Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH RESENSI SKRIPSI

SISTEM FULL DAY SCHOOL DALAM MENGONTROL


PERILAKU MENYIMPANG SISWA (Berdasarkan Skripsi
Berjudul Peran Sekolah yang Menerapkan Sistem Full Day School
dalam Mengontrol Perilaku Menyimpang)

Disusun oleh:
Alyda Qorina Zahra
11201110000065

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur tiada hentinya saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Sistem Full Day School dalam Mengontrol Perilaku Menyimpang Siswa” tepat pada
waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa nasional yang mana dalam penggunaannya terdapat ragam penulisan,
tata cara penulisan, dan ragam tulisan.

Terima kasih kepada Bapak Haryanto, M. Si selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian makalah ini.

Saya dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, saya akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 08 Oktober 2020

Alyda Qorina Zahra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1

A. Pernyataan Masalah ......................................................................................................................... 1

B. Tinjauan Pustaka .............................................................................................................................. 2

C. Metode Penelitian ............................................................................................................................ 3

BAB II .......................................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5

A. Bentuk Penyimpangan Sosial Siswa di SMP PKP Jakarta .............................................................. 5

B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Siswa Melakukan Penyimpangan ............................................. 5

C. Proses Sosialisasi Pendidikan Karakter sebagai Strategi Kontrol Sosial ......................................... 5

D. Peran Sekolah sebagai Sarana Sosialisasi dan Penguatan Pendidikan Karakter Siswa ................... 7

E. Kontrol Sosial Perilaku Menyimpang Siswa di SMP PKP melalui Sistem Full Day School .......... 7

BAB III......................................................................................................................................................... 8

PENUTUP.................................................................................................................................................... 8

A. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 9
B. Saran .............................................................................................................................................. 10

Daftar Pustaka .......................................................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah
Lingkungan merupakan tempat seorang anak tumbuh dan berkembang, untuk itu
lingkungan sangat penting bagi perkembangan karakter anak. Bagi kebanyakan anak, keluarga
menjadi pendidikan utama dalam membentuk kepribadian dan karakter individu karena keluarga
merupakan agen pertama dalam mengendalikan seorang anak. Keluarga dipandang anggota dini
yang terbentuk dari anggota-anggota terdekat. Pembentukan karakter anak dari keluarga berbeda-
beda disebabkan cara keluarga yang mendidik juga berbeda. Misalnya, ada keluarga yang
mendidik sesuai dengan kebutuhan ekonomi. Setiap keluarga memiliki cara perjuangan, nilai-nilai
yang berbeda dalam membentuk karakter anak.

Jika agen utama seorang anak adalah keluarga, maka pendidikan di luar lingkungan
menjadi agen sosial seorang anak. Pendidikan ada yang bersifat formal dan informal. Secara
formal, pendidikan kita dapatkan di lembaga pendidikan seperti sekolah. Sedangkan informal, kita
dapatkan di luar lingkungan keluarga dan sekolah dimana kita akan mendapatkan anak belajar
secara mandiri seperti pergaulan, lingkungan rumah. Pendidikan mengarahkan anak untuk
mencapai tujuan sosial dengan arti seorang anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dan
akan menumbuhkan nilai moral dalam diri seorang anak.

Sekolah merupakan tempat dimana seorang anak pertama kali dapat bersosialisasi dengan
teman sebaya. Selain anak mendapatkan pendidikan secara akademis, anak juga akan mendapatkan
pendidikan nilai moral yang akan diberikan sesama individu. Namun, di zaman era seperti ini perlu
pengawasan yang lebih ketat karena telah banyak terjadi kasus penyimpangan di berbagai
tingkatan sekolah. Seperti halnya kasus merokok, berkelahi, membolos, pelecehan seksual, dan
tindakan lain yang melanggar hukum. Pelanggaran ini sudah marak di media massa dengan korban
di berbagai daerah.

