Makalah Metokep
Makalah Metokep
Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Inayah Aprillia Purlaksmi (P07120118006)
2. Aulia Pratiwi Maulidya (P07120118018)
3. Putri Tsaniatussa’ada (P07120118038)
4. Naufal Wafi Dhiyaulhaq (P07120118028)
B. Dasar Pengetahuan
Perawatan hygiene membutuhkan pemahaman anatomi dan fisiologi
integumen, rongga mulut, mata, telinga, dan hidung. Kulit dan sel mukosa
melakukan pertukaran oksigen, gizi, hidrasi, dan sirkulasi yang cukup untuk
melawan cedera dan penyakit. Teknik hygiene yang baik mempromosikan
struktur dan fungsi normal jaringan tubuh.
Selain itu dibutuhkan pengetahuan patofisiologi untuk memebrikan
perawatan preventif. Kenali penyakit yangmengubah integumen, rongga mulut,
dan organ sensorik. Contohnya pada pasien strokeyang menyebabkan klien tidak
bisa melakukan aktifitasnya sehari-haru, salah satunya klien tidak bisa memenuhi
kebutuhan personal hygine. Kelumpuhan saraf trigeminus (saraf kranial)
menghilangkan refleks berkedip sehingga kornea beresiko keing. Pada kondisi
ini, sesuaikan praktik hygiene untuk mengantisipasi kebutuhan klien dan
1
memeinimalkan efek cedera. Integrasikan pengetahuan anatomi, fisiologi, dan
patofisiologi selama perawatan hygiene, gunakan waktu ini untuk mengenali
abnormalitas dan memulai tindakan pencegahan cedera lebih lanjut.
1. Kulit
Kulit memiliki fungsi perlindungan, ekskresi, regulasi suhu, dan
sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama, yaitu epidermis, dermis dan
subkutan. Epidermis (lapisan luar) tersusun atas beberapa lapisan sel tipis
dengan berbagai tingkat maturasi. Lapisan ini melindungi kulit dari
kehilangan air dan cedera dan mencegah masuknya mikroorganisme. Lapisan
terdalam epidermis menghasilkan sel baru unruk menggantikan sel mati yang
dilepaskan oleh lapisan luar.
Dermis merupakan lapisan yang lebih tebal serta mengandung serat
kolagen dan elastis untuk menyokong epidermis. Saraf,pembuluh darah,
kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut berjalan melalui lapisan
dermis, kelenjar sebasea menyekresikan sebum, suatu cairan berminyak ke
dalam folikel rambut. Lapisan Subkutan mengandung pembuluh darah,
saraf, limfe dan jaringan ikat longgar yang terisi sel lemak. Jaringan lemak
merupakan penyimpan panas bagi tubuh. Jaringan subkutan juga menyokong
lapisan diatasnya untuk menahan stres dan tekanan. Jaringan subkutan sangat
sedikit terdapat pada mukosa mulut.
2
3. Rongga Mulut
Rongga mulut dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan
kulit. Rongga mulut atau bukal terdiri atas bibir, pipi di bagian samping
rongga mulut, lidha dan ototnya, serta palatum keras dan lunak. Mukosa oral
normalnya tampak merah muda dan lembap. Dasar mulut dan permukaan
bawah lidah kaya akan pembuluh darah.
Gigi merupakan organ pengunyah, atau mastikasi. Gigi dirancang
untuk memotong, merobek dan mencerna makanan agar dapat bercampur
dengan saliva dan ditelan. Gigi normal terdiri atas mahkota, leher dan akar.
Higiene mulut teratur dibutuhkan untuk mempertahankan integritas
permukaan gigi dan mencegah gingivitis, atau inflamasi gusi.
4. Rambut
Pertumbuhan, distribusi, dan pola rambut menunjukan status
kesehatan umum seseorang. Rambut dipengaruhi pertumbuhan hormon, stres
emosional dan fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu. Batang rambut
bukan merupakan jaringan hidup dan tidak dipengaruhi faktor fisiologis,
namun defisiensi hormon dan gizi pada folikel rambut menyebabkan
perubahan warna atau kondisinya.
C. Pengkajian Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2012) bahwa selama pelaksanaan higiene diri perlu
diperhatikan:
1. Kaji status integumen, struktur rongga mulut, mata, telinga, dan hidung.
2. Dengan inspeksi dan palpasi cari perubahan integritas dan fungsi jaringan serta
3
jenis dan sejauh mana higiene dibutuhkan.
3. Perhatian khusus diberikan pada karakteristik yang paling dipengaruhi higiene
a. Apakah kulit utuh, terutama pada penonjolan tulang ?
b. Apakah ada kalus kaki yang dapat dikurangi dengan rendaman air?
c. Apakah ada lapisan di lidah yang perlu disikat?
Data ini akan menjadi dasar untuk menentukan apakah tindakan higiene telah
mempertahankan atau meningkatkan kondisi klien
1) Kulit
a. Inspeksi warna, tekstur, ketebalan, turgor, suhu, dan hidrasi kulit
b. Lihat apakah ada lesi
c. Kaji adanya kekeringan yang ditunjukkkan oleh sisik, kemerahan, dan
keretakan kulit. Hal ini lebih sering dijumpai pada musim dingin dimana
kelembapan rendah
d. Berikan perhatian pada area yang sulit dicapai seperti payudara wanita, are
bawah skrotum, atau sekitar jaringan perineum wanita. Jika ada masalah kulit
berikan penjelasan tentang perawatan kulit yang tepat dan instruksikan teknik
higiene spesifik.
e. Hati- hati saat mengkaji klien dengan penurunan sensasi, insufisensi
vaskular, dan imobilitas
f. Pastikan untuk mengkaji kedua ekstremitas dan membantu penggantian posisi
klien sehingga perawat dapat melihat seluruh permukaan kulit
g. Identifikasi perubahan warna kulit dan penentuan normal tidaknya.
h. Perawat harus mengetahui tektik pengkajian dan kerakteristik unik pada kulit
dengan pigmentasi tinggi terutama saat melakukan pengkajian hiperimea
reaktif abnormal atau sianosis.
4
d. Amati cara berjalan klien. Kelainan kaki yang nyeri atau penurunan sensasi
mengakibatkan pincang atau cara berjalan menjadi aneh.
e. Tanyakan apakah klien mengalami ketidaknyamanan pada kaki, dan tentukan
faktor-faktor yang memperparah rasa sakit.
f. Pada klien yang menderita penyakit vaskuler perifer seperti diabetes mellitus
dan penyakit-penyakit lain yang mempengaruhi sirkulasi dan sensasi perifer,
periksa apakah sirkulasi pada kaki mencukupi.
g. Inspeksi harian dan perawatan kaki preventif sangat penting untuk mencegah
ulkus di kaki.
h. Palpasi pulsasi dorsalis pedis dan tibia posterior menunjukkan apakah aliran
darah di jaringan perifer mencukupi.
i. Edema dan perubahan warna, tekstur, dan suhu kulit menjadi penanda apakah
dibutuhkan perawatn higiene khusus.
j. Pada penderita diabetes mellitus, lakukan juga pemeriksaan apakah ada
neuropati, yaitu degenerasi saraf perifer yang ditandai dengan hilangnya
sensasi.
k. Periksa sensasi klien terhadap sentuhan ringan, tusukan jarum, dan suhu.
l. Periksa kondisi kuku tangan dan kaki, apakah terdapat lesi, kekeringan,
inflamasi, atau pecah-pecah.
m. Pada wanita, tanyakan apakah sering mengecat kuku dan menggunakan
penghapus cat kuku, karena zat kimia di dalam kedua benda tersebut dapat
menyebabkan kekeringan berlebihan pada kuku.
n. Keberadaan penyakit mengubah bentuk dan lengkungan kuku. Lesi, radang,
dan jamur pada bantalan kuku menyebabkan kulit menebal dan betanduk,
yang memisahkan dari bantalan kuku.
3) Rongga Mulut
a. Lakukan inspeksi warna, hidrasi, tekstur, dan lesi.
b. Klien yang tidak taat higiene oral, terkadang memiliki jaringan gusin yang
buruk karena gusi meradang, lidah berlapis, perubahan warna gigi (terutama
pada batas gusi), karies gigi, gigi tanggal, dan halitosis (Napas berbau).
c. Nyeri dan infeksi lokal merupakan gejala umum penyakit gusi dan kelainan
gigi.
d. Klien pada tatanan perawatan akut membutuhkan pemeriksaan mulut lengkap.
5
e. Identifikasi risiko infeksi akan mengidentifikasi jenis dan frekuensi perawatan
mulut.
f. Perawatan mulut yang tepat akan mengurangi pneumonia pada klien karena
mengurangi jumlah bakteri dalam sekresi oral yang di aspirasi dan
menyebabkan infeksi bakteri.
g. Lakukan pemeriksaan rongga mulut pada klien yang menjalani radiasi atau
kemoterapi. Kedua terapi ini menyebabkan penurunan kadar saliva sehingga
terjadi kekeringan dan inflamasi jaringan mukosa mulut.
4) Rambut
a. Periksa kondisi rambut dan kulit kepala. Normalnya, rambut tampak bersih,
berkilau, tidak kusut, dan kulit kepala yang bebas lesi.
b. Rambut pada klien berkulit gelap biasanya lebih tebal, kering, dan keriting.
c. Pada lingkungan rumah dan masyarakat, sebaiknya periksa adanya kutu untuk
memberikan terapi higiene yang tepat.
d. Jika dicurigai pediculosis capitis, cegah infeksi diri dengan mencuci tangan dan
penggunaan sarung tangan atau spatula lidah untuk menginspeksi rambut klien.
e. Kehilangan rambut (Alopesia) diakibatkan efek kemoterapi, perubahan hormon
atau praktik perawatan rambut yang tidak tepat.
f. Klien yang berisiko mengalami masalah kulit kepala adalah penderita trauma
kepala dan mereka yang mempraktikkan higiene buruk.
6
luar, dan membran timpani.
e. Saat melakukan tindakan higiene, cari adanya penumpukan serumen atau
drainase saluran telinga, inflamasi lokal, serta nyeri tekan atau keluhan nyeri
oleh klien.
f. Lakukan inspeksi inflamasi, cairan, lesi, edema, dan deformitas pada hidung.
Mukosa nasal biasanya berwarna merah muda, bersih, dan tidak memiliki
cairan. Cairan encer yang bening merupakan akibat dari alergi. Jika klien
memiliki selang yang terpasang, perhatikan permukaan hidung yang berkontak
dengan selang untuk melihat pengelupasan jaringan, area tekanan, nyeri lokal,
inflamasi, dan perdarahan.
Daftar Pustaka
7
Potter, P.A & Perry A.G. 2012. Fundamental Of Nursing. Jakarta : EG