Anda di halaman 1dari 7

Kisah Sukses Usaha Es Pisang Ijo JustMine

Nama: Riezka Rahmatiana


Tempat, tanggal lahir: Mataram, Nusa Tenggara Barat, 26 Maret 1986

Hanya butuh waktu 3 tahun untuk menjadi sukses, itulah yang terjadi dalam hidup Riezka Rahmatiana. Di
usia yang masih muda gurita bisnisnya sudah meng-Indonesia. Melalui JustMine Pisang Ijo yang
ditekuninya sejak 2007, kini ia telah memiliki 100 outlet yang telah tersebar di seluruh Indonesia dengan
omset 300 jutaan.

Sukses itu membutuhkan perjuangan. Kerasnya tekad membawanya dari jeratan jatuh bangun bisnis yang
pernah ditekuninya. Mulai dari usaha pulsa, laundry hingga warung makan adalah sederet cerita pahit
kegagalannya. Baru di pertengahan tahun 2007, tabir sukses itu mulai tersingkap. “Awalnya saya mampir
di sebuah restoran yang menjual es pisang ijo. Ternyata rasanya enak sekali. Lalu terpikir untuk mencoba
bisnis jenis ini. Sayapun cari-cari resepnya dari internet, “ kisah Riezka.

Ternyata tak semudah yang dibayangkan. Membuat es pisang ijo yang mantab membutuhkan kepiawaian
dan talenta yang tinggi. Ia butuh waktu berbulan-bulan untuk mempelajarinya setelah mengalami banyak
trial and eror. “Alhamdulillah, settelah terlunta-lunta selama beberapa bulan itu, akhirnya saya
menemukan resep yang manjur, saya pun langsung jualan dengan menggunakan sebuah etalase dipinggir
jalan,” kenang mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung ini.

Lagi-lagi usahanya mendapat tantangan. Betapa tidak dalam sehari hanya ada lima porsi yang terjual
dengan untung sekitar 5000 rupiah, “Tapi saya pantang menyerah, dengan modal seadanya yaitu 2 juta
saya terus berjuang agar minuman yang saya buat laris manis. Ketekunan saya pun berbuah manis,
perlahan bisnis saya mulai dikenal banyak orang. Omsetnya pun naik, “Diakhir pekan saya bisa meraup
untung 1 juta rupiah,” bebernya.

Beberapa terobosan pun dilakukannya, bermula dari pengurusan izin usaha, bisnisnya pun makin berkibar
dibawah bendera CV Ezka Giga Pratama dengan produk Justmine Pisang Ijo. Kini setelah 3 tahun berlalu,
ia mampu memasarkan produknya hingga ke berbagai pelosok nusantara seperti Jabodetabek, Semarang,
Surabaya, Sulawesi, Purbalingga, Purwokerto, dan kota lainnya dengan jumlah 100 outlet beromset 300
jutaan per bulan.

Kesuksesan yang direguknya itu siapa sangka bermula dari proses jatuh bangun yang panjang. “Pertama
kali saya usaha adalah jualan pulsa, kemudian buka laundry dan warung makan namun entah semuanya
gagal. Saya pun membidik usaha lain berupa bisnis investasi. Ternyata saya malah hampir dibuat frustasi.
Uang saya dan teman-teman sebesar 150 juta raib dibawa kabur,” kisah wanita pehobi jalan-jalan ini.

Tapi ia kemudian menemukan jalannya dari es Pisang Ijo Justmine ini. Berbagai penghargaan ia raih
seperti Wirausaha Muda Mandiri 2008, UKM Terbaik Spirit Entrepreneur, Setia Adhikarya Mahasiswa,
Pemuda Berprestasi 2010.
Sukses Di Usia Muda Berkat Keripik Pedas Maicih

Nama: Reza Nurhilman


Tempat, tanggal lahir: Bandung, 29 September 1987

Perkenalannya dengan bisnis cemilan, dimulai saat ia bersama dengan temannya pergi ke Cimahi. Disana
ia mencicipi keripik lada pedas buatan seorang nenek. Reza Nurhilman kemudian tertarik dengan rasa
cemilan tersebut. Ia mengatakan bahwa rasa keripik buatan nenek tersebut sangat enak. Dan tanpa malu-
malu, Reza menanyakan resep dari keripik buatan nenek tersebut. Nenek itupun tak keberatan untuk
berbagi resep dari keripik lada pedas itu.

