H2SO4
TUGAS AKHIR
disusun oleh :
Paulus Ronny Permana Setyawan
NIM : 035214019
i
CORROSION RATE OF 304 STAINLESS STELL
IN H2SO4
A FINAL PROJECT
By :
Paulus Ronny Permana Setyawan
Student number : 035214019
ii
Karya ini kupersembahkan untuk :
TUHAN-KU YESUS KRISTUS
v
MOTTO
* JOHN M. GODDARD *
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana
layaknya karya ilmiah.
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
viii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju korosi Baja Tahan Karat
(Stainless Steel) 304 yang telah mengalami pengelasan dan yang tidak mengalami
pengelasan dalam larutan H2SO4 pH 0,2 dan 0,5. Hal ini untuk mendekatkan pada
penggunaan secara nyata yaitu sebagai bahan dasar tabung Reaktor SAMOP (Sub
Critical Assembly for Mo99 Prad Action).
Spesimen yang telah mengalami pengelasan TIG (pengelasan berperisai
tungsten) dibersihkan dari kerak kemudian diukur, ditimbang dan dicatat berat
awalnya. Selanjutnya spesimen dicelup ke dalam larutan H2SO4 pH 0,5 pada suhu
700C selama 6 jam dilanjutkan pada suhu 290C selama 18 jam setiap harinya
selama 16 minggu. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada spesimen yang
lainnya, namun dengan pH 0,2.
Hasil penelitian menunjukan perbedaan yang tidak signifikan, antara laju
korosi stainless steel yang telah mengalami pengelasan (0,4276619
gram/dm2/bulan) dengan stainless steel yang tidak mengalami pengelasan
(0,5036259 gram/dm2/bulan).
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan bimbingan-Nya
hingga terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini, dengan judul “Laju Korosi
Stainless Steel 304 Pada Larutan H2SO4”. Adapun penyusunan tugas akhir ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik
penyusunan Tugas Akhir ini, penulis akan meneliti laju korosi baja tahan karat
(Stainless Steel) 304 dalam larutan H2SO4 pH 0,2 dan pH 0,5 pada suhu 70oC
selama 6 jam dilanjutkan pada suhu 290C selama 18 jam setiap harinya.
bantuan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik, kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbingan-Nya selama
2. Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc Dekan Fakultas Sains
Tugas Akhir.
x
6. Seluruh staf dan laboran jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata
Dharma.
ini penulis dengan kesungguhan hati dan lapang dada menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun guna lebih sempurnanya tugas akhir ini. Akhir kata
semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................... vi
INTISARI ............................................................................................... ix
KATA PENGANTAR.................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
5.2. Saran...................................................................................... 67
LAMPIRAN.................................................................................................... 69
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.16 Tabel laju korosi rata-rata per bulan spesimen I, II dan III......... 65
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Skema proses kimia pada saat pitting corrosion ...................... 21
xv
Gambar 4.4 Keterangan luas benda uji ........................................................ 38
Gambar 4.10 Benda uji III setelah perendaman selama 16 minggu .............. 48
xvi
DAFTAR GRAFIK
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
keunggulan oleh adanya sifat radiasi yang mudah dideteksi sampai kadar
yang sangat rendah, berdaya tembus besar dan dapat dikendalikan baik
1
2
Stainless steel 304 adalah tabung Reaktor SAMOP (Sub Critical Assembly
Larutan H2SO4 dengan pH 0,2 dan 0,5 terhadap laju korosi Stainless Steel
304 yang telah mengalami pengelasan TIG dan yang tidak mengalami
pengelasan.
0,5 .
mengalami pengelasan.
lingkungan sekitar.
yaitu :
besi dan baja, sifat-sifat baja, pengaruh unsur spesifik pada baja,
dan data yang ada, serta saran-saran yang diajukan oleh penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Besi
pada suhu ini besi mengalami perubahan susunan kristal. Besi pada
suhu 1400 – 910ºC disebut dengan susunan ∂. Besi dengan suhu 910
– 768 ºC disebut besi β. Besi dengan suhu 768ºC sampai suhu kamar
B. Baja
dalam dapur tinggi untuk mendapatkan besi mentah (pig iron). Besi
4
5
Baja ini lebih keras dari baja karbon rendah, dan sifatnya juga
lebih kuat dan tangguh tetapi kurang liat. Sifat baja karbon
Memiliki sifat lebih keras tapi kurang liat dan tangguh. Maka,
0,80 % berat.
