Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Pertama

‫طريق أولي‬
ِ ‫الحائر إلى‬
َ ‫القلب‬
َ ‫ فهدى‬،‫السرائر‬
َ ‫ ونقّى‬،‫الضمائر‬
َ ‫أصلح‬
َ ‫الحمد هلل الذي‬
ً‫ وأشه ُد أن سيِّ َدنا ونبينا محمدا‬،‫شريك له‬
َ ‫ وأشه ُد أَ ْن ال إلهَ إال هللاُ وح َده ال‬،‫البصائر‬
ِ
‫ (وعلى آله وصحبِه و َم ْن سا َر‬،ً‫العالمين سريرةً وأزكاهم سيرة‬ َ ‫ أنقى‬،‫عب ُد هللاِ ورسولُه‬
.‫الدين‬
ِ ‫يوم‬
ِ ‫على هدي ِه إلى‬

َ ‫ق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموتُ َّن إِال َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬


‫ون‬ َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬ َ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ث ِم ْنهُ َما‬َّ َ‫ق ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوب‬ َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬
ِ ‫س َو‬ ٍ ‫يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
َ ‫ون بِ ِه َواألرْ َحا َم إِ َّن هَّللا َ َك‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ُ‫ِر َجاال َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءل‬
‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْوال َس ِديدًا * يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم‬ َ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ‬
‫از فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬ َ َ‫َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد ف‬
Saudaraku Seiman yang Dirahmati Allah

Sesungguhnya alam dan kehidupan ini berjalan beriringan sesuai dengan ketentuan
Allah Azza Wajalla, keduanya hanya bisa melangkah menuju kebaikan, keseimbangan
dengan ketaatan dan ketundukan pada aturan dan ketentuan Sang Rab penciptanya
Allah Azza Wajalla, maka tidak ada satu sel alam dan kehidupan ini yang dipaksa
keluar dari ketaatan kepada-Nya kecuali akan terjadi kerusakan dan ketimpangan pada
perjalanan alam dan kehidupan.

Ketaatan kepada syariat Allah adalah harga mati agar alam dan hidup ini berjalan baik
dan seimbang, karena Dialah yang menciptakan maka Dialah yang paling benar dan
layak mengatur ciptaan-Nya, begitu Allah menetapkan dalam firman-Nya dan begitu
logika manusia memahami.

‫ق َواأْل َ ْم ُر‬
ُ ‫أَاَل لَهُ ْال َخ ْل‬
Artinya, “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah..” (QS Al-A’raf : 54)

Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dari perkara thaharah hingga
imarah, dari bilik pribadi hingga ruang kerja, dari tidur hingga bangun, dari masjid
hingga ranjang dari bayi hingga mati tidak ada lini kehidupan kecuali ada petunjuknya
dari Allah azza wajalla.

Dalam urusan laki-laki dan perempuan untuk melahirkan cinta, ketenangan dan kasih
sayang Allah Ta’ala syariatkan pernikahan dan haramkan perzinahan.
Namun Hari ini kita dikejutkan oleh disertasi seorang calon doktor di biang agama yang
memperbolehkan hubungan seks non marital. Seolah ini menjadi legitimasi “syar’i” bagi
orang-orang untuk melakukan perzinaan. Hal ini semakin diperparah tidak adanya jerat
undang-undang terhadap mereka yang melakukan perzinaan, jika itu bukan asangan
suami istri.

Saudaraku yang dirahmati Allah

Tidak ada kalam yang paling benar selain kalamullah, dan tidak ada petunjuk yang
paling baik selain petunjuk Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kalam
Allah menetapkan dalam surat Al-Isra` : 32 :

‫اح َشةً َو َسا َء َسبِياًل‬ ِّ ‫ َواَل تَ ْق َربُوا‬ 


َ ‫الزنَا إِنَّهُ َك‬
ِ َ‫ان ف‬
“Jangan kalian dekati zina, karena zina itu fakhisyah (keji, kotor dan jijik) dan seburuk
buruk jalan.” (QS Al-Isra : 32)

Zina yang difinisinya secara syar’i adalah melakukan hubungan seksual di kemaluan
bukan pernikahan yang sah, bukan pula karena kepemilikan budak dan terjadi bukan
karena syubhat. Dalam kacamata syariat zina adalah tindakan kejahatan, level
kejahatannya sudah cukup dipahami dari sepintas diksi larangan dalam firman Allah
Ta’ala yang bukan sekedar “jangan berzina” akan tetapi “jangan dekati zina”..