Reza melihat bahwa keripik tersebut mempunyai rasa yang enak namun pemarasan dari keripik pedas
tersebut masih kurang baik. Keripik tersebut tidak dipasarkan keluar daerah dan produksinya hanya pada
saat-saat tertentu saja. Reza Nurhilman kemudian fokus menggeluti usaha cemilan keripik singkong ini.
Dengan strategi bisnis yang tepat ia yakin bisnis cemilannya bisa dikenal di seluruh Indonesia.

Dengan berbekal modal sebesar 15 juta rupiah, pria yang amat menggemari sosok Axel Rose 'Guns 'n
Roses' ini mulai memproduksi kerupuk singkong. Ia pun memberi nama kerupuknya yaitu Maicih dan
diluncurkan pada bulan juni 2010. Reza membuat keripik pedasnya dengan level pedas yang berbeda-
beda awalnya dari level 1 hingga level 5.

Awalnya kapasistas produksi keripik buatan Reza Nurhilmanhanya 50 bungkus perharinya. Ia


menawarkan sendiri keripiknya dengan cara berkeliling dengan sistem COD (Cash On Delivery). Ia pun
mau mengantar pesanan keripiknya walau hanya dipesan 1 bungkus saja. Reza tidak memiliki toko seperti
produk cemilan kebanyakan.

Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Reza Nurhilman ketika itu cukup bagus. Ia memanfaatkan media
sosial yang ketika itu sedang booming di Indonesia yaitu Twitter dan Facebook.

Konsumennya dapat melihat lokasi para agen (reseler) yang disebut oleh Reza sebagai 'Jenderal' dalam
memasarkan keripik buatannya. Lokasi agennya tersebar ditempat-tempat keramaian seperti kampus,
kantor dan tempat keramaian lainnya.

Stategi pemasaran Keripik Maicih buatan Reza Nurhilman tepat sasaran. Para konsumen dibuat penasaran
akan rasa dari keripik Maicih. Meskipun sudah banyak produk yang serupa di Bandung, Reza menyebut
keripiknya eksklusif. Level pedas keripik Maicih pun ditambah hingga mencapai level 10. Nama Keripik
Maicih bahkan sempat booming di twitter karena level kepedasannya. Dan terkenal dikalangan anak
muda.

Dalam beberapa bulan setelah meluncurkan keripik pedasnya, Reza Nurhilman mampu meningkatkan
produksi keripik Maicih nya hingga 2000 bungkus perharinya. Omset bisnisnya terus meningkat dengan
pendapatan mencapai 7 milyar perbulan hanya dalam waktu setengah tahun saja seiring permintaan pasar
yang terus meningkat terhadap keripiknya.
Kini keripik buatan Reza Nurhilman sudah dapat ditemukan di minimarket maupun supermarket dan
tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini Reza Nurhilman mampu memproduksi keripik
Maicihnya hingga kapasitas 75 ribu bungkus perminggunya.
Varian pun ada tiga macam yaitu keripik, jeblak, gurilem. Ia sudah mempunyai perusahaan sendiri yaitu
PT Maicih Inti Sinergi. Omsetnya pun kini bisa mencapai puluhan milyar perbulan dari berbisnis keripik.
Saat ini Reza Nurhilman bisa dikatakan salah satu pengusaha sukses di usia muda. Dengan penghasilan
yang ia dapat dari berjualan keripik, ia kini mampu membeli rumah dan mobil mewah di usia muda.

Ia juga biasa menjadi pembicara di berbagai seminar kewirausahaan selain itu Reza Nurhilman juga kini
merambah ke bisnis properti dengan mendirikan PT Sinergy Land Property (SLP) yang menggarap
beberapa proyek perumahan.
Pengusaha Kuliner Sukses Rumah Makan Lele Lela
Nama: Rangga Umara
Tempat, tanggal lahir: 3 Januari, 1979

Kesuksesan Lele Lela sekarang tidak dibangun hanya dalam waktu semalaman oleh Rangga Umara. jatuh
bangun telah mewarnai perjalanan Rangga membangun Rumah Makan Lele Lela. Saat merintis Lele Lela,
Rangga memulainya dengan modal 3 juta rupiah. Modal itu pun ia kumpulkan dengan susah payah dari
hasil menjual jam tangan, handphone, parfum, dan alat penggetar perut yang ada di rumah. Dengan
menggandeng temannya yang pintar meracik bumbu, Rangga memulai Lele Lela tahun 2007 dari pinggir
jalan di daerah Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Nama Lele Lela sendiri sudah dipakainya sejak gerai pertama didirikan. Kata Lela dipakai Rangga
dengan maksud agar nama ini selalu memberikannya sebuah harapan dan doa, sebab kata ini memiliki
akronim ‘lebih laku atau lebih laris’. Ide nya membuka kuliner lele bermula dari pengamatannya dari
warung pecel lele kaki lima yang memiliki kualitas yang kurang baik. Dari sinilah Rangga ingin
mengangkat kuliner lele agar lebih berkelas.