2. Ductility / ulet
3. Toughness / ketangguhan
4. Hardness / kekerasan
logam lain
5. Strength / kekuatan
9. Elasticity / kelenturan
Adalah sifat logam yang mudah retak dan pecah. Sifat ini
ductility.
mesin otomatis.
kritis.
keuletan baja.
dalam baja walaupun dalam jumlah yang sangat kecil hal ini
9
pertumbuhan butiran.
paduan ini terutama digunakan pada pahat baja HSS (High Speed
Steel).
10
h. Karbon (C)
karbon tersaji pada Gambar 2.1. Dengan naiknya kadar karbon (%C),
maka bertambah besar pula noda flek hitam (flek perlit), akibat dari
itu berkurang pula flek putih (ferrit = besi murni). Pada saat kadar
kristal tersebut terdiri dari ferrit dan sementit. Apabila kadar karbon
protective layer ini bila dibandingkan dengan baja yang dilindungi dengan
stainless steel berbeda dengan baja lain yang didasarkan pada prosentase
logam yang tahan terhadap korosi juga dibutuhkan sifat tambahan guna
stainless steel :
a. Austenit
18% krom dan 8% nikel (grade standar untuk 304), oleh karena itu
steel ini baik, mampu bentuk dan mampu lasnya juga baik, maka
banyak dipakai dalam industri kimia. Selain itu juga banyak digunakan
baja ini memiliki kekurangan antara lain korosi antar butir, korosi
b. Ferrit
fabrikasi/machining.
Baja tahan karat ini biasanya dibentuk menjadi pelat tipis sebagai
korosi yang ringan tidak terjadi karat, tetapi bila berada pada
temperatur ini.
c. Martensit
dapat diperoleh sifat-sifat mekanik yang baik. Baja jenis ini banyak
14
steel jenis ini, jika dibutuhkan kekuatan yang lebih tinggi maka dapat
dihardening.
kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur relatif tinggi atau secara
pengerjaan panasnya yang kurang baik. Baja tahan karat fasa ganda
mulur yang rendah dari sifat austenit diperbaiki dengan adanya sifat
ferit. Dan keuletan rendah dari sifat ferit diperbaiki oleh sifat austenit.
jauh lebih baik (superior) dibanding Ferrit dan lebih buruk dibanding
15
Tabel 2.1 Tabel perbandingan sifat mekanik berbagai jenis stainless steel
(Sumber : Dipo Nugroho, Klasifikasi Stainless Steel).
16
halnya emas (Au) & Platina (Pt) yang hampir tidak mengalami korosi
Sumber oksigen bisa berasal dari udara maupun air. Material lain yang
memiliki sifat sejenis antara lain Titanium (Ti) dan juga Aluminium (Al).
dimana protective layer tidak dapat lagi terbentuk, maka korosi akan
terjadi. Banyak media yang dapat menjadi penyebab korosi, seperti halnya
asap hasil buangan ruang bakar atau reaksi kimia lainnya), logam yang
produksi makanan.
18
a. Uniform Corrosion
disebabkan oleh cairan atau larutan asam kuat maupun alkali panas.
Gambar 2.3 Korosi uniform yang menyebabkan berkurangnya dimensi permukaan benda secara
merata.
19
b. Pitting Corrosion
membesar pada bagian dalam SS yang tersaji pada gambar 2.5. Korosi
(misal NaCl atau garam di air laut). Pada konsentrasi klorida yang
padat. Proses kimia yang terjadi saat pitting korosi ini dapat dilihat
(Mo) dan Nitrogen (N) yang tinggi cenderung lebih tahan terhadap
bertekanan tinggi.
sbb :
bahwa ketika lubang kecil terbentuk, maka lubang ini akan terus
tersebut sangat tertutup atau tidak dapat tersentuh sama sekali. Oleh
untuk SS 316L memiliki komposisi : < 0,030 C, 17.5 Cr, 13,5 Ni, 2,6
Cr, 25 Ni, 4,3 Mo, dan 0,13 N. Dengan komposisi yang berbeda maka
nilai PREN untuk masing-masing SS adalah: 304 = 18, 316L = 26, dan
Gambar 2.5 Skema proses kimia yang terjadi saat pitting corrosion menyerang dan terus merusak
logam SS.
