SEMESTER VII
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BLOK MANAJEMEN KESEHATAN MASYARAKAT
MODUL 2. MANAJEMEN PRAKTEK DAN KESELAMATAN KERJA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
A. TOPIK MODUL 2
Keselamatan kerja
B. PENDAHULUAN
Bahaya dari praktek kesehatan sangat berisiko pada keselamatan kerja. Dimana semakin
maraknya kecelakaan atau keselamatan kerja entah itu dengan risiko kecil maupun resiko besar.
Hal ini mengakibatkan perlunya kehati hatian pada orang yang melakukan praktek, Hal ini juga
tidak hanya dikarenakan oleh selai kecelakaan kerja, dimana terdapat kejadian yang tidak biasa di
tempat kerja yang mungkin dapat berakibat membahayakan orang atau properti jika keadaan
sedikit berbeda. Hal ini biasa disebut “Hampir celaka” Baik kecelakaan atau hampir celaka
mengakibatkan cedera, masing-masing harus diselidiki untuk menentukan akar penyebabnya.
Tindakan korektif kemudian dapat diambil untuk mencegah kemungkinan terulangnya kejadian dan
cedera yang sama.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi :
Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil, untuk mengontrol cara kerja
yang dilakukan
Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak terduga untuk zat yang sangat
beracun, seperti asam
Faktor Peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan baik, rentan terhadap kegagalan yang dapat
menyebabkan kecelakaan
Faktor lingkungan: lingkungan mengacu pada keadaan tempat kerja. Suhu, kelembaban,
kebisingan, udara dan kualitas pencahayaan merupakan contoh faktor lingkungan.
C. PEMICU 1
Judul Pemicu:
Jabaran Pemicu
Alexis Darmo merupakan dokter gigi yang berpraktik di RSGM. Dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan RSGM tempat praktik Alexis Darmo telah menerapkan dan memenuhi Keselamatan
Pasien yang terdiri dari standart keselamatan pasien, tujuh langka keselamtan pasien, sasaran
keselamatan pasien, sembilan solusi keselamatan pasien. Penerapan dan pemenuhan hal hal
tersebut adalah untuk menghindari terjadinya tidak diharapkan (KTD). Suatu hari pasien laki laki
usia 46 tahun dating ke RSGM ingin berkonsultasi mengenai kondisi rongga mulutnya, dimana
pasien merasa ada tonjolan tulang di daerah kiri bawah pasca pencabutan.
A. TERMINOLOGI PEMICU 1
A. TERMINOLOGI PEMICU 2
1. Petugas kesehatan Terdiri dari dokter, dokter gigi spesialis, apoteker,
RSGM para medis, tenaga administrasi dan teknologi
kedokteran gigi yang memandai.
2. Protokol kesehatan Aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh
segala pihak agar dapat beraktivitas secara aman
pada saat pandemik.
3. Rekam medis Berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.
4. DPDJ (Dokter Seorang dokter, sesuai dengan kewenanangan
Penanggung Jawab klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan
Pelayanan) asuhan medis lengkap (paket) kepada satu pasien
dengan satu patologi/penyakit, dari awal sampai
dengan akhir perawatan di rumah sakit, baik pada
pelayanan rawat jalan dan rawat inap
5. Eksostosis Suatu pertumbuhan benigna jaringan tulang yang
keluar dari permukaan tulang.
6. Alveolektomi Pengurangan tulang soket dengan cara
mengurangi plate labial/bukal dari prosessus
alveolar dengan pengambilan septum interdental
dan interadikuler
7. Informed consent Persetujuan bebas yang diberikan oleh pasien
terhadap suatu tindakan medis, setelah ia
memperoleh semua informasi yang penting
mengenai sifat serta konsekuensi tindakan
tersebut.
C. RUMUSAN PEMICU 2
1. Mengapa petugas kesehatan RSGM menjelaskan mengenai protocol kesehatan ?
2. Apa yang harus dilakukan drg Alexis Darmo sebagai DPJP dalam kasus ini?
3. Apa penyebab dari hasil pemeriksaan klinis pada kasus?
4. Mengapa drg merencanakan tindakan alveolektomi?
5. Mengapa drg wajib mengisi rekam medis dan informed consent secara lengkap
dan benar dalam menerapkan dan memenuhi keselamatan pasien?
F. LEARNING ISSUE
1. Keselamatan Pasien
a. Definisi
b. Peraturan yang mengatur tentang keselamatan pasien
c. Standar patient safety
d. Tujuh langkah patient safety
e. Sasaran keselamatan pasien
2. Eksostosis
a. Definisi
b. Patogenesis
3. Alveolektomi
a. Definisi
b. Indikasi dan Kontraindikasi
c. Tatalaksana
4. Rekam Medis
a. Defisi dan Tujuan
b. Peraturan yang mengatur tentang Rekam Medis
c. Cara pengisian
d. Yang harus tercantum pada rekam medis di kedokteran gigi
5. Informed Consent
a. Definisi
b. Apa saja yang harus ada dalam informed consent
c. Contoh
3. Alveolektomi
a. Definisi
Suatu tindakan bedah untuk membuang prosesus alveolaris yang menonjol
baik sebagian maupun seluruhnya. Alveolektomi juga berarti pemotongan
sebagian maupun seluruhnya. Alveolektomi juga berarti pemotongan
sebagian atau seluruh prosesus alveolaris yang menonjol atau prosesus
alveolaris yang menonjol atau prosesus alveolaris yang tajam pada maksila
atau mandibula, pengambilan torus palatinus maupun torus mandibularis
yang besar.
b. Indikasi dan Kontraindikasi
- Indikasi :
1. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut, cortical plate yang
tajam, dan puncak ridge yang tidak teratur sehingga mengganggu proses
pembuatan dan adaptasi gigitiruan.
