesar 3,929 Hal ini
ANALISIS DAN PEMBAHASAN menunjukkan bahwa praktik management
Penelitian ini menggunakan 40 perusahaan control system dalam perusahaan non-
non-manufaktur di Surabaya sebagai objek
manufaktur adalah tinggi. Selain itu, indikator
penelitian. Berikut adalah gambaran umum beliefs system, boundary system, diagnostic
responden dalam penelitian ini: control system dan interactive control system
Tabel 1. Jenis Kelamin sudah baik dalam menjalankan perannya untuk
Jenis Jumlah Persentase
Kelamin Responden (%) menginterpretasikan management control
system di perusahaan non-manufaktur di
Laki - laki 99 49,5%
Surabaya, hal ini dilihat dari nilai mean tiap
Perempuan 101 50,5% indikator yang tinggi. Indikator dengan nilai
mean yang paling tinggi adalah indikator
Tabel 2. Lama Bekerja diagnostic control system dengan nilai 4,08
Lama Jumlah Persentase artinya, dalam praktik penggunaan
Bekerja Responden (%)
management control system, indikator
3 - 10 tahun 172 86% diagnostic control system merupakan indikator
11 - 20 tahun 24 12% yang paling mendominasi.
21 - 30 tahun 4 2%
Tabel 5. Penilaian Responden terhadap
Tabel 3. Kategori Mean dari Skor Interval Variabel Employee Motovation
Indikator Mean Kategori
Interval Kategori
4,20 < rata- rata ” Highest / Sangat Tercapai External 3,96 High
3,40 <rata- rata ” High / Tercapai Regulation 3,86 High
2,60 < rata- rata ” Netral / Middle Mean External
3,91 High
1,80 < rata- rata ” Low / Tidak Tercapai Regulation
Lowest / Sangat Tidak Mean Introjected
1,00 < rata- UDWD ” 3,89
Tercapai Regulation High

Tabel 4. Penilaian Responden terhadap Mean Identified


3,80 High
Variabel Management Control System Regulation
Indikator Mean Kategori
3,4 Middle Mean Integrated 3,89 High
Belief System
3,7 High
70 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 2, JULI 2014: 64-74

Regulation diharapkan telah tercapai. Untuk indikator


dengan nilai mean yang paling tinggi adalah
Mean Total 3,88 High indikator Customer Relationship Performance
Berdasarkan tabel 5. menunjukkan bahwa pada dengan nilai 4,095 artinya, dalam praktik
variabel employee motivation nilai rata-rata penilaian firm performance di perusahaan non-
secara keseluruhan yang diperoleh sebesar 3,88. manufaktur di Surabaya indikator Customer
Hal ini menunjukkan bahwa employee Relationship Performance merupakan indikator
motivation dalam perusahaan non-manufaktur yang paling mendominasi.
adalah tinggi. Indikator external regulation, Analisa Partial Least Square (PLS)
introjected regulation, identified regulation dan
integrated regulation memliki nilai mean yang
tinggi artinya, sudah baik dalam menjalankan
perannya untuk menginterpretasikan employee
motivation di perusahaan non-manufaktur di
Surabaya. Untuk indikator dengan nilai mean
yang paling tinggi adalah indikator external
regulation dengan nilai 3,91 artinya, dalam
praktik employee motivation, indikator external
regulation merupakan indikator yang paling Gambar 1. Output model pengukuran
mendominasi. PLS
Tabel 6. Penilaian Responden
terhadap Variabel Firm Performance Evaluasi Outer Model
Mean Tabel 7. Nilai Outer Loading
Indikator Kategori
Total Indikator MCS EM FP
Cost 4,07 High
MCS 1 Beliefs System 0,917
Financial Sales 3,69 High
Performance Profitability 3,92 High Boundary
MCS 2 0,562
Market Share 4,05 High System
Mean Financial 3,93 High Diagnostic
MCS 3 0,638
Control system
Customer
Customer 4,2 High Interactive
Satisfaction MCS 4 0,680
Relationship Control System
Customer
Performance 3,99 High External
Retention EM 1 0,750
Regulation
Mean Customer Relationship 4,095 High
Speed of New Introjected
EM 2 0,779
Regulation
Product /
3,92 High Identified
Service EM 3 0,721
New Product Development Regulation
Performance Creativity of Integrated
EM 4 0,510
New Product / Regulation
3,94 High Financial
service FP 1 0,767
Development Performance
Mean New Product 3,93 High Customer
Mean Total 3,97 High FP 2 Relationship 0,530
Performance
Berdasarkan table 6. menunjukkan bahwa nilai
rata-rata variabel firm performance secara New Product
FP 3 0,802
keseluruhan adalah sebesar 3,97. Hal ini Performance
menunjukkan bahwa firm performance yang di a. Uji Validitas
harapakan oleh perusahaan non-manufaktur di Uji validitas konvergen dengan indikator
Surabaya telah tercapai. Masing²masing reflektif dinilai berdasarkan loading factor.
indikator yaitu financial performance, customer Untuk outer loading > 0.50 dianggap telah
relationship performance dan new product signifikan secara praktikal. Berdasarkan tabel
performance memiliki nilai yang tinggi artinya 7. Setiap indikator dari masing-masing variabel
setiap indikator yang dapat memiliki nilai outer loading di atas 0,5.
menginterpretasikan kinerja perusahaan yang Indikator beliefs system dalam variabel
management control system memiliki nilai outer
Christiani: Pengaruh Management Control System Terhadap Firm Performance 71

