Komunikasi
Bisnis
04
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi S-1 MK Agus Arijanto,SE,MM
Abstract Kompetensi
Pengertian dan Definisi Komukasi Antar Diharapakan para mahasiwa mampu
Budaya, Definisi Budaya, Pendpat Para mendefinisikan , memahami dan
Ahli tentang Budya, Faktor-faktor mengimplementasikan teori,
Dalam Komunikasi Antar Budaya, komunikasi bisnis dalam KOmunikasi
Memahami Budaya sehingga Komukasi Bisnis antar Budaya yang terjadi dalam
bisa efektif dalam Organisasi suatu perusahaan ataupun organisasi
bisnis .
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang
dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-
nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu
dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain.
Pendapat dari Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun
dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan
itu bersifat abstrak.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas,
dan artefak.
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat
diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu
dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
Artefak (karya)
Komponen
Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial
Lembaga social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan
dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara
akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di
Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau
keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara
bagaimana berkomunikasi.
Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –
tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap
masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala
peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di
beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj
harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah
berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya
menggunakan cara tersebut.
Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah,
bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi
bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat
unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi
keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi
lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam
setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia
yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan
manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat,
penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman
es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi
baru lainnya dalam kebudayaan.
Kebudayaan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-
benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku
dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku seperti apa
yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu mereka
akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat
secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan
hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah,
dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan wujud ideal dari lingkungan
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat
ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok
tersebut adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia, (3)
hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia
dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Pandangan seperti ini sangat mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan itu
secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu
baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap
dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang
memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata.
Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang
penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam
perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda
dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada
yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada
yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia.
Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam.
Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994) adalah
siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan vertical
Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut di atas merupakan pola yang ideal
untuk masing – masing pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa atau variasi antara
kedua pola yang ekstrim itu yang dapat disebut sebagai pola transisional. Kerangka
Kluckhohn mengenai lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai
budaya manusia dapat dilihat pada Tabel 1.
Kedudukan dan
Hakekat Kerja/karya Kelangsungan hidup Mempertinggi prestise
kehormatan / prestise
Meskipun cara mengkonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang
universal itu sebagaimana yang tersebut diatas berbeda – beda untuk tiap masyarakat dan
kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan masyarakat dan kebudayaan tersebut lima hal
tersebut di atas selalu ada.
Sementara itu pendapat dari Prof. Koentjaraningrat telah menerapkan bahwa pada kerangka
Kluckhohn di atas untuk menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan
menunjukkan titik – titik kelemahan dari kebudayaan Indonesia yang menghambat
Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan kuesioner untuk
mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak suku–suku di Indonesia umumnya
yang menguntungkan dan merugikan pembangunan.
Selain itu juga, penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping
untuk mendapatkan gambaran sistem nilai budaya kelompok – kelompok etnik di Indonesia,
tetapi juga untuk menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu memiliki system orientasi
nilai budaya yang sesuai dan menopang pelaksanaan pembangunan nasional.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam
kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan
kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta
dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang
Maha Kuasa. Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari,
Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan
hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia
mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai berikut :
1) penganut kebudayaan,
2) pembawa kebudayaan,
3) manipulator kebudayaan, dan
4) pencipta kebudayaan.
Sebuah kebudayaan yang besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut
sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku
dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama,
pekerjaan, pandangan politik dan gender.
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan
kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat
tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan
minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan
keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan biologis seperti; makan dan minum, serta memenuhi
kebutuhan psikologis seperti; sukses dan kebahagiaan manusia membutuhkan komunikasi
antara satu dengan yang lain. Para pakar psikologi berpendapat, kebutuhan utama manusia
dan untuk menghadirkan jiwa yang sehat, manusia membutuhkan hubungan sosial yang
Komunikasi dalam konteks apapun adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan.
Menurut Rene Spitz, komunikasi adalah jembatan antara bagian luar dan bagian dalam
kepribadian manusia. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa komunikasi sesungguhnya
dilakukan untuk pemenuhan diri, untuk menjadikan jiwa merasa terhibur, nyaman dan
tentram baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Tujuan mempelajari ilmu
komunikasi, dapat di katagorikan kedalam dua hal, yaitu; aspek umum dan aspek khusus.