Selain itu Sang Pencipta Manusia Yang Paling paham detail unsur tubuh manusia
menegaskan zina itu fakhisyah (keji, jijik dan kotor) dan seburuk-buruk jalan yang
menghantarkan kepada kejahatan lainnya, makanya ayat tentang zina Al-isra` : 32
disebutkan setelah larangan kejahatan membunuh anak sendiri karena takut melarat di
ayat 31 dan sebelum larangan kejahatan membunuh nyawa yang haram dibunuh
kecuali dengan cara yang haq di ayat 32, maknanya zina adalah kejahatan
sebagaimana kejahatan membunuh anak sendiri dan kejahatan membunuh nyawa
yang haram dibunuh.

Untuk memahami seberapa jahat, nista dan kotornya zina,  Abu Umamah –
Radhiyallahu Anhu– pernah bercerita bahwa ada seorang pemuda datang kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam lalu berkata :

‫يا رسول هللا ائذن لي بالزنا‬


Artinya, “Wahai Rasulullah izinkan aku berzina!”

Sontak para sahabat –Radhiyallahu Anhum– yang ada dalam majlis terperanjat dan
mencela anak muda tersebut dan berkata,“Cukup, cukup”,
Akan tetapi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam justeru memanggil pemuda itu dan
menyuruhnya untuk mndekat, setelah mendekat Rasulullah SAW berkata kepada
pemuda tersebut:

‫أتحبه ألمك قال ال وهللا جعلني هللا فداءك قال وال الناس يحبونه ألمهاتهم قال أفتحبه‬ 
‫البنتك قال ال وهللا يا رسول هللا جعلني هللا فداءك قال وال الناس يحبونه لبناتهم قال‬
‫أفتحبه ألختك قال ال وهللا جعلني هللا فداءك قال وال الناس يحبونه ألخواتهم قال أفتحبه‬
‫لعمتك قال ال وهللا جعلني هللا فداءك قال وال الناس يحبونه لعماتهم قال أفتحبه لخالتك‬
‫قال ال وهللا جعلني هللا فداءك قال وال الناس يحبونه لخاالتهم‬
Artinya, “Apakah kamu suka jika perzinahan itu terjadi kepada ibumu? Pemuda itu
berkata, “Tidak, demi Allah aku berani berkurban dengan diriku sendiri” Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Begitu pula orang lain mereka tidak suka jika
perzinahan itu terjadi pada ibu-ibunya” Beliau bertanya, “Apa kamu suka jika
perzinahan itu terjadi pada puterimu?” Dia berkata, “Tidak wahai Rasulullah, aku berani
berkurban dengan diriku.” Beliau bersabda, “Orang lain juga tidak suka zina itu terjadi
pada puterinya.” Beliau bertanya, “Apa kamu suka perzinahan itu terjadi pada saudara
perempuanmu?” Dia berkata, “Tidak wahai Rasulullah, aku berani berkurban dengan
diriku.” Rasulullah bersabda, “Orang lain juga tidak suka  jika zina itu terjadi pada
saudara-saudara perempuannya.” Beliau bertanya, “Apa kau suka zina itu terjadi pada
bibimu dari ayah?” Dia berkata, “Tidak wahai Rasulullah aku berani berkurban dengan
diriku” Beliau bersabda, “Orang lain juga tidak suka zina itu terjadi pada bibi-bibinya
dari ayah.” Beliau bertanya, “Apa kamu suka zina itu terjadi pada bibi-bibimu dari ibu?”
Dia berkata, “Tidak wahai Rasulullah aku berani berkurban dengan diriku.” Beliau
bersabda, “Orang lain juga tidak suka zina terjadi pada bibi-bibinya dari ibu.”

BACA JUGA  Hak Veto Menko, Sebuah Tanda Tanya Lain

Abu Umamah Radhiyallahu Anhu bercerita, lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
meletakkan tangannya kepada pemuda tersebut seraya berdoa :

ُ‫اللّهُ ّم ا ْغفِرْ َذ ْنبَهُ َوطَهِّرْ قَ ْلبَهُ َو َحصِّ ْن فَرْ َجه‬


Artinya, “Ya Allah ampunilah dosanya, sucikan hatinya dan jaga kemaluannya
(kehormatannya).

