Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH METODOLOGI KEPERAWATAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE


Dosen Pembimbing : Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.J

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Inayah Aprillia Purlaksmi (P07120118006)
2. Aulia Pratiwi Maulidya (P07120118018)
3. Putri Tsaniatussa’ada (P07120118038)
4. Naufal Wafi Dhiyaulhaq (P07120118028)

PRODI D-III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN YOGYAKARTA
2019/2020
PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE

A. Definisi Personal Hygiene


Personal Hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka. Pemeliharaan higiene perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Praktek hygiene sama dengan
meningkatkan kesehatan (Potter dan Perry, 2012). Seseorang yang sakit, biasanya
dikarenakan masalah kebersihan yang kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
kita mengangap masalah kebersihan adalah masalah yang biasa saja, padahal jika
hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Karena
itu hendaknya setiap orang selalu berusaha supaya personal hygiennya dipelihara
dan ditinggalkan.
Hygiene adalah ilmu kesehatan. Cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka disebut hygiene perorangan. Cara perawatan diri
menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosianal seseorang.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan
perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang ruti (Potter dan Perry, 2012)

B. Dasar Pengetahuan
Perawatan hygiene membutuhkan pemahaman anatomi dan fisiologi
integumen, rongga mulut, mata, telinga, dan hidung. Kulit dan sel mukosa
melakukan pertukaran oksigen, gizi, hidrasi, dan sirkulasi yang cukup untuk
melawan cedera dan penyakit. Teknik hygiene yang baik mempromosikan
struktur dan fungsi normal jaringan tubuh.
Selain itu dibutuhkan pengetahuan patofisiologi untuk memebrikan
perawatan preventif. Kenali penyakit yangmengubah integumen, rongga mulut,
dan organ sensorik. Contohnya pada pasien strokeyang menyebabkan klien tidak
bisa melakukan aktifitasnya sehari-haru, salah satunya klien tidak bisa memenuhi
kebutuhan personal hygine. Kelumpuhan saraf trigeminus (saraf kranial)
menghilangkan refleks berkedip sehingga kornea beresiko keing. Pada kondisi
ini, sesuaikan praktik hygiene untuk mengantisipasi kebutuhan klien dan

1
memeinimalkan efek cedera. Integrasikan pengetahuan anatomi, fisiologi, dan
patofisiologi selama perawatan hygiene, gunakan waktu ini untuk mengenali
abnormalitas dan memulai tindakan pencegahan cedera lebih lanjut.
1. Kulit
Kulit memiliki fungsi perlindungan, ekskresi, regulasi suhu, dan
sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama, yaitu epidermis, dermis dan
subkutan. Epidermis (lapisan luar) tersusun atas beberapa lapisan sel tipis
dengan berbagai tingkat maturasi. Lapisan ini melindungi kulit dari
kehilangan air dan cedera dan mencegah masuknya mikroorganisme. Lapisan
terdalam epidermis menghasilkan sel baru unruk menggantikan sel mati yang
dilepaskan oleh lapisan luar.
Dermis merupakan lapisan yang lebih tebal serta mengandung serat
kolagen dan elastis untuk menyokong epidermis. Saraf,pembuluh darah,
kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut berjalan melalui lapisan
dermis, kelenjar sebasea menyekresikan sebum, suatu cairan berminyak ke
dalam folikel rambut. Lapisan Subkutan mengandung pembuluh darah,
saraf, limfe dan jaringan ikat longgar yang terisi sel lemak. Jaringan lemak
merupakan penyimpan panas bagi tubuh. Jaringan subkutan juga menyokong
lapisan diatasnya untuk menahan stres dan tekanan. Jaringan subkutan sangat
sedikit terdapat pada mukosa mulut.

2. Kaki, tangan dan kuku


Kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi. Cedera kulit menimbulkan nyeri serta menganggu
kemampuan klien untuk berjalan dan menyangga beban. Sedangkan tangan
lebih bersifat manipulatif daripada suportif. Kuku merupakan jaringan epitel
yang tumbuh dari akar bantalan kuku, berlokasi di dalam kulit pada cekungan
kuku, tersembunyi oleh lipatan kulit yang disebut kutikula. Terdapat area
putih seperti bulan sabit yang disebut lunula. Kuku yang normal tambak
transparan, mulus, dan cembung dengan bantalan kuku berwarna merah muda
dna ujung putih transparan. Penyakit dapat mengubah bentuk, ketebalan, dan
kelengkungan kuku.

2
3. Rongga Mulut
Rongga mulut dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan
kulit. Rongga mulut atau bukal terdiri atas bibir, pipi di bagian samping
rongga mulut, lidha dan ototnya, serta palatum keras dan lunak. Mukosa oral
normalnya tampak merah muda dan lembap. Dasar mulut dan permukaan
bawah lidah kaya akan pembuluh darah.
Gigi merupakan organ pengunyah, atau mastikasi. Gigi dirancang
untuk memotong, merobek dan mencerna makanan agar dapat bercampur
dengan saliva dan ditelan. Gigi normal terdiri atas mahkota, leher dan akar.
Higiene mulut teratur dibutuhkan untuk mempertahankan integritas
permukaan gigi dan mencegah gingivitis, atau inflamasi gusi.

