2006-02-Survey Lapangan Pekerjaan Jembatan
2006-02-Survey Lapangan Pekerjaan Jembatan
PEKERJAAN
CONSTRUCTION
(AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN)
MODUL
STEBC – 02 : SURVEI LAPANGAN
PEKERJAAN JEMBATAN
2006
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
STEBC-02: Survei Lapangan PekerjaanJembatan
KATA PENGANTAR
Modul ini disusun dalam rangka membekali seorang ahli struktur pekerjaan
jembatan untuk melakukan survei lapangan pekerjaan jembatan.
Disadari bahwa buku ini masih cukup banyak kekurangannya, oleh karena itu
berbagai masukan demi sempurnanya buku ini sangat diharapkan. Kepada
siapapun yang berkenan untuk memberikan masukan termaksud, kami ucapkan
banyak terima kasih.
LEMBAR TUJUAN
NOMOR : STEBC – 02
TUJUAN PELATIHAN :
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : GAMBAR RENCANA
2.1 DIMENSI, BENTUK DAN HAL-HAL LAIN DALAM GAMBAR
RENCANA ............................................................................. II-1
2.2 RESUME BAGIAN-BAGIAN PEKERJAAN ............................... II-7
2.2.1 Jembatan ................................................................... II-8
2.2.2 Ketentuan teknis untuk pembuatan elemen-elemen
jembatan .................................................................... II-12
2.2.3 Staking Out ................................................................ II-13
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Struktur Pekerjaan
Jembatan (Structure Engineer of Bridge Construction) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan
unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan
(Structure Engineer of Bridge Construction) unit-unit tersebut menjadi Tujuan
Khusus Pelatihan.
2. Standar Latih Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan (Structure
Engineer of Bridge Construction).
DAFTAR MODUL
Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan
Jabatan Kerja :
(Structure Engineer of Bridge Construction/STEBC)
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 STEBC – 01 UUJK, K3 dan Pemantauan Lingkungan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Waktu = 10 menit
Waktu = 90 menit
OHT
3. Ceramah Bab III Identifikasi
Lapangan
Survei dan Pemetaan Kondisi Mengikuti ceramah dengan tekun dan
Eksisting (Urutan Pekerjaan, memperhatikan hal-hal penting yang
Penetapan Titik Pengukuran, perlu di catat
Pengukuran Jembatan, Mengajukan pertanyaan apabila
Pemetaan Kondisi Eksisting, kurang jelas atau sangat berbeda
pekerjaan survei lapangan dengan fakta dilapangan dan atau
untuk peninjauan kembali pengalaman
rancangan, peninjauan kembali
rancangan)
Perencanaan pekerjaan
penunjang (Jalan Akses, Jalan
Alih Sementara Atau Detour,
Rambu Dan Penghalang
(Barrier), Perkuatan
Jembatan, Kantor Lapangan,
Fasilitas Laboratorium Dan
Pengujian)
Waktu = 80 menit
Waktu = 90 menit
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar rencana
Identifikasi lapangan (site plan, jalan akses, detour, perkuatan jembatan, jembatan
darurat, dll.) dalam rangka penyiapan gambar kerja.
Identifikasi permasalahan yang mungkin ditimbulkan oleh lingkungan sekitar lokasi
pekerjaan.
Dalam pelaksanaan lapangan pekerjaan jembatan, ada 3 (tiga) hal yang saling berkaitan
satu sama lain yaitu :
Jika kurang memahami spesifikasi teknis, tidak mampu menyiapkan gambar kerja,
dan tidak mempunyai SDM (Sumber Daya Manusia) lapangan yang tangguh,
kontraktor akan sulit menghindar dari kesalahan/kelalaian pelaksanaan lapangan.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan survei lapangan untuk pekerjaan jembatan harus
memenuhi prinsip-prinsip aspek teknis yang tertuang dalam Spesifikasi Teknis agar
dapat memperkecil kesalahan-kesalahan umum yang sering dijumpai pada pelaksanaan
pekerjaan jembatan.
BAB II
GAMBAR RENCANA
Apa yang harus dilakukan oleh structure engineer of bridge construction setelah
menerima Gambar Rencana Jembatan ?
Yang harus dilakukan adalah menyiapkan rencana survei lapangan untuk memastikan :
Bahwa gambar rencana jembatan dipersiapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan
perencanaan sehingga tidak ada keraguan jika gambar rencana tersebut dilaksanakan
di lapangan.
Bahwa gambar rencana yang akan dijadikan acuan utama di dalam menyiapkan
gambar kerja harus sudah mempertimbangkan kondisi lapangan terakhir.
Bahwa gambar rencana yang sudah mempertimbangkan kondisi lapangan terakhir
tersebut merupakan hasil pekerjaan review design (rekayasa lapangan). Pekerjaan
review design merupakan tugas konsultan supervisi, yang pada awal penugasannya
sesuai dengan tatacara pelaksanaan pekerjaan berdasarkan spesifikasi teknis harus
menyiapkan review design.
Bahwa untuk dapat melaksanakan review design, diperlukan data-data teknis yang
baru dapat diperoleh jika dilakukan survei lapangan. Sesuai dengan tatacara yang
diatur di dalam spesifikasi teknis, tanggung jawab survei lapangan ada pada
kontraktor.
Bahwa di dalam melakukan survei lapangan, kontraktor menugaskan urusannya
kepada structure engineer of bridge construction.
Dari contoh-contoh gambar rencana yang diberikan dapat diperhatikan bahwa elemen-
elemen jembatan mengandung unsur-unsur fungsi elemen, dimensi elemen, bahan
pembuatan elemen, penempatan elemen, jarak antara satu elemen dengan elemen
lainnya dan lain sebagainya, yang jika dipadukan akan membentuk suatu struktur
jembatan. Perpaduan seluruh elemen inilah yang nantinya akan merupakan bagian dari
ruas jalan dan memberikan kontribusi untuk pelayanan bagi pengguna jalan.
2.2.1 Jembatan
Aliran Sungai
Tebing sungai
Aliran air utama
Daerah genangan banjir
Bangunan Pengaman
Krib / pengarah arus sungai
Bronjong dan matras
Talud beton
Pasangan batu kosong
Turap baja
Sistem fender
Dinding penahan tanah
Tanah Timbunan
Timbunan jalan pendekat
Drainase di daerah timbunan
Lapisan perkerasan
Pelat injak
Tanah bertulang
Pondasi
Tiang pancang
Pondasi sumuran
Pondasi langsung
Angker
Pondasi balok pelengkung
Balok kepala
Balok penahan gempa
Penunjang / pengaku
Penunjang sementara
Drainase dinding
Sistem gelegar
Gelagar
Gelagar melintang
Diafragma
Sambungan gelegar
Perkuatan ikatan angin
Pelat pengaku (stiffener)
Pelat penutup (cover plate)
Jembatan pelat
Pelat beton bertulang
Pelat beton pracetak
Pelat beton prategang
Kabel prategang melintang
Pelengkung
Bagian pelengkung
Dinding tegak pelengkung
Balok pelengkung
Gelagar balok pelengkung
Balok pelengkung
Balok vertikal
Balok melintang
Balok pengaku mendatar
Sambungan balok pelengkung
Rangka
Panel rangka (bailley)
Gelagar penguat (bailley)
Gelagar pengaku (baailley)
Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-9
STEBC-02: Survei Lapangan Pekerjaan Jembatan Bab II: Gambar Rencana
Jembatan gantung
Kabel pemikul
Kabel penggantung
Kabel penahan ayun
Kolom pylon
Pengaku pylon
Sadel pylon
Balok melintang (gantung)
Ikatan angin bawah
Sambungan (gantung)
Sistem lantai
Gelagar memanjang lantai
Pelat lantai (kayu/beton/baja)
Pelat baja bergelombang
Balok tepi
Jalur roda kendaraan (lantai kayu)
Trotoir / kerb
Pipa cucuran
Drainase lantai
Lapisan permukaan
Landasan / perletakan
Perletakan baja
Perletakan karet
Perletakan pot
Bantalan mortar / pelat dasar
Baut pengikat
Sandaran
Tiang sandaran
Sandaran horizontal
Penunjang sandaran
Parapet / tembok sedada
2.2.1.4 Perlengkapan
Bangunan Pelengkap
Rambu-rambu dan tanda-tanda
Marka jalan
Papan nama
Lampu penerangan
Tiang lampu
Kabel listrik
Utilitas
Median
2.2.1.5 Gorong-gorong
Gorong-gorong persegi
Gorong-gorong pipa
Gorong-gorong pelengkung
Survei lapangan mencakup kegiatan-kegiatan teknis yang akan digunakan oleh konsultan
untuk melakukan review perencanaan teknis (rekayasa lapangan). Hasil review
perencanaan teknis yang dibuat oleh konsultan, dijadikan dasar oleh structure engineer of
bridge construction untuk menetapkan lokasi jembatan di lapangan sesuai dengan kondisi
lapangan dan membuat jembatan yang elemen-elemennya dibuat sesuai dengan
persyaratan-persyaratan teknis yang ditentukan dalam spesifikasi teknis.
Apabila terdapat ketidak jelasan informasi pada gambar rencana yang menimbulkan
keraguan interpretasi, maka pengawas lapangan harus menghubungi perencananya
untuk mendapatkan kejelasan. Kontraktor bertanggung jawab dalam penentuan dan
pematokan secara keseluruhan, sedang pengawas lapangan harus memastikan bahwa
kontraktor mendapatkan informasi yang tepat serta menyiapkan titik-titik kontrol yang
dipasang.
Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah proyek, dan
ditempatkan pada posisi yang tepat didalam pekerjaan konstruksi. Jarak antara titik-titik
kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.
Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi pekerjaan tetapi bebas dari
area kegiatan, dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya pergeseran posisi
akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak titik-titik
kontrol tersebut harus selalu dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat
terjadi pada dasar tanah, pada timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau
proses dalam tanah itu sendiri, seperti proses yang terjadi akibat besarnya variasi kadar
kelembaban.
Letak dari elemen-elemen utama struktur ditentukan berdasarkan pada sistem referensi
yang digunakan. Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap elemen utama. Letak
dan jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan dikenali dilapangan
dan untuk menyiapkan tahap penentuan kembali yang mudah bagi letak elemen utama
selama pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak terganggu.
Letak elemen-elemen kecil lain seperti kerb, parapet, galian drainase ditentukan
berdasarkan pada letak elemen-elemen dengan mempertimbangkan pengukuran.
Penempatan dan pematokan letak elemen-elemen yang telah ditentukan harus diperiksa.
Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan dilakukan oleh Staf Engineer
dengan menggunakan peralatan lain yang berbeda dengan peralatan yang digunakan
pada saat penempatan dan pematokan awal.
Bagi kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang atas hasil pekerjaannya sendiri,
dianjurkan untuk menggunakan methoda lain yang berbeda dengan methoda yang telah
digunakan pada saat awal penempatan dan pematokan. Untuk menghindari kesalahan
dari ketidak tepatan identifikasi patok, ketidak-tepatan panandaan atau kesalahan dalam
melaksanakan survei, maka pengukuran jarak dan beda tinggi dilakukan dengan
memeriksa hasil pekerjaan dari titik awal suatu sisi sampai pada titik akhir pada sisi yang
lain, kemudian diikatkan pada titik kontrol hasil survei pertama. Pemeriksaan ini tidak
diperkenankan dilakukan hanya dengan mengukur dari satu titik akhir saja atau dua titik
akhir pada sisi yang terpisah.
Semua survei di lapangan selama pematokan bersama dan selama konstruksi akan
dilaksanakan oleh kontraktor di bawah petunjuk konsultan.
Hasil survei tersebut akan dikaitkan dengan gambar-gambar konstruksi, kondisi yang ada
dan beberapa ketidaksesuaian antara gambar-gambar dan kondisi-kondisi yang ada akan
dipergunakan untuk mereview design untuk keperluan proyek (bila ada).
BAB III
IDENTIFIKASI LAPANGAN
Pada umumnya, alinyemen jalan lama, permukaan jalur lalu lintas (carriageway surface),
dan patok kilometer lama harus menjadi patokan untuk memulai pekerjaan, kecuali bila
diperlukan perubahan kecil pada alinemen jalan, maka dalam hal ini diperlukan titik kontrol
sementara yang akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan dan data-data detilnya akan
diserahkan kepada Kontraktor bersama dengan semua data yang bersangkutan untuk
menentukan titik pengukuran pada alinyemen yang akan diubah.
Jika dipandang perlu menurut pendapat Direksi Pekerjaan maka Kontraktor harus
melakukan survei dengan akurat dan memasang “Bench Mark” (BM) pada lokasi tertentu di
sepanjang proyek untuk memungkinkan revisi minor terhadap Gambar, pengukuran
Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-1
STEBC-02: Survei Lapangan Pekerjaan Jembatan Bab III: Identifikasi Lapangan
ketinggian permukaan perkerasan atau penetapan titik pengukuran (setting out) yang akan
dilakukan. Bench Mark permanen harus dibuat di atas tanah yang tidak akan mudah
bergeser.
Kontraktor harus memasang titik patok pelaksanaan yang menunjukkan garis dan ketinggian
untuk pekerjaan jembatan yang diberikan dalam Gambar dan harus mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Jika menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, setiap perubahan dari garis dan ketinggian diperlukan, baik
sebelum maupun sesudah penempatan patok, maka Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan
perintah yang terinci kepada Kontraktor untuk melaksanakan perubahan tersebut dan
Kontraktor harus mengubah penempatan patok sambil menunggu persetujuan lebih lanjut.
Profil yang diterbitkan harus digambar di atas kertas kalkir dengan skala, ukuran dan tata
letak (layout) sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Gambar penampang
melintang harus menunjuk-kan elevasi permukaan akhir yang diusulkan, yang diperoleh dari
gambar detil rancangan.
Gambar profil asli bersama dengan tiga salinannya harus diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan. Direksi Pekerjaan akan menandatangani satu salinan untuk disetujui atau untuk
direvisi, dan selanjutnya dikembalikan kepada Kontraktor.
Bilamana Direksi Pekerjaan memandang perlu, maka Kontraktor harus menyediakan semua
instrumen, personil, pekerja dan bahan yang mungkin diperlukan untuk meme-riksa
penetapan titik pengukuran (setting out) atau untuk setiap pekerjaan relevan lainnya yang
harus dilakukan.
Tahapan kegiatan pengukuran jembatan pada dasarnya sama seperti dengan tahapan
pengukuran jalan, yaitu terdiri dari kegiatan persiapan, survei pendahuluan, pemasangan
patok BM dan CP dan patok kayu, pengukuran kerangka kontrol vertikal, pengukuran
kerangka kontrol horizontal, pengukuran situasi, pengukuran penampang memanjang
jalan, pengukuran melintang jalan, pengukuran penampang melintang sungai dan
pengukuran detail situasi (lihat Gambar 3.1)
Pemasangan monumen
Monumen yang dipasang pada pengukuran jembatan terdiri dari patok BM (Bench
Mark) / CP (Concrete Point) dan patok kayu. BM / CP dipasang disekitar rencana
jembatan, pada masing-masing tepi sungai yang berseberangan. Spesifikasi BM
maupun CP dapat dilihat pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 :Patok BM (Bench Mark) / CP (Concrete Point) dan Patok Kayu
Patok kayu dipasang dengan interval jarak 25 meter sepanjang 100 meter dari
masing-masing tepi sungai ke arah as rencana jalan. Patok kayu juga dipasang di
tepi sungai dengan interval jarak setiap 25 meter sepanjang 125 meter ke arah
hulu dan ke arah hilir sungai (lihat Gambar 3.1).
Patok kayu dibuat sepanjang 40 cm dari kayu ukuran 3 cm x 4 cm, pada bagian
atasnya dipasang paku, diberi nomor sesuai urutannya dan dicat warna kuning.
Setiap pemasangan patok CP dan patok kayu dicatat dalam formulir dan
dibuatkan sketsanya dan perkiraan pola konturnya.
Pengukuran penampang memanjang jalan dilakukan dengan alat ukur sipat datar
atau dengan menggunakan teodolit dengan ketelitian bacaan 20 “.
Pengambilan data dilakukan pada setiap perubahan permukaan tanah pada as
jalan exsiting /rencana sepanjang 100 m.
Setiap pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang
horizontalnya yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb)
untuk kontrol bacaan.
Pengambilan data dilakukan sepanjang ruas jalan pada setiap perubahan muka
tanah. Setiap pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang
horizontalnya yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb).
Tatacara pengukurannya sama dengan cara pengukuran penampang memanjang
jalan
Pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang mendatar yaitu
benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb) sebagai kontrol
bacaan.
Setiap rinci data yang diambil harus dibuat sketsanya.
Tatacara pengukurannya sama dengan cara pengukuran penampang melintang
jalan
Koridor pengukuran kearah hulu dan hilir masing-masing 125 meter dari as
rencana jembatan, dengan interval pengukuran tiap 25 meter.
Pengukuran penampang melintang sungai untuk mengetahui topografi dasar
sungai dilakukan dengan menggunakan rambu ukur atau bandul zonding jika
kedalaman air kurang dari 5 m dan arus tidak deras, jika arus deras dan
kedalaman air lebih dari 5 m pengukuran dilakukan dengan alat echo sounding.
Pengukuran penampang melintang sungai dimulai dari tepi atas, tepi bawah, alur
sungai, dan setiap interval 5m untuk sungai dengan lebar antara 5 – 20 m. Bila
lebar sungai lebih dari 20m, maka kerapatan pengambilan data dasar sungai
dilakukan setiap interval 10 m.
Bila pengukuran melintang sungai dilakukan dengan pengukuran dengan echo-
sounding, maka tahapan yang dilakukan (lihat Gambar 3.4) adalah :
1. siapkan echo-sounder dengan perahu di sungai.
2. bentangkan tali dari patok tepi sungai, atau arahkan dengan menggunakan
alat ukur teodolit sejajar kedua patok yang terdapat pada dua tepi sungai
(misal patok B dan patok C)
3. siapkan perahu pada jalur BC, dan alat echo-sounder siap digunakan untuk
pengukuran.