Kata Abu Umamah, “Setelah itu pemuda tersebut sama sekali tidak terbesit hatinya
untuk melakukan perbuatan zina.”
Saudaraku yang dirahmati Allah

Pemuda tadi adalah pemuda yang jujur, dia takut bermaksiat kepada Allah, sementara
syahwatnya sedang menggebu-gebu, dia tidak tahu bagaimana cara mengobati hasrat
yang sedang memuncak ke ubun-ubun dan ingin sekali berzina sementara maunya
zinanya tidak mengundang murka Allah bagi dirinya, maka dia datang kepada
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam meminta izin agar zina itu legal untuknya karena
alasan hasrat biologis yang mengganggu ketenangan jiwanya.

Namun zina tetap zina apapun alasannya hukumnya tetap haram, Nabi shallallahu
Alaihi Wasallam sedikit pun tidak bergeser dari prinsip hukum syariat, namun beliau
Shallallahu Alaihi Wasallam ingin pemuda tersebut harus merasakan dengan segenap
hati dan jiwanya bahwa  zina itu jahat, keji dan kotor, maka Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam memantik naluri kemanusiaannya dengan bertanya, “Bagaimana jika Ibunya,
puterinya, saudarinya dan bibinya dizinahi orang lain? Sontak pertanyaan Nabi
shallallahu Alaihi Wasallam mengundang respon emosi, naluri kejiwaan dan akalnya
bahwa zina adalah jahat, nista, jijik dan kotor, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
menjelaskan bahwa ketika seseorang berzina dengan wanita maka pasti wanita itu
antara Ibunya seseorang, puterinya, saudara perempuannya atau bibinya maka
melegalkan zina berarti membiarkan manusia menerjang tagar-tagar kemanusiannya
bukan Cuma untuk dirinya tapi juga untuk orang-orang di sekitarnya yang dia cintai.

Tagar kemanusiaan dan fitrah manusia harus tetap ada, terjaga dan terpelihara dalam
diri manusia. Untuk menjaga serta memeliharanya Allah Ta’ala menurunkan Din dan
syariat, karenanya manusia yang paling tenang dan normal hidupnya adalah seorang
mukmin yang berkomitmen dengan din dan syariat, sementara manusia yang
mencampakkan din dan syariat Allah, lalu berimajinasi dengan hawa nafsunya dengan
cara membuat aturan dan undang-undang yang dipaksa mengatur kehidupan pada
hakekatnya telah membawa dirinya keluar dari sisi kemanusian dan fitrah, cara hidup
yang serba bebas dari din dan syariat membuat manusia menjadi liar seperti binatang .
Allah berfirman dalam surat Muhammad ayat : 12

‫ون َك َما تَأْ ُك ُل األَ ْن َعا ُم َوالنَّا ُر َم ْث ًوى لَّهُ ْم‬


َ ُ‫ُون َويَأْ ُكل‬ َ ‫َوالَّ ِذ‬
َ ‫ين َكفَرُوا يَتَ َمتَّع‬
Bahkan dalam menuntaskan syahwat yang tidak berujung, manusia tidak ada puasnya
sehingga bisa lebih liar dari binatang seperti liarnya kaum Sodom, kaum Luth yang
merusak tagar normal manusia dengan meletakkan hasratnya bukan pada wanita tapi
pada sesama jenisnya

Pantas jika Allah mengazab masyarakat tersebut dengan hujan batu dan tanah tempat
tinggal yang terangkat tinggi lalu dijungkir-balikkan seperti terjungkirnya akal mereka,
tanpa kompromi figuran yang loyal dan bersimpati kepada kaum sodom padahal bukan
pelaku juga ikut terkena adzab meski berstatus sebagai istri Nabi Luth Alaihissalam.

Saudaraku yang dirahmati Allah


Syariat islam memanusiakan manusia dan memuliakannya dalam derajat fie ahsani
taqwim (Sebaik-baik bentuk), apapun itu syariatnya, bayangkan! Dalam urusan
menjaga keturuan manusia dimuliakan dengan menikah, dan ketika seorang
berhubungan suami istri dan menuntaskan kebutuhannya terhadap pasangannya, maka
Islam mensyariatkan mandi untuk mengembalikan kesucian.