4. Rambut
Pertumbuhan, distribusi, dan pola rambut menunjukan status
kesehatan umum seseorang. Rambut dipengaruhi pertumbuhan hormon, stres
emosional dan fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu. Batang rambut
bukan merupakan jaringan hidup dan tidak dipengaruhi faktor fisiologis,
namun defisiensi hormon dan gizi pada folikel rambut menyebabkan
perubahan warna atau kondisinya.

5. Mata, telinga dan hidung


Pada perawatan higiene mata,telinga dan hidung membutuhkan
perhatian khusus. Bersihkan jaringan ini dengan cara yang mencegah cedera
dan ketidaknyamanan pada klien, seperti berhati-hati agar sabun tidak
mengenai mata klien. Selain itu, waktu perawatan higiene merupakan
kesempatan baik untuk bertanya apakah ada perubahan pada penglihatan,
pendengaran dan penghidu klien.

C. Pengkajian Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2012) bahwa selama pelaksanaan higiene diri perlu
diperhatikan:
1. Kaji status integumen, struktur rongga mulut, mata, telinga, dan hidung.
2. Dengan inspeksi dan palpasi cari perubahan integritas dan fungsi jaringan serta

3
jenis dan sejauh mana higiene dibutuhkan.
3. Perhatian khusus diberikan pada karakteristik yang paling dipengaruhi higiene
a. Apakah kulit utuh, terutama pada penonjolan tulang ?
b. Apakah ada kalus kaki yang dapat dikurangi dengan rendaman air?
c. Apakah ada lapisan di lidah yang perlu disikat?
Data ini akan menjadi dasar untuk menentukan apakah tindakan higiene telah
mempertahankan atau meningkatkan kondisi klien
1) Kulit
a. Inspeksi warna, tekstur, ketebalan, turgor, suhu, dan hidrasi kulit
b. Lihat apakah ada lesi
c. Kaji adanya kekeringan yang ditunjukkkan oleh sisik, kemerahan, dan
keretakan kulit. Hal ini lebih sering dijumpai pada musim dingin dimana
kelembapan rendah
d. Berikan perhatian pada area yang sulit dicapai seperti payudara wanita, are
bawah skrotum, atau sekitar jaringan perineum wanita. Jika ada masalah kulit
berikan penjelasan tentang perawatan kulit yang tepat dan instruksikan teknik
higiene spesifik.
e. Hati- hati saat mengkaji klien dengan penurunan sensasi, insufisensi
vaskular, dan imobilitas
f. Pastikan untuk mengkaji kedua ekstremitas dan membantu penggantian posisi
klien sehingga perawat dapat melihat seluruh permukaan kulit
g. Identifikasi perubahan warna kulit dan penentuan normal tidaknya.
h. Perawat harus mengetahui tektik pengkajian dan kerakteristik unik pada kulit
dengan pigmentasi tinggi terutama saat melakukan pengkajian hiperimea
reaktif abnormal atau sianosis.

2) Kaki dan Kuku


a. Pemeriksaan kaki mencakup pemeriksaan permukaan kulit termasuk sela-sela
jari kaki dan telapak kaki. Tumit, telapak, dan sisi-sisi kaki mudah mengalami
iritasi karena pemakaian alas kaki yang tidak sesuai dengan ukuran.
b. Periksa bentuk dan ukuran jarii-jari kaki serta bentuk dari kaki. Jari-jari kaki
normalnya lurus dan rata. Kaki sejajar dengan pergelangan kaki dan tibia.
c. Lakukan inspeksi kaki untuk melihat adanya lesi. Tindakan ini mencakup
pengamatan area yang kering, inflamasi, atau pecah-pecah

4
d. Amati cara berjalan klien. Kelainan kaki yang nyeri atau penurunan sensasi
mengakibatkan pincang atau cara berjalan menjadi aneh.
e. Tanyakan apakah klien mengalami ketidaknyamanan pada kaki, dan tentukan
faktor-faktor yang memperparah rasa sakit.
f. Pada klien yang menderita penyakit vaskuler perifer seperti diabetes mellitus
dan penyakit-penyakit lain yang mempengaruhi sirkulasi dan sensasi perifer,
periksa apakah sirkulasi pada kaki mencukupi.
g. Inspeksi harian dan perawatan kaki preventif sangat penting untuk mencegah
ulkus di kaki.
h. Palpasi pulsasi dorsalis pedis dan tibia posterior menunjukkan apakah aliran
darah di jaringan perifer mencukupi.
i. Edema dan perubahan warna, tekstur, dan suhu kulit menjadi penanda apakah
dibutuhkan perawatn higiene khusus.
j. Pada penderita diabetes mellitus, lakukan juga pemeriksaan apakah ada
neuropati, yaitu degenerasi saraf perifer yang ditandai dengan hilangnya
sensasi.
k. Periksa sensasi klien terhadap sentuhan ringan, tusukan jarum, dan suhu.
l. Periksa kondisi kuku tangan dan kaki, apakah terdapat lesi, kekeringan,
inflamasi, atau pecah-pecah.
m. Pada wanita, tanyakan apakah sering mengecat kuku dan menggunakan
penghapus cat kuku, karena zat kimia di dalam kedua benda tersebut dapat
menyebabkan kekeringan berlebihan pada kuku.
n. Keberadaan penyakit mengubah bentuk dan lengkungan kuku. Lesi, radang,
dan jamur pada bantalan kuku menyebabkan kulit menebal dan betanduk,
yang memisahkan dari bantalan kuku.

3) Rongga Mulut
a. Lakukan inspeksi warna, hidrasi, tekstur, dan lesi.
b. Klien yang tidak taat higiene oral, terkadang memiliki jaringan gusin yang
buruk karena gusi meradang, lidah berlapis, perubahan warna gigi (terutama
pada batas gusi), karies gigi, gigi tanggal, dan halitosis (Napas berbau).
c. Nyeri dan infeksi lokal merupakan gejala umum penyakit gusi dan kelainan
gigi.
d. Klien pada tatanan perawatan akut membutuhkan pemeriksaan mulut lengkap.

5
e. Identifikasi risiko infeksi akan mengidentifikasi jenis dan frekuensi perawatan
mulut.
f. Perawatan mulut yang tepat akan mengurangi pneumonia pada klien karena
mengurangi jumlah bakteri dalam sekresi oral yang di aspirasi dan
menyebabkan infeksi bakteri.
g. Lakukan pemeriksaan rongga mulut pada klien yang menjalani radiasi atau
kemoterapi. Kedua terapi ini menyebabkan penurunan kadar saliva sehingga
terjadi kekeringan dan inflamasi jaringan mukosa mulut.

4) Rambut
a. Periksa kondisi rambut dan kulit kepala. Normalnya, rambut tampak bersih,
berkilau, tidak kusut, dan kulit kepala yang bebas lesi.
b. Rambut pada klien berkulit gelap biasanya lebih tebal, kering, dan keriting.
c. Pada lingkungan rumah dan masyarakat, sebaiknya periksa adanya kutu untuk
memberikan terapi higiene yang tepat.
d. Jika dicurigai pediculosis capitis, cegah infeksi diri dengan mencuci tangan dan
penggunaan sarung tangan atau spatula lidah untuk menginspeksi rambut klien.
e. Kehilangan rambut (Alopesia) diakibatkan efek kemoterapi, perubahan hormon
atau praktik perawatan rambut yang tidak tepat.
f. Klien yang berisiko mengalami masalah kulit kepala adalah penderita trauma
kepala dan mereka yang mempraktikkan higiene buruk.

5) Mata, Telinga, dan Hidung


a. Periksa keadaan dan fungsi mata, telinga, dan hidung.
b. Mata normal bebas dari infeksi dan iritasi. Sklera tampak sebagai bagian putih
mata. Konjungtiva tampak bening, merah muda, dan bebas radang. Batas
kelopak berada dekat dengan bola mata dan bulu mata mengarah keluar. Batas
kelopak bebas radang, drainase atau lesi. Alis mata biasanya simetris.
c. Tanyakan apakah klien menggunakan lensa kontak. Ini penting dilakukan
terutama jika klien berada pada keadaan tidak responsif. Untuk ini, berdirilah
pada sisi samping mata klien dan teliti kornea untuk melihat adanya lensa lunak
atau keras. Selain itu, periksa sklera untuk melihat adanya pergeseran lensa
kontak. Lensa yang tidak terdeteksi dapat mencederai kornea.
d. Pemeriksaan struktur telinga luar mencakup inspeksi aurikula, saluran telinga

6
luar, dan membran timpani.
e. Saat melakukan tindakan higiene, cari adanya penumpukan serumen atau
drainase saluran telinga, inflamasi lokal, serta nyeri tekan atau keluhan nyeri
oleh klien.
f. Lakukan inspeksi inflamasi, cairan, lesi, edema, dan deformitas pada hidung.
Mukosa nasal biasanya berwarna merah muda, bersih, dan tidak memiliki
cairan. Cairan encer yang bening merupakan akibat dari alergi. Jika klien
memiliki selang yang terpasang, perhatikan permukaan hidung yang berkontak
dengan selang untuk melihat pengelupasan jaringan, area tekanan, nyeri lokal,
inflamasi, dan perdarahan.

Daftar Pustaka

Patricia A. Potter, Anne G. Perry. 2010. Fundamental of Nursing, 7th Edition.


Jakarta :Salemba Medika

7
Potter, P.A & Perry A.G. 2012. Fundamental Of Nursing. Jakarta : EG

Anda mungkin juga menyukai