Anda di halaman 1dari 2

Canai Mamak di Kota Serambi Mekah

Aryos Nivada
Penikmat dan konsumen Canai Mamak

Perawakan botak, hitam manis, kurus, dan kecil dialah Zamzami sosok pemilik usaha
makanan siap saji Roti Canai. Ternyata mantan penjual nasi goreng dengan gerobak di
bilangan Punge sekitar 1995-1996 itu memiliki nama sapaan sehari-hari yakni Tomy.”Waktu
kecil saya berkenalan dengan teman-teman sebaya dengan nama Tomy”, jelasnya. Lelaki
kelahiran Desa Bluek Gle Cut, Indra Jaya, Pidie tahun 1977 dilahirkan dari pasangan Ramli
dan Bahariah. Tommy sebelum sukses membuka Usaha Roti Canai Mamak Kuala Lumpur,
telah melalui pahit getirnya hidup. Semasa kecil dirinya telah membantu ayah berjualan di
warung kupi. Kemudian setelah mempunyai sedikit uang, ayah Tomi pun membeli sebuah
ruko yang dijadikan usaha warung kupi lagi. Tempatnya, ya di lokasi kafe Canai Mamak saat
ini.
Semasa remaja Tomy mencoba hidup mandiri di provinsi tetangga yakni Sumatra
Utara (Medan-red). Ia bekerja sempat menjadi nelayan di Gabion, Belawan. Tak berlama-
lama merasakan bekerja menjadi nelayan. Tomy memutuskan kembali ke Aceh lagi.
Selanjutnya pria humoris ini menjadi petani nilam di desa Babah Ie Gunong Geurutee, Aceh
Jaya. Tak berhasil sukses menjadi petani nilam, dirinya mencoba usaha baru berjualan
martabak telur dan roti bakar di sebuah gerobak dorong yang dibeli dari hasil memanen
nilam. Tempat berjualannya memanfaatkan lahan di depan ruko yang dijadikan warung kupi
ayahnya atau Canai sekarang.
Tidak mendapatkan keuntungan berjualan martabak telur pemuda yang pernah
menjadi agen sepeda motor bekas di kompleks pasar Gampong Baru Banda Aceh pada tahun
1996 ini merantau ke negeri jiran Malaysia menjadi pelayan di sebuah restoran roti canai
bernamakan Azirawatti di Daman Sara Damai. Selama dua tahun Tomy bekerja mulai dari
tahun 2003 hingga 2004. Berhubung bencana dahsyat tsunami menimpah daratan Aceh ia
memutuskan kembali ke kampung halamannya Banda Aceh memulai hidup baru bersama
adik-adiknya beserta ibu kandungnya yang tinggal sendiri selepas ditinggal suaminya (bapak
Tomy-red).
Terpikir di benak Tomy memanfaatkan keahlian di Malaysia membuat Roti Canai di
Banda Aceh. Di tahun 2005 bulan ke tiga dalam kondisi serba terbatas Tommy bertekat kuat

1
meniti karier usaha Roti Canai-nya. “Saya haya tamatan Sekolah Tehnik Menengah (STM)
pada 1996 dan tidak memiliki keahlian selain membuat Roti Canai” kenangnya. Kali ini
insting bisnis Tomy sangat yakin berjualan roti canai. Bermodalkan 100.000 ribu rupiah, itu
pun di bantu seorang teman. Uang sebesar itu ia pergunakan untuk membeli tepung, gula,
garam, dan minyak. Kala itu sebelum menyewa ruko, Tomy memulai dengan gerobak bekas
dan peralatan bekas yang sebelumnya digunakan untuk berjualan roti bakar sebagai modal
dasar selain uang yang diberikan temannya.”Saya sangat bersyukur kepada Allah
memberikan keselamatan keluarga. Sedangkan saya pada saat itu di Malaysia merantau”,
katanya.
Nama dasar usaha Roti Canai-nya”Roti Canai Aceh”. Ternyata tidak membawa hoki
dan keuntungan besar. Berubahlah menjadi Canai Mamak”Nama itu saya dapatkan dari
diskusi panjang dengan keluarga saya”, ujar penuh kesan. Setelah memakai nama baru usaha
roti canainya omset Tomy meningkat dari 15000/hari menjadi 100.000/hari. Makin hari
pendapatan kian meningkat.
Di tahun 2009 berubah nama usaha roti canainya menjadi Canai Mamak Kuala
lumpur. Perkembangan usaha Canai Mamak-nya kian besar. Sampai tahun 2012 Tomy sudah
menyewa 2 ruko lagi. Penataan ruangan begitu enak di pandang mata, perpaduan nuansa khas
Aceh dan Malaysia menyatu. Foto-foto menu makanan, pernak pernik, hiasan dinding makin
membuat betah pengunjung yang datang.
Berbicara kunci keberhasilan usaha roti canainya Tomy mengungkapkan”Usaha saya
bisa berhasil karena semangat mensejahterakan keluarga besar, memberikan pelayanan
terbaik bagi konsumen, ramah kepada konsumen, manajemen yang rapih, dan selalu
memberikan inovasi baru dalam usaha roti canai saya” jelasnya.
Menu dasar pertama canai kari dan teh tarik. Banyaknya permintaan jenis canai Tomy
berkreasi membuat menu baru seperti canai aneka rasa, canai rasa bawang. Selain itu Tomy
menawarkan menu nasi goreng, dan nasi mamak. Soal harga jangan khawatir, cukup hanya
dengan merogoh uang saku Rp 6000 – 15000 per porsi.
Proses pembuatan canai mamak konsumen diperkenankan menonton atraksi chef
(koki). Atraksi dimulai pada saat roti canainya bukan versi yang sudah jadi, tapi dibentuk dari
adonan tepung dan “tebar” selanjutnya di masukan ke panggang plat penggorengan. Atraksi
lainnya aktivitas chef di dapur meracik teh tarik, ini adalah konsep open kitchen cirri khas
kami.

Anda mungkin juga menyukai