Aspek pertama bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang ilmu yang terkit dengan
proses komunikasi. Melalui pemahaman ini para ilmuan dan pelaku komunikasi diharapkan
akan dapat melakukan komunikasi dengan baik dan selalu mengalami perubahan dan
kemajuan dalam berkomunikasi.
Adapun budaya itu sendiri berkenaan dengan cara hidup manusia. Bahasa,
persahabatan, kebiasaan makan, praktek komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan-
kegiatan ekonomi dan politik dan teknologi semuanya didasarkan pada pola-pola budaya
yang ada di masyarakat.
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya
didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna,
hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi
dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha
individu dan kelompok. (Mulyana, 1996:18)
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan satu sama lain, karena budaya tidak
hanya menentukan siapa bicara dengan siap, tentang apa dan bagaimana orang menyandi
pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim,
memperhatikan dan menafsirkan pesan. Budaya merupakan landasan komunikasi sehingga
bila budaya beraneka ragam maka beraneka ragam pula praktek-praktek komunikasi yang
berkembang.
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya
merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa
orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun definisi
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena
mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari
kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
Oleh karena itu Komunikasi antar budaya maka mau tidak mau pasti melibatkan
kebudayaan antar kedua belah pihak yang berkomunikasi. Kebudayaan adalah cara hidup
Enkulturasi
Enkulturasi mengacu pada proses dimana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan
melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga
keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur.
Enkulturasi terjadi melalui mereka. Contoh adalah pembelajaran seni Tari Topeng di
sanggar Tari Keraton Kacirebonan.
Akulturasi
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau
pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian
berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh
kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari
kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang
sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
Jika komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi
antarpribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan, maka studi komunikasi
antarbudaya lebih mendekati objek melalui pendekatan kritik budaya. Aspek utama dari
komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi diantara komunikator dan
komunikan yang kebudayaannya berbeda. Tidak masalah apakah kejadian itu terjadi dalam
satu bangsa atau antar bangsa yang berbeda, yang jelas adalah budayanya yang berbeda.
Sistem komunikasi, verbal maupun nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok
lainnya. Terdapat banyak sekali bahasa verbal diseluruh dunia ini demikian pula bahasa
nonverbal, meskipun bahasa tubuh (nonverbal) sering dianggap bersifat universal namun
perwujudannya sering berbeda secara lokal.
Pakaian dan penampilan ini meliputi pakaian dan dandanan luar juga dekorasi tubuh yang
cenderung berbeda secara kultural.
Cara memilih, menyiapkan, menyajikan dan memakan makanan sering berbeda antara
budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis
dari perspektif ini, seperti ruang makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum teh wanita,
dan restoran vegetarian.
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian
orang tepat waktu dan sebagian lainnya merelatifkan waktu.
Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode
memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau
bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.
• Hubungan-Hubungan
Berdasarkan sistem nilai yang dianutnya, suatu budaya menentukan norma-norma perilaku
bagi masyarakat yang bersangkutan. Aturan ini bisa berkenaan dengan berbagai hal, mulai
dari etika kerja atau kesenangan hingga kepatuhan mutlak atau kebolehan bagi anak-anak;
dari penyerahan istri secara kaku kepada suaminya hingga kebebasan wanita secara total.
Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa diekspresikan secara berbeda oleh
masing-masing budaya. Beberapa budaya sangat terstruktur dan formal, sementara budaya
linnya lebih lentur dan informal. Beberapa budaya sangat tertutup dan menentukan tempat
seseorang secara persis, sementara budaya-budaya lain lebih terbuka dan berubah
Semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas
dalam agama-agama dan praktek keagamaan atau kepercayaan mereka.
“Berbicaralah dengan bahasa mereka”. Jargon ini adalah kunci penting dalammewujudkan
komunikasi. Seorang komunikator yang baik adalah mereka yang memiliki kemampuan
berbahasa (verbal dan nonverbal) yang dipahami oleh komunikannya. Sitaram dan Cogdell
(1976) menyampaikan, bahwa komunikasi yang efektif dengan orang lain akan berhasil
apabila kita mampu memilih dan menjalankan teknik-teknik berkomunikasi, serta
menggunakan bahasa yang sesuai dengan latar belakang mereka. Atas dasar uraian di
atas, beberapa asumsi komunikasi antarbudaya didasarkan atas hal-hal berikut: