Anda di halaman 1dari 3

Good Governance dan Governability

(Studi Pemikiran Prof. DR Pratikno)

Aryos Nivada
Pengamat Politik dan Keamanan

Terminologi kata good governance telah merebak dalam ilmu perpolitikan di


Indonesia kekinian. Kemunculan awal pada era tahun 1998, ketika Indonesia di landa
krisis moneter . Uluran bantuan dilakukan oleh IMF, World Bank, dan UNDP. Banyak
varian penggunaan kata good governance. Seperti beberapa pemikir telah
membahasnya diantaranya; Bintoro (2002) dalam bukunya reformasi
penyelenggaraan good dan perwujudan masyarakat madani, AAGN Ari Dwipayana
(2003), bukunya berjudul membangun good governance di desa.
Tentunya bertanya – tanya di pemikiran kita semua, apa pengertian
sesungguhnya dari kata governance itu sendiri? Prof. Praktikno mencoba mentelaah
pertanyaan tersebut melalui tulisannya berjudul good governance dan governability.
Pada tulisannya membongkar terlebih dahulu sejarah kemunculan penggunaan kata
governance. Dari hasil penelusuran, dirinya mendapatkan penggunaan istilah
governance sebagai konsep berbeda dari government di populerkan pada tahun
1989 oleh Bank Dunia. Prof. Praktikno membongkar lebih dalam lagi bahwa
pemakaian kata itu termaktub pada laporan Bank Dunia (1989), dimana isi dari
laporan menekankan legitimasi politik dan konsensus merupakan prasyarat bagi
pembangunan berkelanjutan.
Dampak dari laporan Bank Dunia itu merambah hingga melahirkan terminologi
tersendiri akan governance itu sendiri. Kata governance mengalami pelencengan
atau distrosi arti sesungguhnya, dimana governance yang dimaksud lebih
menekankan pada peran aktor – aktor di luar pemerintah. Prof. Praktikno mencoba
membandingkan dengan pengertian berbeda dari governance, sehingga
menghasilkan perbedaan dialektika. Berdasarkan hasil kajian yang di keluarkan oleh
Tokyo Institute Of Technology, justru pengertian governance lebih menekankan pada
perilaku dan kapasitas masyarakat untuk mengelola kepentingan bersama, termasuk

Page | 1
kapasitas dalam memanfaatkan pemerintah dalam penyelesaian permasalahan –
permasalahan publik.
Dari dua pendekatan terminologi tersebut, Prof. Praktiko tidak mendetailkan
aktor – aktor diluar pemerintah yang di maksud dan peran maupun fungsinya tidak
diuraikan secara jelas. Disisi lain bagaimana mereka berkerja menguatkan institusi
internal pemerintah tidak gamblang di jelaskan oleh Prof. Praktikno melalui
kajiannya. Tapi dirinya telah berhasil mencari titik temu diantara dua termiminologi
akan governance yaitu konsensus.
Tidak berhenti hanya membongkar makna atau pengertian governance. Dirinya
mencoba membangun dialektika dengan melemparkan pertanyaan kritis. Pertanyaan
kemudian apa yang perlu dipermasalahkan dengan governance? Sebelum
mengulasnya lebih jauh, Prof. Pratikno mencoba membangun kerangka teoritis
terlebih dahulu melalui pemikiran beberapa ahli yang kuat relasi dan relevansinya
menjawab pertanyaan tersebut. Para ahli itu antara lain; Andi Faisal Bakti, Bintoro,
AAGN Ari Dwipayana, Anne Marie Goetz, William Reno, Axel Handenius, Ambar
Teguh Sulistyani, dll.
Permasalahannya terletak pada governance yang tidak menjamin kedisplin
ekonomi dan sosial dalam rangka menopang pembangunan ekonomi. Di perkuat lagi
dari pemikiran William Reno, dalam perspektif state – centred approach
menggambarkan tidak berfungsinya negara dan berlangsungnya proses
pembusukan institusi negara (state decay). Peran Negara kemudian di ambil alih
oleh institusi negara tandingan bernamakan shadow state. Bahkan terlembaga dalam
bentuk informalitas bekerjanya di dalam institusi negara.
Berdasarkan latar belakang, kerangka teoritis, analisis, dan penutup secara
keseluruhan saling berkorelasi dalam mengkonstruksikan tulisan. Hanya saja pada
isi tulisan Prof. Praktikno tidak menjelaskan rinci tentang governability, ini tidak
sesuai dengan judul tulisan “Good Governance dan Governability”. Tentunya basis
penjelasannya di mulai dari pengertian, ruang lingkup, korelasi dengan governance,
dan posisi governability pada negara. Kesemuan itu tidak di jelaskan pada isi
tulisannya. Akhir dari tulisannya tidak mempermasalahkan sound development
management yang di kampanyekan dalam good governance. Bahkan beliau

Page | 2
memberikan solusi membangun good governace harus juga dipadukan dengan
konsep humane governance yang mencakup good political, economic and civic
governance.

Page | 3

Anda mungkin juga menyukai