Jakarta merupakan ibu kota yang memiliki ciri khas tersendiri dalam menarik wisatawan
asing. Pertumbuhan Jakarta begitu pesat karena sumber daya alam yang berlimpah dan juga
teknologi yang dapat digunakan dalam menyejahterakan masyarakat. Disisi lain, Jakarta dihadapi
dengan permasalahan yang cukup kompleks, seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan, dan

1
masalah sosial budaya. Hal itu akan terwujud apabila ada kerja sama antara pemerintah dan
masyarakat, konsep dalam kehidupan dimana pemerintah membuat peraturan dan masyarakat yang
menaati. Dengan demikian, terciptalah Jakarta yang lebih baik.

Penyimpangan diaspek pendidikan juga sudah marak di Jakarta, kita dapat mengetahui
penyalahgunaan narkoba yang sudah terjadi di kalangan pelajar. Perbaikan-perbaikan sistem
pendidikan sudah dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta. Di zaman era seperti ini, pendidikan
merupakan sebuah tantangan dalam menciptakan siswa yang kreatif dan inovatif. Sekolah
memiliki berbagai rancangan program dalam mengatasi masalah yang terjadi. Salah satunya
diberlakukannya sistem full day school.

Dalam hal ini sistem full day school merupakan jalan alternatif dalam mengatasi
penyimpangan di sekolah. Sistem full day school itu sendiri adalah pembelajaran yang dilakukan
dari jam 06.30 s.d. 15.00 dengan dua kali istirahat. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi perilaku
menyimpang atau kenakalan remaja, serta mencegah kasus-kasus kriminilitas pada siswa. Dengan
demikian, anak akan mendapat pengawasan dari guru selama di sekolah dan akan mendapatkan
pengawasan dari keluarga ketika di rumah.

Dalam wilayah Jakarta sendiri, salah satu SMA yang terletak di Jakarta Timur yaitu SMA
PKP Jakarta sudah menerapkan sistem full day school ini. Diharapkan setiap tindakan dan perilaku
yang ada dalam kegiatan dapat membentuk sikap dan karakter anak menjadi lebih baik. Hal itu
akan membentuk siswa menjadi pribadi yang sesuai dengan tata krama dan akan terhindar dari
segala bentuk penyimpangan yang terjadi di Jakarta.

1.2 Tinjauan Pustaka


Berdasarkan tema apa yang akan akan dibahas dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
penelitian ini mengenai full day school, kontrol sosial, dan penyimpangan yang menunjukkan
dalam penelitian yaitu pertama, berfokus pada bagaimana peran tokoh masyarakat atau agen sosial
sebagai alat kontrol, aktor yang menyebabkan remaja melakukan penyimpangan, dan beberapa
tindakan preventif kepada remaja yang melakukan tindakan menyimpang. Kedua, menekankan
pada alasan yang membuat pengunjung perpustakaan melakukan penyimpangan dan tidak
mendeskripsikan pengendalian sosial yang dilakukan oleh pihak perpustakaan. Ketiga,
mendeskripsikan bagaimana sistem full day school diterapkan disalah satu SMP di Jakarta, sistem
full day school sebagai salah satu alternatif, dan usaha sekolah dalam membentuk akhlak siswa.

2
Keempat, menjelaskan mengenai perubahan sistem pendidikan ditengah arus global,
mengembangkan kinerja guru, dan menggali potensi peserta didik. Kelima, melihat bagaimana
peran berbagai lembaga sosial seperti pendidikan, agama, dan keluarga dalam pembinaan moral
remaja serta mengendalikan perilaku menyimpang pada remaja. Keenam, menjelaskan bagaimana
peran sekolah Islam dalam mencegah tindakan menyimpang yang dilakukan siswa dan masalah
dalam menginternalisasi baik norma maupun nilai keagamaan.
1.3 Metode Penelitian
Pendekatan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, hal ini
bertujuan agar memperoleh data secara rinci dan melihat kenyataan di lapangan tentang
penyimpangan yang terjadi di SMA PKP Jakarta. Selain itu, subjek yang dipilih adalah para remaja
atau siswa, guru di SMA PKP dengan kriteria tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti adalah observasi yang berarti peneliti mengamati kondisi yang terjadi di SMA PKP,
peneliti mendapat informasi dengan mengumpulkan data dari wawancara. Selanjutnya, untuk
menambah informasi peneliti menggunakan studi pustaka yang bersumber dari jurnal, buku
pedoman sekolah, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. Pada proses penelitian, peneliti
mulai melakukan observasi secara langsung di lingkungan sekolah selama beberapa hari dengan
mengamati kegiatan sekolah. Tetapi, terkadang peneliti mengalami hambatan saat mengajukan
surat pengantar disebabkan sulitnya mendapat izin dari pihak sekolah.
Peneliti memilih tempat penelitian disalah satu SMA swasta di Jakarta yang menerapkan
sistem full day school. Pemilihan lokasi juga didasarkan pada hasil observasi karena peneliti
melihat ada beberapa siswa yang melakukan penyimpangan. Penelitian efektif dilaksanakan sejak
bulan Maret s.d. September 2017.
Beberapa metode penelitian yang sudah diuraikan tadi, maka selanjutnya jenis data yang
digunakan peneliti yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil dari
wawancara dan observasi langsung. Sedangkan, data sekunder ialah data dari berbagai jurnal,
skripsi, tesis sebagai bahan rujukan.

Setelah data terkumpul secara lengkap, baik data primer maupun data sekunder, hal
pertama yang dilakukan adalah mereduksi data berupa proses pemilihan, penyederhanaan,
pemusatan perhatian selama penilitian berlangsung. Kemudian, penyajian data untuk
mengumpulkan informasi yang kemudian disusun sehingga memungkinkan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan, berbentuk teks naratif atau berupa bagan. Terakhir,

3
penarikan kesimpulan mulai dari pengumpulan data, penyajian, penjelasan-penjelasan yang
awalnya belum jelas namun meningkat menjadi lebih rinci.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Penyimpangan Sosial Siswa di SMA PKP Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, perilaku yang dilakukan pada siswa
SMA PKP Jakarta merujuk pada pelanggaran tata tertib sekolah. Hasil temuan atau fakta yang ada
di lapangan maka peneliti mengambil beberapa bentuk penyimpangan yang dilakukan siswa
diantaranya membolos, terlambat, pakaian yang tidak sesuai, merokok, berpacaran, bullying
verbal, dan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender).

2.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Siswa Melakukan Penyimpangan

Selain itu, peneliti juga menemukan hasil observasi dan wawancara di SMA PKP terdapat
perilaku yang beraneka ragam. Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perilaku yang
seperti ini terjadi pada siswa, yaitu penyimpangan yang disebabkan karena faktor keluarga. Seperti
yang diketahui sebelumnya bahwa faktor keluarga merupakan agen utama pembentukan
kepribadian anak. Anak yang berasal dari keluarga yang harmonis akan melakukan perilaku yang
baik. Sebaliknya, seorang anak yang berasal dari keluarga kurang harmonis dengan artian anak itu
sering mendapat kekerasan maka ia akan melakukan penyimpangan. Hal tersebut tergantung
bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya. Sementara itu, faktor lain yang menyebabkan siswa
melakukan tindakan menyimpang karena rasa ego yang tinggi, hal tersebut disebabkan usia remaja
pada masa pertumbuhan jadi kurangnya kontrol diri dan cenderung emosional. Mereka tidak sadar
risiko apa yang akan ditanggung setelah melakukan penyimpangan. Perilaku menyimpang juga
disebabkan pendidikan moral dan pemahaman agama yang kurang. Di zaman tekonologi modern
ini, anak sudah dapat mengakses berbagai konten yang tersedia, bahkan seorang anak sering diajak
temannya untuk melakukan hal yang menyimpang.