2. Pada kasus gigi posterior yang tinggal sendiri sering mengalami ekstrusi
atau supra-erupsi. Tulang dan jaringan lunak pendukungnya berkembang
berlebihan untuk mendukung hal tersebut, sehingga bila gigi tersebut dicabut
akan terlihat prosesus alveolaris yang lebih menonjol.
3. Pada kasus pencabutan gigi multiple, apabila setelah pencabutan gigi
terdapat sisi marginal alveolar yang kasar dan tidak beraturan atau jika ridge
alveolar tinggi.
4. Pada kasus dengan kelainan eksostosis, torus palatinus maupun torus
mandibularis yang besar yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan,estetis,
dan pemakaian gigitiruan
- Kontraindikasi :
1. Pada pasien yang memiliki bentuk prosesus alveolaris yang tidak rata,
tetapi tidak mengganggu adaptasi gigitiruan baik dalam hal pemasangan,
retensi maupun stabilitas.
2. Pada pasien yang memiliki penyakit sistemik yang tidak terkontrol yaitu
penyakit kardiovaskuler, Diabetes Mellitus (DM) dan aterosklerosis.
3. Pada pasien yg memiliki keradangan akut, infeksi akut, serta malignansi
oral
c. Tatalaksana
Prosedur alveolektomi pada maksila dan mandibula:
1. Jika salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut, mukoperiosteum
harus dicek untuk memastikan bahwa telah terdapat kedalaman
minimum sebesar 10 mm dari semua tepi gingival yang mengelilingi
area yang akan dihilangkan.
2. Angkat flep dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut
dengan jari telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat yang
ditempelkan pada tepi flep atau dengan tissue retactor.
3. Bebaskan tepi flep dari darah menggunakan suction apparatus, dan
jaga dari seluruh area operasi.
4. Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan
satu blade pada puncak alveolar dan blade lainnya dibawah undercut
yang akan dibuang, dimulai pada regio insisivus sentral atas atau
bawah dan berlanjut ke bagian paling distal dari alveolar ridge pada sisi
yang terbuka.
5. Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat
menuju lingual/palatal, sehingga plate bagian lingual/palatal dapat
terlihat. Prosedur ini akan memperlihatkan banyak tulang interseptal
yang tajam.
6. Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan
end-cutting rongeurs.
7. Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan bone
file.
8. Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap serpihan kecil
tulang atau struktur gigi atau material tumpatan yang masuk ke dalam
soket. Ulangi prosedur ini pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke tahap
berikutnya.
9. Kembalikan flep pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan
lunak, dan ratakan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk yang
lembab.
10. Catat jumlah jaringan bertindih yang tulang dibawahnya telah
dikurangi, yang akhirnya meninggalkan tulang yang lebih sedikit dilapisi
oleh jaringan lunak.
11. Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang
sebelumnya terlihat bertindih.
12. Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya menggunakan
jari telunjuk yang lembab, perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu
catat apakah ada penonjolan tajam yang tersisa pada alveolar ridge.
Operator dapat merasakannya dengan jari telunjuk.
13. Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa, hilangkan
dengan bone fie.
14. Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya. Disarankan
menggunakan benang jahitan sutra hitam continue nomor 000.
Walaupun demikian, penjahitan terputus juga dapat digunakan jika
diinginkan.
4. Rekam Medis
5. Informed Consent
a. Definisi
Informed Consent teridiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti informasi
atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin.
jadi pengertian Informed Consent adalah suatu persetujuan yang diberikan
setelah mendapat informasi. Dengan demikian Informed Consent dapat di
definisikan sebagai pernyataan pasien atau yang sah mewakilinya yang isinya
berupa persetujuan atas rencana tindakan kedokteran yang diajukan oleh
dokter setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat
persetujuan atau penolakan. Persetujuan tindakan yang akan dilakukan oleh
Dokter harus dilakukan tanpa adanya unsur pemaksaan.
Informed Consent menurut Permenkes No.585 / Menkes / Per / IX / 1989,
Persetujuan Tindakan Medik adalah Persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.\
b. Apa saja yang harus ada dalam informed consent
1. Informasi yang diberikan oleh dokter;
2. Persetujuan yang diberikan oleh pasien.
c. Contoh
d. Kesimpulan
Alexis Darmo merupakan dokter gigi yang berpraktik di RSGM. Dalam
menerapkan pelayanan kesehatan, RSGM harus memenuhi keselamatan pasien
yang terdiri dari standar keselamatan pasien, tujuh langkah keselamatan pasien,
sasaran keselamatan pasien dan sembilan solusi keselamatan pasien agar
terhindar dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan karena RSGM perlu standar
keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan acuan rumah sakit di
Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya, sebagai syarat untuk akreditasi
rumah sakit dan hal tersebut sudah diatur dalam undang-undang. Selain itu,
RSGM harus menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit serta implementasi dari keselamatan pasien. Saat ada
pasien yang datang ke RSGM pun dokter gigi wajib mengisi rekam medis dan
informed consent secara lengkap dalam menerapkan dan memenuhi
keselamatan pasien dan memenuhi keselamatan pasien untuk menghindari
terjadinya kejadian tidak diharapkan (KTD).
DAFTAR PUSTAKA :