4. pasang teodolit pada pada titik A yang terletak tegak lurus dari garis BC, dan
terletak pada tepi sungai yang sama, kemudian arahkan teropong pada titik B,
baca piringan horizontal serta ukur jarak AB, catat jarak ukur dan hasil
bacaan.
5. lakukan pengukuran sounding mulai bagian tepi sungai, misal dari titik 1.
6. arahkan teropong ke titik 1 (echo-sounder), baca dan catat bacaan sudut
horizontal. Sudut 1AB adalah ø, maka jarak dari B ke perahu adalah AB tan ø.
7. pindahkan kapal 10 meter ke arah 2 (posisi 2), lakukan sounding, arahkan
teodolit ke titik 2, hitung sudut 2AB (ø2), maka jarak A2 = AB tan ø2.
8. ulangi pekerjaan sounding untuk titik yang lain sepanjang garis BC sampai
ketepi bagian C.
9. kemudian pasang rambu ukur secara vertikal pada permukaan air sungai
untuk mengukur beda tinggi antara muka air terhadap tinggi patok tepi sungai
(B), baca dan catat benang atas (ba), benang tengah (bt),benang bawah (bb)
dan sudut vertikal, pindahkan rambu ke titik B, baca dan catat bacaan benang
atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb) dan sudut vertikal.
10. Ulangi lagi pekerjaan sounding untuk jalur yang lain dengan interval antar jalur
sebesar 25 m
θ
1 2 3 4
B ► C
Jalur
pengukuran
Pengukuran situasi
Pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang mendatar yaitu
benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb).
Semua pengukuran titik detail harus dibuat sketsa (arah utara dan sketsa situasi).
Tahapan pengukuran situasi sekitar sungai adalah sebagai berikut:
1. pasang alat ukur teodolit tepat diatas patok (yang diketahui koordinatnya)
pengukuran jalan.
2. atur sumbu satu vertikal.
3. ukur tinggi alat.
4. arahkan teropong ke titik pengukuran lain yang diketahui koordinatnya (patok
nomor sebelumnya atau nomor sesudahnya), tepatkan pada target, baca dan
catat bacaan sudut horizontalnya.
5. tempatkan rambu ukur secara vertikal pada titik detai yang akan diukur.
6. arahkan teropong pada rambu tersebut kuatkan klem vertikal dan horizontal,
tepatkan dengan penggerak halus verikal dan horizontal. Baca dan catat
bacaan rambu meliputi benang atas benang tengah dan benang bawah. Baca
dan catat juga bacaan sudut vertikal dan horizontalnya.
7. pindahkan rambu ke titik detail lain yang akan diukur.
8. lepas klem vertikal dan horizontal, arahkan teodolit ke rambu.
9. arahkan teropong pada rambu tersebut kuatkan klem vertikal dan horizontal,
tepatkan dengan penggerak halus verikal dan horizontal. Baca dan catat
bacaan rambu meliputi benang atas benang tengah dan benang bawah. Baca
dan catat juga bacaan sudut vertikal dan horizontalnya.
10. ulangi untuk titik detail yang lain, setiap mengukur titik detail harus dibuat
sketsanya.
Penggambaran
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses penggambaran antara lain :
a. pemilihan skala peta yaitu 1 : 1000 untuk peta situasi dan 1 : 500 untuk situasi
khusus
c. garis kontur normal yaitu 1/2000 X skala peta dan kontur indeks setiap
kelipatan 5 dari kontur normal,
Hasil akhir dari proses penggambaran hanya sampai draft milimeter (obrah).
Editing data situasi dan garis kontur dapat dilakukan secara langsung di atas
kertas, dengan demikian proses penggambaran secara manual cukup sederhana
dan cepat. Ketelitian hasil penggambaran sangat tergantung pada ketelitian
interpolasi busur derajat, penggaris/mistar, besar kecilnya mata pensil yang
digunakan. Hasil gambar secara manual tidak dapat diperbanyak dan disimpan
dalam bentuk file.
Pemilihan skala peta erat kaitannya dengan kebutuhan dari pengukuran. Skala
peta adalah perbandingan antara jarak sesungguhnya dengan jarak di peta.
Skala peta pada pengukuran jalan dan jembatan yang ditujukan untuk
perencanaan biasanya menggunakan skala besar seperti 1 : 1000 sampai skala 1
: 500. Gambar penampang memanjang, skala horizontal 1: 1.000 dan skala
vertikal 1: 100. Gambar penampang melintang skala horizontal 1: 200 skala
vertikal 1 : 100
Untuk peta situasi skala 1 : 1000, grid pada peta dibuat pada setiap interval 10 cm
pada arah absis (X) maupun ordinat (Y) dengan nilai 100 m untuk masing-masing
absis dan ordinat. Angka grid koordinat dituliskan pada tepi peta bagian bawah
untuk absis dan tepi kiri peta untuk angka ordinat.
Kemudian ploting koordinat dan elevasi titik-titik BM, patok CP, titik poligon dari
hasil hitungan koordinat kerangka kontrol horizontal dan hitungan kerangka kontrol
vertikal.
Ploting data situasi didasarkan pada jarak dan sudut dari titik-titik kontrol
horizontal dan vertikal ke titik detail.
Data jarak, sudut horizontal yang diperoleh dari pengukuran situasi, kemudian di
ploting dengan bantuan mistar/penggaris dan busur derajat.
Data ketinggian untuk semua detail hasil pengukuran detail situasi dan tinggi titik
kontrol, angka ketinggiannya diplotkan di peta manuskrip.
Ketelitian gambar situasi sangat tergantung saat melakukan interpolasi sudut
horizontal dengan busur derajat dan interpolasi jarak dengan menggunakan
mistar/penggaris.
Data-data situasi yang telah dilengkapi dengan elevasi dan atribut/diskripsinya
diplotkan ke peta manuskrip (obrah). Semua detail situasi seperti sungai,
bangunan existing, jalan existing yang terukur harus di gambarkan di atas peta.
Penggambaran garis kontur dilakukan berdasarkan ploting tinggi titik detail. Dari
nilai tinggi titik-titik tersebut dilakukan penarikan garis kontur dengan cara
interpolasi.