Dari gerai pertamanya di Pondok Bambu, jualannya tidak terlalu menguntungkan. Bahkan di bulan-bulan
ketiga dan kelima keuntungannya malah terus merosot bahkan minus hingga membuat dirinya harus
berhutang. Alih-alih mendapatkan untung, Rangga bersama istri dan satu anaknya justru diharuskan pergi
dari kontrakan karena Rangga sudah tidak bisa lagi membayar kontrakan.

Namun keadaan yang sulit ini tak membuat dirinya putus asa, Rangga lalu memutuskan untuk membuat
Lele Lela lebih professional. Maka, dengan uang seadanya, Rangga kemudian menyewa tempat pada
sebuah warung sepi di kawasan yang lebih strategis. Dengan sistem kerjasama dengan sistem setoran satu
juta per bulan, Rangga memulai Lele LeIa dengan konsep yang lebih modern dan menarik. Hasilnya
sangat memuaskan, dalam satu bulan pertamanya di tempat baru ini, Lele Lela mampu langsung meraup
untung 3 juta rupiah per bulan dan angkanya terus bergerak naik seiring pertambahan gerai Lele Lela.

Kini, pria kelahiran tahun 1979 itu telah memiliki lebih dari 42 cabang Lele Lela se-Indonesia dan satu
cabang di malaysia dengan omset yang diperkirakan telah mencapai Rp 4,8 milyar per bulan. Lele Lela
juga membuka kemitraan dengan beberapa aturan yang sudah ditentukan.

Dari kesuksesan ini, Rangga Umara membuka rahasianya yang ternyata dimulai dari tulisan-tulisannya
tentang obsesi, ambisi, dan impian yang ingin diraihnya dulu. Untuk berbagi ilmu, maka kemudian
Rangga menulis sebuah buku yang diberi judul dream book.
Ayam Bakar Mas Mono, Kesuksesan Memang Milik Orang
yang Berusaha
Nama: Agus Pramono
Tempat, tanggal lahir: Madiun, 28 Agustus 1974

Mas Mono tadinya hanyalah seorang pria biasa. Dengan mengandalkan ijazah SMA, mas Mono
memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan pada tahun 1994. Kala
itu mas Mono melakoni profesi sebagai juru masak di sebuah restoran cepat saji di ibukota. Tak
betah berlama-lama bekerja dengan orang lain, mas Mono akhirnya memutuskan untuk berhenti
dari pekerjaannya pada tahun 1997.

Setelah memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai juru masak, mas Mono lantas
mulai membuka usaha catering secara mandiri. Saat itu kebetulan sekali banyak perusahaan
properti yang sedang gencar memasarkan kompleks perumahan baru. Hal tersebut membuat
perusahaan properti kerap menjalin kerjasama dengan bisnis catering untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi. Namun rupanya keberhasilan bisnis catering tersebut tidak bertahan lama.
Krisis ekonomi di tahun 1998 memaksa mas Mono untuk menutup bisnis cateringnya.

Tak lantas menyerah, mas Mono mulai kesulitan ekonomi dan mencari pekerjaan sampingan
dengan mengirimkan puisi dan tulisannya ke berbagai media cetak. Akhirnya setelah mengirim
banyak lamaran kerja di perusahaan, mas Mono lantas diterima menjadi office boy di suatu
perusahaan. Disela-sela pekerjaannya sebagai office boy, mas Mono juga sering melakukan
pekerjaan sampingan berupa jasa pengetikan skripsi bagi mahasiswa. Berbagai pekerjaan ia
tekuni demi mengumpulkan uang dan membangun hidup yang lebih baik. Bahkan mas Mono
juga sempat berjualan pisang coklat dengan menggunakan gerobak. Ia menjajakan dagangannya
dari satu sekolah ke sekolah lain. Pada awal tahun 2000, insting bisnis mas Mono mulai
terpanggil ketika melihat sebuah lahan kosong di dengan Universitas Sahid. Mas Mono dan sang
istri, Nunung kemudian mulai membuka bisnis kuliner warung ayam bakar kecil-kecilan di lahan
kosong tersebut. Mas Mono pun masih ingat di hari pertama warung ayam bakarnya, ia
membawa 5 ekor ayam yang dijadikan 20 potong. Meskipun hanya laku 12 potong di hari
pertama usahanya, mas Mono dan sang istri merasa senang dengan pencapaian dan usaha
mandiri tersebut.