c. Crevice Corrosion
terhadap krom (Cr) SS sangat rendah atau bahkan tidak ada sama
atau lebih lapisan metal, celah antara mur/baut dsb. Peristiwa korosi ini
terjadi di daerah yang sangat sempit (celah, sudut, takik dsb) seperti
Gambar 2.6 Ilustrasi crevice corrosion yang menyerang saat 2 material bertemu dan membentuk
celah sempit, sehingga terjadi perbedaan kandungan oksigen yang menyebabkan korosi.
ini dapat terjadi pula misal pada pin, baut-mur dengan lubangnya/
welding dan sebagainya. Ilustrasi dari korosi ini dapat dilihat pada
gambar 2.8. Korosi ini meningkat jika part yang mengalami stress
berada di lingkungan dengan kadar klorida tinggi seperti air laut yang
nya (Ni) relative tinggi. Grade 316 tidak lebih tahan secara siknifikan
304 atau 316 bahkan sampai temperatur aplikasi 150oC dan super
duplex akan lebih tahan lagi terhadap stress corrosion cracking. Pada
Gambar 2.7 Ilustrasi stress-cracking-corrosion akibat adanya tegangan sisa dan lingkungan
korosif.
24
e. Intergranular Corrosion
kromium pada daerah tengah butir. Sehingga daerah ini akan dengan
low carbon steel- (misal 316L atau 304L). SS dengan kadar karbon
tinggi juga akan tahan terhadap korosi jenis ini asalkan digunakan pada
Gambar 2.8 Ilustrasi korosi pada butir akibat terjadinya sensitasi krom (Cr).
f. Galvanic Corrosion
tangki, hasil welding dengan benda kerja) dan atau terendam dalam
Gambar 2.9 Ilustrasi terjadinya korosi antara dua logam yang berbeda jenis keaktifannya (logam A
dan B).
tungsen yang bukan mampu habis yang pada hakekatnya berdiri sendiri,
dalam suatu atmosfer argon murni, dengan atau tanpa tambahan kecil gas-
gas berfaedah lain. Perisai gas mencegah kontaminasi logam las oleh
api bertitik lebur tinggi yang harus dihilangkan sebelum suatu las yang
pada tepi depan genangan cairan untuk membentuk las. Ini merupakan
salah satu sifat busur api arus bolak-balik sehingga menghilangkan oksida
dalam sambungan pipa dengan atau tanpa sisipan yang mampu lebur
27
METODE PENELITIAN
Pengambilan Data
(ditimbang)
Analisis &
Perhintungan
Kesimpulan &
Saran
28
29
A. Bahan
C = 0,047 %, Fe = 70,47 %
B. Peralatan
Yogyakarta.
3.3 Proses Pembuatan Larutan H2SO4 pH 0,2 dan 0,5 Dan Proses
Perendaman
• Tabung reaksi
• Pipet
• Aquades
pekat 96 % dengan berat jenis 1,84 diambil 17,50 ml. Ini diperoleh
dari :
pH 0,2 = 10 −0, 2 N
= 0,631 N
100 1
Maka, 0,631 × × × 49 = 17,50 ml/ltr
96 1,84
33
% dengan berat jenis 1,84 diambil 8,78 ml. Ini diperoleh dari :
pH 0,5 = 10 −0,5 N
= 0,3162 N
100 1
Maka, 0,3162 × × × 49 = 8,78 ml/ltr
96 1,84
suhunya.
selama 6 jam dan suhu 290C selama 18 jam. Hal ini untuk
volume sama yaitu 1 liter. Karena adanya penguapan maka setiap hari
korosi Stainless Steel 304 yang telah mengalami pengelasan TIG dan tidak
mengalami pengelasan dalam larutan H2SO4 pH 0,2 dan 0,5 pada suhu
700C selama 6 jam dilanjutkan pada suhu 290C selama 18 jam setiap
harinya..
BAB IV
35
36
Tabel 4.1 Data perubahan berat Stainless Steel 304 yang telah mengalami
Analisis Perhitungan
Δy
Laju korosi =
L
t
dengan :
dan waktu dihitung dalam satuan Jam. Hal ini dikarenakan untuk
6 jam dilanjutkan pada suhu 290C selama 18 jam setiap harinya. Hal
Luas I = Luas II
Luas III
= 806,4 mm2
= 806,4 mm2
= 342,6 mm2
Waktu = 1 minggu
Maka diperoleh,
0,005
Laju korosi minggu I = = 0,0255702 gram/dm2/minggu.