Sementara manusia yang melakukan hubungan di luar nikah dikatakan zina, maka cara
membersihkannya tidak cukup dengan mandi, karena kenikmatan yang keluar dari
ujung rambut hingga ujung kaki caranya kotor dan kotoran itu menempel di badan dan
jiwanya dan bisa mengundang penyakit dan pengaruh kejahatan lainnya, maka cara
membersihkannya dengan rasa sakit yang mendera tubuh dari ujung rambut hingga
ujung kaki, jika pelakunya belum menikah secara sah maka hukumannya adalah
dicambuk seratus kali dan diasingkan satu tahun.

ِ ‫اح ٍد ِم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة َواَل تَأْ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َر ْأفَةٌ فِي ِدي ِن هَّللا‬ِ ‫ال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِ ُدوا ُك َّل َو‬
‫ون بِاهَّلل ِ َو ْاليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر‬
َ ُ‫إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمن‬
Artinya, “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat…”(QS An-Nur : 2)

‫ « ُخ ُذوا َعنِّى ُخ ُذوا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ت ق‬ِ ‫َع ْن ُعبَا َدةَ ب ِْن الصَّا ِم‬
‫َعنِّى قَ ْد َج َع َل هَّللا ُ لَه َُّن َسبِيالً ْالبِ ْك ُر بِ ْالبِ ْك ِر َج ْل ُد ِمائَ ٍة َونَ ْف ُى َسنَ ٍة‬

BACA JUGA  Lembaga Sertifikasi Halal Amerika Kunjungi Kementerian Agama

Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda : “Ambillah dariku, Allah telah memberikan jalan keluar, pezina laki-laki yang
belum menikah dengan pezina wanita yang belum menikah hukumannya adalah didera
seratus kali dan diasingkan selama satu tahun.”

Dan jika pelakunya sudah menikah dengan pernikahan yang sah secara syar’ie, maka
cara mensucikannya adalah dengan dirajam.

Lihatlah Sahabat Maiz Radhiyallahu Anhu karena cintanya kepada Allah setelah dia


melakukan pelanggaran, beliau dengan jujur datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam meminta dibersihkan dirinya dengan hukuman rajam, dia datang mengatakan
kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:
‫ُول هَّللا ِ طَهِّرْ نِى‬
َ ‫يَا َرس‬
Ya Rasulullah sucikan aku!

Rasulullah hanya mengatakan kepada Maiz,

‫ك ارْ ِج ْع فَا ْستَ ْغفِ ِر هَّللا َ َوتُبْ إِلَ ْي ِه‬


َ ‫َو ْي َح‬
Artinya, “Celakalah engkau, pulang dan beristighfarlah kamu kepada Allah serta
bertaubat kepada-Nya.”

Maiz datang hingga tiga kali kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan beliau
hanya menyuruhnya pulang dan beristighfar kepada Allah serta bertaubat kepada-Nya.
Maiz tidak putus asa mencari cara untuk membersihkan dirinya di hadapan Allah Azza
Wajalla, maka dia datang untuk keempat kalinya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam hingga beliau bersabda kepada Maiz;

َ ‫فِي َم أُطَهِّر‬
‫ُك‬
Artinya, “Atas apa aku mensucikan kamu?”

Maiz berkata, “Dari zina, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya kepada
Sahabat Radhiyallahu Anhum :

