Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK SISTEM PRODUKSI

Bab 10 ʽʽPenjadwalan Mesinʼʼ , Halaman 255-261

DISUSUN OLEH :

NAMA : RICHARD MUBALIQ , WILBERT MAHESA


NIM : 4201817005, 4201817010
PRODI : D4
SEMESTER: 5
KELAS :A
MAKUL : SISTEM PRODUKSI

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2020
Bab 10 Penjadwalan Mesin
10.1 Definisi dan Konsep Dasar Penjadwalan

P enjadwalan adalah pengurutan pembuatan/pengerjaan produk secara menyeluruh yang


dikerjakan pada beberapa buah mesin.
Dengan demikian maslah sequencing senantiasa melibatkan pengerjaan sejumlah komponen
yang sering disebut dengan istilah ‘job’.
Job sendiri masih merupakan komposisi dari sejumlah elemen-elemen dasar yang disebut
aktivitas atau operasi. Tiap aktivitas atau operasi ini membutuhkan alokasi sumber daya
tertentu selama periode waktu tertentu yang sering disebut dengan waktu proses.
Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik bagi perencanaan agregat. Pesanan-
pesanan aktual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada sumberdaya tertentu
(fasilitas, pekerja, dan Peralatan), kemudian dilakukan pengurutan kerja pada tiap-tiap pusat
pemrosesan sehingga dicapai optimalitas utilisasi kapasitas yang ada pada penjadwalan ini,
permintaan akan produk-produk yang tertentu jenis dan jumlah) dari MPS akan ditugaskan
pada pusat-pusat pemrosesan tertentu untuk periode harian.

10.2 Tujuan Penjadwalan


Bedworth (1987), mengidentifikasikan beberapa tujuan dari aktivitas penjadwalan
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan penggunaan sumberdaya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga
total waktu proses dapat berkurang, dan produktivitas dapat meningkat.
2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang
menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas yang
lain. Teori Baker mengatakan, jika aliran kerja suatu jadwal konstan, maka antrian yang
mengurangi rata-rata waktu alir akan mengurangi rata-rata persediaan barang setengah
jadi.
3. Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu
penyelesaian sehingga akan meminimisasi penalty cost (biaya kelambatan).
4. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis
kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan.

10.3 Model Penjadwalan


Proses penjadwalan timbul jika terdapat keterbatasan sumber daya yang dimiliki
sehingga diperlukan adanya pengeluran sumber-sumber daya tersebut secara efisien.
Berbagai model penjadwalar telah dikembangkan untuk mengatasi persoalan penjadwalan
tersebut.
Menurut Baker (1974), model penjadwalan dapat dibedakan menjadi 4 jenis keadaan,
yaitu:
1. Mesin yang digunakan dapat berupa proses dengan mesin tunggal atau proses dengan
mesin majemuk.
2. Pola aliran proses dapat berupa aliran identik atau sembarang.
3. Pola kedatangan pekerjaan statis atau dinamis.
4. Sifat informasi yang diterima dapat bersifat deterministik atau Stokastik.
Pada keadaan pertama, sejumlah mesin dapat dibedakan atas mesin tunggal mesin
majemuk. Model mesin tunggal adalah mesin dasar dan biasanya dapat diterapkan pada kasus
mesin majemuk.
Pada keadaan kedua, pola aliran dapat dibedakan atas flow shop dan job shop. Pada
flow shop dijumpai pola aliran proses dari urutan tertentu yang sama. Flow shop terbagi lagi
menjadi pure flow shop dan general flow shop. Pada pure flow shop berbagai pekerjaan akan
mengalir pada lini produksi yang sama dan tidak dimungkinkan adanya variasi.
Pada general flow shop dimungkinkan adanya variasi antara pekerjaan atau pekerjaan
yang datang tidak harus dikerjakan di semua mesin. Sedangkan pada job shop, setiap
pekerjaan memiliki pola aliran kerja yang berbeda. Aliran proses yang tidak searah ini
mengakibatkan pekerjaan yang dikerjakan di suatu mesin dapat berupa pekerjaan baru atau
pekerjaan yang sedang dikerjakan (work in process) atau pekerjaan yang akan menjadi
produk jadi (finished goods) telah diproses di mesin tersebut.
Pada keadaan ketiga, pola kedatangan pekerjaan dapat dibedakan atas pola
kedatangan statis atau dinamis. Pada pola statis, pekerjaan datang bersamaan pada waktu nol
dan siap dikerjakan atau kedatangan pekerjaan bisa tidak bersamaan tetapi saat kedatangan
telah diketahui sejak waktu nol. Pada pola dinamis mempunyai sifat kedatangan pekerjaan
tidak menentu, artinya terdapat variabel waktu sebagai faktor yang berpengaruh.
Pada keadaan keempat, perilaku elemen-elemen penjadwalan dapat dibedakan atas
deterministik dan stokastik. Model deterministik memiliki kepastian informasi tentang
parameter dalam model, sedangkan model stokastik mengandung unsur ketidakpastian.
Parameter yang dimaksud adalah:
a. Saat datang, saat siap, jumlah pekerjaan, batas waktu penyelesaian (due date). Dan
bobot kepentingan masing-masing pekerjaan.
b. Jumlah operasi, susunan mesin (routing), waktu proses, dan waktu setup.
c. Jumlah dan kapasitas mesin, kemampuan dan kecocokan tiap mesin terhadap
pekerjaan yang akan dikerjakan.
Pada proses penjadwalan produksi deterministik dibutuhkan tiga parameter dasar,
yaitu:
1. Processing time (t i) atau waktu proses, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
memberikan nilai tambah pada order i.
2. Ready time (r i ) atau saat siap, yaitu saat paling awal order i dapat diproses oleh mesin.
3. Due date (d i) atau saat kirim, yaitu saat kirim order i kepada konsumen.
Ketiga parameter dasar tersebut digunakan pula dalam mengevaluasi hasil penjadwalan.
10.4 Kriteria Penjadwalan
Menurut Baker (1974), hasil penjadwalan pada kasus deterministik dapat dievaluasi
dengan menggunakan beberapa kriteria erikut:
 Processing time, taksiran peramalan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu tugas. Taksiran meliputi setup time yang mungkin dibutuhkan, yang
diasumsikan bebas. Pada pembahasan ini, processing time untuk tugas i dinyatakan
dengan t i
 Completion time (C i), rentang antara awal dari tugas pada pekerjaan pertama, di mana
waktunya mengacu pada t = 0, dengan waktu ketika tugas selesai. Rentang dinyatakan
dengan C i
 Flow time, F i= C i−r i, rentang waktu antara satu titik di mana tugas tersedia untuk
diproses dengan suatu titik ketika tugas tersebut selesai. Jadi, flow time sama dengan
processing time dijumlahkan dengan waktu ketika tugas menunggu sebelum diproses.
Flow time dinyatakan dengan F i
 Due date, batas waktu yang ditentukan untuk tugas yang telah lewat, yang akan
dinyatakan dengan terlambat. Denda akan diberikan nila terlambat. Due date dinyatakan
dengan d i
m
 Waiting time, W i =Ci−r i−∑ t ijatau waktu tunggu, yaitu waktu yang menuggu order i
i=l
sejak saat suatu proses selesai dikerjakan sampai saat mulai operasi berikutnya.
 Slack, ukuran perbedaan antara waktu sisa dari batas waktu tugas dengan waktu
prosesnya (processing time). Slack dinyatakan dengan S Li, di mana S Li, = d i−t i
 Lateness, Li = C i−d i yaitu waktu antara saat selesai dan due date ( d i) suatu order i.
Lateness dapat bernilai negatif (earliness) dan positif (tardiness).
 Earliness, Ei = min { Li,0}, yaitu waktu selesai order i sebelum target.
 Tardiness, T i = max {0, Li}, yaitu waktu keterlambatan saat selesai suatu order i. Atau
ukuran dari lateness positif. Jika tugasnya selesai cepat, maka akan memiliki lateness
negatif tetapi tardiness = 0. Jika tugas memiliki lateness positif, maka akan memiliki
tardiness positif juga.
 Makespan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan (job)
yang ada di shop, yang terdiri dari waktu setup antar job ( S[ i−l ] .[ i]) dan waktu proses per
n+ l n
job (t i). Untuk n buah job diperoleh makespan ∑ s [ i−l] ,[i ]+ ∑ t i.
i=l i−l

 Manufacturing lead time, yaitu waktu suatu job berada di shop floor, yang terdiri dari
waktu setup, waktu operasi, dan waktu non operasi.

10.5 Input dan Output Penjadwalan


10.5.1 Input Penjadwalan
Pekerjaan-pekerjaan yang merupakan alokasi kapasitas untuk order-order, penugasan
prioritas job, dan pengendalian jadwal produksi membutuhkan informasi terperinci, di mana
informasi-informasi tersebut akan menyatakan input dari sistem penjadwalan. Kita harus
menentukan kebutuhan-kebutuhan kapasitas dari order-order yang dijadwalkan dalam hal
jumlah dan macam sumberdaya yang digunakan. Untuk produk-produk tertentu, informasi ini
bisa diperoleh dari lembar kerja operasi dan bill of material (BOM). Kualitas dari keputusan-
keputusan penjadwalan sangat dipengaruhi oleh ketetapan estimas input-input tersebut. Oleh
karena itu, pemeliharaan catatan terbaru tentang status tenaga kerja dan peralatan yang
tersedia, dan perubahan kebutuhan kapasitas yang diakibatkan perubahan disain
produk/proses menjadi sangat penting. Bila digambarkan, maka elemen-elemen output-input,
prioritas-prioritas dan ukuran kinerja dari sistem penjadwalan akan tampak seperti pada
gambar 10.1.

10.5.2 Output Peajadwalan


Untuk memastikan bahwa suatu aliran kerja yang lancar akan melalui tahapan
produksi, maka sistem penjadwalan harus membentuk aktivitas-aktivitas output sebagai
berikut:
1. Pembebanan (loading)
Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order-order yang
diterima/diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia. Pembebanan dilakukan dengan
menugaskan order-order pada fasilitas-fasilitas, operator-operator, dan peralatan tertentu.
2. Pengurutan (sequencing)
Pengurutan merupakan penugasan tentang order-order mana yang diprioritaskan untuk
diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses banyak job.

Anda mungkin juga menyukai