0,19554
1
40
Tabel 4.2 Data laju korosi rata-rata spesimen I yang telah mengalami pengelasan
Grafik laju korosi rata-rata per bulan spesimen I yang telah mengalami pengelasan
TIG
1.4
1.2
1
0.8 Spesimen I
0.6
0.4
0.2
0
-0.2 0 I II III IV
Bulan ke-
Grafik 4.1 Grafik laju korosi rata-rata per bulan spesimen I dalam larutan H2SO4 pH 0,5
41
Tabel 4.3 Data laju korosi total spesimen I setelah mengalami pengelasan TIG
Grafik laju korosi total spesimen I yang telah mengalami pengelasan TIG
1.6
Laju Korosi (gram/dm2/bulan)
1.4
1.2
1
Spesimen I
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 I II III IV
Bulan ke-
Grafik 4.2 Grafik laju korosi total spesimen I dalam larutan H2SO4 pH 0,5
sampai minggu ke-VIII berat benda uji tidak berubah (tidak terjadi
korosi).
42
B. Benda Uji II
pengelasan.
Data Spesimen II :
Luas I = 54 mm x 15 mm
= 810 mm2
Luas II = 54 mm x 15 mm
= 810 mm2
= 414 mm2
Tabel 4.4 Data perubahan berat benda uji II pada larutan H2SO4 pH 0,5
1 0 19,634
2 I 19,629
3 II 19,629
4 III 19,628
5 IV 19,628
6 V 19,628
7 VI 19,628
8 VII 19,628
9 VIII 19,628
10 IX 19,629
11 X 19,629
12 XI 19,629
13 XII 19,629
14 XIII 17,995
15 XIV 17,995
16 XV 17,995
17 XVI 17,995
45
Tabel 4.5 Data laju korosi rata-rata per bulan spesimen II tanpa mengalami
pengelasan pada larutan H2SO4 pH 0,5
Minggu Berat Awal Berat Akhir Penurunan Berat Luas Laju Korosi Per Minggu Rata-rata Laju Korosi Per Bulan
2 2 2
No Ke - (gram) (gram) (gram) (dm ) (gram/dm /minggu) (gram/dm /minggu)
1 0 19.634 19.634 - 0.20340 -
2 I 19.634 19.629 0.005 0.20340 0.0245821
3 II 19.629 19.629 - 0.20340 - 0.0073746
4 III 19.629 19.628 0.001 0.20340 0.0049164
5 IV 19.628 19.628 - 0.20340 -
6 V 19.628 19.628 - 0.20340 -
7 VI 19.628 19.628 - 0.20340 -
-
8 VII 19.628 19.628 - 0.20340 -
9 VIII 19.628 19.628 - 0.20340 -
10 IX 19.628 19.629 -0.001 0.20340 -0.0049164
11 X 19.629 19.629 - 0.20340 -
-0.0012291
12 XI 19.629 19.629 - 0.20340 -
13 XII 19.629 19.629 - 0.20340 -
14 XIII 19.629 17.995 1.634 0.20340 8.0334317
15 XIV 17.995 17.995 - 0.20340 -
2.0083579
16 XV 17.995 17.995 - 0.20340 -
17 XVI 17.995 17.995 - 0.20340 -
Laju korosi rata-rata 4 bulan 0.5036259
Grafik laju korosi rata-rata spesimen II per bulan tanpa mengalami pengelasan
1.5
1
Spesimen II
0.5
0
0 I II III IV
-0.5
Bulan ke-
Grafik 4.3 Grafik laju korosi rata-rata per bulan spesimen II dalam larutan H2SO4 pH 0,5
46
Tabel 4.6 Data laju korosi total spesimen II tanpa mengalami pengelasan pada
larutan H2SO4 pH 0,5
1.5
Spesimen II
1
0.5
0
0 I II III IV
Bulan ke-
Grafik 4.4 Grafik laju korosi total spesimen II dalam larutan H2SO4 pH 0,5
sampai minggu ke-VIII berat benda uji tidak berubah (tidak terjadi
korosi).
pengelasan.