2.3 Proses Sosialisasi Pendidikan Karakter sebagai Strategi Kontrol Sosial

Sekolah menjadi salah satu agen sosial dalam pembentukan seorang anak. Sekolah sebagai
media pendidikan diharapkan dapat membentuk kepribadian atau karakter siswa. Sekolah sangat
penting bagi penanaman perilaku anak, anak dapat bersosialisasi dengan individu lain yang
disitulah kepribadian anak akan terbentuk. Melalui sosialisasi seorang individu belajar untuk

5
memahami bagaimana dia bersikap dan bagaimana dia mengambil tindakan atas perilaku yang
telah ia perbuat. Selain itu, sosialisasi ini dapat menciptakan peran anak dalam menilai keputusan
yang baik maupun buruk.

Keluarga merupakan sarana sosialisasi yang pertama didapat oleh anak. Keluarga disebut
sebagai agen utama anak karena ketika anak lahir keluarga yang mulai mengenal lingkungan.
Pembentukan kepribadian dan karakter siswa tecermin dari bagaimana keluarga membimbingnya,
seorang anak sangat berpengaruh terhadap nasihat, sikap, perilaku, dan teguran yang diberikan
keluarga kepada seorang anak. Untuk itu mengapa keluarga diharapkan dapat membimbing
seorang anak dengan nilai dan norma yang baik.

Dalam hal sosialisasi di sekolah, sikap dan mental anak terbentuk. Kegiatan yang dilakukan
seperti organisasi, ekstrakurikuler, manajemen sekolah, dan pembelajaran sekolah dapat mengacu
perkembangan anak. Dengan fasilitas yang sudah tersedia di sekolah, diharapkan peserta didik
dapat menyadari dan menerapkan dalam berperilaku. Selain itu, anak mampu bersosialisasi dengan
teman sebaya di kelas yang dimana akan muncul sikap kepedulian antarsesama. Anak akan
menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi yang ada di sekolah.

Dalam proses sosialisasi ini yang dilakukan oleh pihak SMA PKP Jakarta sudah
menciptakan kegiatan yang dapat membentuk kegiatan anak, seperti diselenggarakannya MPLS
(Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah), LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa), IMTAQ
(Iman dan Taqwa), dan lain lain. Hal-hal seperti ini yang penting karena siswa akan mengetahui
bagaimana ia mandiri dan mempunyai karakter.

Disisi lain, proses sosialiasi di SMA PKP masih banyak kendala yang dihadapi. Pertama,
dari segi materi tentang pendidikan masih kurang maksimal dengan artian pembelajaran di sekolah
hanya sebatas teori, padahal untuk melatih cara berfikir seorang anak dibutuhkan praktik dalam
pembelajaran. Kedua, peneliti sudah mengetahui sosialisasi yang dilakukan pada SMA PKP
Jakarta ini dalam membentuk kepribadian anak dengan melakukan kegiatan-kegiatan. Namun,
masih banyak didapati penyimpangan atau kenakalan yang dilakukan siswa, misalnya membolos,
tidak mengikuti jam pembelajaran, terlambat, tidak menggunakan pakaian sesuai aturan, dan lain-
lain.

6
2.4 Peran Sekolah sebagai Sarana Sosialisasi dan Penguatan Pendidikan Karakter Siswa

Selama ini walaupun kita ketahui bahwa keluarga merupakan agen sosialisasi terpenting,
tetapi tidak berarti bahwa lingkungan keluarga memberikan kontribusi sepenuhnya terhadap anak.
Nyatanya dalam kehidupan sehari-hari masih banyak ditemukan orang tua yang memiliki
kesibukan dan aktivitas relatif tinggi, orang tua yang tidak peduli dengan anaknya dan hal itu akan
berpengaruh kepada perkembangan dan perilaku seorang anak. Anak seakan-akan dirinya tidak
pernah diperhatikan sehingga seorang anak dengan keluarga yang tidak menerapkan hal baik akan
membuat anak tersebut berperilaku sesuai dengan apa yang orang tuanya terapkan kepada dirinya.

Peran sekolah meliputi keterlibatan tenaga pendidik secara tidak langsung dalam
membentuk karakter anak. Pada prosesnya karakter sendiri tidak langsung terbentuk dengan
sendirinya, butuh upaya atau strategi yang disusun sedemikian rupa. Salah satu strategi sekolah
untuk membentuk karakter siswa yang disiplin dan bertanggung jawab ialah memberikan
hukuman. Misalnya, ketika seorang anak melanggar tata tertib sekolah, selaku guru biasanya
diberikan sanksi berupa menghafal Al-Qur’an.

2.5 Kontrol Sosial Perilaku Menyimpang Siswa di SMA PKP melalui Sistem Full Day School

Sosialiasi telah dilakukan oleh pihak sekolah dengan berbagai cara, tetapi tidak sepenuhnya
hal ini berhasil dalam menghindari perilaku menyimpang siswa. Oleh karena itu, salah satu upaya
yang dapat mengatasi hal tersebut adalah kontrol sosial. Adanya kontrol sosial ini, siswa tidak
mengulangi penyimpangan atau akan taat pada peraturan yang ada di sekolah. Kontrol sosial sudah
diterapkan di SMA PKP karena memiliki berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh warga
sekolah.

Sistem full day school sendiri merupakan bagian dari kurikulum 2013. Materi yang
diajarkan sebenarnya sama dengan penerapan kurikulum sebelumnya hanya saja yang
membedakan dari segi kegiatan dan materi tambahan misalnya pendalaman dari segi agama. Full
day school diterapkan dari hari Senin s.d. Jumat sehingga saat hari Sabtu dan Minggu anak dapat
menghabiskan waktu bersama keluarga.

Penerapan sistem full day school di SMA PKP sendiri sejalan dengan program sekolah.
Dimana yang diutamakan adalah ilmu agama dan ibadah selain itu dari segi sarana dan prasarana

7
di SMA PKP sendiri sudah mendukung. Oleh karena itu, perlunya kesadaran oleh anak untuk
mengikuti peraturan dan pembelajaran di sekolah.

Berbagai cara telah dilakukan oleh pihak SMA PKP untuk mencegah terjadinya
penyimpangan. Pengendalian sosial dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pertama, preventif atau
pencegahan. Preventif ini dilakukan dengan cara sekolah melakukan penyuluhan yang dilakukan
instansi misalnya kepolisian, puskesmas, dan lain-lain. Kedua, represif atau teguran dan sanksi.
Tindakan teguran dan pemberian hukuman merupakan alat kontrol siswa dalam melakukan
penyimpangan, hukuman yang diberikan juga tidak berat dengan kata lain mendidik dan tanpa
melakukan fisik. Ketiga, kuratif atau penyembuhan. Pengendalian kuratif dilakukan setelah
melakukan penyimpangan, seorang guru akan memberikan nasihat agar siswa tidak menyadari
kesalahannya dan tidak mengulanginya.

Kontrol sosial di sekolah sangat penting dalam mengikat seorang anak. Suasana sekolah
juga turut mendukung dalam melakukan kontrol sosial sehingga dapat berjalan dengan baik dan
mengurangi siswa dalam melakukan tindakan menyimpang.

Dari pernyataan diatas menjelaskan dengan adanya full day school memberikan peranan
yang cukup baik. SMA PKP sebisa mungkin telah menyiapkan agenda dengan kegiatan yang
positif. Keterlibatan siswa dalam aktivitas sekolah cukup baik karena seperti kegiatan beribadah
selalu diterapkan. Guru juga terlibat dalam pengontrolan siswa, ketika adanya kegiatan siswa akan
dimintai tanda tangan oleh wali kelas sehingga siswa akan selalu hadir. Sekolah SMA PKP
menyediakan berbagai sarana dan prasarana untuk mengontrol siswa agar tidak melakukan
penyimpangan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga merupakan agen sosialisasi terpenting dalam pembentukan kepribadian serta


karakter anak, ketika anak sudah mulai mengenal identitas diri dan keluarganya maka kewajiban
keluarga adalah memberikan contoh yang baik sehingga anak dapat menerapkannya di kehidupan
bermasyarakat. Namun, di zaman era seperti ini keluarga menjadi permasalahan utama. Tidak
jarang orang tua yang sibuk dengan aktivitas pekerjaannya sehingga menyebabkan kurangnya rasa
kepedulian kepada anak. Hal itu dapat menjadikan anak memiliki kebebasan dalam bertindak tanpa
tahu akibat dari tindakannya.

Pengendalian penting yang dilakukan di sekolah sebagai agen sosial perlu pengawasan
yang ketat, pelaksanaan sistem full day school di SMA PKP Jakarta sendiri tidak hanya
mengedepankan pendidikan karakter tetapi nilai-nilai karakter seperti moral, disiplin, mandiri, dan
lain-lain. Dengan adanya sistem full day school, diharapkan anak dapat mengurangi tindakan yang
tidak sesuai dengan norma. Selanjutnya akan diuraikan beberapa kesimpulan yang menjadi inti
dari penelitian:

1. Bentuk penyimpangan sosial siswa di SMA PKP Jakarta

Perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma
yang berlaku. Perilaku yang menyimpang pada remaja disebut kenakalan remaja. Adapun bentuk
penyimpangan yang dilakukan oleh siswa SMA PKP Jakarta yaitu merokok, membolos, mencuri,
menunda waktu salat, berpacaran, melawan guru, dan lain-lain.

Faktor yang mempengaruhi dapat berupa eksternal dan internal. Eksternal sendiri berasal
dari lingkungan keluarga, masyarakat. Misalnya, orang tua yang memiliki kesibukan aktivitas
sehingga kurangnya perhatian terhadap anak. Anak akan merasa bahwa sikap acuh adalah hal biasa
dan hal itu akan diterapkan di kehidupan bermasyarakat. Adapun faktor internal yaitu ego, sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan kontrol diri.

2. Pengendalian sosial perilaku menyimpang siswa SMA PKP melalui sistem full day school

9
Pengendalian sosial yang dilakukan sekolah diantaranya menerapkan sistem full day
school, pemberian sanksi, dan upaya penyembuhan melalui bimbingan konseling. Sistem full day
school dapat mengontrol tindakan siswa karena selain siswa selama 8 jam aktivitas di sekolah,
agenda, dan kegiatan yang dilakukan di sekolah juga mendukung.

B. Saran
1. Pada penelitian selanjutnya khususnya kajian Sosiologi disarankan untuk mengkaji
lebih dalam mengenai perilaku menyimpang, misalnya dapat menggunakan teori
Sutherland yang melihat bagaimana proses kejahatan dan proses munculnya motivasi
dimulai dari interaksi teman-temannya.
2. Lembaga pendidikan dalam hal ini sangat berperan penting dalam pembentukan
karakter. Untuk itu diperlukan sistem pembelajaran yang lebih efektif atau program
yang lebih konsisten dalam menyosialisasikan nilai, moral, dan akhlak siswa.
3. Keluarga diharapkan dapat memberikan pendidikan moral, mengajarkan hal yang baik
sehingga anak bisa menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu dapat
menjadi pertimbangan bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah regular
maupun sekolah dengan sistem full day school.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adi, Ritanto.2012. "Sosiologi Hukum: Kajian Hukum Secara Sosiologis". Jakarta: Pustaka obor

Cladis, Mark. 1999. "Durkheim And Foucault Perpectives On Education And Punshment".
Oxford: Durkheim Press Ltd

Hirchi, Travish. 2001. "Causes Of Deliquency (Travis Hirchi)". New Brunswick (U.S.A):
Transaction Publishers

Ihromi. T.O. 1999. "Bunga Rampai Sosiologi Keluarga". Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Setiadi M Elly dan Kolip Usman. 2011. "Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial, Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya". Jakarta: Kencana (Cetakan ke 2)

Sobur, Alex. 2016. “Kamus Besar Sosiologi”. Bandung: Pusataka Setia

Soekanto, Soerjono. 2014. "Pokok-pokok Sosiologi Hukum". Jakarta: Rajawali Pers

Wibowo, Tri. 2015. “Teori Kriminologi: Konteks dan Konsekuensi (Edisi ke 5)”. Jakarta: Kencana
(Buku Terjemahan)

Wiranata. I Gede A. B. "Hukum Adat Indonesia; Perkembangan Dari Masa ke Masa". Bandung:
Citra Aditya Bhakti

Jurnal:

Adilla, Nissa. 2009. "Pengaruh Kontrol Sosial Terhadap Perilaku Bulliying Pelajar Di Sekolah
Menengah Pertama". Dalam Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 5 No. 1
http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/viewFile/1256/1161diakses Pada Tanggal 17/10/2017
Pukul 13.48 WIB

Elviadi, Novi. 2013. "Perilaku Menyimpang Mahasiswa UNP Dalam Memanfaatkan


Perpustakaan" Dalam Jurnal Sosiologi FIS Universitas Negeri Padang Vol. 1 No. 1
ejournal.unp.ac.id/students/index.php/sosan/article/view/589 diakses Pada Tanggal 01/11/2017
Pada Pukul 18.21 WIB
11
Hasan, Nur. 2006, “Full Day School ( Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing). Dalam Jurnal
Tadris Vol. 1 No. 1, http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/tadris/article/view/194
diakses Pada Tanggal 10/09/2017 Pukul 21.18 WIB

Hidayat, Martini, Niken Paramarti, dan Wiwik Novianti. 2013. "Fungsi Kontrol Sosial Sekolah
Islam dalam Pencegahan Pergaulan Bebas Remaja" Dalam Jurnal Mimbar Vol. 29 No. 2
http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/393 diakses Pada Tanggal 02/11/2017
Pukul 21.30 WIB Indahdari, Yulia. 2017. "Kebijakan Lima Hari Sekolah". Dalam Majalah Info
Singkat Kesejahteraan Sosial Vo/. IX No. 13 Jonaidi, 2013,“Analisis Sosiologis Terhadap Perilaku
Menyimpang Siswa Pada SMA Pembangunan Kabupaten Malinau”, Dalam e-Journal-Sosiatri
Sosiologi Vol. 1 No. 3,
http://ejournal.sos.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/09/ejournal %20(09-09-13-07-
49-38).pdf diakses pada tanggal 06/11/2016 pukul 12.34 WIB

Kelembagaan Ristek Dikti www.kelembagaan.ristekdikti.go.id diakses pada tanggal 20/01/2018


Pada Pukul 07.15 WIB

Kementrian Pemuda dan Olahraga Tahun 2009 hal 73 http://kemenpora.go.id

Lahmi, Ahmad. 2016 ."Peranan Sekolah Dalam Pendidikan Islam". Dalam Jurnal ISTAWA: Jurnal
Pendidikan Islam Vol. 1 No. 2
http://journal.umpo.ac.id/index.php/istawa/article/download/172/156 Diakses Pada Tanggal
15/10/2017 Pukul 19.35 WIB

Mantiri,Vivi Vike, “Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja di Kelurahan Pondang,


Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan”, Dalam Jurnal Volume III No.1 Tahun
2014

12

Anda mungkin juga menyukai