َ ‫ال « أَ َش ِر‬
ُ‫ فَقَا َم َر ُج ٌل فَا ْستَ ْن َكهَه‬.» ‫ب َخ ْمرًا‬ َ ‫ فَأ ُ ْخبِ َر أَنَّهُ لَي‬.» ‫ون‬
ٍ ُ‫ْس ِب َمجْ ن‬
َ َ‫ فَق‬.‫ون‬ ٌ ُ‫« أَبِ ِه ُجن‬
‫ فَقَا َل‬.» ‫ْت‬ َ ‫ « أَ َزنَي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ ق‬.‫فَلَ ْم يَ ِج ْد ِم ْنهُ ِري َح َخ ْم ٍر‬
َ َ‫ال فَق‬
ِ ‫ فَأ َ َم َر بِ ِه فَر‬.‫نَ َع ْم‬
‫ُج َم‬
Artinya, “Apakah dia gila?, maka dikabarkan bahwa dia waras tidak gila, beliau
bertanya, “Apakah dia habis minum khamr?” Maka berdiri seorang sahabat mencium
mulutnya dan tidak didapatkan bau khamr, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda –kepada Maiz-: “Apakah kamu telah berzina?” Dengan jujur Maiz berkata :
“Iya.” Maka beliau memerintahkan orang-orang untuk membawa Maiz agar dihukum
rajam.

Setelah Maiz selesai dihukum rajam ada friksi di tengah Sahabat tentang nasib Maiz,
ada yang mengatakan Maiz celaka karena diliputi oleh dosanya, sementara yang lain
berkata, tidak ada taubat yang lebih mulia dari taubatnya Maiz karena dia jujur miminta
kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam untuk dihukum rajam, setelah tiga hari Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda dalam majlis, “Beristighfarlah kalian untuk Maiz.”
Maka para Sahabat saling berkata , “Semoga Allah mengampuni Maiz, setelah itu
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
‫ت بَي َْن أُ َّم ٍة لَ َو ِس َع ْتهُ ْم‬
ْ ‫اب تَ ْوبَةً لَ ْو قُ ِس َم‬
َ َ‫لَقَ ْد ت‬   
Artinya, “Dia telah bertaubat dengan taubat yang apabila dibagikan kepada seluruh
manusia niscaya itu akan mencukupi.”

Allahu Akbar! Begitu agungnya bentuk cintanya Allah kepada Maiz Radhiyallahu Anhu,
Allah yang Maha Rahman dan Rahim tidak ridha jika hamba yang Dia cintai berkubang
dalam kotornya lumpur dosa, Dia adalah Dzat Yang Maha Thayyib tidak menerima
kecuali yang Thayyib, karena itu Allah tuntun Maiz Radhiyallahu Anhu dengan hidayah-
Nya menuju pertaubatan kepada-Nya meski resikonya adalah rasa sakit yang mendera
tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki, akan tetapi setelah itu dia menjadi bersih
dan hadiahnya berupa nilai taubatnya yang sebanding dengan kebaikan umat.

Hukum apa yang lebih baik dari hukum syariat ini, dunia dan akhirat wahai saudaraku?!

‫ إِنَّهُ هُ َو‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِر ُْوه‬.‫أَقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي هَ َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن‬
‫ْال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬

Khutbah Kedua

ُ‫ك لَه‬ َ ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬.‫ اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َح ْمدًا َكثِ ْيرًا َك َما أَ َم َر‬,ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل‬
‫َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح ِّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَ ْو ِم‬
َّ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ َّن إِال‬َّ ‫ فَاتَّقُوا هللاَ َح‬،ِ‫َّاي بِتَ ْق َوى هللا‬ ِ ‫ أُ ْو‬،ِ‫ أَ َّما بَ ْع ُد؛ ِعبَا َد هللا‬،‫ال ِّد ْي ِن‬
َ ‫ص ْي ُك ْم َوإِي‬
‫َوأَنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن‬

ِ‫ص َحابَ ِة َرس ُْو ِل هللا‬َ ‫ض َي هللاُ تَ َعالَى َع ْن ُك ِّل‬ ِ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
ِ ‫آل ُم َح َّم ٍد َو َر‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ان َو َعلِي َو َع ْن التَّابِ ِعيْن‬ َ ‫ض َعن ال ُخلَفَا ِء األرْ بَ َعة أبُو بَ ْكر َو ُع َمر َو ُعث َم‬ َ ْ‫ َوار‬ .‫أَجْ َم ِعي َْن‬
.‫ان إلَى يَ ْو ِم ال َّدي ِْن َو ارْ َح ْمنَا َم َعهُ ْم يَا أرْ َح َم الرَّا ِح ِمي َْن‬ٍ ‫َوتاَبِ ِع التَّابِ ِعيْن َو َم ْن تَبِ َعهُم بِإحْ َس‬