Gambar 4.9 Benda uji III setelah mengalami perendaman selama 2 minggu
Gambar 4.10 Benda uji III setelah mengalami perendaman selama 16 minggu
Luas I = 41 mm x 16 mm
= 656 mm2
Luas II = 41 mm x 16 mm
= 656 mm2
= 354 mm2
Tabel 4.7 Data perubahan berat benda uji III pada larutan H2SO4 pH 0,5
1 0 15,142
2 I 15,138
3 II 15,138
4 III 15,137
5 IV 15,137
6 V 15,137
7 VI 15,137
8 VII 15,137
9 VIII 15,138
10 IX 15,138
11 X 15,138
12 XI 15,138
13 XII 15,138
14 XIII 13,848
15 XIV 13,848
16 XV 13,848
17 XVI 13,848
51
Tabel 4.8 Data laju korosi rata-rata per bulan spesimen III tanpa mengalami
Minggu Berat Awal Berat Akhir Penurunan Berat Luas Laju Korosi Per Minggu Rata-rata Laju Korosi Per Bulan
2 2 2
No Ke - (gram) (gram) (gram) (dm ) (gram/dm /minggu) (gram/dm /minggu)
1 0 15.142 15.142 - 0.16660 -
2 I 15.142 15.138 0.004 0.16660 0.0240096
3 II 15.138 15.138 - 0.16660 - 0.0075030
4 III 15.138 15.137 0.001 0.16660 0.0060024
5 IV 15.137 15.137 - 0.16660 -
6 V 15.137 15.137 - 0.16660 -
7 VI 15.137 15.137 - 0.16660 -
-0.0015006
8 VII 15.137 15.137 - 0.16660 -
9 VIII 15.137 15.138 -0.001 0.16660 -0.0060024
10 IX 15.138 15.138 - 0.16660 -
11 X 15.138 15.138 - 0.16660 -
-
12 XI 15.138 15.138 - 0.16660 -
13 XII 15.138 15.138 - 0.16660 -
14 XIII 15.138 13.848 1.290 0.16660 7.7430972
15 XIV 13.848 13.848 - 0.16660 -
1.9357743
16 XV 13.848 13.848 - 0.16660 -
17 XVI 13.848 13.848 - 0.16660 -
Laju korosi rata-rata 4 bulan 0.4854442
Grafik laju korosi rata-rata per bulan spesimen III tanpa mengalami pengelasan
1.5
1
Spesimen III
0.5
0
0 I II III IV
-0.5
Bulan ke-
Grafik 4.5 Grafik laju korosi rata-rata per bulan spesimen III dalam larutan H2SO4 pH 0,5
52
Tabel 4.9 Data laju korosi total spesimen III tanpa mengalami pengelasan pada
1.5
1
Spesimen III
0.5
0
0 I II III IV
-0.5
Bulan ke-
Grafik 4.6 Grafik laju korosi total spesimen III dalam larutan H2SO4 pH 0,5
sampai minggu ke-VII berat benda uji tidak berubah (tidak terjadi
korosi).
53
A. Benda Uji IV
Data Spesimen IV :
Luas I = 54 mm x 15,5 mm
= 837 mm2
Luas II = 54 mm x 15,5 mm
= 837 mm2
= 417 mm2
Tabel 4.10 Data perubahan berat benda uji IV pada larutan H2SO4 Ph 0,2
1 0 19,437
2 I 19,431
3 II 19,431
4 III 19,431
5 IV 19,429
6 V 19,429
7 VI 19,429
8 VII 19,429
9 VIII 19,429
10 IX 19,431
11 X 19,431
12 XI 19,431
13 XII 19,431
14 XIII 19,432
15 XIV 19,432
16 XV 19,432
17 XVI 19,432
57
Tabel 4.11 Data laju korosi rata-rata per bulan spesimen IV tanpa mengalami
Minggu Berat Awal Berat Akhir Penurunan Berat Luas Laju Korosi Per Minggu Rata-rata Laju Korosi Per Bulan
2 2 2
No Ke - (gram) (gram) (gram) (dm ) (gram/dm /minggu) (gram/dm /minggu)
1 0 19.437 19.437 - 0.20910 -
2 I 19.437 19.431 0.006 0.20910 0.0286944
3 II 19.431 19.431 - 0.20910 - 0.0095648
4 III 19.431 19.431 - 0.20910 -
5 IV 19.431 19.429 0.002 0.20910 0.0095648