Interval kontur normal adalah 1 / 2.000 kali skala peta, sedangkan kontur indeks
adalah setiap kelipatan 5 dari kontur normal.
Penarikan/penggambaran garis kontur sebaiknya dilakukan terhadap kontur
indeks terlebih dahulu. Hal ini untuk mengetahui secara umum pola kontur yang
terdapat dalam peta situasi.
Kontur indeks digambarkan dengan garis yang lebih tebal dari garis kontur biasa,
dan diberi warna yang berbeda dengan kontur normal.
Penggambaran arah utara dibuat searah dengan sumbu Y, dan sebaiknya di gambar
pada setiap lembar peta untuk memudahkan orientasi pada saat membaca peta.
Legenda dibuat berdasarkan aturan dan standar yang berlaku (lihat Gambar 3.6).
titik-titik koordinat yang ada, pembentukan digital terrain model, pembuatan garis
kontur, pembuatan grid dan legenda serta pencetakan.
Secara garis besar proses penggambaran secara digital dapat dilihat pada
Gambar 3.7.
Data inputing
Penggambaran secara digital dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu data
hitungan dengan menggunakan spreadsheet yang kemudian disimpan dalam
bentuk file ASCII (american standard code for information interchange), dan data
dari hasil rekaman file elektronik dan kemudian diproses dengan software
topografi (Format batch file) .
Tipe pertama, data atau file hasil hitungan dengan spreadsheet selanjutnya dibuat
dalam format ASCII sehingga dapat dibaca oleh semua perangkat lunak yang
digunakan pada komputer. Urutan format koordinat tersebut di atas adalah X
(Easting), Y (Northing), Z (elevasi) dan deskripsi.
Tipe kedua, data hasil pengukuran di lapangan yang tersimpan di dalam memory
data recorder atau data collector bisa langsung di downloaded ke komputer
dengan bantuan interface. Format data ini dikonversi ke format raw data dan
selanjutnya dilakukan proses konversi ke data field book (data field book ini
mempunyai format yang sama dengan batch file). Data field book kemudian
dihutung dengan perangkat lunak khusus topografi untuk memperoleh harga
koordinatnya. Untuk format batch file tersebut sebelumnya harus diketahui Survei
Command Language dari perangkat lunak yang digunakan, sebagai misal AZ
adalah kepanjangan dari azimuth, BS adalah back sight (titik bidik acuan), AD VA
adalah angle distance (sudut horizontal, jarak) vertical angle (sudut vertikal) dan
seterusnya.
Berikut contoh formatnya :
AZ 2 1 91.2305
BS 1
PRISM 5.04
AD VA 3 67.1514 310.425 93.3843 STA3-PKS
PRISM 4.67
AP ON 201
AD VA 299.2456 16.71 92.5512 UP
89.1147 24.85 90.3920 CL
244.3732 115.56 86.2002 CL
BEGIN WALL
AD VA 231.3911 108.26 85.4036 EOW
END
AD VA 240.5415 44.46 86.4932 CL
76.4607 79.10 95.2119 CL
71.1702 174.74 95.1117 CL
CONTINUE WALL
AD VA 81.0244 171.18 94.2528 EOW
END
Parameter-parameter data lapangan tersebut (jarak datar atau jarak miring, sudut
vertikal atau beda tinggi, sudut horizontal atau azimuth dan deskripsi), selanjutnya
dihitung dengan menggunakan bantuan perangkat lunak yang berkaitan dengan
penghitungan dan penggambaran data survei. Hasil hitungan koordinat tersebut
sekaligus bisa digambarkan posisinya.
Contoh format Raw data yang diperoleh dari Data Collector adalah seperti
tersebut di bawah :
Dari data ukur tersebut selanjutnya dilakukan proses konversi ke data field book
(data field book ini mempunyai format yang sama dengan batch file), untuk
Gambar 3.8: Titik-titik koordinat hasil perhitungan dan pengeplotan secara digital
Titik-titik koordinat yang telah selesai dihitung dan digambarkan posisinya secara
digital seperti yang termuat dalam gambar di atas, semua setup parameter-
parameter pengukuran yang digunakan di lapangan pada saat pengukuran
haruslah sesuai dengan setup yang ada pada perangkat lunaknya, sebagai contoh
adalah ukuran dalam meter, skala penggambaran, satuan sudut yang digunakan.
Penggambaran situasi
ba
bt
bb
bt
α
B
ti ∆H AB
Pembuatan ground model ini lebih sering dikenal dengan nama surface. Bentukan
surface ini adalah pembuatan interpolasi data di antara 3 titik koordinat yang
terdekat. Proses ini lebih dikenal dengan nama pembentukan TIN (triangulated
irregular network), pembuatan jaring-jaring segitiga yang tidak beraturan.
Garis-garis jaring segitiga ini selanjutnya diedit, proses interpolasi data ini
disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan, sebagai misal garis surface
yang berada di tepi jalan sebelah kiri harus dihubungan dengan dengan titik yang
berada disebelah kiri jalan juga, begitu juga dengan surface yang mengkondisikan
Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-17
STEBC-02: Survei Lapangan Pekerjaan Jembatan Bab III: Identifikasi Lapangan
sungai, titik koordinat yang berada di tepi bawah sungai sebelah kanan juga harus
dihubungkan dengan titik koordinat tepi bawah sungai sebelah kanan juga dan
tidak biperbolehkan garis tersebut dihubungan dengan garis tepi atas sungai
sebelah kiri. Sehingga kondisi sungai dapat tervisualisasikan.
Setelah pembentukan surface selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah
penarikan garis kontour, garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
elevasi yang sama (lihat Gambar 3.12).
Garis kontour ini dibuat berdasarkan surface yang diperoleh dari interpolasi-
interpolasi TIN. Kontour yang telah selesai dikerjakan selanjutnya diberikan label
elevasinya.
Interval garis kontour dan kontour index disesuaikan dengan skala peta yang akan
dibuat.
Peta situasi yang telah selesai di gambar garis kontournya selanjutnya dilengkapi
dengan garis-garis grid dan legendanya (lihat Gambar 3.13 dan Gambar 3.14).
Garis-garis grid yang digambar pada peta situasi tergantung dari skala gambar
yang akan dihasilkan.
Berdasarkan hasil survei lapangan Direksi Pekerjaan akan melakukan suatu peninjauan
kembali seluruh rancangan (full design review) atau revisi desain dari cakupan pekerjaan
yang dilelang. Peninjauan kembali seluruh rancangan atau revisi desain ini, yang telah
menyertakan data terbaru tentang kondisi fisik dan struktur pekerjaan lama saat sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan, dapat dilaksanakan langsung oleh Direski Pekerjaan
dengan bantuan komputer yang menggunakan rumus atau metode yang disetujui oleh
Pemilik.
Detil pelaksanaan yang lengkap pada setiap mata pekerjaan dalam cakupan Kontrak ini
akan diterbitkan secara bertahap untuk Kontraktor dan bilamana detil pelaksanaan ini
telah disiapkan, dapat mencakup, tetapi tidak boleh terbatas pada, sebagian atau seluruh
hal-hal berikut :
Revisi terhadap rancangan jembatan yang terdapat dalam dokumen lelang untuk
pekerjaan penggantian jembatan.
Detil struktur drainase
Detil pekerjaan pengendalian lereng, pasangan batu kososng, pekerjaan
stabilisasi timbunan atau galian.
Detil marka jalan.
Detil rambu jalan, patok pengaman dan rel pengaman dan lain sebagainya, baik
pemasangan baru maupun penggantian.
Detil pekerjaan pengembalian kondisi jembatan.
Yang dimaksud dengan pekerjaan penunjang di sini antara lain adalah jalan
akses, detour, rambu penghalang, perkuatan jembatan, kantor lapangan dan
fasilitasnya, dan fasilitas laboratorium dan pengujian. Seluruh pekerjaan
penunjang ini harus diselesaikan dalam periode mobilisasi.
Jalan sementara ini harus dibangun sampai diterima Direksi Pekerjaan, meskipun
demikian Kontraktor tetap harus bertanggungjawab terhadap setiap kerusakan yang
terjadi atau disebabkan oleh jalan sementara ini.
Jalan alih sementara atau detour harus dibangun sebagaimana yang diperlukan untuk
kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan ketentuan keselamatan dan
kekuatan struktur. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu lintas
umum sampai alinyemen, pelaksanaan, drainase dan pemasangan rambu lalu lintas
sementara telah disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum
Kontraktor harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan, drainase dan rambu
lalu lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Semua jalan alih sementara dan pemasangan pengendali lalu lintas yang disiapkan oleh
Kontraktor selama pelaksanaan Pekerjaan harus dipelihara agar tetap aman dan dalam
kondisi pelayanan yang memenuhi ketentuan dan dapat diterima Direksi Pekerjaaan
sehingga menjamin keselamatan lalu lintas dan bagi pemakai jalan umum.
Agar dapat melindungi Pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum dan kelancaran
arus lalu lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan, Kontraktor harus memasang dan
memelihara rambu lalu lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap
tempat dimana kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas umum. Semua
rambu lalu lintas dan penghalang harus diberi garis-garis (strips) yang reflektif dan atau
terlihat dengan jelas pada malam hari.
Suatu daftar detil yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan agar aman
dilewati alat-alat berat, usulan metodologi pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan
tanggal selesai untuk perkuatan setiap struktur harus diserahkan oleh kontraktor kepada
Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan perkuatan jembatan dilaksanakan.
Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan Lokasi Umum dan Denah
Lapangan yang telah disetujui dan merupakan bagian dari Program Mobilisasi, dimana
penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site) dan
telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Bangunan untuk kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
terbebas dari polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan.
Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan cuaca,
dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.
Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang cocok
sehingga bahan-bahan yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan.
Sesuai pilihan Kontraktor, bangunan dapat dibuat di tempat atau dirakit dari komponen-
komponen pra-fabrikasi.
Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan diatas pondasi yang mantap dan
dilengkapi dengan penghubung dengan untuk pelayanan utilitas.
Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat baru atau
bekas pakai, tetapi dengan syarat harus dapat berfingsi, cocok dengan maksud
pemakaiannya dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan
yang berlaku.
Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun dan diratakan sehingga
layak untuk ditempati bangunan, bebas dari genangan air, diberi pagar keliling, dan
dilengkapi minimum dengan jalan masuk dari kerikil serta tempat parkir.
Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K yang
memadai di seluruh barak, kantor, gudang dan bengkel.
Tempat Kerja
o Laboratorium haruslah sebuah bangunan terpisah yang ditempatkan sesuai
dengan Lokasi Umum dan Denah Tempat Kerja yang telah disetujui dan
merupakan bagian dari program mobilisasi. Lokasi laboratorium harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai jarak tertentu dari peralatan
konstruksi, bebas dari polusi dan gangguan berupa getaran selama
pengoperasian peralatan.
o Denah bangunan harus sesuai dengan Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaaan untuk akomodasi dan pengoperasian
perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan semua pengujian yang
disyaratkan atau diperlukan dan juga untuk menyediakan fasilitas kantor untuk
personil penguji baik dari Kontraktor maupun dari Direksi Pekerjaan.
o Bangunan harus dilengkapi dengan lantai beton beserta fasilitas pembuangan air
kotor, dan dilengkapi dengan dua buah pendingin udara (air conditioning)
masing-masing berkapasitas 1,5 PK, serta harus memenuhi semua ketentuan
lainnya dalam Spesifikasi.
Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-25
STEBC-02: Survei Lapangan Pekerjaan Jembatan Bab III: Identifikasi Lapangan
o Perlengkapan di dalam ruangan bangunan harus terdiri atas meja kerja, lemari,
ruang penyimpan yang dapat dikunci, tangki perawatan, laci arsip (filing cabinet),
meja dan kursi dengan mutu standar dan jumlah yang mencukupi kebutuhan.
BAB IV
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Yang dimaksudkan dengan utilitas adalah jaringan bawah tanah, kabel, lampu
penerangan jalan, tiang listrik, tiang telepon dan tiang lampu pengatur lalu lintas yang
ada, bersama dengan semua perlengkapan yang terkait.