loading yang paling tinggi yaitu 0,917. Indikator keandalannya karena tiap variabel nilainya
introjected regulation memiliki nilai yang lebih besar dari 0,7.
tertinggi dalam variabel employee motivation
sebesar 0,779. Sedangkan indikator new Evaluasi Inner Model
product performance memiliki nilai yang paling
tinggi dalam variabel firm performance sebesar Tabel 10. Nilai R Square
0,802. Jadi, semua indikator tersebut sudah Variabel R Square
signifikan secara praktikal / sudah valid.
MCS 0
Uji validitas diskriminan dinilai
berdasarkan cross loading. EM 0,0922
FP 0,452
Tabel 8. Nilai Cross Loading Pada tabel 10. nilai R² 0,452
menunjukkan bahwa variasi perubahan
MCS EM FP variabel firm performance dapat dijelaskan oleh
MCS 1 0,9172 0,3584 0,5747 variabel management control system dan
employee motivation sebesar 45,2%
MCS 2 0,5622 0,0761 0,15
MCS 3 0,6383 0,0606 0,3736 Nilai Q2 = 1 ² (1 ²0.0922) x (1 ²0.452)
MCS 4 0,6801 0,2263 0,4548 = 0.503
EM 1 0,2145 0,7504 0,4171 Dari hasil perhitungan diketahui nilai Q 2
EM 2 0,2717 0,7793 0,3241 sebesar 0.503, artinya besarnya keragaman dari
data penelitian yang dapat dijelaskan oleh
EM 3 0,1348 0,7206 0,2268 model structural ini sebesar 50.3%, sedangkan
EM 4 0,1954 0,5104 0,2741 49.7% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di
FP 1 0,5009 0,4071 0,7667 luar model. Sehingga, model struktural pada
penelitian dapat dikatakan telah memiliki
FP 2 0,2813 0,1138 0,5301 goodness of fit yang baik.
FP 3 0,4636 0,3846 0,802
Tabel 11. Nilai Total Effect
Berdasarkan tabel 8. dapat diketahui T
Original Standard Standard Statistics
bahwa secara umum setiap indikator yang Sample Sample Deviation Error (|O/STE
(O) Mean (M) (STDEV) (STERR) RR|)
menyusun masing-masing variabel dalam Management
penelitian ini telah memiliki nilai outer loading Control System
0.3036 0.3066 0.0359 0.0359 8.455
D (PSOR\HH
lebih besar daripada variabel pembentuknya, Motivation
Employee
sehingga dengan demikian dapat dikatakan 0RWLYDWLRQ D
0.3097 0.3095 0.0297 0.0297 10.4401
bahwa setiap indikator di masing-masing Firm
Performance
variabel dalam penelitian ini telah memenuhi Management
Control System
discriminant validity atau telah valid. D )LUP
0.5101 0.5123 0.033 0.033 15.4361

b. Uji Reliabilitas Performance

Uji reliabilitas dapat menggunakan dua Berdasarkan tabel 11. diatas nilai
metode, yaitu composite reliability dan original sample sebesar 0.3036 sedangkan nilai
FURQEDFK·V DOSKD Nilai composite reliability T Statistics dari pengaruh management control
harus > 0.7 dan nilai &URQEDFK·V DOSKD harus system terhadap employee motivation sebesar
>0.6. Namun yang lebih baik dalam 8.455 di mana nilai tersebut lebih besar dari
mengestimasi konsistensi internal suatu 1.96, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
konstruk adalah Composite reliability. pengaruh positif yang signifikan antara
management control system terhadap employee
Tabel 9. Nilai Composite Reliability motivation pada obyek perusahaan sektor non-
Variabel
Composite manufaktur yang menjadi sampel penelitian,
Reliability dari hasil ini maka hipotesis pertama dari
Management Control penelitian ini dapat diterima kebenarannya.
0,7987
System
Nilai original sample sebesar 0.3097 dan
Employee Motivation 0,7881 nilai T Statistics dari pengaruh employee
Firm Performance 0,7475 motivation terhadap firm performance sebesar
Tabel 9. menunjukkan bahwa model dalam 10.440 di mana nilai tersebut lebih besar dari
penelitian ini telah reliable telah terbukti 1.96, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif yang signifikan antara
72 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 2, JULI 2014: 64-74

employee motivation terhadap firm performance Artiny apabila terdapat management control
pada obyek perusahaan sektor non-manufaktur system yang kuat di dalam perusahaan, maka
yang menjadi sampel penelitian, dari hasil ini akan membentuk motivasi karyawan yang baik
maka hipotesis kedua dari penelitian ini dapat pula. Davila dan Foster (2005) mengatakan
diterima kebenarannya. bahwa sistem pengendalian manajemen yang
Nilai original sample sebesar 0.5101 dan baik harus menghasilkan motivasi terhadap
Nilai T Statistics dari pengaruh management karyawan.
control system terhadap firm performance Motivasi karyawan berpengaruh positif
sebesar 15.436 di mana nilai tersebut lebih dan signifikan terhadap kinerja perusahaan
besar dari 1.96, hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan non manufaktur di Surabaya.
terdapat pengaruh positif yang signifikan Pengaruh positif tersebut dapat dilihat dari
antara management control system terhadap nilai original sample yang menunjukkan nilai
firm performance pada obyek perusahaan sektor positif sebesar 0.310. hal ini didukung oleh
non-manufaktur yang menjadi sampel pernyataan dari Fey, Jakoushev, Park dan
penelitian, dari hasil ini maka hipotesis ketiga Bjorkman (2007) yang mengatakan bahwa jika
dari penelitian ini dapat diterima karyawan sangat termotivasi karyawan akan
kebenarannya. dapat bekerja lebih keras, kombinasi ini akan
Untuk menguji pengaruh tidak menghasilkan kinerja perusahaan yang unggul.
langsung dari management control system Management control system
terhadap firm performance melalui employee berpengaruh positif dan signifikan terhadap
motivation, berikut ini disajikan tabel Direct kinerja perusahaan pada perusahaan non
and Indirect Effect yang menjelaskan besarnya manufaktur di Surabaya. Pengaruh positif
pengaruh langsung dan tidak langsung dari tersebut dapat dilihat dari nilai original sample
management control system terhadap kinerja yang menunjukkan nilai positif sebesar 0.510.
perusahaan: Perusahaan yang menerapkan management
control system akan mencapai peningkatan
Tabel 12. Direct and Indirect Effect kinerja. Management control system harus
Pengaruh Direct Effect Indirect Effect dirancang untuk mendukung strategi yang
0&6 D (0 0,304
dipilih perusahaan dalam rangka untuk
mendapatkan keunggulan kompetitif, dan
(0 D )3 0,310 kinerja perusahaan yang unggul (Gani &
Jermias, 2010).
0&6 D )3 0,510 Motivasi karyawan tidak memberikan
0&6 D )3 0,304 x 0,310 =
pengaruh signifikan sebagai variabel
melalui EM 0,094 intervening antara management control system
terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh
Berdasarkan tabel 12. Pengaruh management control system secara langsung
management control system secara langsung terhadap kinerja perusahaan adalah sebesar
terhadap kinerja perusahaan adalah sebesar 0.510, sedangkan pengaruh management control
0.510, sedangkan pengaruh management control system terhadap kinerja perusahaan secara
system terhadap kinerja perusahaan yang tidak langsung melalui motivasi karyawan
secara tidak langsung melalui motivasi adalah sebesar 0.094. Oleh karena koefisien
karyawan adalah sebesar 0.094. Dikarenakan tidak langsung lebih kecil dibandingkan
koefisien tidak langsung lebih kecil koefisien langsungnya, maka dapat dikatakan
dibandingkan koefisien langsungnya, maka bahwa variabel motivasi karyawan tidak dapat
dapat dikatakan bahwa variabel motivasi memediasi hubungan antara variabel
karyawan tidak dapat memediasi hubungan management control system terhadap kinerja
antara variabel management control system perusahaan. Sehingga motivasi karyawan tidak
terhadap kinerja perusahaan. perlu menjadi intervenning variable antara
management control system dengan kinerja
Analisis dan Pembahasan perusahaan.
Management control system berpengaruh Indikator dalam motivasi karyawan
positif dan signifikan terhadap motivasi terdiri dari 4 indikator yaitu external regulation,
karyawan pada perusahaan non manufaktur di introjected regulation, identified regulation dan
Surabaya. Pengaruh positif dan signifikan integrated regulation. Dari 4 indikator tersebut
tersebut dapat dilihat dari nilai original sample pengaruh motivasi karyawan yang seutuhnya
yang menunjukkan nilai positif sebesar 0,304. berasal dari pihak external adalah indikator
Christiani: Pengaruh Management Control System Terhadap Firm Performance 73

external regulation. Sedangkan hasil yang adalah belief system artinya perusahaan sudah
didapatkan dari penelitian, indikator dari baik dalam hal membagikan visi dan misi
variabel motivasi karyawan yang paling besar perusahaan kepada karyawan sehingga hal
nilainya adalah introjected regulation (dilihat tersebut harus dipertahankan dan ditingkatkan
dari nilai outer loading sebesar 0.7793). lagi untuk mencapai management control system
Introjected regulation mejelaskan bahwa yang lebih maksimal.
motivasi karyawan bekerja dikarenakan untuk 2. Nilai mean indikator empirik yang
menghindari rasa bersalah atau kecemasan paling rendah pada variabel motivasi karyawan
atau untuk mencapai ego pribadi dan adalah indikator integrated regulation. Dengan
kebanggaan. Yang artinya pendorong motivasi demikian seharusnya perusahaan membuat
karyawan terbesar bukanlah murni seutuhnya lingkungan pekerjaan yang dapat mendukung
dari pengaruh external (external regulation) tapi karyawannya sehingga karyawan dapat lebih
juga berasal dari diri sendiri (ego pribadi). termotivasi dalam melakukan pekerjaannya
Sedangkan pengaruh management control untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan
system terhadap motivasi karyawan merupakan nilai mean indikator empirik yang paling tinggi
pengaruh external. Faktor ² faktor tersebut pada variabel motivasi karyawan adalah
yang dapat menjadi alasan mengapa dalam indikator introjected regulation artinya tekanan
penelitian ini, variabel motivasi karyawan tidak yang diberikan perusahaan kepada
dapat memediasi antara variabel management karyawannya sudah baik dan dapat memotivasi
control system dengan variabel kinerja karyawan untuk melakukan pekerjaannya.
perusahaan. 3. Nilai mean indikator empirik yang
paling rendah pada variable kinerja perusahaan
KESIMPULAN adalah customer relationship performance. Oleh
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, karena itu, saran yang dapat diberikan oleh
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan peneliti kepada perusahan adalah perusahaan
sebagai berikut: sebaiknya memikirkan strategi-strategi di mana
1. Penerapan management control system perusahaan dalam menyediakan produk atau
mempunyai pengaruh positif dan signifikan jasa, dapat memberikan nilai kepada
terhadap kinerja perusahaan. pelanggannya sehingga kepuasan pelanggan
2. Penerapan management control system dapat tercipta dan akhirnya perusahaan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan memiliki banyak pelanggan yang setia.
terhadap motivasi karyawan. 4. Penelitian selanjutnya masih diperlukan
3. Motivasi karyawan pengaruh positif dan untuk mendukung penelitian ini. Dengan
signifikan terhadap kinerja perusahaan. kategori industri yang berbeda dan lokasi yang
4. Hubungan langsung antara management berbeda pula dapat memperkaya hasil penelitian
control system terhadap kinerja perusahaan di bidang yang sama.
lebih tinggi dibandingkan hubungan tidak
langsungnya melalui motivasi karyawan DAFTAR PUSTAKA
sehingga motivasi karyawan tidak memadai Anthony, R. and Govindarajan, V. (2007).
untuk menjadi perantara antara Management control system (12th ed.).
management control system dengan kinerja New York: McGraw-Hill.
perusahaan. Armesh, H., Salarzehi, H. (2010). Management
Control System. Interdisciplinary Journal
Saran Of Contemporary Research In Business,
Berdasarkan hasil penelitian maka ada 2(6), 193-206.
beberapa saran untuk perbaikan penelitian Baines, A. dan Langfield-Smith, K. (2003).
maupun untuk penelitian selanjutnya, yaitu : Antecedents to management accounting
1. Nilai mean indikator empirik yang change: a structural equation approach,
paling rendah pada variable management control 675-698.
system adalah indikator boundary system. Oleh Chow, C. W. & Van Der Stede, W. A. (2006). The
karena itu, perusahaan seharusnya jelas dalam Use and Usefulness of NonFinancial
menetapkan kode etik karyawan. Pengawasan Performance Measures. Management
pelaksanaan kode etik karyawan seharusnya Accounting, 7(3)·
diperketat lebih lagi sehingga dapat Daft, R. L. (2010). Organization theory and
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi. design. (10th ed.). United States of
Sedangkan mean indikator empirik dari variabel America: South ² Western Cengage
management control system yang paling tinggi Learning.
74 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 2, JULI 2014: 64-74

Davila, A. & Venkatachalam, M. (2001). Non- The Human Factor And Consequently on
financial Performance Measures and CEO Enterprise Performance, 1(19), 187-192.
Compensation an Analysis of Web Traffic. Moorman, C. & Rust, R. T. (1999). The Role of
'DYLOD $ )RVWHU * 6WUDWXS )LUP·V Marketing. Journal of Marketing 63, 180-
Growth, Management Control Systems 197.
Adoption and Performance. Muogbo, U. S. (2013). The Impact of Employee
Fauzi, H. (2012). Management Control Systems Motivation On Organisational
and Contextual Variables in the Performance (A Study Of Some Selected
Hospitality Industry. Forthcoming issue Firms In Anambra State Nigeria). The
in Asia Pacific Management Accounting International Journal Of Engineering And
Journal (APMAJ). Science (IJES), 2(7), 70-80.
Fey, C. F., Jakoushev, S. M., Park, H. J., & Peljhan, D., Tekavcic, M. (2008). Levers of
Bjorkman, I. (2007). Opening the Black Control: Analysis Of Management Control
Box of the Relationship Between HRM Systems In A Slovenian Company. The
and Firm Performance : A Comparison of Journal of Applied Business Research,
USA, Finland, and Russia. Stockholm 24(4), 98-112
School of Economics in Russia Working Peljhan, D., Tekavcic, M. (2008). The Impact of
Paper. Management Control Systems ² Strategy
Green, A. (2007). Should I target profits, sales or Interaction on Performance Management:
awareness? Does it matter? A Case Study, 41(5), 174-184.
Gani, L. & Jermias, J. (2010). The Effects of Ramos, M. M. & Hidalgo, F. G. (2003). From
Strategy-Management Control System Diagnostic to Interactive Style of
Misfits on Firm Performance. Management Control. Management
Guo, L. (2007). Self-Determination Theory Of Research News, 26(5), 21-31.
Motivation And Performance Ryan, R. M. & Deci E. L. (2000). Intrinsic and
Management Systems. Extrinsic Motivations: Classic Definitions
Hoque, Z. & Chia, M. (2012). Competitive Forces and New Directions. Contemporary
and The Levers of Control Framework in Educational Psychology, 25, 54-67.
A Manufacturing Setting A Tale of Sekaran, U. 2003. Research Methods for
Multinational Subsidiary. Qualitative Business : A Skill Building Approach 2nd
Research in Accounting & Management, Edition, New York: John Wiley and Son.
9(2), 123-145. Shanks, N. H. (n.d.). Chapter 2, Management
ICFAI. (2006). Priciples of Management Control and Motivation. Retrieved November 17,
System. India: The Institute of Chartered 2013, from Web Site: www.jblearning.com/
Financial Analysts of India. catalog/samplefile.aspx?isbn=076373473X
Iwardeen, J. V. , Wiele, T. V. D., Williams, R., & &filename=3473X_CH02_4759.
Dale, B. (2006). A management control Simons, R. (1991). Strategic orientation and top
perspective of quality management: An management attention to control systems.
example in the automotive sector. The Strategic Management Journal, 12(1), 49-
International Journal of Quality & 62.
Reliability Management, 23(1), 102-112. Simons, R. (1995). Levers of control: how
Jogiyanto, H. M. and Abdillah, W. (2009). managers use innovative control systems to
Konsep dan aplikasi PLS (Partial Least drive strategic renewal. Management
Square) untuk penelitian empiris. Accounting, 77(1),
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Wessel, K. D. (2004, August). New product
Manzoor, Q.A. (2012). Impact of Employees development performance: using networks to
Motivation on Organizational access information.
Effectiveness. Business Management and Zalloco, R., Pullins, E. B., & Mallin, M. L.
Strategy, 3(1). (2009). A Re-examination of B2B Sales
Marginson, D. E. W. (2002). Management Performance. Journal of Business &
Control Systems and Their Effects on Industrial Marketing, 24(8), 598-610.
Strategy Formation at Middle-
Management Levels: Evidence from a
U.K. Organization. Strategic Management
Journal, 23 (11), 1019-1031.
Matei, N.C., Tole, M., & Nedelescu, D.M. (2012).
The Impact of Management Control on

Anda mungkin juga menyukai