6 V 19.429 19.429 - 0.20910 -
7 VI 19.429 19.429 - 0.20910 -
-
8 VII 19.429 19.429 - 0.20910 -
9 VIII 19.429 19.429 - 0.20910 -
10 IX 19.429 19.431 -0.002 0.20910 -0.0095648
11 X 19.431 19.431 - 0.20910 -
-0.0023912
12 XI 19.431 19.431 - 0.20910 -
13 XII 19.431 19.431 - 0.20910 -
14 XIII 19.431 19.432 -0.001 0.20910 -0.0047824
15 XIV 19.432 19.432 - 0.20910 -
-0.0011956
16 XV 19.432 19.432 - 0.20910 -
17 XVI 19.432 19.432 - 0.20910 -
Laju korosi rata-rata 4 bulan 0.0014945
0.01
Laju Korosi (gram/dm2/bulan)
0.008
0.006
0.004
Spesimen IV
0.002
0
0 I II III IV
-0.002
-0.004
Bulan ke-
Grafik 4.7 Grafik laju korosi rata-rata per bulan spesimen IV dalam larutan H2SO4 pH 0,2
58
Tabel 4.12 Data laju korosi total spesimen IV tanpa mengalami pengelasan pada
0.04
Laju Korosi (gram/dm2/bulan)
0.035
0.03
0.025
Spesimen IV
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 I II III IV
Bulan ke-
Grafik 4.8 Grafik laju korosi total spesimen IV dalam larutan H2SO4 pH 0,2
sampai minggu ke-VIII berat benda uji tidak berubah (tidak terjadi
korosi).
korosi.
B. Benda Uji V
Data Spesimen V :
Luas I = 41 mm x 15 mm
= 615 mm2
Luas II = 41 mm x 15 mm
= 615 mm2
= 336 mm2
Tabel 4.13 Data perubahan berat benda uji V pada larutan H2SO4 pH 0,2
1 0 14,408
2 I 14,405
3 II 14,405
4 III 14,405
5 IV 14,403
6 V 14,403
7 VI 14,403
8 VII 14,403
9 VIII 14,403
10 IX 14,405
11 X 14,405
12 XI 14,405
13 XII 14,405
14 XIII 14,405
15 XIV 14,405
16 XV 14,405
17 XVI 14,405
63
Tabel 4.14 Data laju korosi rata-rata per bulan spesimen V tanpa pengelasan pada
Grafik laju korosi rata-rata per bulan spesimen V tanpa mengalami pengelasan
0.008
Laju Korosi (gram/dm2/bulan)
0.006
0.004
Spesimen V
0.002
0
0 I II III IV
-0.002
-0.004
Bulan ke-
Grafik 4.9 Grafik laju korosi rata-rata per bulan spesimen V dalam larutan H2SO4 pH 0,2
64
Tabel 4.15 Data laju korosi total spesimen V tanpa pengelasan pada larutan H2SO4
pH 0,2
0.03
Laju Korosi (gram/dm2/bulan)
0.025
0.02
Spesimen V
0.015
0.01
0.005
0
0 I II III IV
Bulan ke-
Grafik 4.10 Grafik laju korosi total spesimen V dalam larutan H2SO4 pH 0,2
sampai minggu ke-VIII berat benda uji tidak berubah (tidak terjadi
korosi).
65
Tabel 4.16 Tabel laju korosi rata-rata per bulan spesimen I, II dan III
0.48
Laju korosi
0.46
0.44 spesimen
0.42
0.4
0.38
I II III
Spesim en
5.1. Kesimpulan
berikut :
1. Pada spesimen I, II dan III lapisan protective layer telah rusak, karena
66
67
5.2 Saran
lebih besar, sehingga dengan adanya kadar krom yang banyak maka
melarutkan endapan.
DAFTAR PUSTAKA
Chamberlain, J., & Trethewey, K.R., (1991), Korosi Untuk Mahasiswa Dan
Erlangga, Jakarta.
Dharma, Yogyakarta.
Sumanto, (1994), Pengetahuan Bahan Untuk Mesin Dan Listrik, Andi Offset,
Yogyakarta.
Surdia, T., & Saito, S., (1985), Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita,
Jakarta.
23 juni 2007.
LAMPIRAN
69