Hasil survei utilitas tersebut kemudian diplotkan ke dalam Gambar Rencana Jembatan
sehingga sebelum melakukan relokasi utilitas, sudah dapat diketahui dimana letak
bangunan-bangunan utilitas di maksud.
Prinsip Dasar
Dalam konteks ini, istilah Instansi Terkait Setempat harus berarti setiap utilitas
umum, instansi pemasok atau instansi lain yang bertanggung-jawab terhadap
utilitas umum dan pelayanan.
Sesuai dengan Syarat-Syarat Kontrak, Penyedia Jasa bertanggung-jawab untuk
kontak dengan Instansi Terkait Setempat dan menyerahkan kepada Direksi
Pekerjaan berikut ini :
o Detil lokasi dari semua utilitas dan pelayanan yang akan dipindahkan,
ditempatkan atau terganggu sementara dalam mendukung pelaksanaan
pekerjaan jalan yang direncanakan.
o Salinan yang berhubungan dengan Peraturan, Petunjuk, standar dan
spesifikasi dari Instansi Terkait Setempat.
o Rencana kerja yang terinci yang menunjukkan relokasi utilitas dan pelayanan
yang diperlukan.
o Persetujuan tertulis atas rencana ini dari setiap instansi setempat yang terkait,
dan
o Persetujuan atau perijinan dari Instansi Terkait Terkait Setempat yang
diperlukan.
Pembayaran atas setiap biaya yang berhubungan dengan perolehan perijinan
semacam ini, dan sebagainya harus menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa.
Dalam segala hal, Pemilik wajib membantu Penyedia Jasa untuk berhubungan
dengan Instansi Terkait Setempat.
Setiap kerusakan utilitas dan pelayanan yang ada, yang disebabkan oleh operasi-
operasi Penyedia Jasa harus diperbaiki Penyedia Jasa dengan biaya sendiri.
atas fasilitas tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan memenuhi ketentuan
setelah penyelesaian pekerjaan relokasi.
Metoda Kerja
Pelaksanaan
Permasalahan lain yang perlu diidentifikasi adalah faktor-faktor external seperti kondisi
lalu lintas, frekwensi banjir sungai, perlintasan dengan jalan kereta api.
Kontraktor harus menjamin bahwa selama pelaksanaan pekerjaan semua jalan lama
tetap terbuka untuk lalu lintas dan dijaga dalam kondisi aman dan dapat digunakan, dan
pemukiman di sepanjang dan yang berdekatan dengan Pekerjaan disediakan jalan masuk
yang aman dan nyaman ke pemukiman mereka.
Dalam keadaan khusus Kontraktor dapat mengalihkan lalu lintas ke jalan alih sementara.
Pengalihan ini harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Pengendalian lalu lintas dan pengalihan lalu lintas harus dilaksanakan sebagaimana
diperlukan untuk melindungi pekerjaan.
Pengendalian lalu lintas harus mendapat perhatian khusus, pada saat kondisi cuaca yang
buruk, pada saat lalu lintas padat, dan selama periode dimana pekerjaan yang sedang
dilaksanakan sangat peka terhadap kerusakan.
Bagi kontraktor, sebelum melaksanakan pekerjaan jembatan, harus faham benar bahwa
”design flood” yang digunakan oleh perencana harus sudah mengarah pada
pertimbangan memilih risiko paling memungkinkan, diperhitungkan terhadap banjir yang
terjadi pada suatu return period. Dalam hal ini, penanggung jawab survei lapangan perlu
melakukan cross check, untuk mendapatkan suatu gambaran, bahwa panjang bentang
jembatan yang akan dibangun, telah direncanakan berdasarkan konsep memilih risiko
yang paling memungkinkan. Untuk itu structure engineer of bridge construction harus
mendapatkan data-data hidrologi sebagai salah satu masukan untuk perhitungan ”design
flood” (oleh konsultan) di maksud. Artinya pemilihan bentang jembatan sudah merupakan
pilihan yang paling tepat. Seluruh keputusan teknis yang berkaitan dengan desain
Perlintasan jembatan dengan jalan kereta api, perlu dikonsultasikan dengan institusi yang
mempunyai kewenangan dengan penyelenggaraan transportasi dengan kereta api. Pada
saat sekarang, yang paling mungkin adalah jembatan jalan raya melintasi jalan kereta api.
Crossing ini memerlukan kejelasan tentang ruang yang menjadi ”domainnya” jalan kereta
api agar dapat diambil keputusan dimana posisi bangunan bawah jembatan (bisa
abutment, bisa pilar, tergantung pertimbangan teknis) dan dimana posisi tepi bawah
jembatan. Keputusan-keputusan ini dimaksudkan agar perencana dapat menentukan
secara pasti, berapa panjang bentang jembatan yang melintas di atas jalan kereta api
harus ditentukan ditinjau dari kepentingan pengguna jalan maupun pengguna jalan kereta
api.
Jadi dalam hal ini survei lapangan harus dapat menghimpun data/informasi lapangan
yang dapat memberikan masukan positif bagi kepentingan review design jembatan.
Dengan demikian jembatan akan dapat dibangun dengan mempertimbangkan kondisi
lapangan terakhir.
RANGKUMAN
GAMBAR RENCANA
Survey lapangan dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian gambar rencana dengan
lokasi jembatan di lapangan. Sebelum melakukan survey lapangan perlu ada konfirmasi
antara structure engineer of bridge construction dengan konsultan supervisi tentang apa
yang dimaksudkan dengan elemen-elemen jembatan dan bagaimana menempatkan
elemen-elemen jembatan tersebut di lapangan sesuai dengan kondisi lapangan.
Yang harus dilakukan adalah menyiapkan rencana survey lapangan untuk memastikan :
Bahwa gambar rencana jembatan dipersiapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan
perencanaan sehingga tidak ada keraguan jika gambar rencana tersebut dilaksanakan
di lapangan.
Bahwa gambar rencana yang akan dijadikan acuan utama di dalam menyiapkan
gambar kerja harus sudah mempertimbangkan kondisi lapangan terakhir.
Bahwa gambar rencana yang sudah mempertimbangkan kondisi lapangan terakhir
tersebut merupakan hasil pekerjaan review design (rekayasa lapangan). Pekerjaan
review design merupakan tugas konsultan supervisi, yang pada awal penugasannya
sesuai dengan tatacara pelaksanaan pekerjaan berdasarkan spesifikasi teknis harus
menyiapkan review design.
Bahwa untuk dapat melaksanakan review design, diperlukan data-data teknis yang
baru dapat diperoleh jika dilakukan survey lapangan. Sesuai dengan tatacara yang
diatur di dalam spesifikasi teknis, tanggung jawab survei lapangan ada pada
kontraktor.
Bahwa di dalam melakukan survey lapangan, kontraktor menugaskan urusannya
kepada structure engineer of bridge construction.
IDENTIFIKASI LAPANGAN
Pekerjaan survei lapangan ini harus dilaksanakan pada seluruh panjang jembatan
(rencana jembatan) dan oprit jembatan (rencana jembatan) di kedua belah sisi abutment
jembatan.
Setelah pekerjaan survei lapangan ini selesai, Kontraktor harus menyiapkan dan
menyerahkan laporan lengkap dan detil dari hasil survei ini kepada Direksi Pekerjaan,
tidak lebih dari tanggal yang ditentukan dalam Spesifikasi. Tanggal penyerahan ini akan
merupakan tonggak yang sangat penting bagi dimulainya pekerjaan dalam Kontrak
dengan lebih dini dan berhasil.
Kontraktor harus mempelajari Gambar asli yang terdapat dalam Dokumen Kontrak dan
berkonsultasi dengan Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan survei dimulai. Gambar ini
harus diantisipasi terhadap perubahan kecil pada aspek perencanaan yang mungkin
terjadi selama pelaksanaan.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud dari Gambar dan
Spesifikasi, dan tidak boleh mengambil keuntungan atas setiap kesalahan atau
kekurangan dalam Gambar atau perbedaan antara Gambar dan Spesifikasi dan
Kontraktor harus menandai dan memperbaiki setiap kesalahan atau kekurangan,
terutama yang berhubungan dengan pekerjaan struktur.
Setiap penyimpangan dari Gambar sehubungan dengan kondisi lapangan yang tidak
terantisipasi akan ditentukan dan diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
Kontraktor dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan terhadap ketepatan atas
setiap perubahan yang diambil terhadap Gambar Rencana.
Pekerjaan jembatan kadangkala mencakup bukan hanya jembatan baru akan tetapi juga
perbaikan jembatan lama; jadi kegiatan survey juga harus dilakukan untuk jembatan lama
jika perbaikan jembatan lama tersebut memang dicakup di dalam pekerjaan di maksud.
Survei Kontraktor pada pekerjaan perlindungan talud, struktur jembatan lama, marka dan
perlengkapan jalan lama harus dilaksanakan di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan,
yang harus menjamin bahwa semua kondisi yang ada telah dicatat dengan baik dan teliti.
Formulir pelaporan kondisi tersebut harus dalam formulir yang dapat diterima Direksi
Pekerjaan.
Penyelesaian pekerjaan survei lapangan yang tepat waktu, akan sangat menentukan bagi
kewajiban Direksi Pekerjaan dalam melaksanakan revisi minor dan menyediakan gambar
pelaksanaan bagi Kontraktor sebelum dimulainya kegiatan pelaksanaan yang ditentukan.
Oleh karena itu Direksi Pekerjaan akan memantau kemajuan kegiatan survei lapangan
oleh Kontraktor untuk menjamin bahwa pekerjaan ini akan selesai dalam batas waktu
yang ditentukan.
Berdasarkan hasil survei lapangan Direksi Pekerjaan akan melakukan suatu peninjauan
kembali seluruh rancangan (full design review) atau revisi desain dari cakupan pekerjaan
yang dilelang. Peninjauan kembali seluruh rancangan atau revisi desain ini, yang telah
menyertakan data terbaru tentang kondisi fisik dan struktur pekerjaan lama saat sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan, dapat dilaksanakan langsung oleh Direski Pekerjaan
dengan bantuan komputer yang menggunakan rumus atau metode yang disetujui oleh
Pemilik
Pada umumnya, alinyemen jalan lama, permukaan jalur lalu lintas (carriageway surface),
dan patok kilometer lama harus menjadi patokan untuk memulai pekerjaan, kecuali bila
diperlukan perubahan kecil pada alinemen jalan, maka dalam hal ini diperlukan titik kontrol
sementara yang akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan dan data-data detilnya akan
diserahkan kepada Kontraktor bersama dengan semua data yang bersangkutan untuk
menentukan titik pengukuran pada alinyemen yang akan diubah.
Tahapan kegiatan pengukuran jembatan pada dasarnya sama seperti dengan tahapan
pengukuran jalan, yaitu terdiri dari kegiatan persiapan, survey pendahuluan, pemasangan
patok BM dan CP dan patok kayu, pengukuran kerangka kontrol vertikal, pengukuran
kerangka kontrol horizontal, pengukuran situasi, pengukuran penampang memanjang
jalan, pengukuran melintang jalan, pengukuran penampang melintang sungai dan
pengukuran detail situasi.
Yang dimaksud dengan pekerjaan penunjang di sini antara lain adalah jalan
akses, detour, rambu penghalang, perkuatan jembatan, kantor lapangan dan
fasilitasnya, dan fasilitas laboratorium dan pengujian. Seluruh pekerjaan
penunjang ini harus diselesaikan dalam periode mobilisasi.
IDENTIFIKASI MASALAH
Hasil survey utilitas tersebut kemudian diplotkan ke dalam Gambar Rencana Jembatan
sehingga sebelum melakukan relokasi utilitas, sudah dapat diketahui dimana letak
bangunan-bangunan utilitas di maksud.
Permasalahan lain yang perlu diidentifikasi adalah faktor-faktor external seperti kondisi
lalu lintas, frekwensi banjir sungai, perlintasan dengan jalan kereta api.
DAFTAR PUSTAKA
7. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Ir. Suyono sosrodarsono – Kazuto Nakazawa –