ِ ‫ت اَألَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا‬


َ َّ‫ت اِن‬
‫ك‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
ِ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما‬
‫َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َوات‬

‫إلخ َوانِنا َ الَّ ِذي َْن َسبَقُ ْونا َ بِاإليْما َ ِن َوالَ تَجْ َعلْ فِي قُلُوبِنا َ ِغال لِلَّ ِذي َْن آ َمنُوا‬ ْ ‫َربَّنا َ ا ْغفِرْ لَنا َ َو‬
.‫ف َّر ِح ْي ٌم‬ٌ ‫ك َر ُؤ ْو‬ َ َّ‫َربَّنا َ إِن‬
‫نت ۡٱل َوهَّابُ‬ ‫نك َر ۡح َم ۚ‌ةً إِنَّ َ‬
‫ك أَ َ‬ ‫َربَّنَا اَل تُ ِز ۡغ قُلُوبَنَا بَ ۡع َد إِ ۡذ هَ َد ۡيتَنَا َوهَ ۡب لَنَا ِمن لَّ ُد َ‬

‫اس ِري َْن‪.‬‬


‫الخ ِ‬ ‫‪َ  ‬ربنَّا َ ظَلَ ْمنا َ أ ْنفُ َسنا َ َو ْ‬
‫إن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنا َ َوتَرْ َح ْمنا َ لَنَ ُك ْونَ َّن ِم ْن َ‬

‫ان الَّتِى فِ ْيهَا َم َعا ُشنَا َوأَصْ لِحْ‬


‫‪ ‬اَللَّهُ َّم أَصْ لِحْ لَنَا ِد ْينَنا َ الَّ ِذى هُ َو ِعصْ َمةُ أَ ْم ِرنَا َوأَصْ لِحْ لَنَا ُد ْنيَ َ‬
‫ت َرا َحةً لَنَا‬‫آخ َرتَنَا الَّتِى فِ ْيهَا َم َعا ُدنَا َواجْ َع ِل ْال َحيَاةَ ِزيَا َدةً لَنَا فِى ُك ِّل َخي ٍْر َواجْ َع ِل ْال َم ْو َ‬
‫لَنَا ِ‬
‫ِم ْن ُكلِّ شرٍّ‬

‫ِّت أَ ْق َدا َمنَا َوا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَ ْو ِم ْال َكافِ ِري َْن‪.‬‬ ‫َربَّنَا أَ ْف ِر ْغ َعلَ ْينَا َ‬
‫ص ْبرًا َوثَب ْ‬

‫ار‬ ‫َّ‬ ‫ن‬ ‫ٱل‬ ‫اب‬ ‫َ‬


‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ن‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ربَّنَٓا ءاتنَا فى ٱل ُّد ۡنيا حسنَ ۬ةً وفى ٱأۡل َخرة حسنَ ۬‬
‫ة‬
‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِ َِ َ َ‬ ‫َ َ َ َِ‬ ‫َ َ ِ ِ‬

‫ٓإى ِذى ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َويَ ۡنهَ ٰى َع ِن ۡٱلفَ ۡح َشٓا ِء‬ ‫ۡ‬
‫‪ِ  ‬عبا َ َد هللاِ‪ ،‬إِ َّن ٱهَّلل َ يَأ ُم ُر بِ ۡٱل َع ۡد ِل َوٱإۡل ِ ۡح َس ٰـ ِن َوإِيتَ ِِٕ‬
‫ى يَ ِعظُ ُكمۡ لَ َعلَّڪُمۡ تَ َذ َّكر َ‬
‫ُون‬ ‫َو ۡٱل ُمنڪ َِر َو ۡٱلبَ ۡغ ِۚ‌‬

‫‪ ‬اُ ْذ ُكر ُْوا هللاَ يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‪َ ،‬وا ْش ُكرُوهُ َع َ‬


‫لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم‪َ ،‬واسْألُ ْوهُ ِم ْن فَضْ لِ ِه يُع ِ‬
‫ْط ُك ْم‪َ ،‬ولِ ِذ ْكر‬
‫صالَة‬ ‫هللاِ أ ْكبَر‪َ ،‬وهللا ُيَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَع ُْو َن‪ ،‬أقِ ْي ُم ْوا ال َّ‬

Anda mungkin juga menyukai