Lambat laun kesabaran dan ketekunan mas Mono mulai membuahkan hasil. Warung kecilnya
yang tadinya hanya membutuhkan 5 ekor ayam mulai berkembang hingga membutuhkan 80 ekor
ayam setiap hari. Pegawainya pun bertambah dari 1 orang menjadi 8 orang. Dengan kesuksesan
awal tersebut, mas Mono berusaha untuk menjaga konsistensi rasa dan pelayanan dengan
menetapkan SOP sederhana, misalnya seragam pegawai, kebersihan rambut, kuku dan
penampilan para pegawainya.

Warung Ayam Bakar Mas Mono yang sederhana namun berkembang pesat tersebut mulai
digemari oleh banyak pelanggan, salah satunya adalah presenter acara TV “Dunia Lain”.
Presenter tersebut lantas menawarkan mas Mono untuk mengajukan kerjasama catering dengan
pihak stasiun TV. Akhirnya proyek kerjasama catering dengan pihak stasiun TV tersebut berhasil
dan mendatangkan banyak keuntungan bagi mas Mono.

Kini usaha Ayam Bakar Mas Mono sudah berkembang pesat. Tak hanya membuka cabang,
Ayam Bakar Mas Mono juga menyediakan sistem kemitraan waralaba bagi kita yang berminat
untuk berinvestasi sekaligus bekerjasama.
Kiat Sukses Niko al Hakim, Founder Sate Taichan
Goreng
Nama: Niko al Hakim
Tempat, tanggal lahir: Bandung, 27 Maret 1994

Taichan tengah ramai diperbincangkan para penggemar kuliner. Varian sate ini memang lain
daripada biasanya. Daging ayam yang dibakar tanpa diberi baluran bumbu kacang atau kecap
seperti sate yang selama ini dikenal. Sate taichan disajikan hanya dengan sambal dan perasan
jeruk nipis.
Niko Al Hakim, suami dari selebgram Rachel Vennya, turut menerima berkah populernya sate
taichan. Usaha sate taichan goreng yang dirintisnya menuai kesuksesan.
Saat ditemui brilio.net di kantornya di daerah Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Kamis (5/4) lalu,
Niko menceritakan bagaimana sebenarnya asal usul taichan goreng ini. "Jadi gue kan awalnya
pengen bikin usaha. Gue anaknya suka nih makanan pedes. Ide gue pertama kali sebenarnya
adalah ngemil, tapi kalau ngemil mungkin agak nanggung, kenapa nggak makanan berat
sekalian," ujar Niko mengungkap ide usahanya.
Di awal-awal, Niko sempat mengajak beberapa temannya untuk melakukan test food dengan
konsep sate daging ayam dan sambal sederhana buatannya. "Karena memang gue baru pertama
kali masak, ya wajarlah ya tampilan satenya itu biasa banget, dan komentar mereka tentang
makanan gue tuh nggak nyangka banget. Nah, pas mereka pada nyoba, ada tuh teman gue yang
bilang, 'eh apaan nih, goreng begini satenya, nggak ada yang lebih enak apa bentuknya' dan dari
situ gue juga yakin, kenapa nggak gue namain makanan ini taichan goreng aja ya," ujar Niko.

Bisnis Niko ini pertama hanya di buka di daerah Jalan Ir. Haji Djuanda, Bandung, berdampingan
dengan gerai makanan yang lain. Dirinya juga sempat menerima banyak komplain pelanggan
karena pelayanan yang belum maksimal.

"Dan gue pun soal konsep restoran, hingga menu-menu apa saja yang ada di Taichan Goreng ini
dibantu istri gue, si Rachel. Sistem juga kami bangun, dan ciri khas awal sate taichan goreng ini
pun ya benar-benar sate yang dibakar kemudian disajikan dengan sambal pendamping. Kan
biasanya kalau sate itu bumbunya kacang, nah yang ini beda," terang mahasiswa S1 di London
School Public of Public Relations ini.
Hingga saat, ini Niko sudah sukses membuka 8 cabang yang berada di Jakarta, Bogor, Bekasi,
dua di Bandung, Tangerang, dan Surabaya. Niko juga sudah mempunyai karyawan sekitar 200
orang yang awalnya hanya berjumlah sekitar 10 orang. Di tahun 2018 ini, sate taichan goreng
berhasil memenangkan nominasi Best Partner GoFood kategori sate di seluruh Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai