Anda di halaman 1dari 205

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/337903411

METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN (Pendekatan Konsep & Aplikasi)

Book · December 2019

CITATIONS READS

0 854

1 author:

Suliswiyadi Dr
Universitas Muhammadiyah Magelang
13 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Theopreneurship Education in Pesantren View project

All content following this page was uploaded by Suliswiyadi Dr on 12 December 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


METODOLOGI
PENELITIAN PENDIDIKAN
(Pendekatan Konsep & Aplikasi)

Dr. Suliswiyadi, M.Ag

Penerbit Sigma
Y O G Y A K A R T A

ISBN:

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) i


METODOLOGI
PENELITIAN PENDIDIKAN
(Pendekatan Konsep & Aplikasi)

Editor
Dr. H. Adi Fadli, M.Ag

Desain Sampul
Sigma
General Printing

Layout
Ida F.
Muhammad Aryanto

Diterbitkan Oleh:
CV. SIGMA
Jl. Solo Km 11 Gg. Bulog 1 No 133
Kalasan Sleman Yogyakarta 55571
Tlp/Fax: (0274) 496953
email: sigma.jogja@gmail.com

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Hak Cipta ada pada penulis, dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa
izin dari penulis.
Sanksi Pelanggaran Pasal 44 : Undang-undang Nomer 7 Tahun 1987
Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomer 6 Tahun 1982
Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan
atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/
atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

ii METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asma Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahiem.
Buku ini ditulis dengan maksud untuk membantu para pembaca dalam
meningkatkan kemampuan melakukan penelitian ilmiah, terutama yang terkait
dengan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu prilaku. Buku ini disusun dalam bentuk
referensi. Buku ini berisi pembahasan tentang Konsep Pemahaman dan Penerapan
Penelitian. Materi utama buku ini terkait dengan Penyusunan proposal dan
laporan penelitian serta penulisan karya ilmiah hasil penelitian. Setiap materi
utama di dalamnya terdiri dari sejumlah bahasan dan sejumlah kegiatan.
Karena buku ini disusun dalam bentuk buku referensi, uraiannya lebih
bersifat teoritis dan praktis, dan diharapkan bisa digunakan sebagai bahan ajar
mandiri. Dalam mempelajarinya pembaca disarankan untuk memahami terlebih
dahulu uraian bahan bacaan. Selanjutnya, untuk melatih penerapan konsep-
konsep yang dijelaskan pembaca dapat mengerjakan latihan secara mandiri.
Karena uraian yang menjadi isi buku ini lebih bersifat praktis maka untuk
memperdalam dan memperkaya wawasan dan pemahaman pembaca disarankan
untuk membaca sumber-sumber bahan dari pustaka-pustaka terkait, sekurang-
kurangnya dari bahan pustaka yang menjadi acuan buku seperti tercantum pada
halaman akhir buku ini.
Dalam penulisan buku ini saya merasa telah menerima sejumlah bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini dan melalui
media ini saya menyampaikan terima kasih dan pengharagaan. Demikian pula
kepada Penerbit Sigma Yogyakarta yang telah bersedia mempublikasikan buku
ini disampaikan terima kasih dan penghargaan.
Saya menyadari bahwa dalam buku ini ada sejumlah kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan komentar sangat dinantikan untuk perbaikan selanjutnya.
Meskipun demikian, saya tetap berharap semoga buku ini bermanfaat dan bagi
penulisnya merupakan amal ibadah yang diterima oleh Allah S.W.T.

Yogyakarta, Desember 2015


Suliswiyadi

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I : Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan


A. Pengertian Konsep Penelitian Pendidikan.................................. 1
B. Rasionalisasi Perlunya Penelitian .............................................. 3
C. Tujuan Penelitian Pendidikan ..................................................... 6
D. Fungsi Penelitian Pendidikan ..................................................... 8
E. Proses Penelitian Pendidikan ..................................................... 11
F. Beberapa Keterbatasan Penelitian Pendidikan ........................... 14
G. Karakteristik dan Pendekatan Penelitian Pendidikan.................. 14

BAB II : Etika dalam Penelitian............................................................ 25


A. Makna Etika ............................................................................... 25
B. Etika Umum Penelitian Ilmiah.................................................... 26
C. Etika dalam Penelitian Pendidikan ............................................ 28
D. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian.................................................. 30
E. Pelanggaran Etik ........................................................................ 33

BAB III : Masalah dan Perumusan Masalah Penelitian Bidang


Pendidikan................................................................................ 35
A. Masalah ...................................................................................... 35
B. Sumber Masalah ......................................................................... 36
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 39
D. Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah Penelitian ........................... 40

BAB IV : Variabel Penelitian .................................................................. 46


A. Pengertian Variabel Penelitian ................................................... 46
B. Jenis-Jenis Variabel dan Identifikasinya .................................... 47
C. Korelasi Antar Variabel .............................................................. 52

iv METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


BAB V : Kajian Teori, Kerangka Konseptual dan Hipotesis dalam
Penelitian .................................................................................. 55
A. Kajian Pustaka atau Teori ...... .................................................... 55
B. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................ 59
C. Hipotesis Penelitian ................................................................... 60

BAB VI : Model Penelitian yang Relevan dalam Pendidikan ................. 70


A. Penelitian Survey ....................................................................... 70
B. Penelitian Tindakan Kelas .......................................................... 75
C. Penelitian Eksperimen ................................................................ 85
D. Penelitian Research And Development (R&D) ......................... 90

BAB VII : Subyek Penelitian dan Instrumen Penelitian ........................... 107


A. Subyek dan Obyek Penelitian...... .............................................. 107
B. Instrumen Penelitian .................................................................. 113

BAB VIII : Teknik Analisis Data ................................................................ 124


A. Pengertian Analisis Data .......... ................................................. 124
B. Teknik Analisis Data Berdasarkan Macam dan Jenis Penelitia . 125

BAB IX : Contoh Proposal dan Pelaporan Penelitian .............................. 139


A. Contoh Proposal Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Self Control Remaja (Study Kasus di SMK
Negeri 1 Magelang ) .................................................................. 139
B. Contoh Proposal Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel
Burlian Tere-Liye dan Relevansinya dengan Pendidikan
Karakter ...................................................................................... 152
C. Contoh Pelaporan Penelitian Peningkatan Aktivitas dan
Kemampuan dalam Melakukan Sholat Wajib Melalui Strategi
Modelling The Way pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mertan
01 Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013.................................. 171

DAFTAR PUSTAKA 195

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) v


vi METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)
BAB I
KONSEP DASAR DAN RUANG LINGKUP
PENELITIAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Konsep Penelitian Pendidikan

”Istilah Metodologi Penelitian berasal dari bahasa Inggris yaitu


Metodological research, yang secara harfiah diartikan sebagai berikut:
Methodological terdiri dari dua suku kata yaitu: Method dan Logical.
Method (metode) ialah kumpulan dari suatu cara-cara tertentu, dan logical
atau logic diartikan sebagai cara berpikir lurus, atau berpikir jernih, atau
berpikir yang sesuai dengan akal sehat atau berpikir mempersoalkan ilmu
pengetahuan dengan cara berpikir lurus atau jernih yang dapat diterima
oleh akal sehat.
Selanjutnya Research juga berasal dari dua suku kata yaitu: Re dan
Search. Re berarti kembali, dan Search berarti mencari atau menemukan
sesuatu. Jadi research diartikan mencari atau menemukan sesuatu kembali.
Dengan demikian metodologi penelitian secara sederhana diatikan sebagai
kumpulan dari metode-metode (methods) ataupun cara-cara tertentu yang
dapat diterima oleh akal sehat untuk menemukan atau mencari sesuatu
kembali.”(Soeratno dan Lincolin Arsyat: 1995:4)
Adapula yang mengartikan logi sebagai suatu ilmu, seperti biologi
(ilmu hayat), Sosiolagi (ilmu social), Antropologi (ilmu tentang manusia).
Jadi metodologi penelitian dapat diartikan sebagai ilmu tentang metode-
metode penelitian.
Metode penelitian adalah cara-cara penelitian yang dilakukan secara
ilmiah untuk mendapatkan data atau informasi dengan tujuan dan kegunaan
sesuai dengan yang diinginkan. (Sugiyono dalam Muhammad, 2011:1)
1. Hakekat Penelitian
Menurut John Dewey pola metode ilmu pengetahuan mengikuti
proses berikut ini:
• Identifikasi dan pembatasan masalah.
• Memformulasikan hipotesis.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 1


• Mengumpulkan, mengorganisasikan dan menganalisis data.
• Memformulasikan kesimpulan-kesimpulan.
• Verifikasi, apakah sesuatu hipotesis ditolak, diterima atau
dimodifikasi.

Pola di atas bukan pola satu-satunya, metode ilmiah mengenal


beberapa pola lain yang dapat digunakan di dalam proses pemecahan
masalah secara empiris-rasional. Dan pola apapun yang dipakai
memerlukan patokan langkah yang menggambarkan urutan logis
dari suatu kerja penelitian.
Ciri-ciri penelitian yang memiliki dasar positivis:
• Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi
oleh ruang dan waktu.
• Menginterpretasi variabel melalui peraturan kuantitas/angka.
• Memisahkan antar peneliti dan objek yang hendak diteliti.
• Menekankan penggunaan metode statistik.
2. Batasan-batasan Penelitian
Penelitian adalah art and science guna mencari jawaban terhadap
suatu permasalahan. (Yoseph dan Yoseph, 1979) Penelitian disebut juga
cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari
jawaban permasalahan atau proses penemuan, baik itu discovery (hasil
temuan yang memang sudah ada) maupun invention (penemuan hasil
penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta).
Penelitian adalah merupakan proses ilmiah yang mencakup sifat
formal (karena terikat dengan aturan, urutan maupun cara penyajian
agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia) dan intensif (menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam
melakukan proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan, memecahkan problem melalui hubungan
sebab-akibat, dapat diulang kembali dengan cara yang sama dan
hasil sama.
Penelitian (menurut Kerlinger, 1986) ialah proses penemuan
yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan
mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara.
Penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian
suatu masalah yang mempunyai tujuan untuk menemukan jawaban

2 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


terhadap persoalan yang signifikan, melalui penerapan prosedur-
prosedur ilmiah.
Penelitian pendidikan adalah cara yang digunakan orang
untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat dipertang-
gungjawabkan mengenai proses pendidikan. Penelitian pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang diarahkan kepada pengembangan
pengetahuai ilmiah tentang kejadian-kejadian yang menarik
perhatian pendidikan (Travers, 1969:5) yang tujuannya adalah
menemukan prinsip-prinsip umum atau penafsiran tingkah laku yang
dapat dipakai untuk menerangkan, meramalkan dan mengendalikan
kejadian-kejadian dalam lingkungan pendidikan.

B. Rasionalisasi Perlunya Penelitian

Sekurang-kurangya ada empat sebab yang melatar belakangi


mengapa penelitian itu perlu dilakukan, yaitu: (1) kesadaran keterbatasan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan (2) pemenuhan rasa ingin
tahu (3) pemecahan masalah dan (4) pemenuhan pengembangan diri.
Pertama, penelitian didasarkan atas kesadaran keterbatasan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan. Manusia tinggal di lingkungan masyarakat
yang sangat luas, dalam kehidupan yang sangat luas tersebut banyak
hal yang tidak ketahui, tidak jelas, tidak paham sehingga menimbulkan
kebingungan, karena pengetahuan, pemahaman dan kemmapuan manusia
yang sangat terbatas, dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu
luas. Bahkan ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan ketidakjelasan terhadap
sesuatu dalam kehidupannya, seringkali menimbulkan kecemasan, rasa
takut, dan rasa terancam. Kesadaran atas keterbatasan pengetahuan,
pemahaman, dan atau kemampuan manusia dalam kehiudpannya
perlu diatasi agar manusia dapat menyesuaikan diri di lingkungan
masyarakat.
Kedua, penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan
kebutuhan rasa ingin tahu. Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin
mengetahui tentang sesuatu di luar dirinya. Pengetahuan dan pemahaman
tentang sesuatu, menimbilkan rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih
tinggi, lebih menyeluruh. Dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah
dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Contohnya, manusia

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 3


selalu bertanya apa itu, bagaimana itu, mengapa begitu, dan sebaginya.
Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan sederhana
mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-orang tertentu,
para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin, dibutuhkan
jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komprehensif.
Ketiga, penelitian dilakuakn untuk pemecahan masalah. Manusia di dalam
kehidupannya selalu dihadapkan kepada maslah, tantangan, ancaman, dan
bahkan kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya
serta di lingkungan kerjanya. Banyak cara yang dilakuakn manusia untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, antara lain:
1. Pemecahan masalah dilakukan secara tradisional atau mengikuti
kebiasaan. Cara dan alat kerja tradisional yang merupakan kebisaan,
misalnya cara masyarakat petani memotong padi menggunakan anai-
anai yang secara turun temurun dijadikan sebagai alat potong padi.
2. Pemecahan masalah secara dogmatis, baik menggunakan dogma
agama, masyarakat, hukum, dan lain-lain. Seperti pencuri dipotong
tangannya, dll.
3. Pemecahan masalah intuitif yaitu berdasarkan bisikan hati, misalnya
seorang ibu kebingungan anaknya terlambat pulang sekolah, bisikan
hatinya mengecek anaknya dengan menelpon teman dekat anaknya
4. Pemecahan masalah secara emosional, umpamanya pintu terkunci
dibuka dengan didobrak.
5. Pemecahan masalah secara spekulatif atau trial and error, suara radio
berhenti, lalu radionya dipukul-pukul dan ternyata bersuara lagi.
6. Pemecahan maslah melalui penelitian. Pemecahan masalah dalam
penelitian dilakukan secara objektif, sistematis, menggunakan
metode dan mengikuti prosedur, serta berpegang pada prinsip-prinsip
dan kaidah- kaidah pengumpulan, pengolahan data, dan pembuktian
secara ilmiah.

Keempat, pemenuhan pengembangan diri. Manusia merasa tidak puas


dengan apa yang telah di capai, dikuasai, dan dimilikinya. Manusia selalu
ingin yang lebih baik, lebih sempurna, lebih memberikann kemudahan,
selalu ingin menambah dan meningkatkan “kekayaan” dan fasilitas
hidupnya. Keinginan manusia yang yang selalu ingin lebih baik itu, ada
yang dicapai dalam waktu relatif singkat dengan ruang lingkup yang lebih
sempit maupun membutuhkan waktu yang cukup lama dengan ruang

4 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


lingkup yang lebih luas dan komplek melalui penelitian. Dengan demikian
pencapaian yang diinginkan manusia melalui melalui penelitian sangat
tergantung ruang lingkup penelitian yang dirancang, baik yang dirancang
dan dilaksanakan sendiri, maupun melibatkan banyak orang. Selain sebab-
sebab latar belakang di atas masih ada faktor-faktor yang melatar belakangi
perlunya peneilitian pendidikan yaitu ungkapan yang sering muncul dalam
penelitian adalah No Problem No Research. Ungkapan ini menunjukkan
tentang pentingnya posisi masalah dalam suatu penelitian. Yang menjadi
persoalan adalah apakah masalah itu?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut dikemukakan indikator-
indikatornya :
1. Apabila sesuatu, peristiwa, atau fenomena yang terjadi menimbulkan
keraguan atau ketidakpastian.
2. Apabila terjadi kesenjangan antara harapan (sesuatu yang diinginkan,
yang bersifat dassolen), tentang sesuatu dengan kenyataan (dassein).
3. Apabila cara-cara berpikir yang berbeda menghasilkan kesimpulan-
kesimpulan yang berlawanan.
4. Apabila terjadi peristiwa-peristiwa yang mengancam (seperti
epidemic, banjir, longsor, dekadensi moral, dsb).

Adapun masalah-masalah pendidikan yang potensial dapat menjadi


objek penelitian adalah :
a. Komponen raw input (karakteristik pribadi peserta didik, siswa,
mahasiswa, seperti: kecerdasan, motivasi belajar, kemampuan
berkonsentrasi dalam belajar, kebiasaan belajar, dan sikap belajar).
b. Komponen instrumental input (seperti karakteristik pribadi guru,
kurikulum dan sumber belajar).
c. Komponen environmental input (seperti iklim lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, kelompok teman sebaya, kehidupan beragama,
fasilitas pembelajaran, dan kondisi kehidupan sosial-ekonomi-
politik).
d. Komponen proses (seperti kualitas interaksi guru-siswa, penerapan
metode- metode pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi pendidikan
dalam pembelajaran), dan komponen output (seperti kualitas
indek prestasi belajar, kualitas sikap dan prilaku dan keterampilan/
kecakapan).

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 5


Masalah penelitian dapat bersumber dari hasil bacaan literature
(buku, majalah, makalah), hasil seminar, hasil penelitian orang lain (laporan
penelitian, skripsi, tesis atau disertasi), dan hasil pengamatan di lapangan
(di lingkungan keluarga, sekolah, kelas, dan lingkungan masyarakat).
Layak tidaknya masalah itu diteliti, pada umumnya ditinjau dari kriteria:
a. Bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan, khususnya proses
dan hasil pembelajaran.
b. Mengandung nilai-nilai keilmuan atau pengetahuan ilmiah.
c. Tersedianya data atau informasi di lapangan.
d. Datanya mudah diukur, diolah dan ditafsirkan.
e. Peneliti memiliki kemampuan untuk menelitinya.

C. Tujuan Penelitian Pendidikan

Pada dasarnya tujuan penelitian pendidikan ialah menemukan


prinsip- prinsip umum atau penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai
untuk menerangkan, meramalkan, dan mengendalikan kejadian-kejadian
dalam lingkungan pendidikan, baik pendidikan formal, nonformal maupun
informal.
Dalam kegiatan penelitian memang mengandung kegiatan yang
kadang sulit dan melelahkan, karena memerlukan biaya, tenaga, dan
waktu, tetapi penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti.
Secara umum beberapa tujuan penelitian yang hendak dicapai, termasuk
penelitian pendidikan antara lain:
1. Memperoleh informasi baru untuk menemukan sesuatu yang baru
bidang pendidikan dilakukan melalui penelitian pendidikan. Artinya,
dalam perkembangan pengetahuan, termasuk juga ilmu atau
pengetahuan di bidang pendidikan, penemuan sesuatu yang baru
mengenai berbagai persoalan pendidikan dapat dilakukan dengan
metode atau cara penelitian yang hasilnya berupa temuan-temuan
baru. Karena itu, kegiatan penelitian harus dilakukan dengan cara-
cara yang benar, dalam arti dilakukan secara sistematis dengan
menggunakan metode-metode ilmiah.
2. Mengembangkan dan menjelaskan Mengembangkan hasil kajian
dari suatu kegiatan penelitian pendidikan berarti mengembangkan
perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan yang dicapai individu,

6 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


kelompok ataupun organisasi dalam kurun waktu tertentu. Tujuan
dari hasil peneltiian dianggap penting karena bermanfaat secara
signifikan ketika para peneliti berusaha memecahkan permasalahan
dengan tidak menginginkan terjadinya pengulangan kerja atau
penggunaan tenaga yang sia-sia.
3. Menerangkan, memprediksi, dan mengontrol suatu perubahan
Ubahan yang didalam istilah penelitian disebut variabel. Variabel
adalah gejala yang sedang diteliti. Variabel atau perubahan adalah
simbol yang digunakan untuk mentransfer gejala ke dalam data
penelitian. Biasanya variabel muncul pada tingkat intensitas yang
berbeda sehingga variabel itu adalah variabel label.

Secara ringkas, tujuan penelitian pendidikan dapat pula dikategorikan


sebagai berikut :
a. Untuk menemukan pengetahuan, teori, konsep, atau dalil/generalisasi
baru tentang pendidikan.
b. Untuk memperbaiki atau memodifikasi teori pendidikan lama.
c. Untuk memperkokoh suatu teori atau generalisasi yang sudah ada.

Apabila dikaitkan dengan output yang ingin dicapai, Penelitian


bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, pemecahan masalah, atau
rumusan teori-teori baru. Sedangkan apabila dilihat dari segi prosesnya,
penelitian bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan, memberikan atau menggambarkan secara jelas
dan cermat tentang data, atau fakta dari permasalahan yang diteliti.
2. Menerangkan (eksplanasi) kondisi atau faktor-faktor yang mendasari,
melatarbelakangi terjadinya masalah.
3. Menyusun atau merumuskan teori-teori, hukum-hukum mengenai
hubungan antara faktor yang satu dengan yang lainnya, atau peristiwa
yang satu dengan peristiwa lainnya.
4. Membuat prediksi, estimasi, dan proyeksi mengenai peristiwa-
peristiwa yang akan terjadi atau gejala-gejala yang bakal muncul.
5. Mengendalikan peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala berdasarkan
temuan- temuan yang diperoleh.

Tujuan lain dari tujuan penelitian pendidikan yaitu : 1. Seseorang


akan mempunyai pengetahuan, dan pengertian dari dasar-dasar penelitian

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 7


yang benar. 2. Seseorang akan mengetahui kegiatan penelitian pada ruang
Iingkup permasalahan dan bidang kegiatan manusia secara spesifik (misal,
Iingkup penelitian kependidikan akan berbeda dengan Iingkup penelitian
kedokteran, penelitian sosial, penelitian agama dan lain sebagainya).
3. Menyadarkan pada diri seseorang baik mereka yang berada di dunia
usaha (perusahaan), dunia pendidikan, kependudukan dan lain sebagainya
dalam tugas menemukan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
memecahkan masaiah-masalah yang dihadapi baik kepentingan praktis
maupun teoritis. 4. Mengembangkan dan meiatih seseorang memiliki “sikap
ilmiah” (kritis, skeptis, analitis, dan logis). 5. Mampu mengembangkan diri
menjadi penulis karya ilmiah yang balk, artinya bahwa dengan kegiatan
penelitian akan mampu mendidik seseorang untuk menulis secara ilmiah
dalam bentuk laporan hasil penelitian yang dapat dipertangung-jawabkan.
6. Kegunaan-kegunaan lain baik secara pribadi maupun institusional sesuai
dengan kegiatan penelitian yang dilakukannya.
Secara khusus penelitian kependidikan mempunyai tujuan yang
berbeda-beda sesuai dengan masalah yang diteliti. Tujuan penelitian
sangat besar pengaruhnya terhadap komponen atau elemen penelitian lain,
terutama metode, teknik, alat maupun generalisasi yang diperoleh. Oleh
karena itu, ketajaman seseorang dalam merumuskan tujuan penelitian
akan sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian yang dilaksanakan,
karena tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik anjak dan titik tuju
yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang dilakukan.
Itu sebabnya tujuan setiap kegiatan penelitian harus mempunyai rumusan
yang tegas, jelas, terperinci dan operasional.

D. Fungsi Penelitian Pendidikan


Secara umum penelitian mempunyai dua fungsi utama, yaitu me-
ngembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki praktik.
1. Fungi penelitian berdasarkan jenis penelitian
a. Penelitian dasar
Tujuan penelitian dasar adalah: pertama menambah pengetahuan
kita dengan prinsip-prinsip dasar dan hukum-hukum ilmiah,
dan kedua meningkatkan pencarian dan metodelogi ilmiah
(Nana Syaodih, 2005). Penelitian dasar (basic research) disebut

8 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


juga penelitian murni (pure research) atau penelitian pokok
(fundamental research) diarahkan pada pengujian teori, dengan
hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk
kepentingan praktik. Penelitian ini memberikan sumbangan
besar terhadap pengembangan dan pengujian teori- teori.
b. Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applie research) berkenaan dengan
kenyataan- kenyataan praktis, penerapan dan pengembangan
pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam
kehidupan nyata. Peneltian ini menguji manfaat dan teori-teori
ilmiah, mengetahui hubungan empiris dan analitis dalam bidang-
bidang tertentu. Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan
dalam rumusan yang bersifat umum, bukan rekomendasi yang
merupakan tindakan langsung.
c. Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif (evaluation research) difokuskan pada
suatu kegiatan dalam suatu unit tertentu. Kegiatan tersebut
dapat berbentuk berupa tempat, organisasi atau lembaga.
Penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan
dan kelayakan dari suatu kegiatan dalam satu unit. Apakah
suatu kegiatan, program atau pekerjaan memberikan manfaat,
sumbangan atau hasil seperti yang diharapkan? Apakah suatu
kegiatan, program atu pekerjaan yang layak dilihat dari segi
biaya, pengembangan staf, dukungan masyarakat. McMillan
dan Schumacher (2001: 18) membedakan penelitian dasar,
terapan dan evaluatif berdasarkan bidang penelitian, tujuan,
tingkat generalisasi dan penggunaan hasilnya.
2. Fungsi penelitian berdasarkan tujuan
a. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) ditujukan untuk
mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena
apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Dalam studi ini
para peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan
perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua
kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya. Penelitian

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 9


deskriptif dapat berkenaan dengan kasus-kasus tertentu atau
suatu populasi yang cukup luas.
c. Penelitian Prediktif
Penelitian prediktif (predictive research), studi ini ditujukan
uktuk memprediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi
atau berlangsung pada saat yang akan datang berdasarkan
hasil analisis keadaan saat ini. Penelitian prediktif juga dapat
dilakukan melalui studi kecendrungan. Dengan melihat
perkembangan selama jangka waktu tertentu, pada saat ini atau
saat yang lalu dapat dilihat kecendrungannya pada masa yang
akan datang.
d. Penelitian Improvetif
Penelitian improvetif (improvetive research) ditujukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan suatu
keadaan, kegiatan atau pelaksanaan suatu program.
e. Penelitian Eksplanatif
Peneltiian eksplanatif (explanative research) ditujukan untuk
memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau
variabel. Peneliti berusaha menjelaskan melalui teori yang
didukung fakta-fakta yang menunjang yang ada, peneliti akan
dapat sampai pada pemberian pernyataan sementara yang sering
disebut sebagai hipotesis penelitian.

Tayler mengemukakan lima fungsi penelitian pendidikan yang


dapat dilakukan pada masa kini. Kelima fungsi penelitian pendidikan
itu mencakup:
1. Menunjukan isi dan cara mengajar serta mengorganisasikan
dan menjalankan sekolah.
2. Menilai program, prosedur dan bahan-bahan untuk menunjukan
hasil pendidikan yang telah dicapai, biaya dalam ukuran waktu,
usaha dan bahan- bahan, dan keadaan hasil-hasil yang dicapai.
3. Membentuk suatu badan informasi tentang usaha pendidikan
yang bermanfaat dalam penyusunan kebijakan dalam dua
pengambilan keputusan.
4. Menyediakan pandangan, rangsangan dan penyuluhan yang
berhasil untuk pembaruan pendidikan.

10 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


5. Mengembangkan teori yang lebih memadai dan sahih (valid)
tentang proses pendidikan serta pengoperasian usaha (Dali S.
Naga, 1980).

Berdasarkan kajian fungsi penelitian pendidikan ternyata pene-


litian sangat besar manfaatnya bagi pengembangan sistem pendidikan
maupun untuk kepentingan praktis dalam menyelenggarakan pen-
didikan. Secara ringkas manfaat penelitian pendidikan adalah sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian dapat dijadikan peta yang menggambarkan
keadaan pendidikan dan melukiskan kemampuan sumber daya,
kemungkinan pengembangan serta hambatan-hambatan yang
dihadapi atau mungkin ditemukan dalam penyelenggaraan
pendidikan.
2. Hasil penelitian dapat dijadikan sarana diagnosa dalam mencari
sebab kegagalan serta masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
pendidikan sehingga dengan mudah dapat dicari upaya untuk
menanggulanginya.
3. Hasil penelitian dapat dijadikan sarana untuk menyusun
kebijaksanaan dalam menyusun strategi pengembangan pen-
didikan.
4. Hasil penelitian dapat melukiskan kemampuan dalam pembiayaan
peralatan, pembekalan, serta tenaga kerja, baik secara kualitas
maupun kuantitas yang sangat berperan bagi keberhasilan dalam
bidang pendidikan. (Muhammad Ali,1985).

E. Proses Penelitian Pendidikan

Penelitian merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh


tahapan lain secara terus menerus.Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
1) Identifikasi masalah, 2) Perumusan masalah, 3) Penelusuran pustaka,
4) Rancangan penelitian, 5) Pengumpulan data, 6) Pengolahan data, 7)
Penyimpulan hasil. Tahapan ini hendaknya tidak dilihat sebagai lingkaran
tertutup, tetapi sebagai suatu spiral yang semakin lama makin tinggi.
Penyimpulan hasil suatu penelitian merupakan masukan bagi proses
penelitian lanjutan, dan seterusnya.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 11


1. Identifikasi masalah
Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab
oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang
berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan
sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan
masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria,
antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan,
apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan,
waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain.
Permasalahan yang besar biasanya dibagi menjadi beberapa
sub-masalah. Substansi permsalahan diidentifisikasikan dengan jelas
dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya
dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini,
memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab
secara eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana,
dan apa tujuan penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti
akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat
untuk mengukur variabel tersebut.
2. Perumusan Masalah
Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi,
peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau
dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan.
Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas,
yang mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan,
sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil
penelitian. Permasalahan yang masih samar-samar dan diragukan
mulai dipertegas dalam bentuk perumusan yang fungsional.
Verbalisasi gagasan-gagasan dapat dirumuskan agar orang lain dapat
memahaminya. Pandangan-pandangan teori diuraikan secara jelas,
sehingga mudah diteliti dan dapat dijadikan titik tolak penelitian.
3. Penelusuran pustaka
Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang
berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka
merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang

12 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan
duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka
dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu
dilakukan.
4. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilak-
sanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus
memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik
penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran
penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.
5. Pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan pene-
litian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan
pe-ngamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti. Data
yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek
yang diteliti.
6. Pengolahan data
Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorga-
nisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan
penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk
memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan
dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila
ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau
menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat
dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian
dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
7. Penyimpulan hasil
Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata
didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian
tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis
data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian
sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali
validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model
yang digunakan.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 13


F. Beberapa Keterbatasan Penelitian Pendidikan

Keterbatasan penelitian tidak memaparkan keterbatasan waktu dan


logistik yang yang dihadapi peneliti saat melakukan penelitian. Kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi peneliti saat melakukan penelitian sudah
harus diperhitungkan sebelum merencanakan penelitian. Keterbatasan
penelitian memaparkan hal-hal atau variabel yang sebenarnya tercakup
di dalam keluasan lingkup penelitian tapi karena kesulitan-kesulitan
metodologis atau prosedural tertentu sehingga tidak dapat dicakup di dalam
penelitian dan di luar kendalikan peneliti. Adapun yang melatarbelakangi
adanya beberapa keterbatasan penelitian pendidikan yaitu :
1. Dapat terjadi salah penginterpretasian.
2. Sering kali pembuat keputusan hanya mau tahu hasil akhirnya saja.
3. Hasilnya sulit untuk dipublikasikan secara luas kepada publik.
4. Tidak mudah menemukan dan merumuskan masalah yang hendak
diteliti.
5. Kurang mendalamnnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik-
teknik dasar penelitian pendidikan.
6. Kurangnya ketidakmampuan dalam menyakinkan bahwa model,
metode, strategi yang digunakan benar-benar berjalan secara efektif
dan mampu membawa perubahan positif.

G. Karakteristik dan Pendekatan Penelitian Pendidikan

1. Karakteristik Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa cara mencari kebenaran
yang dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian. Cara
tersebut memungkinkan ditemukannya kebenaran yang obyektif,
karena dibentengi dengan fakta-fakta sebagai bukti tentang adanya
sesuatu dan mengapa adanya demikian atau apasebab adanya
demikian
Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji
teori. Suatu teori dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-
fenomena alamiah. Dari perilaku atau kegiatan-kegiatan terlepas
yang dilakukan oleh siswa atau guru umpamanya, peneliti dapat
memberikan penjelasan umum tentang hubungan diantara perilaku

14 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


atau kegiatan pembelajaran. Tiap disiplin ilmu mempunyai cara
pencarian sendiri yang sesuai dengan karakteristik disiplin ilmunya.
Sains(pengetahuan alam) umpamanya, banyak menggunakan metode
eksperimen, sedang antropologi menggunakan metode kualitatif.
Pendidikan kebanyakan menggunakan metode deskriptif, tetapi untuk
hal-hal tertentu dapat menggunakan metode eksperimen, penelitian
tindakan, penelitian dan pengembangan, dan juga kualitatif.
Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji dasar-dasar,
teori-teori dan konsep-konsep, termasuk sejarah perkembanganya.
Penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode
kualitatif maupun kuantitatif. Pendekatan kuantitatif diarahkan
pada analisis dasar filosofis, psikologis, sosiologis-antropologis,
serta konsep dan analisis historis. Dari penelitian demikian dapat
dihasilkan penguatan terhadap proposisi dan asumsi yang ada,
dan atau menghasilkan asumsi, proposisi dan hipotesis yang baru.
Penelitian-penelitian yang diarahkan pada perkembangan teori dan
konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic reseach).
Penelitian dapat dilakukan dengan baik terhadap ilmu maupun
terhadap praktik pendidikan. Ada tujuh karakteristik penelitian
pendidikan menurut McMillan dan Schumacher (2001:11-13),
yaitu: (1) Objectivity (objektivitas); (2) Precision (ketepatan);
3) Verification (verifikasi); (4) Parsimonious explanation (Penjelasan
ringkas); (5) Empiricism (empiris); (6) Logical reasoning (pendapat
logis); dan (7) Conditional Conclutions (kesimpulan kondisional).
Karakteristik penelitian pendidikan tersebut, secara singkat
akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Objektivitas
Penelitian harus memiliki objektivitas (objectivity) baik
dalam karakteristik maupun prosedurnya. Objektivitas dicapai
melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam
prosedurnya, penelitian menggunakan teknik pengumpulan
dan analisis data yang memungkinkan dibuat interpretasi yang
dapat dipertanggungjawabkan. Objektivitas juga menunjukkan
kualitas data yang dihasilkan dari prosedur yang digunakan,
yang dikontrol dari bias dan subjektivitas.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 15


b. Ketepatan
Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan (precision),
dalam arti bahwa secara teknis, instrumen pengumpulan datanya
harus memiliki validitas dan realibilitas yang memadai, serta
desain penelitian, pengambilan sampel dan teknik analisisnya
tepat. Dalam penelitian kualitatif, hasilnya dapat diulang dan
diperluas, dalam penelitian kualitatif memiliki sifat reflektif
dan tingkat komparasi yang konstan.
c. Verifikasi
Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan,
direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda.
Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan
kuantitatif. Penelitian kualitatif memberikan interpretasi
deskriptif, verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi
bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan
sumbangan kepada ilmu atau studi lain.
d. Penjelasan Ringkas
Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang
hubungan antar fenomena dan menyederhanakannya menjadi
penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari suatu penelitian
adalah mereduksi realita yang kompleks ke dalam penjelasan
yang singkat. Dalam penelitian kuantitatif penjelasan singkat
tersebut berbentuk generalisasi, tetapi dalam penelitian kualitatif
berbentuk deskripsi tentang hal-hal yang essensial atau pokok.
e. Empiris
Penelitian ditandai oleh sikap dan pendekatan empiris yang
kuat. Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman
praktis. Dalam penelitian empiris kesimpulan didasarkan atas
kenyataan-kenyataan yangdiperoleh dengan menggunakan
metode penelitian yang sistematik, bukanberdasarkan pendapat
atau kekuasaan. Sikap empiris umumnya menuntutpenghilangan
pengalaman dan sikap pribadi. Kritis dalam penelitian
berartimembuat interpretasi berdasarkan pada kenyataan dan
nalar yang didasarkanatas kenyataan-kenyataan (evidensi).
Evidensi adalah data yang diperolehdari penelitian, berdasarkan

16 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


hasil analisis data tersebut interpretasi dibuat. Angka, print out,
catatan lapangan, rekaman wawancara artifak dan dokumen
sejarah adalah sejumlah contoh data dalam penelitian.
f. Penalaran Logis
Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Pe-
nalarana merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip-
prinsip logika deduktif dan induktif. Penalaran deduktif aalah
penarikan kesimpulan dari umum ke khusus. Dalam penalaran
deduktif, bila premisnya benar, maka kesimpulan otomatis
benar. Logika deduktif dapat mengidentifikasi hubungan-
hubungan baru dalam pengetahuan (prinsip, kaidah) yang
ada. Sementara itu, dalam penalaran induktif, peneliti menarik
kesimpulan berdasarkan hasil sejumlah pengamatan kasus-kasus
(individual, situasi, peristiwa), kemudian peneliti membuat
kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan dibatasi oleh
jumlah dan karakteristik dari kasus yang diamati.
g. Kesimpulan Kondisional
Kesimpulan hasil penelitian tidak bersifat absolut. Pene-
litian perilaku dan juga ilmu kealaman, tidak menghasilkan
kepastian, sekalipun kepastian relatif. Semua yang dihasilkan
adalah pengetahuan probabilistik. Penelitian boleh dikatakan
hanya mereduksi ketidaktentuan. Oleh karena demikian, baik
kesimpulan kualitatif maupun kuantitatif, bersifat kondisional.
Para peneliti seringkali menekankan/menuliskan bahwa hasil
penelitiannya “cenderung menunjukkan atau memberikan
kecenderungan”.
2. Penelitian Berdasarkan Pendekatan
a. Penelitian Survey
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh generalisasi
(penyimpulan secara umum) dari pengamatan yang dilakukan
secara luas (sehingga kurang mendalam). Hasil penelitian ini
adalah gambaran umum dari sebuah fenomena. Gambaran
umum itu menjadi semacam data awal sekaligus pemetaannya.
Gambaran umum ini kemudian dijadikan dasar untuk penelitian
selanjutnya yang lebih mendalam.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 17


Sebagai contoh, sebuah LSM yang bergerak dalam
pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan sedang
menyusun program untuk meningkatkan minat baca di sebuah
kota/kabupaten. Program yang mereka susun tidak akan efektif
jika mereka tidak mengetahui beberapa data umum tentang
masyarakat kota/kabupaten tersebut. Data yang dimaksud adalah
luas wilayah, jumlah penduduk, komposisi masyarakat (dilihat
dari minat bacanya), jumlah lokasi penting, ada tidaknya sarana-
prasarana dan penyebarannya, serta daya dukung masyarakat
yang bisa dimanfaatkan untuk program tersebut. Jika di kota/
kabupaten tersebut, data-data tersebut belum tersedia, maka
LSM tersebut harus melakukan penelitian survey dulu. Hasil
penelitian survey itu kemudian dijadikan dasar penyusunan
program.
b. Penelitian Mengungkap Fakta (Ex Post Facto)
Penelitian ini dilakukan terhadap keadaan atau peristiwa
yang telah terjadi. Penelitian ditekankan pada bagaimana
keadaan itu tercipta, mengapa sampai terjadi, dan faktor-faktor
apa yang menyebabkan peritiwa atau keadaan itu tercipta.
Penelitian ini menggunakan logika dasar sebab-akibat, yaitu
jika X maka Y, atau Y ada karena X.
Contoh: Sebagai guru bahasa, Sugiarto, S.Pd. kaget melihat
perubahan drastis yang ditunjukkan para siswa kelas XI-B.
Mereka tiba-tiba antusias belajar mengarang. Dirinya sebagai
guru merasa tidak melakukan treatment khusus. Mereka hampir
setiap saat berkonsultasi kepadanya tentang teknik menulis.
Bahkan, para siswa tersebut telah membuat beberapa kelompok
dengan tugas yang berbeda-beda, ada yang mencari data ke
perpustakaan, ada yang mewawancara beberapa nasumber.
Yang lebih mengagumkan, meraka mau berkorban patungan
mengumpulkan dana untuk menyewa kamera dan mencetak
berapa puluh foto. Sugiarto kemudian melakukan penelitian ex
post facto. Kondisi kelas XI-B itu ia lihat sebagai sebuah akibat
yang belum diketahui sebab-sebabnya. Ia kemudian mencari
sebab-sebabnya dengan membuat peta situasi kelas XI-B
tersebut. Ia kemudian menyelidiki siapa saja siswa yang menjadi

18 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


penggerak kelas itu, siapa saja pihak lain yang berinteraksi
dengan kelas tersebut. Selanjutnya ia cari motivasi mereka
keranjingan belajar mengarang. Setiap siswa ditanyai, terutama
para penggeraknya. Dari hasil pengamatan dan wawancara,
Sugiarto memperoleh kejelasan bahwa siswa kelas XI-B begitu
antusias belajar mengarang karena tiga hal. Pertama, kelas XI-B
ingin memberikan kejutan dan membuat bangga wali kelasnya
dengan membuat berita kegiatan sekolah terutama kelas mereka
pada sebuah surat kabar lokal. Kedua, redaktur surat kabar lokal
tersebut menjanjikan akan memuat karya mereka dan memberi
imbalan (honor) jika berita dan tulisan mereka berbobot. Ketiga,
redaktur surat kabar tersebut turut mengarahkan apa saja yang
layak diberitakan dan bagaimana cara menyajikannya.
c. Penelitian Eksperimen
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada-tidaknya
dan besar-kecilnya pengaruh sebuah variabel (yang sengaja
dirancang) terhadap variabel lain. Berbeda dengan ex post facto,
yang meneliti setelah terjadi, penelitian eksperimen dirancang
dengan tujuan agar sebuah kejadian atau kondisi bisa terjadi.
Untuk menciptakan kejadian atau kondisi tersebut, peneliti
merancang sebuah perlakuan (treatment) terhadap sebuah objek
atau kondisi sehingga objek atau kondisi tersbut berubah sesuai
dengan yang diinginkan. Penelitian eksperimen yang sebenarnya
(true exsperiment) hanya bisa dilakukan di laboratorium
dengan kondisi yang terkontrol secara ketat. Untuk penelitian
pengajaran bahasa atau sastra, eksperimen yang munkin bisa
dilakukan hanyalah quasi experiment, atau eksperimen semu.
Semu dalam hal ini bukan berarti bohong atau salah, tetapi lebih
ditekankan pada kesadaran bahwa dalam penelitian tersebut ada
faktor-faktor yang sulit dihilangkan selain yang dirancang dan
dipertimbangkan.
Contoh: Setelah melakukan penelitian ex post facto di
kelas XI-B, Sugiarto kemudian ingin menerapkan apa yang
terjadi di kelas XI-B agar terjadi di kelas XI-A. Pertama-tama
ia mendata keadaan dan karakteristik kelas XI-A. Kemudian,
ia merancang strategi (perlakuan) yang akan diterapkan di

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 19


kels XI-A berdasarkan apa yang terjadi di kelas XI-B. Setelah
semua siap, ia terapkan stretgi yang telah dirancangnya di kelas
XI-A. Setalah diterapkan selama tiga bulan, Sugiarto mendata
kembali (mengevaluasi) keadaan dan karakteristik kelas XI-
A. Meskipun tidak sehebat XI-B, ternyata kelas XI-A pun bisa
menulis, dan karyanya dimuat di surat kabar lokal.
d. Penelitian Naturalistik
Penelitian ini sering disebut dengan penelitian kualitatif.
Penelitian ini diarahkan untuk meneliti kondisi objek yang
alami. Peneliti menjadi instrumen kunci karena analisis terhadap
data temuan sangat ditentukan oleh ketajaman pemikiran si
peneliti. Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan). Data yang dihasilkan bersifat deskriptif dan analisis
data dilakukan secara induktif. Hasil penelitian yang didapat
lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Contoh: Ada sebuah komunitas masyarakat di Temang-
gung yang sering berkomunikasi dengan peribahasa dan
seloka. Frekuensi pemakaiannya begitu tinggi, hampir
setiap wacana komunikasi mereka bumbui dengan kelimat-
kalimat perumpamaan. Kondisi ini menarik perhatian seorang
dosen bahasa di kota itu. Ia kemudian melakukan penelitian
sosiolinguistik terhadap tradisi komunikasi tersebut. Ia
melakukan survei untuk menghitung frekuensi dan prosentase
pengunaan peribahasa dalam setiap komunikasi. Ia juga
melakukan wawancara dan studi literatur untuk mengetahui
latar belakang masyarakat tersebut. Ia berharap mendapat
penjelasan logis dan ilmiahnya.
e. Penelitian kebijakan (Policy Reseach)
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan semacam
masukan agar kebijakan yang diambil tidak salah. Lembaga
pemerintah atau pengambil keputusan sangat membutuhkan
penelitian ini agar kebijakannya yang menyangkut hayat hidup
orang banyak tidak salah arah atau merugikan masyarakat.
Proses penelitian dilakukan pada analisis terhadap situasi dan
masalah-masalah sosial yang mendasar. Hasilnya berupa data
dan masukan (rekomendasi) untuk mendorong atau menolak

20 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


sebuah kebijakan yang akan diputuskan. Dengan demikian,
penelitian ini sangat relevan bagi lembaga atau institusi
yang bergerak dibidang perencanaan dan pembangunan.
Contoh: Karena kekurangan dana, dinas pendidikan sebuah
kota bermaksud akan membebankan sebagian biaya pengadaan
buku ajar kepada siswa (masyarakat). Sebelum mengeluarkan
kebijakan, Dinas Pendidikan kota tersebut melakukan penelitian
terhadap kemampuan ekonomi orang tua siswa, sikap dan
kesediaan mereka, termasuk masukan dari aparat dari cabang
dinas, kepala sekolah, dan guru. Hasilnya menunjukkan bahwa
masyarakat tidak siap secara sosial dan ekonomi. Aparat
tidak siap secara psikologis. Meskipun secara administratif
bisa saja dilakukan, tetapi karena hasil penelitian kebijakan
tidak memungkinkan kepala dinas pendidikan kota tidak jadi
mengeluarkan kebijakan tersebut.
f. Penelitian Tindakan (Action Reaseach)
Penelitian tindakan dilakukan untuk mengembangkan
pendekatan atau program baru guna memecahkan masalah
aktual. Dalam bidang pengajaran, penelitian jenis ini populer
dengan istilah penelitian tindakan kelas. Tujuan utama
penelitian ini adalah mengubah situasi, perilaku, dan organisasi
(mekanisme kerja, iklim kerja, dan strukturnya). Karena fokus
masalahnya sangat khusus (lokal) maka hasil penelitian ini
lebih ditekankan pada tujuan pemecahan masalah dibanding
pengembangan ilmu.
Contoh: Seorang guru menemukan kenyataan bahwa
kemampuan membaca kritis para siswanya umumnya rendah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, ia merancang penelitian
tindakan kelas. Dia mengawalinya dengan melakukan
pemahaman faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan
membaca kritis siswanya. Ia mengkajinya dari aspek intelektual-
kognitif, sosial-ekonomi, dam kebiasaan membaca. Dari data-
data yang didapatnya ia merancang beberapa program sesuai
dengan latar belakang masalah yang dihadapi. Program itu
kemudian ia laksanakan para kurun waktu tertentu (beberapa
pertemuan pembelajaran). Hasil pelaksanaan program pada

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 21


kurun waktu tersebut ia pelajari (dalam istilah penelitian tindakan
kelas disebut refleksi) sehingga ditemukan keunggulan dan
kelemahan program yang ia lakukan. Dari hasil refleksi tahap
pertama tersebut, ia menyusun program baru yang merupakan
revisi program lama. Program revisi itu ia terapkan lagi. Begitu
seterusnya sehingga guru tersebut menemukan program yang
dinilai tepat dan memadai.
g. Penelitian Evaluasi
Evaluasi adalah upaya membandingkan antara ke-
jadian,kegiatan, atau produk, dengan strandar atau kriteria yang
telah ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari
proses pengembalian keputusan. Dari sisi penelitian, kegiatan
ini bisa dikatakan proses penelitian karena didalamnya ada
proses pencarian data, pengolahan data, dan penafsiran data
sehingga diperoleh temuan atau rekomendasi.
Dalam bidang pendidikan, dikenal ada evalusi formatif
yang ditekankan pada proses dan penelitian sumatif yang
ditekankan pada produk. Evaluasi formatif dilakukan untuk
mendapatkan feedback dari suatu aktivitas dalam proses.
Evaluasi sumatif dilakukan untuk memperoleh kejelasan efek-
tivitas pencapaian program (hasil).
Contoh: Sebuah sekolah menengah atas menyusun sebuah
program unggulan. Program unggulan itu kemudian diterapkan
selama satu semester. Setiap bulan, pimpinan sekolah melakukan
evaluasi (formatif) agar program yang dijalankan sesuai dengan
rencana. Pada akhir semester, pimpinan melakukan evaluasi lagi
(sumatif) untuk melihat apakah program yang dijalankan telah
memberikan hasil yang diharapkan atau belum. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa program bisa dijalankan sesuai rencana
dan memberikan hasil yang memuaskan. Sekolah memutuskan
untuk melanjutkan program tersebut sebagai program unggulan
sekolah.
h. Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah adalah penelitian yang dilakukan
untuk memperoleh penjelasan logis berdasarkan kejadian-
kejadian yang berlangsung di masa lalu. Tujuan penelitian

22 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


ini adalah untuk merekonstruksi kejadian-kejadian masa lalu
secara sistematis dan objektif. Data dikumpulkan, dievaluasi,
diverifikasi, kemudian disimpulkan. Meskipun masih bersifat
hipotetis, penelitian ini kemudian dijadikan patokan untuk
mengetahui sejarah tentang sesuatu. Inti pertanyaan penelitian
sejarah adalah: kapan terjadinya, siapa pelakunya, dan
bagaimana prosesnya.
Contoh: Seorang calon sarjana sastra, ingin mengetahui
sejarah perkembangan kesenian tradisional Jatilan di Magelang.
Ia kemudian mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari
perpustakaan, musium, bahkan berburu naskah lama ke pelosok-
pelosok wilayah Magelang. Ia pun mencari narasumber yang
memiliki informasi tentang kesenian itu. Dari hasil penelitiannya,
ia bisa membuat semacam rekonstruksi sejarah, sejak kapan
kesenian itu ada, siapa saja tokoh yang berperan melestarikannya,
dan kondisinya dari masa ke masa hingga kini.
3. Penelitian Berdasarkan Tingkat Eksplanasi
Eksplanasi artinya penjelasan, tingkat eksplanasi artinya tingkat
atau kadar penjelasan. Tingkat penjelasan dalam penelitian bisa
dibagi tiga yaitu penelitian deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
a. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan ter-
hadap variabel mandiri, tanpa dibandingkan atau dihubungkan
dengan variabel lain. Peneliti berusaha mendapatkan data apa
adanya kemudian menggambarkan (mendeskripsikan) apa
adanya. Kinerja peneliti dalam penelitian ini mirip kinerja
seorang fotografer, fenomena atau variabel yang diteliti didata
karakteristiknya (difoto) kemudian dijelaskan seperti apa adanya
(dicetak jadi foto yang menggambarkan objek apa adanya.
Contoh: penelitian terhadap kemampuan menulis paragraf siswa
kelas VII SMP Muhammadiyah Plus Muntilan Magelang tahun
pelajaran 2013-2014. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
tes menulis paragraf. Hasil tes kemudian dideskripsikan untuk
menggambarkan tingkat kemampuan atau keterampilan siswa
SMP tersebut dalam menulis paragraf.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 23


b. Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan dua variabel atau lebih. Kedua variabel bisa
jadi tidak berhubungan atau mandiri. Tujuan penelitian ini
antara lain untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau
mana yang sebaiknya dipilih.
Contoh : perbandingan kemampuan membaca siswa laki-
laki dan siswa perempuan di SDN 3 Kemirirejo Kota Magelang.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes kemampuan
membaca siswa laki-laki dan perumpuan. Hasil tes kelompok
laki-laki dan perempuan dipisahkan. Lalu dilakukan perhitungan
jumlah dan rata-rata hasil tes kedua kelompok. Dari rata-rata
hasil tes sudah bisa dilihat ada tidaknya perbedaan. Tetapi untuk
mengetahui lebih pasti signifikan tidaknya perbedaan itu, bisa
dilakukan pengujian secara statistik yaitu dengan menggunakan
uji t (T-test) atau ANOVA.
c. Penelitian Asosiatif
Penelitian asosiatif adalah penelitian yang berusaha mencari
hubungan antara satu varibal dengan varibal lain. Hubungannya
bisa simetris, kausal, atau interaktif. Hubungan simetris adalah
hubungan anatara dua variabel yang bersifat sejajar, sama.
Contoh penelitian asosiatif simetris: hubungan antara
kemampuan matematis dengan kemampuan berbahasa.
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-
akibat. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi
variabel yang lain (dependen). Contoh penelitian kausal :
pengaruh kekerapan membaca terhadap kemampuan efektif
membaca. Hubungan interaktif adalah hubungan antar
variabel yang saling mempengaruhi. Contoh: Hubungan
kepandaian dengan kekayaan (Diasumsikan kepandaian
membuat orang bisa kaya, dan sebaliknya karena kaya
orang mempunyai biaya untuk belajar sehingga pandai).
Teknik analisis penelitian asosiatif menggunakan teknik analisis
kuantitatif (statistik). Perhitungan untuk mengatahui hubungan
dan pengaruh antar variabel itu antara lain perhitungan koefesien
korelasi rank Spearman dan Person Product moment.

24 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


BAB II
ETIKA DALAM PENELITIAN

A. Makna Etika

Istilah etika sering disamakan dengan moral. Etika berasal dari bahasa
Yunani “ethos, ethikos”. Dalam bahasa latin istilah “ethos, ethikos” disebut
“mos” atau moralitas. Baik ethos maupun moral artinya : adat istiadat,
kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia kedua-duanya diterjemahkan dengan
kesusilaan (Frans von Magnis, 1975). Tetapi antara kedua istilah tersebut
terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut menurut J. Verkuyl (1979 : 15)
yaitu “dalam pemakaian di kalangan ilmu pengetahuan kata etika itu telah
mendapat arti yang lebih dalam dari pada kata moral. Kata moral telah
mendangkal artinya. Kadang-kadang “moral” dan “mos” atau “mores”
hanya kelakuan lahir saja, tetapi senantiasa menyinggung juga kaidah dan
motif-motif perbuatan seseorang yang lebih dalam.
Menurut pandangan Sastrapratedja (2004), etika dalam konteks
filsafat merupakan refleksi filsafati atas moralitas masyarakat sehingga
etika disebut pula sebagai filsafat moral. Etika mencakup norma untuk
berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang
seharusnya tidak boleh dilakukan. Etika membantu manusia untuk melihat
secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu kita
untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma-norma
baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata
kehidupan masyarakat.
Dari beberapa penulis filsafat mengatakan bahwa etika adalah
“filsafat moral”. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk memberikan
penilaian atau predikat terhadap tingkah laku manusia. Karena itu, untuk
memahami pengertian moral sangat erat hubungannya dengan etika. Etika
adalah suatu ilmu cabang filsafat yang objek kajiannya adalah tingkah laku
manusia ditinjau dari nilai baik atau buruknya.
Berkenaan dengan hal di atas, dalam ranah kegiatan penelitian
“etika” dijadikan ukuran kepatutan tentang boleh atau tidaknya, baik

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 25


atau buruknya sebuah aspek-aspek tertentu dalam kegiatan penelitian.
Hal ini diperlukan karena bagaimanapun juga esensi penelitian adalah
untuk mencari kebenaran dari sebuah gejala yang muncul. Kebenaran
yang dihasilkan dalam sebuah penelitian adalah kebenaran empirik dan
kebenaran logis. Ford dalam Lincoln dan Guba (1985 : 14) menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan kebenaran empirik yaitu apabila konsisten
dengan alam, dalam bentuk menerima atau menolak hipotesis atau prediksi.
Sedangkan kebenaran logis yaitu apabila hipotesis atau prediksi konsisten
atau sesuai secara logis dengan hipotesis atau prediksi terdahulu yang sudah
dinyatakan benar. Untuk itu, dalam rangka melahirkan sebuah kebenaran
empirik dan logis sebagai hasil penelitian yang sitematis dan logis pula
maka dibutuhkan etika sebagai piranti sekaligus rambu bagi peneliti dalam
melakukan kegiatan penelitian.

B. Etika Umum Penelitian Ilmiah

Sebelum membahas lebih jauh, seorang peneliti haruslah mengetahui


prinsip-prinsip etis penelitian. Prinsip-prinsip etis dalam penelitian akan
berbeda antara satu institusi dengan yang lain karena pada hakikatnya
prinsip-prinsip ini merupakan hasil kesepakan antara anggota yang
diratifikasi oleh lembaga yang menaungi kegiatan penelitian tersebut.
Berbicara tentang pelanggaran etika, maka akan sangat terkait
dengan dua elemen: peneliti dan penelitian. Ketika seorang peneliti
melanggar etika penelitian maka akan berdampak secara langsung pada
hasil penelitian. Lebih jauh, disamping hasil penelitian yang tidak akan
diakui oleh peneliti-peneliti lain, elemen kedua, peneliti secara personal
akan mendapatkan konsekwensi berupa sanksi mental dan mungkin sanksi
akademis dari lembaga yang menaunginya.
Di bawah ini akan secara umum dibahas beberapa prinsip-prinsip
etis penelitian secara umum (Tahir, 2004: 12):
1. Kejujuran: elemen pertama di atas semua prinsip etis penelitian
adalah kejujuran. Ini sangat bisa dinalar karena tanpa adanya kejujuran
baik dalam pengolahan data, pengambilan data, dan pelaporan data
dampak negatifnya akan langsung terlihat dan sangat berimbas
kepada reliabilitas dan validitas penelitian. Karena pentingnya itulah
kejujuran selalu ditaruh yang paling atas. Berkaitan dengan prinsip

26 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


kejujuran diatas seorang peneliti haruslah tidak boleh “mengarang”
(fabricate), memalsukan (falsify), mengelabui proses maupun
hasil penelitian. Peneliti haruslah se objective mungkin dan selalu
berpegang kepada aturan-aturan penelitian.
2. Ketelitian: peneliti haruslah, walaupu manusia tempat salah dan
lupa, meminimalisir kesalahan dan kemungkinan-lemungkinan yang
dapat menyebabkan kesalahan. Terutama sekali, seorang peneliti
harus menghindari ke alpaan dan kontra kepentingan.
3. Keterbukaan: menekankan kepada aspek sharing, sebaiknya para
peneliti sedikit melonggarkan individualismenya untu saling berbagi,
memberikan saran dan kritik untuk kebaikan bersama. Sharing bisa
meliputi metode, data, hasil, gagasan dan tehnik.
4. Penghargaan: penghargaan yang paling sederhana kita berikan
kepada peneliti yang sudah mempublikasikan karya nya adalah ikut
menjaga karya tersebut dari aksi plagiarism dalam bentuk pemberian
hak paten. Selain itu sebagai seorang peneliti sudah sepatutnya kita
minta izin ketika akan menggandakan karya seseorang terutama
sekali data, metode, dan hasil penelitian yang belum dipublikasikan.
Menuliskan semua sumber, dan narasumber yang memberikan
kontribusi terhadap riset juga diperlukan demi ikut menghargai karya
peneliti lain.
5. Tanggungjawab Sosial: tujuan segala bentuk penelitian yang paling
akhir dan utama adalah kontribusi untuk kesejahteraan umat manusia.
Tanpa mengabaikan hak-hak orang lain, selayaknya penelitian, yang
digunakan untuk memajukan masyarakat, tidak malah memberikan
dampak negative dalam prosesnya maupun hasilnya.
6. Saling menghormati: sama seperti point penghargaan diatas, dalam
penelitian biasanya tidak hanya melibatkan individu sebagai peneliti,
namun ada banyak tangan lain yang ikut membantu penelitian
bahkan banyak sekali bentuk penelitian yang dilakukan secara team
work. Pemberian hak yang seimbang berdasarkan jasa dan kontribusi
terhadap berjalanya penelitian sangatlah dibutuhkan.
7. Menghargai privasi nara sumber dan subject penelitian lain:
kerahasiaan, bila diminta oleh nara sumber atau setting dan situasi
yang mengharuskan untuk perahasiaan, harus dijaga saat, sedang atau
setelah selesai penelitian bahkan jauh-jauh hari setelah penelitian
tersebut tidak lagi dipublikasikan.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 27


C. Etika dalam Penelitian Pendidikan

Tujuan filosofis dalam Penelitian Pendidikan adalah perubahan


kearah yang lebih baik. Perubahan kearah yang lebih baik terserbut
dirancang dengan cara memecahkan permasalahan pendidikan dan
pembelajaran atau perbaikan pembelajaran di sekolah dan di kelas yang
dilakukan oleh praktisi pembelajaran, guru itu sendiri (Fatchan, 2009:
11).
Dengan kata lain, perubahan apapun yang akan dilakukan praktisi
pendidikan dalam kaitanya dengan belajar dan pembelajaran yang pasti
akan melibatkan dan mempengaruhi banyak pihak selain siswa seperti
teman sejawat, atasan, bahkan orang tua maka perubahan tersebut dalam
prosesnya harus dilakukan secara etis.
Berikut adalah uraian singkat tentang prinsip-prinsip etis yang perlu
diperhatikan dalam melakukan Pendidikan:
1. Kelengkapan Dokumen
Dalam melakukan penelitian, peneliti hendaknya menyertakan
beberapa kelengkapan berupa surat izin kepada subject penelitian
dan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan penelitian tersebut.
2. Negosiasi Akses
Perizinan tempat misalny adalah hal yang terbelit-belit dalam
birokrasi namun hal ini tidak boleh terlewat. Dengan menguatarakan
niat kita dengan baik kepada pihak yang berwenang, bukan tidak
mungkin akses kita ke dalam, misalnya sekolahan, akan lebih baik
lagi.
a. Dengan yang berwenang: pihak yang berwenang di sekolah
seperti kepala sekolah adalah orang yang akan memberikan izin
dalam penelitian. Adapun bila dalam penelitian ada perubahan,
maka pihak yang pertama kali berhak tahu adalah kepala
sekolah.
b. Peserta: selayaknya peneliti tidak menempatkan peserta atau
subject penelitian sebagai “kelinci percobaan” namun lebih
kepada partner dalam penelitian. Peneliti perlu menegaskan
ini berkali-kali di dalam maupu di luar kelas sehingga pada
saat penelitian peserta penelitian tidak canggung dan merasa
ditekan kebebasanya untuk bersikap sealami mungkin. Selain

28 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


itu instrument berupa surat pemberitahuan akan penelitain juga
harus disertakan.
c. Orang Tua: karena PTK melibatkan peserta didik maka ada
baiknya surat yang diberikan kepada murid-murid diteruskan
kepada orang tua. Dengan demikian orang tua tidak akan khawatir
dan bertanya-tanya bila nantinya ada perbedaan kelakuan atau
sikap pada peserta didik selama proses penelitian.
3. Menjaga Kerahasiaan
Seperti diutarakan jauh diatas mengenai privasi, maka sudah
selayaknya peneliti menjaga wilayah privasi siswa, guru, orang tua,
bahkan institusi bila hal ini diperlukan.
a. Kerahasiaan infromasi: hendaknya peneliti menegaskan
akan melaporkan informasi yang termasuk zona public untuk
mengetahuinya. Dan pelaporanya itupun harus sesuai dengan
peraturan-peraturan terkait yang berlaku. Adapun informasi-
informasi yang bersifat privasi hendaknya tidak dilaporkan.
Kalaupun terpaksa dilaporkan maka harus minta izin kepada
pihak yang terkait dan merahasiakan identitasnya.
b. Kerahasiaan Identitas: dalam penyebutan identitas baik
individu maupun tempat hendaknya peneliti minta izin dengan
pihak terkait terlebih dahulu. Pun dalam penyebutan, peneliti
bisa menggunakan insial, kode, nomor dan sebagainya dan
menghindari penggunaan nama fiktif karena mungkin akan ada
kesamaan dengan realitas mengingat penyebutan nama adalah
hal yang sensitive.
c. Kerahasiaan data: kerahasiaan data adalah hal yang penting
dalam penelitian. Data yang pada hakikatnya informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti akan dipertanggung jawabkan kelak
oleh karena itu keorisinilan, validitas, dan reliabilitas data harus
dijaga. Begitu juga bila data tersebut menyangkut privasi, maka
perlu sedianya untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum
digunakan. Misalnya, ketika seorang peneliti punya data
descriptive berupa rekaman, maka data tersebut bisa ditranskrip
lebih dahulu sebelum diklarifikasi oleh beberapa nara sumber.
d. Menjaga Kepercayaan: hal yang paling sering muncul
bukanlah salah satu pihak yang menghianati pihak lain, namun

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 29


kerusakan kepercayaan ini disebabkan karena kurangnya
keterbukaan dalam komunikasi antara peneliti dengan peserta.
Sebaiknya bila ragu-ragu dalam melangkah, peneliti melakukan
pengecekan ulang kepada yang terkait.
e. Mejaga Kode Etik profesionalitas dan Akademik: sebagai
kaum akademik selayaknya peneliti selalu mengingat bahwa
kegiatan Pendidikan adalah kegiatan professional yang
menuntut tanggunjawab dan komitmen pribadi. Segala kegiatan
Pendidikan harus memenuhi persyaratan akademik yang telah
ditentukan.

D. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian

Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus


memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan
prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam
penelitian tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan
subyek penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek
sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (Jacob,
2004).
Peneliti sebagai tenaga pendidik professional wajib dan mempunyai
tanggung jawab moral untuk bekerja sesuai dengan standard kode
etik profesi. Kode etik memberikan panduan kepada peneliti untuk : 1)
Memilih tujuan, desain, metode pengukuran, dan subjek penelitian, 2)
Mengumpulkan dan menganalisis data, 3) Menginterpretasikan hasil, dan
4) Mempublikasikan laporan penelitian.
Ada 3 (tiga) prinsip utama etika riset atau penelitian yang perlu
dipahami dan diterapkan oleh peneliti adalah :
1. Beneficial
Jika dalam penelitian yang dilakukan peneliti memberikan
perlakukan tertentu terhadap kondisi subjek, maka harus dapat
dipastikan bahwa perlakuan tersebut dapat memberikan manfaat bagi
subjek untuk memperbaiki kondisi atau mendapatkan solusi terhadap
persoalan yang telah dihadapi.

30 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Prinsip ini mengandung 4 dimensi:
a. Bebas dari bahaya
Yaitu peneliti harus berusaha melindungi subjek yang diteliti,
terhindar dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik atau mental.
b. Bebas dari eksploitasi
Keterlibatan peserta dalam penelitian tidak seharusnya me-
rugikan mereka atau memaparkan mereka pada situasi yang
mereka tidak disiapkan.
c. Manfaat dari penelitian
Manfaat penelitian yang paling penting adalah meningkatnya
pengetahuan atau penghalusan pengetahuan yang akan
berdampak pada subjek individu, namun lebih penting lagi
apabila pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi suatu
disiplin dan anggota masyarakat.
d. Rasio antara resiko dan manfaat
Peneliti dan penilai (reviewer) harus menelaah keseimbangan
antara manfaat dan resiko dalam penelitian.
2. Menghargai Martabat Manusia
Menghormati martabat subjek meliputi :
a. Hak untuk self determination (menetapkan sendiri)
Prinsip self determination ini mengandung arti bahwa subjek
mempunyai hak untuk memutuskan secara sukarela apakah dia
ingin berpatisipasi dalam suatu penelitian, tanpa beresiko untuk
dihukum, dipaksa, atau diperlakukan tidak adil.
b. Hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap (full disclosure)
Penjelasan lengkap berarti bahwa peneliti telah secara penuh
menjelaskan tentang sifat penelitian,hak subjek untuk menolak
berperan serta, tanggung jawab peneliti, serta kemungkinan
resiko dan manfaat yang bisa terjadi.

Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati


harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan
formulir persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri dari:

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 31


1) penjelasan manfaat penelitian.
2) penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang
dapat ditimbulkan.
3) penjelasan manfaat yang akan didapatkan.
4) persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian.
5) persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja dan.
6) jaminan anonimitas dan kerahasiaan. Namun kadangkala,
formulir persetujuan subyek tidak cukup memberikan proteksi
bagi subyek itu sendiri terutama untuk penelitian-penelitian
klinik karena terdapat perbedaan pengetahuan dan otoritas
antara peneliti dengan subyek.
3. Mendapatkan Keadilan
Prinsip ini mengandung hak subjek untuk mendapatkan per-
lakuan yang adil dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasaan
pribadi.
Hak mendapatkan perlakuan yang adil berarti subjek mem-
punyai hak yang sama, sebelum, selama, dan setelah partisipasi
mereka dalam penelitian. Perlakuan yang adil mencakup aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Seleksi subjek yang adil dan tidak diskriminatif.
b. Perlakuan yang tidak menghukum bagi mereka yang menolak
atau mengundurkan diri dari kesertaannya dalam penelitian,
walaupun dia pernah menyetujui untuk berpartisipasi.
c. Penghargaan terhadap semua persetujuan yang telah dibuat
antara peneliti atau subjek, termasuk prosedur dan pembayaran
atau tunjangan yang telah dijanjikan.
d. Subjek dapat mengakses penelitian setiap saat diperlukan untuk
mengklarifikasi informasi.
e. Subjek dapat mengakses bantuan professional yang sesuai
apabila terjadi gangguan fisik atau psikologis.
f. Mendapatkan penjelasan, jika diperlukan yang tidak diberikan
sebelum penelitian dilakukan atau mengklarifikasi isu yang
timbul selama penelitian.
g. Perlakuan yang penuh rasa hormat selama penelitian.

32 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


E. Pelanggaran Etik

Dalam masa modern ini pelanggaran terhadap moral tidak boleh


terjadi. Pengalaman kedokteran NAZI pada tahun 1930an – 1940an
merupakan contoh pelanggaran etik yang sangat terkenal. Program
penelitian Nazi melibatkan tawanan perang dan ras tertentu dalam mengetes
daya tahan manusia dan reaksi manusia terhadap penyakit dan obat yang
tidak ditest. Penelitian ini tidak beretika bukan hanya mereka mendapatkan
penyiksaan secara fisik akan tetapi mereka juga tidak memiliki kesempatan
untuk menolak berpartisipasi.
Beberapa penelitian yag melanggar etik diantaranya penelitian yang
dilakukan tahun 1932 dan 1972 yang dikenal sebagai The Tuskegee Syphilis
Study, yang disponsori oleh Departemen Kesehatan yang mengidentifikasi
efek syphilis pada 400 laki-laki dari komunitas Afrika-Amerika. Contoh
lain adalah menginjeksi sel kanker hidup pada pasien orang tua di Rumah
Sakit Penyakit Kronis Yahudi di Brooklyn, yang tidak menjelaskan dahulu
kepada pasien.
Kode etik penelitan internasional yang dinamakan sebagai Nuremberg
Code, dibuat setelah kejadian yang dilakukan oleh NAZI. Pada tahun
1964 Declaration Helsinki, diadopsi oleh World Medical Association dan
direvisi pada tahun 2000.
Tujuan suatu penelitian adalah menghasilkan pengetahuan ilmiah
yang hanya bisa diperoleh melalui penelitian, pelaporan, dan publikasi yang
dilakukan secara jujur. Walaupun demikian, masih tetap banyak publikasi
penelitian di berbagai jurnal ilmiah terkenal ternyata melibatkan prilaku
curang. Beberapa isu yang relevan dengan masalah pelanggaran ilmiah
berhubungan kecurangan dalam mempublikasikan penelitian, adalah:
a. Definisi kecurangan ilmiah.
b. Perkembangan kebijakan.
c. Identifikasi mekanisme untuk menyampaikan kebijakan kepada
ilmuwan.
d. Penetapan kenggotaan dari komite etik penelitian.
e. Pengembangan proses pemberitahuan tentang bantuan donor dan
jurnal.
f. Pencegahan dan peran telaah sejawat.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 33


Contoh ketidakjujuran dalam penelitian:
a. Pemalsuan
Penyampaian suatu temuan tentang informasi yang tidak pernah ada.
b. Manipulasi desain atau metode
Secara sengaja merencanakan desain studi atau metode pengumpulan
data, sehingga hasil menjadi bias terhadap hipotesis penelitian.
c. Menahan atau memanipulasi data secara selektif.
Memilih hanya data yang konsisten dengan hipotesis penelitian dan
membuang yang lainnya.
e. Plagiat
Secara sengaja menggunakan hasil atau ide orang lain sebagai
miliknya.
f. Kolaborasi yang tidak bertanggung jawab
Gagal berperan serta dalam suatu tim penelitian atau melaksanakan
tanggung jawab sebagai co-author.

34 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


BAB III
MASALAH DAN PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
BIDANG PENDIDIKAN

A. Masalah

Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu


dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat
digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang
akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh
Emory ( 1985 ) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya
berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan hasilnya langsung
dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat
dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering
merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 198).
Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya
(harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan
tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi,
politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan
mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang
perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya
masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi
beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan
efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis penelitian dalam
bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan dengan
menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung
di kelas dengan harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peneliti dalam penelitian tindakan ialah melakukan identifikasi dan
membuat perumusan masalah yang memungkinkan diteliti lewat penelitian
tindakan (Depdikbud, 1999:11). Lebih lanjut dikemukakan bahwa
kedudukan perumusan atau formulasi masalah penelitian merupakan suatu
langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 35


Orang menyatakan bahwa jika peneliti berhasil merumuskan masalah
penelitian dengan baik dan benar, berarti ia telah melampaui separo jalan.
Dengan rumusan masalah yang jelas dan tajam, maka peneliti akan mampu
meletakkan dasar teori dan atau kerangka konseptual pemecahan masalah,
hipotesis tindakan akan dapat dirumuskan karena berdasarkan rumusan
masalah dapat diidentifikasi dan ditetapkan alternatif solusinya atau
tindakan tepat yang perlu dilakukan. Demikian pula data apa yang harus
dikumpulkan untuk mengkaji atau sebagai bahan refleksi atas tindakan
yang telah dan sedang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan dan
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang
diharapkannya dalam penelitian tindakan.
Perlu disadari bahwa masalah penelitian tindakan mempunyai ciri
atau karakteristik yang berbeda dengan penelitian konvensional yang
biasa dilakukan para peneliti pendidikan di perguruan tinggi. Peneliti tidak
berada di luar apa yang diteliti, tetapi berada di dalamnya (as an inquiry
on practice from within), di mana guru sebagai peneliti terlibat langsung
dalam pelaksanaan penelitian tindakan. Oleh karena itu, diharapkan dengan
memilih masalah yang tepat, guru sebagai peneliti selain dapat melakukan
perbaikan, peningkatan dan atau perubahan proses pembelajaran yang
lebih baik, berdampak pula terhadap diri guru, yaitu menumbuhkan
sikap dan kemauan untuk selalu berupaya memperbaiki, meningkatkan
dan melakukan perubahan atau timbulnya budaya berdinamika dan
menimbulkan budaya untuk meneliti atau menjadikan dirinya sebagai guru
peneliti (teacher as researcher in his/ her classroom).

B. Sumber Masalah

Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seha-


rusnya dengan apa yang benar – benar terjadi, antara teori dengan praktek,
antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan.
Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui
atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan
kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya
pengaduan, dan kompetensi. Jika masalah penelitian konvensional peneliti
dapat diperoleh dari bahan bacaan, laporan penelitian, makalah, diskusi
dan lain sebagainya, dan pencarian dilakukan secara induktif-deduktif,

36 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


maka masalah penelitian tindakan harus bersumber dari guru sendiri.
Harus merupakan hasil refleksi atau masalahnya sendiri dan bukan berasal
dan orang lain, misalnya lembaga riset.
Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2007:80), mengemukakan pertanyaan-
pertanyaan berikut untuk menolong mencari fokus permasalahan.
Apa yang sekarang sedang terjadi?
Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permasalahan?
Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?
Saya ingin memperbaiki . . .
Saya mempunyai gagasan yang ingin saya cobakan di kelas . ..
Apa yang dapat saya lakukan dengan hal semacam itu?

Apabila pertanyaan-pertanyaan di atas diperhatikan, dan guru atau


dosen menemukan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di kelas,
maka benarlah guru atau dosen telah menemukan fokus permasalahan
untuk penelitian kelas. Bersiap-siaplah untuk melakukan langkah-
langkah selanjutnya. Sebagai contoh, ada beberapa kemungkinan dalam
permasalahan yang ditemukan terjadi dalam aspek-aspek pembelajaran
seperti:
Suasana kelas yang kurang mendukung kelancaran proses belajar
mengajar.
Metode pembelajaran yang kurang tepat untuk membahas pokok
kajian.
Buku teks yang tidak mendukung.
Media pembelajaran yang tidak ada atau kurang.
Sistem penilaian yang tidak sesuai, dan aspek lain yang mungkin
dinilai kurang.
Sebagai contoh, salah satu masalah yang disebutkan di atas ialah
sistem penilaian yang kurang tepat sehingga mengganggu proses belajar
peserta didik. Hal ini perlu dipikirkan sebagai suatu permasalahan yang
mungkin dapat diperiksa melalui tindakan karena memang hal itu tercakup
dalam bidang Penelitian Tindakan Kelas, dan guru berpendapat juga bahwa
sistem penilaian itu perlu diperbaiki.
Untuk lebih menjelaskan bagaimana mengidentifikasi dan mencari
permasalahan dan kemudian dipilih guru atau dosen sebagai fokus masalah
yang akan dijadikan bidang penelitian, berikut ini beberapa contoh:

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 37


a. Pengembangan model teknik non-tes bentuk inkuiri dalam evaluasi
hasil belajar bahasa Indonesia di kelas 5 SD.
b. Upaya meningkatkan keterampilan menulis paragraf induktif mela-
lui pendekatan cooperative learning.
c. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam berbicara
melalui pembelajaran isu-isu kontroversial.
d. Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran membaca pemahaman
sebagai upaya untuk menigkatkan proses belajar mengajar dan
prestasi akademik mahasiswa.

Banyak hal dalam aspek-aspek yang disebut di atas yang dapat


secara terinci terus dikembangkan menjadi fokus permasalahan. Sumber
masalahnya dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa muncul
dari tiga hal (Ranjit Kumar, 1996):
1. Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)
Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar
manusia yang bukan penelitian. Tapi juga jangan “saklek”, karena
masalah manusia yang tadinya bukan masalah penelitian bisa kita
“goyang sedikit” menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa
punya masalah pokok yaitu “kekurangan uang”. Ini bisa kita “kon-
versi” menjadi masalah penelitian misalnya menjadi: -Mendeteksi
raut muka mahasiswa bokek dengan face recognition system. -Model
bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa.
2. Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program).
Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa
menjadi masalah penelitian. Contoh, dosen-dosen saking sibuknya
ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas untuk meeting
bulanan di universitas. Nah ini jadi masalah penelitian, approachnya
nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi scheduling dengan sedikit
sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan beberapa
alternatif waktu meeting yang pas untuk semua.
Masalah lain misalnya, sistem informasi manajemen di
universitas kita ada masalah. Nggak bisa online bekerjanya dan
nggak sesuai dengan business process sebenarnya yang dilakukan
oleh para staff dalam mengelola administrasi sekolah. Nah software
dan sistem ini kita perbaiki supaya sesuai dengan yang dibutuhkan.

38 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Sistem parkir di Mal yang tidak bisa mendeteksi mana area parkir
yang kosong, bisa jadi masalah penelitian yang menarik juga.
3. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)
Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah
penelitian yang menarik. Contoh, fenomena bahwa situs portal
yang dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata sepi
pengunjung. Nah ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan
traffic, misalnya bisa dengan memainkan bebrapa teknik supaya
search engine mau menengok situs kita, ini sering disebut dengan
Search Engine Optimization. Nah dari sini kita sudah dapat judul:
“Mengembangkan situs portal traffic tinggi dengan teknik Search
Engine Optimization (SEO)”.
Fenomena lain lagi, proses pendeteksian golongan darah untuk
skala besar (massal) misalnya untuk seluruh mahasiswa universitas
yang mencapai 5000 orang ternyata memakan waktu yang sangat
lama. Ini sebuah fenomena, kita beri solusi dengan software sistem
yang menggunakan beberapa teknik artificial intelligence yang
memungkinkan pendeteksian golongan darah ini. Sehingga 5000
orang bisa kita proses dalam beberapa jam misalnya.

C. Rumusan masalah

Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah meru-


pakan kesenjangan antara yang di harapkan dengan yang terjadi, maka
rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan
erat antara masalah dengan rumusan masalah, karean setiap rumusan
masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
Sebelum diuraikan bagaimana merumuskan masalah penelitian,
terlebih dahulu akan dibahas apa yang dimaksud dengan masalah. Masalah
adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan, antara apa
yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya.
Kembali kepada contoh judul penelitian tersebut diatas, itu bersumber
kepada masalah penelitian yang ada, yakni kesenjangan antara harapan
(imunisasi polio pada anak akan selalu berkesinambungan memperoleh
imunisasi polio I, polio II dan polio III), tetapi kenyataannya atau yang

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 39


terjadi tidak demikian (sebagian besar dari anak balita hanya memperoleh
imunisasi polio I saja). Contoh lain adalah penyuluhan dan kampanye
tentang posyandu di Indonesia telah meluas. Berbagai media dan cara telah
dilakukan baik oleh instansi kesehatan maupun diluar kesehatan, baik oleh
petugas maupun masyarakat sendiri.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi
milik masyarakat dan dimanfaatkan, dikembangkan dan dipelihara oleh
masyarakat. Tetapi dari hasil penelitian Jurusan Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku FKM-UI pada tahun 1990, baru sekitar 40% masyarakat
mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan posyandu. Disinilah
adanya kesenjangan atau gap dan inilah masalah penelitian. Mengenai
bagaimana memilih masalah penelitian yang baik, pada uraian-uraian
sebelumnya telah dijelaskan. Memilih masalah penelitian yang baik
dan yang akan digunakan untuk kepentingan program maupun untuk
kepentingan penulisan ilmiah dapat digunakan kriteria-kriteria yang akan
diuraikan dalam bab lain.
Merumuskan masalah penelitian ini dapat dilakukan dalam bentuk
pernyataan (problema statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan
(research question). Contoh : Posyandu di wilayah Kabupaten Bogor
sudah merata, hampir tiap RW telah mempunyai posyandu. Penyuluhan-
penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan dengan baik di posyandu-
posyandu. Namun angka drop out imunisasi polio masih tinggi, sekitar
75%. Hal ini berarti, kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita
di Kabupaten Bogor tersebut rendah. Dari pernyataan penelitian ini
kemudian dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian : a) Mengapa
kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor
rendah (mengapa angka drop out imunisasi polio tinggi)? b) Faktor-faktor
apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidaksinambungan imunisasi
polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor?.

D. Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah Penelitian

Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu merupakan


suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan
data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di kembangkan
berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat

40 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan
asosiatif.
1. Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah
yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable
atau lebih (variable yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini
penelitian tidak membuat pernamdingan variable itu pada sampel
yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang
lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian
deskriptif. Contoh rumusan masalah deskriptif:
a. Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional ?
b. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi
negeri Berbadan Hukum ?
c. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis
Sekolah di Indonesia ?
d. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
pemerintah daerah di bidang pendidikan ?
e. Seberapa tinggi tingkat produktivitas dan keuntungan financial
Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan ?
f. Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari
murid-murid sekolah di Indonesia ?

Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan


penelitian berkenaan dengan satu variable atau lebih secara mandiri
(bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif). Peneliti yang
bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional,
sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum,
efektifitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan keuntungan
financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan, minat baca
dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia
adalah contoh penelitian deskriptif.
2. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan suatu variable atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh
rumusan masalah komparatif :

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 41


a. Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah
negeri dan swasta ? (variable penelitian adalah prestasi belajar
pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta)
b. Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota
dan di Desa ? (satu variable dua sampel)
c. Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antar
murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan
Pedagang? (dua variable tiga sampel)
d. Adakah perbedaan kompetensi professional guru dan kepala
sekolah antara SD, SMP, dan SLTA? (satu variable untuk dua
kelompok, pada tiga sampel)
e. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan took yang berasal
dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas?
(satu variable dua sampel)
f. Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta? (satu variable dua sampel)
3. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian
yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih.
Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu :
a. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua
variable atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi
bukan hubungan kausal maupun interaktif. Contoh rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
1) Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan
jumlah kejahatan terhadap murid sekolah ? (variable per-
tama adalah penjual es dan kedua adalah kejahatan). Hal
ini berarti yang menyebabkan jumlah kejahatan bukan
karena es yang terjual. mungkin logikanya adalah sebagai
berikut: pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan
sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke
tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di
situ banyak kejahatan.
2) Adakah hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api
dengan jumlah anak?

42 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


3) Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual
dengan jumlah murid sekolah?
b. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab
akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:
1) Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi
belajar anak? (pendidikan orang tua variabel independen
dan prestasi belajar variabel dependen)
2) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK
terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepe-
mimpinan variabel independen dan kecepatan memper-
oleh pekerjaan variabel dependen)
3) Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi
pembelajaran di SMA?
c. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mem-
pengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen
dan dependen. Contoh:
1) Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak
SD di Kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi
mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mem-
pengaruhi motivasi.
2) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecer-
dasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang
yang kaya dengan meningkatkan kecerdasan karena gizi
terpenuhi.
4. Cara Merumuskan Masalah
a. Permasalah adalah kesenjangan (gap) antara das sollen (apa
yang seharusnya) dan das sein (apa yang ada).
b. Uraikan pendekatan konsep untuk menjawab masalah yang
diteliti, hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan
dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan
defenisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
c. Telah memunculkan konsep-konsep tertentu. Misal: attitudes,
social distance, effectiveness, credibility, dll.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 43


d. Sumber permasalahan dapat diperoleh dari :
1) Bacaan : jurnal, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, di-
sertasi, buku teks, internet, dll.
2) Seminar, lokakarya, diskusi, dll.
3) Pernyataan pemegang otoritas.
4) Pengamatan.
5) Pengalaman.
6) Intuisi, dll.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih per-


masalahan :
1) Masalah harus memberi sumbangan pada pengembangan ilmu
atau untuk kepentingan praktis.
2) Biaya, waktu, tenaga, sarana dan prasarana yang tersedia.
3) Bekal kemampuan teknis.
4) Penguasaan metode yang diperlukan.

Rumusan masalah disusun dengan memperhatikan :


1) Sebaiknya dalam bentuk kalimat tanya.
2) Hendaknya informasi (pada makna).
3) Memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya.

Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya


peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasanya
berlaku yaitu dengan memperhatikan:
1) aspek substansi;
2) aspek formulasi; dan
3) aspek teknis.

Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat
dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui
tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah
serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan
diketemukannya model tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan
teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran
yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan
dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum

44 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya
merupakan pengulangan atau replikasi saja.
Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah dirumuskan dalam
bentuk kalimat interogatif (pertanyaan), meskipun tidak dilarang
dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya dalam
rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi
lugas menyatakan secara eksplisit dan spesifik tentang apa yang
dipermasalahkan.
Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan
peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih.
Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan
metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan
metodologi penelitian tindakan, kemampuan fasilitas untuk
melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian
terhadap masalah yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, disarankan
untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, guru
dapat melakukan di kelasnya dan tidak memerlukan biaya, waktu,
dan tenaga yang besar.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 45


BAB IV
VARIABEL PENELITIAN

A. Pengertian Variabel Penelitian

Variabel berasal dari kata bahasa inggris variable yang berarti factor
tak tetap atau berubah-ubah. Namun bahasa Indonesia kontemporer telah
terbiasa menggunakan kata variable ini dengan pengertian yang lebih
tepat disebut bervariasi. Dengan demikian variable adalah fenomena yang
bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu, dan standar. Variabel
adalah sebuah fenomena (yang berubah- ubah) dengan demikian maka bisa
jadi tidak ada satu peristiwa di alam ini yang tidak dapat disebut variable,
tinggal tergantung bagaimana kualitas variabelnya, yaitu bagaimana bentuk
variasi fenomena tersebut.
Ada fenomena yang spectrum variasinya sederhana, tetapi juga
ada fenomena lain dengan spectrum variasi yang amat kompleks. Dan
salah satu contohnya adalah fenomena jenis kelamin manusia. Kalau
dikelompokkan hanya ada dua jenis kelamin, yaitu manusia laki-laki
dan manusia perempuan. Fenomena jenis kelamin itu adalah variabelnya
sedang variasinya ada 2 yaitu laki-laki dan perempuan.
Variabel adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah
sehingga dapat mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Dengan
penggunaan variabel, kita dapat dengan mudah memperoleh dan mema-
hami permasalahan.
Menurut Sugiyono (1998), variabel merupakan segala sesuatu yang
dapat diberi berbagai macam nilai. Variabel yang dimaksudkan merupakan
penghubung antara construct yang abstract dengan fenomena yang nyata.
Variabel merupakan proxy atau representasi dari construct yang dapat
diukur dengan berbagai macam nilai. Nilai variabel tergantung pada
construct yang diwakilinya. Nilai variabel dapat berupa angka atau atribut
yang menggunakan ukuran atau skala dalam suatu kisaran nilai.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

46 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Secara
teoritis, variable didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau subyek yang
mepunyai “variasi” antara satu orang dengan orang yang lain atau satu
obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Jadi dinamakan
variable karena ada variasinya (masing-masing dapat berbeda). Contoh:
tinggi badan, berat badan, motivasi, sikap, perilaku, kualitas, harga,
promosi, dan lain-lain. Jadi variabel adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya.

B. Jenis-jenis Variabel dan Identifikasinya


1. Jenis variabel berdasarkan hasil pengukuran, dapat dibedakan
menjadi 4 tingkat, yaitu:
a. Variabel Nominal
Variabel nominal adalah variabel yang hanya dapat
digolongkan secara terpisah, diskrip, kategori yang bervariasi
menurut jenis. Ciri Variabel ini adalah menunjukkan saling pilah
(mutually exlusive) antara kategori yang satu dengan kategori
yang lain. Contoh variable Nominal adalah jenis kelamin
sedang variasinya ada dua yaitu pria dan wanita. Contoh lain
adalah jenis pekerjaan variasinya ada dua yaitu negeri dan
swasta, status perkawinan variasinya ada dua yaitu kawin dan
belum kawin.
b. Variabel Ordinal
Variable ordinal yaitu variabel yang tersusun berdasarkan
jenjang dalam artibut tertentu. Ciri variabel ordinal adalah
memiliki variabel bertingkat yang menunjukkan urutan (order).
Urutan ini menggambarkan adanya gradasi atau peringkat, jarak
peringkat yang satu dengan lainnya tidak sama. Misalnya, juara
I –II –III masing-masing memperoleh skor 90, 80 dan 75. Jarak
75 ke 80 adalah 5, sedangkan jarak antara 80 ke 90 adalah 10.
Contoh lain adalah peringkat atau ranking yaitu ada ranking 1,
ranking 2 dan ranking 3.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 47


c. Variabel Interval
Variabel interval yaitu variabel yang skala pengukurannya
memiliki jarak yang sama atau memiliki satuan atau unit tertentu.
Ciri Variabel berskala interval yakni dapat membedakan antara
unit satu dan unit yang lain memiliki jarak yang tetap, tidak
memiliki nilai nol mutlak (absolute), dan skor-skor yang ada
didalamnya tidak bersifat bandingan (rasio). Misalnya skala
thermometer menunjukkan nol drajat Celsius, tetapi tetap saja
masih ada panasnya. Contoh lain adalah nilai belajar yaitu 90,
80 dan 70. Jarak antara nilai 90 dan 80 sama dengan jarak nilai
80 dan 70.
d. Variabel Rasio
Variabel rasio yaitu variabel yang dalam kuantifikasinya
mempunyai nilai nol mutlak dan dapat menunjukkan sifat
perbandingan. Misalnya, hasil pengukuran berat, yaitu berat
bayi 5 kg adalah setengah dari berat badan bayi yang lainnya 10
kg. Contoh lain seperti jarak, umur dan kecepatan.
2. Dilihat dari sifatnya variabel dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Variabel Aktif
Variabel aktif yaitu variabel yang memungkinkan untuk
dimanipulasi (bisa diubah atau bisa diganti) sesuai dengan
tujuan yang diinginkan oleh peneliti. Contohnya adalah meneliti
tingkah laku seseorang apakah baik atau buruk.
b. Variabel Atributif
Variabel atributif yaitu variabel yang sifatnya tetap dan
dalam kondisi yang wajar sifat-sifat itu sulit diubahnya. Variabel
yang tidak dapat dimanipulasi untuk keperluan riset, contoh:
Intelegensi, sikap,jenis kelamin dsb.
3. Jenis Variabel berdasarkan fungsinya:
a. Variabel dependen (Dipengaruhi, Terikat, Output, Kriteria,
Konsekuen)
Variabel dependen atau variabel tidak bebas (terikat atau
tergantung) adalah kondisi atau karakteristik yang berubah
atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau

48 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


pengganti variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini
dipengaruhi oleh variabel lain.
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena
adanya variabel bebas. Contoh: Pengaruh Iklan Terhadap
Motivasi Pembelian. Iklan = Variabel Independen Motivasi
Pembelian = Variabel Dependen.
b. Variable independen (Pengaruh, Bebas, Stimulus, Prediktor)
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang men-
jadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat).Variabel independen atau variabel bebas (bisa diganti-
ganti) adalah kondisi-kondisi atau karakteristik yang oleh
peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan
hubungan- hubungan dengan fenomena yang diobservasi.
Menurut fungsinya variabel ini mempengaruhi variabel lain,
jadi secara bebas berpengaruh dalam variabel lain.
c. Variabel intervening
Variabel intervening atau variabel penghubung yaitu variabel
yang berfungsi menghubungkan variabel satu dengan variabel
lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat ataupun
pengaruh atau terpengaruh. Variabel ini merupakan variabel
penyela atau antara yang terletak diantara variabel independen
dan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak
langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel
dependen.
Merupakan variabel yang menghubungkan antara variabel
independen dengan variabel dependen yang dapat memperkuat
atau memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati
atau diukur. Contoh: Hubungan antara Kualitas Pelayanan
(Independent) dengan Kepuasan Konsumen (Intervening) dan
Loyalitas (Dependen).
d. Variabel moderator
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi,
dan pengaruhnya itu bisa memperkuat atau bisa memperlemah
antar variabel dependen dan variabel independen. Variabel
tersebut juga sebagai variabel independen kedua.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 49


Merupakan variabel yang mepengaruhi (memperkuat
atau memperlemah) hubungan antara variabel independen
dengan dependen. Variabel ini sering disebut sebagai variabel
independen kedua. Contoh: Anak adalah variabel yang
memperkuat hubungan suami isteri Pihak ketiga adalah variabel
yang memperlemah hubungan suami isteri.
e. Variabel control
Variabel control atau variabel kendali adalah variabel
yang membatasi atau mewarnai variabel moderator. Variabel
ini berfungsi sebagai control terhadap variabel lain terutama
yang berkaitan dengan variabel moderator dan bebas, yang juga
berpengaruh terhadap variabel yang tergantung.
Merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen
tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Contoh:
Apakah ada perbedaan antara tenaga penjual (sales force)
yang lulus D3 dan S1 maka harus ditetapkan variable control
berupa gaji yang sama, peralatan yang sama, iklim kerja yang
sama, dan lain-lain. Tanpa adanya variabel kontrol maka sulit
ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan karena
faktor pendidikan.
f. Variabel random
Variabel random atau variabel acak yaitu variabel yang
fungsinya dapat diabaikan dan pengaruhnya dapat tidak diper-
hatikan terhadap bebas maupun tergantung.
4. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel merupakan tahap awal dari kegiatan
pengukuran dalam penelitian. Tujuan pengukuran variabel ini baru
pada tahap menjawab pertanyaan “bagaimana cara untuk mengukur
variabel tersebut”? Selanjutnya muncul pertanyaan lanjutan; “apa
yang diukur” atau “bagaimana cara merubah konsep, dan “apa alat
ukurnya”. Mengukur adalah sebuah proses kuantifikasi, karena itu
setiap kegiatan pengukuran berkaitan dengan jumlah, dimensi atau
taraf dari sesuatu obyek/gejala yang diukur. Hasil dari pengukuran
itu biasanya dilambangkan dalam bentuk bilangan.

50 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Prosedur pengukuran variabel dimulai dari pembuatan definisi
operasional konsep variabel. Kerlinger mengungkapkan, bahwa
definisi operasional itu melekatkan arti pada suatu konsep variabel
dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan
yang perlu untuk mengukur suatu konsep variabel itu. Atau dengan
ungkapan lain, definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasaikannya.
Suatu contoh definisi operasional yang sederhana (kasar) dari konsep
‘inteligensi’ adalah skor yan dicapai pada tes intelegensi X.
Definisi Operasional adalah penentuan construct sehingga
menjadi variabel yang dapat diukur. Menjelaskan cara tertentu
yang digunakan untuk mengopersionalkan construct sehingga
memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi
pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara
pengukuran construct yang lebih baik.
5. Pengertian Indikator
Menurut Wilson (1993), indikator adalah ukuran yang tidak
langsung yang didapatkan dari kejadian atau dari kondisi di dalam
penelitian. Green (1992) menambahkan memberikan pengertian yang
lebih operasional terhadap suatu indikator, dimana indikator adalah
variabel yang mengindikasikan atau yang memberi petunjuk suatu
keadaan sehingga dapat digunakan untuk mengukur suatu peristiwa
atau suatu perubahan.
Pentingnya indikator diantaranya di dalam konteks masalah
yang dihadapi atau yang diteliti adalah memungkinkan dimana
posisi kita di dalam meneliti. Di dalam hal perencanaan, dengan
indikator variabel ini kita dapat mengetahui apa yang akan kita teliti
atau arah penelitian yang mana akan kita ambil. Dalam proses input
data, data apa saja yang dapat kita ambil dan kita perlukan untuk
menunjang penelitian ini. Tujuan yang hendak akan dicapai dengan
mengetahui manfaatnyapun juga tidak terlepas dari indikator
penelitian ini.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 51


C. Korelasi Antar Variabel
1. Korelasi Simetris
Korelasi simetris terjadi bila antar dua variabel terdapat hubu-
ngan, tetapi tidak ada mekanisme pengaruh- mempengaruhi; masing-
masing bersifat mandiri. Korelasi simetris terjadi karena:
a. Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama.
Pada suatu saat orang bersuara sendu, kemudian mengeluarkan
air mata, tandanya ia menangis. Namun tidak dapat dikatakan
bahwa seseorang mengeluarkan air mata menyebabkan ia
bersuara sendu atau sebaliknya.
b. Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.
contoh: hubungan antara berat badan dan tinggi badan,
keduanya merupakan variabel terikat dari variabel bebas yaitu
“pertumbuhan”.
c. Kedua variabel berkaitan secara fungsional. Berkembangnya
hypermarket di suatu wilayah, secara fungsioanl mematikan
took-toko kecil disekitar hypermarket.
d. Kedua variabel mempunyai hubungan yang kebetulan semata.
Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
2. Korelasi Asimetris
Korelasi asimetris ialah korelasi yang mendiskripsikan antara
dua variabel dimana variabel yang satu bersifat mempengaruhi
variabel yang lain (variabel bebas dan variabel terikat)
a. Hubungan antara stimulus dan respons
Hubungan ini menjelaskan variabel stimulus memberikan
pengaruh terhadap variabel respons, dan kemudian variabel
respons memberikan reaksi terhadap stimulus tersebut.
Hubungan yang demikian itulah merupakan salah satu
hubungan yang lazim dilakukan oleh para ahli dalam penelitian
kuantitatif. Contonya, seorang insinyur pertanian mengamati
adanya pengaruh pupuk terhadap buah yang dihasilkannya;
seorang psikolog meneliti pengaruh kerasnya musik terhadap
tingkat konsentrasi. Seorang pendidik mengamati pengaruh
metode mengajar terhadap prestasi belajar para siswa.

52 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


b. Hubungan antara disposisi dan respon
Disposisi adalah kecenderungan untuk menunjukkan
respons tertentu dalam situasi tertentu, bila ‘stimulus” datangnya
pengaruh dari luar dirinya, sedangkan “disposisi” berada dalam
diri seseorang. Contoh: Sikap kebiasaan, nilai, dorongan,
kemampuan, dan lain sebagainya. Suatu respon sering diukur
dengan mengamati tingkah laku seseorang, misalnya: pemakaian
konstrasepsi, migrasi, perilaku inisiasi dan sebagainya.
c. Hubungan antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku
Ciri di sini adalah sifat individu yang relatif tidak berubah
dan tidak dipengaruhi lingkungan, seperti seks, suku bangsa,
kebangsaan, pendidikan, dan lain-lain.
d. Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tetentu
Contoh: agar pedagang kecil dapat memperluas usahanya
diperlukan antara lain persyaratan pinjaman bank yang lunak,
hubungan antara kerja keras dengan keberhasilan jumlah jam
belajar dengan nilai yang diperoleh.
e. Hubungan yang imanen antara dua variable
Di dalam hubungan ini terdapat jalinan yang erat antara
variabel satu dengan variabel yang lain. Jelasnya: apabila
variabel yang satu berubah, maka variabel yang lain ikut berubah.
Contonya hubungan antara semakin besarnya suatu organisasi
dengan semakin rumitnya peraturan yang ada, jumlah lulusan
sekolah keguruan yang terus bertambah dengan tidak diikuti
oleh bertambahnya jumlah sekolah baru, akan mengakibatkan
jumlah pengangguran bagi lulusan sekolah keguruan.
f. Hubungan antara tujuan dan cara
Contoh: penelitian tentang hubungan antara kerja keras dan
keberhasilan. Jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh
pada waktu ujian, hubungan antara cinta orang tua terhadap
anak dan cara ia mendidik anak tersebut.
3. Korelasi timbal-balik
Korelasi timbal-balik adalah korelasi antara dua variabel
yang saling pengaruh-mempengaruhi. Contoh: siswa yang biasa
belajar teratur akan meraih prestasi tinggi, karena berprestasi tinggi

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 53


menyebabakan siswa diterima di perguruan tinggi. Memiliki buku
adalah investasi dan akan mendatangkan keuntungan, karena pada
gilirannya hasil dari membaca buku dan menulis dapat digunakan
untuk membeli buku lain. Penanaman modal akan mendatangkan
keuntungan, dan pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan
penanaman modal.

54 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


BAB V
KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS DALAM PENELITIAN

A. Kajian Pustaka atau Teori

Setiap kali melakukan penelitian, peneliti harus terlebih dahulu


mengkaji teori yang relevan dengan masalah penelitian. Untuk dapat
melakukan pengkajian teori sebagai landasan landasan penelitian, peneliti
terlebih dahulu harus memahami konse-konsep dasar tentang teori.
1. Pengertian Teori
Suatu penelitian perlu mengkaji teori dan menjadikannya
landasan agar penelitian yang dilakukan tidak sekedar coba-coba.
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi
yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui
spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena. Teori merupakan pokok
penyataan mengenai sebab-akibat atau adanaya hubungan positif
antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu
dalam masayarakat. Oleh sebab itu, pada setiap penelitian teori-teori
wajib diperlukan untuk mendukung hipotesis yang dibuat.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan
seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk
menjelaskan (explanation), meramalkan (predicton), pengendalian
(control) suatu gejala. Menurut Suryabrata, dalam memilih
teori harus memperhatikan prinsip kemutakhiran (recency) dan
relevansi (relevance). Kecuali penelitian historis, penelitian perlu
menghindarkan menggunakan bacaan yang sudah lama, karena
sumber yang lama mungkin memuat teori dan konsep yang sudah
tidak berlaku lagi yang kebenarannya sudah dibantah oleh teori
yang lebih baru atau hasil penelitian yang lebih kemudian. Prinsip

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 55


relevansi maksudnya adalah bahwa sumber teori haruslah relevan
atau terkait dengan masalah yang sedang digarap.
Jadi, untuk melakukan penelitian harus dilakukan dengan
melihat bangunan yang lebih dulu dibuat oleh generasi pendahulu
atau orang lain. Sehingga teori merupakan bangunan atas fakta-
fakta yang sudah diketahui sebelumnya. Atas dasar pondasi teori
tersebut, seorang peneliti berpartisipasi menyususn pengetahuan
di atasnya. Dapat disimpulkan bahwa teori merupakan informasi
yang diberikan oleh para pendahulu untuk menjadi panduan dalam
memahami realitas, baik fisik maupun sosial. Dengan demikian,
teori menempatkan dua fungsi yaitu menjadi sumber bagi hipotesis
dan memberikan petunjuk dalam mengumpulkan data.
2. Peran dan Kriteria Teori
Teori merupakan alat dari ilmu (tool of science). Sebagai alat
dari ilmu, landasan teori memiliki beberapa manfaat, yaitu:
a. Memperdalam pengetahuan tentang bidang yang diteliti
b. Mengetahui hasil-hasil penelitian yang berhubungan yang
sudah pernah dilaksnaaan.
c. Memperjelas masalah penelitian.
d. Meramalkan fakta atau memprediksi fakta.

Adapunn peranan fakta, antara lain: alasan untuk menolak teori


yang ada; menyebabkan lahirnya teori baru; memberi dorongan untuk
mempertajam atau memperhalus rumusan teori yang ada. Kegunaan
suatu teori ilmiah dijadikan acuan dalam riset ilmiah harus memenuhi
enam kriteria. Keenam kriteria itu adalah sebagai berikut:
a. Inklusif. Suatu teori yang dijadikan acuan dalam riset ilmiah
harus sesuai dengan jumlah dan jenis fenomena yang dikaji
dalam riset itu.
b. Konsisten. Konsisten suatu menentukan apakah teori itu dapat
menjelaskan temuan-temuan baru tanpa mengubah asumsi-
asumsi yang mendasarinya.
c. Akurat. Akurat suatu teori adalah derajat ketepatan teori itu
untuk digunakan dalam menjelaskan suatu fenomena dan
membuat prediksi.

56 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


d. Relevan. Relevansi suatu teori tergantung pada kedekatan
hubungan antara teori itu dengan informasi atau data yang
dikumpulkan.
e. Berbuah atau fruitfulness. Keberbuahan suatu teori menunjuk-
kan pada produktivitas teori itu dalam merangsang ide-ide baru
untuk riset-riset di masa yang akan datang.
f. Sederhana. Kesederhanaan teori terkait dengan derajat keda-
laman teori itu dalam menjelaskan suatu fenomena dengan
hanya membutuhkan sedikit keterangan.
3. Sumber dan Langkah-langkah Pendiskripsian Teori
Pustaka yang merupakan sumber-sumber teori dapat diperoleh
dari dua sumber utama, yaitu:
a. Laporan-laporan penelitian (abstrak, jurnal ilmiah, tesis,
disertasi, dan laporan penelitian lainnya).
b. Buku-buku teks.

Dalam menyusun landasasan teori adalah membaca buku dan


laporan hasil penelitian. Langkah-langkah untuk dapat melakukan
pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
a. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
b. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, jour-
nal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang
sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel
yang diteliti.
c. Lihat daftar isi setiap buku, dan pillih topik yang relevan
dengan setiap variabel yang akan diteliti. (Untuk referensi
yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian,
permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel
sumber data, teknik pengumpulan data, analisi, kesimpulan dan
saran yang diberikan).
d. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap
sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber
yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang
akan dilakukan.
e. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang
akan diteliti, lakukanlah analisa, renungkan, dan buatlah

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 57


rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data
yang dibaca.
f. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber
ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber
bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan
untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
4. Manfaat Kajian Pustaka
Kajian pustaka/ teori mempunyai peranan penting dalam
hal melakukan penelitian. Dengan kajian pustaka, peneliti dapat
menjustifikasi adanya masalah penelitian dan mengidentifikasikan
arah penelitian. Justifikasi masalah penelitian berarti peneliti
menggunakan kepustakaan untuk menunjukkan pentingnya
permasalahan penelitian untuk diteliti. Sedangkan mengidentifikasi
arah penelitian berarti peneliti menelaah atau mengkaji kepustakaan
dan mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang layak dan
berhubungan serta memiliki kecenderungan potensial yang perlu
diuji dalam penelitian.
Manfaat yang diperoleh dari kajian literatur adalah: (Iskandar:
2008)
a. Mengenali teori-teori dasar dan konsep yang telah dikemukakan
oleh para ahli terdahulu tentang relevansinya dengan variabel-
variabel yang diteliti.
b. Mengikuti perkembangan dalam penelitian dalam bidang yang
akan diteliti.
c. Memanfaatkan data sekunder.
d. Menghindarkan duplikasi.
e. Penelusuran dan penelaahan literatur yang relevan dengan
masalah penelitian untuk mengungkapkan buah pikiran secara
sistematis, kritis dan analitis.

Adapun fungsi kajian literatur menurut Iskandar (2008: 51)


adalah sebagai berikut:
a. Literatur meningkatkan pemahaman peneliti tentang teori-teori
yang relevan terhadap masalah yang diteliti.
b. Kajian literatur tentang teori berfungsi untuk menjelaskan,
membedakan, meramal dan mengendalikan suatu fenomena-

58 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


fenomena atau suatu gejala-gejala yang berhubungan dengan
masalah penelitian.
c. Kajian literatur dapat menimbulkan gagasan dan mendasari
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
d. Kajian literatur menguraikan teori-teori, temuan-temuan
peneliti terdahulu dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh
dari acuan, yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian
yang diusulkan.
e. Kajian literatur membantu peneliti untuk menjelaskan latar
belakang masalah yang diteliti.
f. Kajian literatur meningkatkan keyakinan dan motivasi bagi
peneliti. Penguasaan teori yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti, dapat mendukung keyakinan akan pengetahuan
peneliti untuk termotivasi melakukan penelitian sampai
menemukan hasil penelitian.
g. Kajian literatur dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
peneliti secara mendalam dalam disiplin ilmu yang diteliti.
h. Kajian literatur dapat peneliti gunakan untuk menyusun
kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian.
i. Kajian literatur mengacu kepada daftar pustaka.

B. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam


Iskandar (2008: 54) menjelaskan secara teoritis model konseptual
variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang
berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu
variabel bebas dengan variabel terikat.
Kerangka konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan
apabila penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila
penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri,
maka perlu dilakukan deskripsi teoritis masing-masing variabel dengan
argumentasi terhadap variasi besarnya variabel yang diteliti.
Kerangka konseptual yang baik menurut Uma Sekaran sebagaimana
yang dikutip oleh Sugiyono dalam Iskandar (2008: 54) sebagai berikut:

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 59


1. Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas.
2. Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variabel-
variabel yang akan diteliti, dan ada teori yang melandasi.
3. Kerangka konseptual perlu dinyatakan dalam bentuk diagram,
sehingga masalah penelitian yang akan dicari jawabannya mudah
dipahami.

Iskandar (2008:55) mengemukakan bahwa dalam penelitian kuanti-


tatif, kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran
yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-
masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan
antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil
penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris.

C. Hipotesis Penelitian
1. Pengertian dan Persyaratannya
Hipotesis diturunkan melalui teori. Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Hipotesis adalah
suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris.
(Iskandar, 2008 : 56). Menurut Singarimbun dalam Iskandar (2008:
56), hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak
bisa ditinggalkan, karena ia merupakan instrumen kerja dari teori.
Hipotesis merupakan gabungan dari kata ”hipo” yang artinya
dibawah, dan ”tesis” yang artinya kebenaran. Secara keseluruhan
hipotesis berarti dibawah kebenaran (belum tentu benar) dan baru
dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai
dengan bukti-bukti. (Suharsimi Arikunto, 2000 : 57). Dengan
demikian, menurut Suharsimi, Hipotesis adalah alternatif dugaan
jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan
dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran
yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data
yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukannya itu,
menurut Suharsimi hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran, akan
tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.

60 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar dalam
kegiatan penelitiannya, perhatian peneliti tersebut terfokus hanya
pada informasi atau data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis.
Agar pemilihan alternatif dapat tepat, peneliti dituntut untuk hati-hati
dan cermat.
Menurut Borg dan Gall dalam Suharsimi (2000: 64) ada empat
persyaratan bagi hipotesis yang baik, yaitu: (1) Hipotesis hendaknya
merupakan rumusan tentang hubungan dua atau lebih variabel; (2)
Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau
dasar-dasar teoritik dan hasil penemuan terdahulu; (3) Hipotesis
harus dapat diuji; (4) Rumusan hipotesis hendaknya yang singkat
dan padat.
Sedangkan menurut Mahsun, (Iskandar, 2008: 57) hipotesis
penelitian hendaklah memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (1)
Hipotesis dibuat dalam bentuk kalimat deklaratif (pernyataan); (2)
Hipotesis harus dapat teruji; (3) Hipotesis harus rasional, artinya
mengemukakan penjelasan yang masuk akal; (4) Hubungan antara
variabel-variabel harus jelas sehingga variabel dapat diukur.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara,
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban yang empirik dengan data.
Sumardi Suryabrata memberikan beberapa definisi tentang
hipotesis: (1) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris, (2)
hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritus
yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan, (3) hipotesis merupakan
jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap
paling tinggi kebenarannya, (4) hipotesis merupakan pernyataan
mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan
data yang diperoleh dari sempel penelitian atau hipotesis adalah
pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui
statistik sampel.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 61


2. Manfaat dan Karakteristik Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam suatu penelitian sangat penting untuk memandu
penelitian. Manfaatnya dapat dirinci sebagai berikut:
a. Memberikan tujuan yang tegas bagi peneliti.
b. Membantu dalam menentukan arah yang harus ditempuh, dalam
pembatasan ruang lingkup penelitian dengan memilih fakta-
fakta yang relevan.
c. Menghindarkan sesuatu penelitian yang tidak terarah dan tidak
bertujuan dan pengumpulan data yang mungkin ternyata tidak
ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan suatu feno-


mena keragamaan tertentu yang terjadi di masyarakat. Karena itu,
penelitian deskriptif tidak memerlukan hipotesis. Kalaupun ada
hipotesis dalam penelitian deskripsi, sifatnya hanya pertanyaan
penelitian, tidak perlu dirumuskan dalam sebuah hipotesis secara
eksplisit.
Menurut Sugiyono, hipotesis yang baik memiliki beberapa ka-
rakteristik, diantaranya:
a. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perban-
dingan keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan
dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
b. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menim-
bulkan berbagai penafsiran.
c. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-
metode ilmiah.
3. Jenis-Jenis Hipotesis
Ditinjau dari operasinya rumusan untuk ketiga jenis hipotesis
tersebut kita kenal dua jenis rumusan yaitu:
a. Hipotesis Nol
Hipotesis nol, yakni hipotesis yang menyatakan ketidak-
adanya hubungan anatara variabel. Dalam notasi, hipotesis ini
dituliskan dengan “Ho”. Dalam contoh-contoh di atas ketiga
rumuusan hipotesis nol dimaksud adalah:
1) Tidak ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai
IPA

62 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


2) Tidak ada hubungan sebab-akibat timbal balik antara
tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha. Tidak ada
saling pengaruh antara tingkat kekayaan dengan keber-
hasilan berusaha.
3) Tidak ada hubungan sebab-akibat antara banyaknya
makanan dengan tingkat kekenyangan. Tidak ada pengaruh
banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan. Banyak
makan tidak berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
b. Hipotesis Alternatif atau Hipotesis Kerja
Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis
yang menyatakan adanya hubungan antar variabel. Dalam
notasi, hipotesis ini dituliskan dengan “Ha”. Untuk hipotesis
alternatif sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam yaittu:
“hipotesis terarah” (directional hypothesis) dan “hipotesis tidak
terarah” (non directional hypotesis). Berikut ini contoh dari
hipotesis alternatif:
1) Untuk hubungan dua variable sejajar tidak dapat dirumus-
kan hipotesis terarah.
Ha tidak terarah (non directional)
- Ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai
IPA
2) Ha terarah (directional)
- Tingkat kekayaan berpengaruh terhadap kelancaran
berusaha
- Kelancaran berusaha berpengaruh terhadap tingkat
kekayaan
Ha tidak terarah (non directional)
- Ada pengaruh tingkat kekayaan terhadap keberhasilan
berusaha
- Ada pengaruh keberhasilan berusaha terhadap tingkat
kekayaan
3) Ha terarah (directional)
- Banyak makan berpengaruh terhadap tingkat kekenya-
ngan
- Banyak makan mempengaruhi terhadap kekenyangan

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 63


Ha tidak terarah (non directional)
- Ada pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat ke-
kenyangan.
4. Tiga Bentuk Rumusan Hipotesis
Pendapat lain mengenai pengklasifikasian atau jenis-jenis
hipotesis diungkapkan oleh Sugiyono. Ia menyatakan bahwa
menurut tingkat eksplanasi yang akan duji, maka rumusan hipotesis
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hipotesis deskriptif
(pada suatu sampel atau variabel mandiri/tidak dibandingkan dan
dihubungkan), komparatif dan hubungan.
a. Hipotesis Deskriptif
Menurut Sugiyono hipotesis deskriptif adalah dugaan ten-
tang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan
atau hubungan. Sebagai contoh, bila rumusan masalah penelitian
sebagai berikut ini, maka hipotesis (jawaban sementara) yang
dirumuskan adalah hipotesis deskriptif.
1) Seberapa tinggi daya tahan lampu merk X?
2) Seberapa tinggi produktivitas padi di kabupaten Klaten?
3) Berapa lama daya tahan lampu merk A dan B?
4) Seberapa baik gaya kepemimpinan di lembaga X?

Dari tiga pernyataan tersebut antara lain dapat dirumuskan


hipotesis seperti berikut:
1) Daya tahan lampu merk X = 800 jam
2) Produktivitas padi di Kabupaten Klaten 8 ton/ha.
3) Daya tahan lampu merk A=450 jam dan merk B=600 jam.
4) Gaya kepemimpinan di lembaga X telah mencapai 70%
dari yang diharapkan.

Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol


dengan hipotesis alternatif selalu berpasangan, bila salah satu
ditolak, maka yang lain pasti diterima sehingga dapat dibuat
keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho ditolak pasti alternatifnya
diterima. Hipotesis statistik dinyatakan melalui simbol-simbol.

64 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Hipotesis statistik dirumuskan dengan simbol-simbol
statistik, dan antara hipotesis nol (Ho) dan alternatif selalu
dipasangkan. Dengan dipasankan itumaka dapat dibuat ke-
putusan yang tegas, mana yang diterima dan mana yang dito-
lak.
Berikut ini diberikan contoh berbagai pernyataan yang
dapat dirumuskan hipotesis deskriptif statistiknya:
“Suatu perusahaan minuman harus mengikuti ketentuan,
bahwa salah satu unsur kimia hanya boleh dicampurkan paling
banyak 1%. (paling banyak berarti lebih kecil atau sama dengan:
£). Dengan demikian rumusan hipotesisnya adalah: (lebih kecil
atau sama dengan) (lebih besar).
Dapat dibaca: hipotesis nol untuk parameter populasi
berbentuk proporsi (1% : proporsi) lebih kecil atau sama dengan
1%, dan hipotesis alternatifnya, untuk populasi yang berbentuk
proporsi lebih besar dari 1%.
1) Suatu bimbingan tes menyatakan bahwa murid yang
dibimbing di lembaga itu, paling sedikit 90% dapat diterima
di perguruan tinggi negeri.
2) Seorang peneliti menyatakan bahwa daya tahan lampu
merk A = 450 jam dan B = 600 jam. Hipotesis statistiknya
adalah:
Lampu A: Lampu B:
Ho : 450 jam Ho : 600 jam
Ha : 450 jam Ha : 600 jam

Harga dapat diganti dengan nilai rata-rata sampel, sim-


pangan baku dan varians. Hipotesis pertama dan kedua diuji
dengan uji satu satu pihak (one tail) dan ketiga dengan dua
pihak (two tail).
b. Hipotesis Komparatif
Menurut Sugiyono hipotesis komparatif adalah pernyataan
yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih
pada sampel yang berbeda. Contoh rumusan masalah komparatif
dan hipotesisnya:

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 65


1) Adakah perbedaan daya tahan lampu merk A dan B?
2) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai
golongan I, II dan III?

Adapun rumusan hipotesis adalah:


1) Tidak terdapat perbedaan daya tahan lampu antara lampu
merk A dan B
2) Tidak terdapat perbedaan (persamaan) produktivitas kerja
antara golongan I, II, III.
c. Hipotesis Hubungan (Asosiatif)
Sugiyono menyatakan bahwa hipotesis asosiatif adalah
suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih. Contoh rumusan masalahnya
adalah “Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
efektivitas kerja?”. Rumus dan hipotesis nolnya adalah: Tidak
ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan efktivitas
kerja.
Hipotesis statistiknya adalah:
Dapat dibaca: hipotesis nol, yang menunjukkan tidak adanya
hubungan (nol = tidak ada hubungan) antara gaya kepempinan
dengan efektivitas kerja dalam populasi. Hipotesis alternatifnya
menunjukkan ada hubungan (tidak sama dengan nol, mungkin
lebih besar dari nol atau lebih kecil dari nol).
5. Merumuskan Hipotesis
Cara merumuskan merumuskan hipotesis ialah dengan tahapan
sebagai berikut: rumuskan masalah, hipotesis penelitian, dan hipo-
tesis operasional.
Hipotesis penelitian ialah hipotesis yang kita buat yang
dinyatakan dalam bentuk kalimat dan didasarkan pada asumsi:
Contoh 1: Hipotesis asosiatif
Rumusan Masalah:
• Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
pegawai?

66 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Hipotesis penelitian:
• Ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
pegawai.

Hipotesis operasional ialah mendefinisikan hipotesis secara


operasional variabel-variabel yang ada di dalamnya agar dapat
dioperasionalkan. Misalnya “gaya kepemimpinan” dioperasionalkan
sebagai cara memberikan instruksi terhadap bawahan. Kinerja
pegawai dioperasionalkan sebagai cara memberikan instruksi
terhadap bawahan. Kinerja pegawai dioperasionalkan sebagai tinggi
rendahnya pemasukan perusahaan. Hipotesis operasional dijadikan
menjadi dua , yaitu hipotesis 0 yang bersifat netral dan hipotesis 1
yang bersifat tidak netral.
Dengan demikian, bunyi hipotesis operasionalnya:
H0 : Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap
bawahan dengan tinggi-rendahnya pemasukan perusahaan
H1 : Ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap
bawahan dengan tinggi-rendahnya pemasukan perusahaan.

Hipotesis statistik ialah hipotesis operasional yang diterjemah-


kan ke dalam bentuk angka-angka statistik sesuai alat ukur yang
dipilih oleh peneliti. Dalam contoh ini asumsi kenaikan pemasukan
sebesar 30% sehingga hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:
H0: 0,3
H1: 0,3

Contoh 2: Hipotesis deskriptif


Rumusan masalahnya:
• Seberapa besar penguasaan Bahasa Inggris di kalangan maha-
siswa?
Hipotesis penelitian:
• Penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa kurang dari
standar

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 67


Hipotesa operasional berbunyi:
H0 = Penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa sama
dengan standar
H1 = Penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa tidak sama
dengan standar.

Contoh 3: Hipotesis komparatif


Rumusan masalahnya:
• Bagaimana sikap mahasiswa di Semarang terhadap penyalah-
gunaan narkoba dibandingkan dengan sikap mahasiswa di
Yogyakarta?
Hipotesis penelitian:
• Ada perbedaan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada
mahasiswa di Semarang dan mahasiswa di Yogyakarta
Hipotesis operasional
H0 = Tidak ada perbedaan persentase sikap terhadap penyalahgunaan
narkoba pada mahasiswa di Semarang dan mahasiswa di
Yogyakarta.
H1 = Ada perbedaan persentase sikap terhadap penyalahgunaan
narkoba pada mahasiswa di Semarang dan mahasiswa di
Yogyakarta.

Cara menentukan hipotesis yang baik sesuai dengan pendapat


Borg dan Gall hipotesis dapat dikatakan baik apabila memenuhi
empat buah kriteria:
a. Hipotesis hendaknya merupakan rumuusan tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih variabel.
b. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan
atau dasar-dasar teoritik dan hasil penemuan terdahulu.
c. Hipotesis harus dapat diuji.
d. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat, artinya bahwa
hipotesis tidak boleh menggunakan hiasan kata atau diberi
hiasan kata-katat yang tidak atau kurang bermakna.

68 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


6. Cara Menguji Hipotesis
Hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian harus diuji. Pe-
ngujian ini akan membuktikan H0 atau H1 yang akan diterima. Jika
H1 diterima maka H0 ditolak. Artinya, ada hubungan antara cara
memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi-rendahnya
pemasukan peruusahaan.
Dalam membuat hipotesis ada dua jenis kekeliruan yang kadang
dibuat oleh penelitian, yaitu:
a. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima. Kesalahan ini
disebut kesalahan alpha (α)
b. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolah. Kesalahan ini
disebut kesalahan beta (b)

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 69


BAB VI
MODEL PENELITIAN YANG RELEVAN
DALAM PENDIDIKAN

A. Penelitian Survey
1. Pengertian
Penelitian survei adalah salah satu pendekatan penelitian
yang pada umumnya digunakan untuk pemngumpulan data yang
luas dan banyak. Van Dalen mengatakan bahwa survei merupakan
bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan
(status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan
cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan.
Penelitian Survey adalah jenis penelitian yang mengumpulkan
informasi tentang karakteristik, tindakan, pendapat dari sekelompok
responden yang representative yang dianggap sebagai populasi.
Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok.
Persiapan survei dilakukan secara sistematis dan berencana.
Pemerintah, lembaga dan sebagainya sebelum mengadakan survei
sudah ditentukan: siapa pelaksananya, dilaksanakan dimana, kapan,
berapa lama, apa saja yang dilihat, data apa saja yang dikumpulkan,
menggunakan instrumen apa, bagaimana cara menarik kesimpulan,
dan bagaimana cara melaporkan.
Van Dalen mengatakan : Their objective ( of survey ) may not
merely be to ascertain status, but also to determine the adequacy
of status by comparing it with selected or established standards,
norms or criteria. Jadi survei bukanlah hanya bermaksud mengetahui
status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status
dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih
atau ditentukan. Disamping itu juga, untuk membuktikan atau
membenarkan suatu hipotesis.

70 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


2. Macam-Macam Penelitian Survey
Dikatakan oleh Van Dalen bahwa studi survei merupakan bagian
dari studi deskriptif dan meliputi :
a. School Survey yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pendidikan. Masalahnya berhubungan dengan situasi
belajar, proses belajar mengajar, ciri-ciri personalia pendidikan,
keadaan murid dan hal-hal yang menunjang proses belajar
mengajar.
b. Job Analysis yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
mengenai tugas-tugas umum dan tanggung jawab para
karyawan, aktifitas khusus yang dibutuhkan, keterlibatan, dan
fungsi anggota organisasi, kondisi kerjanya dan fasilitas.
c. Analysis Dokumen. Istilah lain adalah analisis isi (content
analysis), analisis aktivitas atau analisis informasi. Contoh
kegiatannya : meneliti dokumen, menganalisis peraturan,
hukum, keputusan-keputusan. Analisis dokumen juga dapat
dilakukan untuk menganalisis isi buku dengan menghitung
istilah, konsep, diagram, tabel, gambar, dan sebagainya untuk
mengetahui klasifikasi buku-buku tersebut.
d. Public Opinion Surveys. Survey ini bertujuan untuk mengetahui
pendapat umum tentang suatu hal misalnya tentang rehabilitasi
suatu bangunan bersejarah, tentang jalan satu jurusan,
pemasangan lampu lalu lintas, dan sebagainya.
e. Community Surveys.Survey ini juga disebut “social surveys”
atau “field surveys” karena di dalam survey ini peneliti bertujuan
mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan
mendalam. Walaupun kelihatannya survey ini menyangkut
masyarakat, namun sangat erat hubungannya dengan survey
sekolah. Dalam hal ini sekolah dapat menggali data di masyarakat
yang biasa membantu lancarnya roda persekolahan.

Ada beberapa langkah yang menjadi langkah dasar dalam me-


lakukan penelitian survei. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Langkah pertama, yaitu dengan membentuk hipotesis awal,
menentukan jenis survei yang akan dilakukan akankah melalui

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 71


surel (e-mail), wawancara (interview), atau telepon, membuat
pertanyaan-pertanyaan, menentukan kategori dari responden,
dan menentukan setting penelitian.
b. Langkah kedua, yaitu merencanakan cara untuk merekam data
dan melakukan pengujian awal terhadap instrumen survey.
c. Langkah ketiga, yaitu menentukan target populasi responden
yang akan di survei, membuat kerangka sampel survei,
menentukan besarnya sampel, dan memilih sampel.
d. Langkah keempat, yaitu menentukan lokasi responden,
melakukan wawancara (interview), dan mengumpulkan data.
e. Langkah kelima, yaitu memasukkan data ke komputer,
mengecek ulang data yang telah dimasukkan, dan membuat
analisis statistik data.
f. Langkah keenam, yaitu menjelaskan metode yang digunakan
dan menjabarkan hasil penemuan untuk mendapatkan kritik,
serta melakukan evaluasi.

Jenis-jenis penelitian survei dapat di golongkan kedalam 3 ba-


gian atau jenis dimana setiap jenisnya tersebut memiliki kelebihan
dan juga kekurangan. 3 jenis penelitian survei tersebut antara lain
adalah:
a. Melalui surat (mail-questionare) merupakan cara untuk menguji
tanggapan responden melalui pengiriman kuesioner via pos.
Kelebihan dari mail-questionare adalah hemat biaya, hemat
waktu, responden bisa memilih waktu yang tepat baginya untuk
mengisi kuesioner, ada jaminan kerahasiaan (anonymity) yang
lebih besar, keseragaman kata (tidak dibacakan lagi), tidak ada
bias pewawancara, serta banyak responden yang dapat dicapai
(dibandigkan dengan pengiriman pewawancara ke banyak
tempat). Sedangakan, kekurangannya adalah tidak fleksibel,
terdapat kecenderungan rendahnya tanggapan (response rate),
hanya perilaku verbal yang tercatat, idak ada kendali atas
lingkungan (ribut, diganggu), tidak ada kendali atas urutan
pertanyaan, bisa menyebabkan pertanyaan-pertanyaan yang
tidak terjawab, tidak bisa merekam jawaban secara spontan,

72 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


kesulitan untuk membedakan antara tidak menjawab (non-
response) dengan salah alamat, tidak ada kendali atas waktu
pengembalian, tidak dapat menggunakan format yang kompleks,
dan bisa mendapatkan sample yang bias.
b. Metode wawancara tatap muka (face-to-face interview)
merupakan cara untuk menguji tanggapan responden dengan
bertemu muka atau berhadapan langsung. Kelebihan dari
penelitian face-to-face interview adalah fleksibilitas, tingkat
respon (response rate) yang baik, memungkinkan pencatatan
perilaku non verbal, kendali atas lingkungan waktu menjawab,
kemampuan untuk mengikuti urutan pertanyaan dan pencatatan
jawaban seecara spontan, responden tidak bisa curang dan
harus menjawab sendiri, terjaminnya kelengkapan jawaban
dan pertanyaan yang dijawab, adanya kendali atas waktu
menjawab pertanyaan, serta dapat digunakan untuk kuesioner
yang kompleks. Sedangkan, kelemhannnya adalah biayanya
yang mahal, waktu yang dibutuhkan untuk bertanya dan untuk
berkunjung ke lokasi, bias pewawancara, tidak ada kesempatan
bagi responden untuk mengecek fakta, mengganggu responden,
kurang menjamin kerahasiaan, kurangnya keseragaman
pertanyaan, serta kurang bisa diandalkan untuk mencapai
banyak responden.
c. Wawancara telepon (telephone interview) merupakan cara
menguji tanggapan respondenvia telepon. Kelebihan dari
telephone interview adalah tingkat respon (Respon rate) lebih
tinggi dari mail atau self administered. memnungkinkan untuk
menjangkau geografis yang luas/ jauh, waktu lebih singkat,
dapat mengontrol tahapan pengisian kuesioner, dapat melakukan
pertanyaan lanjutan probing, dan memungkinkan untuk format
pertanyaan yang lebih kompleks. Sedangkan, kekurangannya
adalah biaya tinggi, panjang wawancara terbatas, terbatas untuk
responden yang memiliki telepon, mengurangi anonimitas,
memungkinkan bias pewawancara, sulit untuk pertanyaan
terbuka, membutuhkan bantuan visual, serta hanya dapat
mencatat hal-hal tertentu dari latar belakang suara atau intonasi
suara.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 73


Penelitian survei selain banyak digunakan oleh para peneliti
social tetapi juga banyak digunakan dalam penelitian pendidikan.
Dalam penelitan sososial banyak model yang masih tergolong dalam
penelitian survey misalnya pada survey penduduk, survey ballot
atau survey pemungutan suara menjelang pemilihan umum. Model
penelitian ini sangat baik diterapkan guna mendapakan data asli dan
mengumpulkannya untuk mendeskripsikan keadaan populasi. Hal
yang perlu diperhatikan dalam penelitian survey ini adalah adanya
kecendrungan para peneliti untuk menggunakan satu metode atau
lebih teknik pengumpulan data seperti wawancara, dokumentasi,
check list, dan angket atau kuesioner.
3. Contoh Penelitian Survei
a. Ditjen Mandikdasmen Departemen Pendidikan Nasional RI
mengadakan survei tenteng kualitas pendidikan anak kelas 6 SD
tahun di seluruh Indonesia tahun 2000. Survei tersebut bermaksud
untuk mengetahui seberapa tinggi kualitas pendidikan yang
tercermin dari daya serap beberapa bidang studi yang diajarkan
di SD. Di dalam survei tersebut dikumpulkan pula data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat belajar siswa.
b. Sebelum membangun bendungan Asahan departemen PUTL
bersama-bersama dengan Departemen perindustrian menga-
dakan survei ke daerah sekitar danau Toba dan Sungai Asahan.
Survei bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kemung-
kinan membangun bendungan serta menfaatnya bagi perindus-
trian di sekitar pembangunan bendungan tersebut.
c. Sekelompok mahasiswa mengadakan survei ke suatu daerah
yang akan digunakan sebagai kancah pelaksanaan KKN. Survei
tersebut bertujuan untuk memperoleh data tentang keadaan
daerah baik fisik, lokasi serta sumber alam yang merupakan
akomodasi, serta keadaan interaksi social daerah itu, adapt-
adat, pencaharian, kebiasaan dan sebagainya yang menyangkut
kehidupan sehari-hari.

74 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


B. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris
disebut Classroom Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu
penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian sendiri merupakan kegiatan
untuk mencermati suatu objek dengan menggunakan metodologi
tertentu dan bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu suatu hal. Tindakan adalah suatu tindakan yang
sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu,
penelitian tindakan didefinisikan sebagai studi sistematis dari upaya
meningkatkan praktik pendidikan oleh kelompok partisipan dengan
cara tindakan praktis mereka sendiri dan dengan cara refleksi mereka
sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut (Hopkin dalam Emzir,
2008:234). Dalam konteks pendidikan, berarti PTK merupakan
tindakan perbaikan guru dalam mengorganisasi pembelajaran secara
sistematik untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
PTK menggunakan desain-desain penelitian tindakan seperti
yang diungkapkan Mills dalam Creswell (2011:577), yaitu action
research designs are systematic procedures done by teachers (or other
individuals in an educational setting) to gather information about, and
subsequently improve, the ways their particular educational setting
operates, their teaching, and their student learning. Dari kutipan ini
dapat dipahami bahwa PTK bertujuan untuk memperbaiki program
pembelajaran di kelas.
2. Tipe Penelitian Tindakan Kelas
Dalam buku Educational Research yang dibuat oleh Cresswell
(2012), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Action Research
Design terbagi menjadi dua jenis yaitu penelitian tindakan praktis
(action research practical) dan penelitian tindakan partisipan (action
research partisipatory). Dalam pembagian ini Penelitian Tindakan
Kelas yang kita kenal merupakan action research practical. Menurut
Schumuk dalam Cresswell penelitian tindakan praktis bertujuan
untuk meneliti keadaan sekolah tertentu untuk lebih meningkatkan
keahlian. Penelitian ini terfokus untuk meningkatkan kemampuan
guru dan meningkatkan wawasan atau pembelajaran siswa.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 75


3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Fraenkel, dkk (2012:596) menyebutkan sekurang-kurangnya
lima manfaat penelitian tindakan kelas, yaitu:
a. PTK dapat dilakukan oleh hampir semua ahli di semua tipe
sekolah, semua level, guru kelas baik secara individu maupun
berkelompok, ataupun pimpinan sekolah.
b. PTK dapat memperbaiki praktik pendidikan; membantu praktisi
pendidikan (guru, pimpinan sekolah) dalam meningkatkan
kompetensi terhadap apa yang mereka lakukan.
c. PTK memberi ruang kepada guru atau praktisi lain untuk
mengadakan penelitian mereka sendiri sehingga dapat me-
ngembangkan cara-cara yang lebih efektif untuk memprak-
tikkan keahlian-keahlian mereka sendiri.
d. PTK membantu guru mengidentifkasi masalah-masalah dan
isu-isu secara sistematis.
e. PTK dapat membangun sebuah komunitas yang berorientasi
penelitian ilmiah di dalam sekolah itu sendiri
4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Apabila dirumuskan, karakteristik PTK dapat dijabarkan
sebagai berikut (Muslich, 2010:12-13)
a. Masalah PTK berawal dari guru: Masalah yang ditemukan guru
di dalam kelas sebagai pelaku pembelajaran dapat menjadi topik
utama dalam melakukan penelitian
b. Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran: Implikasi
dari tujuan ini adalah guru tidak boleh mengorbankan proses
pembelajaran karena sedang melakukan PTK.
c. PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif: Seorang guru
dapat berkolaborasi dengan dosen tenaga ahli ataupun teman
sejawat dalam melaksanakan PTK, sehingga dapat saling
memberikan masukan tentang prosedur pelaksanaan PTK
dengan benar.
d. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tinda-
kan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di
kelas: Tindakan-tindakan ini dapat berupa penggunaan metode

76 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


pembelajaran tertentu, penerapan strategi pembelajaran, pema-
kaian media/sumber belajar, jenis pendekatan tertentu, atau hal-
hal inovatif lainnya.
e. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik
pendidikan: Hal ini terjadi karena dengan melakukan PTK
berarti seorang guru dapat membuktikan apakah sebuah teori
pembelajaran dapat diterapkan secara efektif atau tidak di
kelasnya, sehingga ia dapat memperoleh balikan yang bagus
untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

Sementara itu, Ary (2010:514) menyebutkan tiga karakteristik


utama dari Penelitian tindakan, yaitu:
a. The research is situated in a local context and focused on a
local issue. (Penelitian tindakan digunakan dalam konteks lokal
dan difokuskan pada sebuah isu lokal)
b. The research is conducted by and for the practitioner (Penelitian
tindakan dilaksanakan oleh dan untuk praktisi).
c. The research results in an action or a change implemented by
the practitioner in the context (Hasil penelitian tindakan adalah
sebuah tindakan atau sebuah perubahan yang diimplementasikan
oleh praktisi dalam konteks tertentu).
5. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas meliputi (Arikunto,
S: 2006):
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian yang dilakukan peneliti tidak boleh mengubah
suasana rutin, penelitian harus dalam situasi yang wajar,
sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Hal
ini berkaitan erat dengan profesi guru yaitu melaksanakan
pembelajaran, sehingga tindakan yang cocok dilakukan oleh
guru adalah yang menyangkut pembelajaran.
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kerja
Kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena
keterpaksaan, akan tetapi harus berdasarkan keinginan guru,
guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya atau pada
kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 77


Guru harus berkeinginan untuk melakukan peningkatan diri
untuk hal yanglebih baik dan dilakukan secara terus menerus
sampai tujuannya tercapai
c. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis
SWOT, yang terdiri atas unsur-unsur S-Strength(kekuatan),
W-Weaknesses (kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-
Threat(ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru
yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan.
Dengan berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat
dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara kondisi yang
ada pada guru dan juga siswa. Kekuatan dan kelemahan yang
ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara
cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
d. Upaya Empiris dan Sistemik
Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja
apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti guru
sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman)
dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait
dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang
sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang
keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait
mengkait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus
juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda,
mengubah jadwal pelajaran dan semua yang terkait dengan hal-
hal yang baru diusulkan tersebut.
e. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Kata SMART yang artinya cerdas mempunyai makna
dalam proses perencanaan kegiatan penelitian tindakan.
Adapun makna dari masing-masing huruf adalah: S–specific,
khusus, tidak terlalu umum, M–Managable, dapat dikelola,
dilaksanakan, A-Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau
Achievable, dapat dicapai, dijangkau, R-Realistic, operasional,
tidak di luar jangkauan dan. T-Time-bond, diikat oleh waktu,
terencana.

78 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat
hal-hal yang disebutkan dalam SMART. Tindakan yang dipilih
peneliti harus a) Khusus specific, masalah yang diteliti tidak
terlalu luas, ambil satu aspek saja sehingga langkah dan
hasilnya dapat jelas dan spesifik b)Mudah dilakukan, tidak
sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi
mengumpulkan hasil, mengoreksi dan lainnya. c) Dapat
diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa
tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan dan juga
lingkungan tidak terganggu karenanya d) Tidak menyimpang
dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek
yang dikenai tindakan.
6. Kategori Masalah-Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas
Ary, dkk (2010:520) menyebutkan lima kategori masalah yang
dapat diangkat dalam penelitian tindakan, yaitu:
a. Masalah yang timbul dari keinginan untuk meningkatkan
pembelajaran siswa. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
bisa berputar di sekitar kebutuhan yang dirasakan perlu, seperti
meningkatkan perbaikan lingkungan kelas untuk belajar,
meningkatkan interaksi interpersonal di antara siswa, atau
peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan refleksi diri.
b. Masalah yang muncul akibat keinginan untuk memperbaiki
kurikulum. Pertanyaan yang bisa diajukan peneliti seperti
bagaimana mengintegrasikan antar mata pelajaran, atau
seperti bagaimana menggunakan teknologi dalam kurikulum
pembelajaran.
c. Masalah yang muncul dari keinginan untuk mengadaptasi
strategi-strategi pengajaran atau penilaian (asesmen). Pertanya-
an-pertanyaan yang ada seperti bagaimana mendorong pem-
belajaran aktif, membimbing siswa dalam mengevaluasi diri,
atau mengimplementasikan sebuah pendekatan pembelajaran
khusus.
d. Masalah yang muncul dari keinginan seseorang untuk mencari
hubungan antara keyakinan dan praktik dalam kelas atau untuk
menguji keterkaitan cara mengajar dengan apa atau siapa yang
mempengaruhi cara mengajar terebut.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 79


e. Masalah yang timbul dari isu-isu dalam konteks sekolah yang
lebih besar atau masyarakat. Pertanyaan mungkin berurusan
dengan program pengembangan sekolah, implementasi, atau
evaluasi; cara untuk melibatkan keluarga dan anggota-anggota
komunitas di sekolah; atau pendekatan untuk menyelesaikan
ketegangan antara kelompok-kelompok di sekolah atau
masyarakat yang mempengaruhi fungsi sekolah.
7. Model Penelitian Tindakan Kelas
Pada umumnya, tiap-tiap siklus penelitian tindakan berisi
kegiatan: perencanaan →tindakan→observasi→evaluasi/refleksi.
Berikut ini dipaparkan model-model penelitian tindakan yang telah
dikembangkan beberapa ahli.
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt lewin terdiri
dari empat komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan
(acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting).
Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai sikulus
yang dapat digambarkan sebagai berikut.

Model Kurt Lewin

Acting

Planning Observating

Reflecting

Planning
Acting
Observing
Reflecting

Gambar 1. Siklus PTK Model Kurt Lewin


(Kusumah dan Dedi, 2011:20)

80 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Model Kemmis dan Mc Taggart
Kemmis dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian
tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu:
perencanaan – tindakan dan observasi–refleksi. Model penelitian
tindakan tersebut sering diacu oleh para peneliti tindakan. Model
Kemmis dan Taggart dapat disimak pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Taggart

Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu,


yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan
observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan observasi
untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil-hasil observasi
kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap
berikutnya. Siklus tindakan tersebut dilakukan secara terus menerus
sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan peningkatan hasil
belajar sudah maksimum atau sudah tidak perlu ditingkatkan lagi.
Hambatan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan pada siklus
pertama harus diobservasi, dievaluasi dan kemudian direfleksi untuk
merancang tindakan pada siklus kedua. Pada umumnya, tindakan
pada siklus kedua merupakan tindakan perbaikan dari tindakan pada
siklus pertama tetapi tidak menutup kemungkinan tindakan pada
siklus kedua adalah mengulang tindakan siklus pertama. Pengulangan
tindakan dilakukan untuk meyakinkan peneliti bahwa tindakan pada
siklus pertama telah atau belum berhasil.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 81


Model Riel
Model Riel (dalam Mulyatiningsih, 2007) membagi proses
penelitian tindakan menjadi tahap-tahap: (1) studi dan perencanaan;
(2) pengambilan tindakan; (3) pengumpulan dan analisis kejadian; (3)
refleksi. Kemajuan pemecahan masalah melalui tindakan penelitian
diilustrasikan pada Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Siklus PTK Model Riel

Riel (dalam Mulyatiningsih, 2012) mengemukakan bahwa


untuk mengatasi masalah, diperlukan studi dan perencanaan. Masalah
ditemukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan sehari-
hari. Setelah masalah teridentifikasi, kemudian direncanakan tindakan
yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilaksanakan
oleh peneliti. Perangkat yang mendukung tindakan (media,RPP)
disiapkan pada tahap perencanaan. Setelah rencana selesai disusun
dan disiapkan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Setelah
dilakukan tindakan, peneliti kemudian mengumpulkan semua data/
informasi/kejadian yang ditemui dan menganalisisnya. Hasil analisis
tersebut kemudian dipelajari, dievaluasi, dan ditanggapi dengan
rencana tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah yang masih
ada. Putaran tindakan ini berlangsung terus, sampai masalah dapat
diatasi.
Model DDAER
Beberapa model PTK yang telah dicontohkan di atas memberi
gambaran bahwa prosedur PTK sebenarnya sudah lazim dilakukan
dalam program pembelajaran. Prosedur PTK akan lebih lengkap

82 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


apabila diawali dengan kegiatan diagnosis masalah dan dilengkapi
dengan evaluasi sebelum dilakukan refleksi. Desain lengkap PTK
tersebut disingkat menjadi model DDAER (diagnosis, design, action
and observation, evaluation, reflection) dapat disimak pada gambar
4 berikut ini.

Gambar 4. Siklus PTK Model DDAER (Mulyatiningsih, 2012)

Dalam model tersebut, penelitian tindakan dimulai dari diagnosis


masalah sebelum tindakan dipilih. Secara implisit, diagnosis masalah
ini ditulis dalam latar belakang masalah. Setelah masalah didiagnosis,
peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan
yang layak untuk mengatasi masalah. Prosedur penelitian berikutnya
hampir sama dengan prosedur pada model PTK yang lain.
8. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Secara garis besar dari beberapa model PTK yang telah
dijelaskan di atas, terdapat 4 tahapan yang biasa dilalui pada PTK

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 83


yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4)
refleksi. Adapun perincian dari tiap tahap adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menentukan fokus perma-
salahan yang akan diteliti, kemudian membuat perangkat pembelajaran
serta instrumen pengamatan untuk menjaring data dan fakta yang
terjadi pada waktu proses tindakan berlangsung. Secara rinci tahap
perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah. Masalah tersebut
harus diangkat dari permasalah di lapangan, masalahnya
harus penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil
pembelajaran.
b. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan,
yang akan menjadi latar belakang PTK Merumuskan masalah
secara jelas, berupa kalimat pertanyaan.
c. Menentukan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah
dan memilih tindakan yang paling tepat.
d. Membuat intrumen pengumpul data dan menentukan indikator
keberhasilan tindakan.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, strategi dan rencana pembelajaran
yang telah disiapkan pada tahap perencanaan, dilaksanakan. Pada
tahap ini guru harus ingat dan mentaati apa yang dirumuskan dalam
rencana pembelajaran, berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.
Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pencatatan semua
hal yang diperlukan dan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan format
observasi yang telah dipersiapkan, termasuk juga pengamatan secara
cermat pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data dikumpulkan dapat
berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, prentasi, nilai tugas dll) atau
data kualitatif (keaktifan siswa, antusiasme siswa, mutu diskusi yang
dilakukan, kreatifitas siswa dll).

84 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Refleksi
Tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul
kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
berikutnya.

C. Penelitian Eksperimen
1. Pengertian
Menurut Kerlinger (1986: 315) adalah sebagai suatu penelitian
ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih
variabel bebas dan melakukan pengamatan terhadap variabel-variabel
terikat untuk menemukan variasi yang muncul bersamaan dengan
manipulasi terhadap variabel bebas tersebut. Arboleda (1981: 27)
mendefinisikan eksperimen sebagai suatu penelitian yang dengan
sengaja peneliti melakukan manipulasi terhadap satu atau lebih
variabel dengan suatu cara tertentu sehungga berpengaruh pada satu
atau lebih variabel lain yang di ukur. Lebih lanjut dijelaskan, variabel
yang dimanipulasi disebut variabel bebas dan variabel yang yang
akan dilihat pengaruhnya disebut variabel terikat. Sementra itu Isaac
dan Michael (1977: 24) menerangkan bahwa penelitian Eksperimen
bertujuan untuk meneliti kemungkinan sebab akibat dengan
mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan pada satu atau lebih
kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan satu atau
lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Pengertian yang
hampir sama dengan itu diberikan oleh Rakhmat (1985: 44) bahwa
metode eksperimen bertujuan untuk meneliti hubungan sebab akibat
dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel pada satu atau
lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan
kelompok control yang tidak mengalami manipulasi. Sedangkan
Robert Plutchik (1988: 213) mengemukakan definisi eksperimen
secara lebih singkat, adalah merupakan cara mengatur kondisi suatu
esperimen untuk mengidentifikasi variabel-variabel menentukan
sebab akibat suatu kejadian.
Menurut A. S Hornby dalam bukunya yang berjudul Oxford
Advanced Dictionary bahwa Eksperimen berasal dari bahasa Inggris

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 85


yakni experiment yang berarti test or trial carried out carefully
in order to study what happens and gain new knowledge yang
dalam bahasa Indonesia berarti test atau percobaan yang dilakukan
dengan hati-hati untuk mempelajari apa yang terjadi dan untuk
mendapatkan pengetahuan yang baru. Experimental merupakan kata
sifat turunan dari experiment yang berarti sesuatu yang digunakan
berdasarkan percobaan.
Sedangkandalam pengertian ilmiah, penelitian eksperimental
berarti penelitian yang dilakukan dengan membandingkan dua
kelompok sasaran penelitian dengan memberikan kondisi yang ketat
untuk mendapatkan selisih antara dua kelompok tersebut.
Menurut Sanapiah Faisal dalam bukunya Metodologi Penelitian
Pendidikan bahwa Penelitian eksperimental merupakan suatu metode
yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan: “jika sesuatu
dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliliti, maka
apakah yang akan terjadi?”. Dalam hal ini, peneliti merekayasa
stimuli, perlakuan dan kemudian mengobeservasi pengaruh yang
timbul.
Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat
dipilih dan digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar kelas
(PTK). Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah
studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi
atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk
menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship),
dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan
satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan
satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan
(Danim, 2OO2).
Dari berbagai definisi yang dikemukakan tersebut di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa Metode Eksperimen mengandung
beberapa hal sebagai berikut: 1) Suatu penelitian yang berusaha
melihat hubungan sebab akibat dari satu atau lebih variabel
independen dengan satu atau lebih variabel kontrol, 2) Peneliti
melakukan manipulasi terhadap satu atau lebih variabel independen.
Manipulasi berarti merubah secara sistematis sifat (nilainilai) variabel
bebas sesuai dengan tujuan penelitian, 3) Mengelompokkan subyek

86 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


penelitian (lazim disebut responden) ke dalam kelompok eksperimen
dan kelompok konrol. Dalam desain klasik, kelompok eksperimen
adalah kelompok subyek yang akan dikenai perlakuan (treatment).
Sedangkan yang dimaksud dengan perlakuan (treatment) adalah
mengenakan (exposed) variabel bebas yang sudah dimanipulasi
kepada kelompok eksperimen. Sedangkan kelompok control adalah
kelompok subyek yang tidak dikenai perlakuan, 4) Membandingkan
kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan dengan kelompok
kontrol yang tidak dikenai perlakuan, 5) Pengaruh hubungan sebab
akibat antara variabel independen dengan variabel dependen diperoleh
dari selisih skor observasi masing-masing kelompok tersebut.
2. Ciri-ciri Metode Penelitian Eksperimen
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian
eksperimental, yaitu, (1) Variabel-veriabel penelitian dan kondisi
eksperimental diatur secara tertib ketat (rigorous management),
baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun
random (rambang). (2) Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar
(base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimental.
(3) Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi,
untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan
hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu
yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi
tujuan penelitian.
Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan,
termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan
dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-
kelompok dilakukan secara acak. (4) Validitas internal (internal
validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimental,
untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang dilakukan
pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan. (5)
Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana
kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan
penggeneralisasian pada kondisi yang sama. (6) Semua variabel
penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara
sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 87


3. Langkah-langkah dalam Melakukan Metode Penelitian Ekspe-
rimen
Pada umumnya, penelitian eksperirnent dilakukan dengan me-
nempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu,
a. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan.
b. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
c. Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan,
memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel,
dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
d. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup ke-
giatan:
1) Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, te-
tapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses ekspe-
rimen;
2) Menentukan cara mengontrol;
3) Memilih rancangan penelitian yang tepat;
4) Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang
mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian;
5) Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelom-
pok eksperimen;
6) Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan mela-
kukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang
memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diper-
lukan;
7) Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menen-
tukan hipotesis.
e. Melaksanakan eksperimen.
f. Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
g. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan
vaniabel yang telah ditentukan.
h. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik
statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi
hasilnya.
i. Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembaha-
san, dan pembuatan laporan (Sukardi, 2003).

88 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Kempthorne (1962) memberikan langkah-langkah dalam me-
rencanakan eksperimen sebagai berikut:
a. Rumusan permasalahan.
b. Formulasikan hipotesa.
c. Pengaturan teknik serta desain eksperimen.

Penyelidikan atas kemungkinan-kemungkinan hasil yang di-


peroleh dari percobaan dan menghubungkan kembali kepada alasan-
alasan mengapa percobaan harus dilakukan. Hal ini diperlukan
untuk meyakinkan bahwa eksperimen-eksperimen yang akan di-
lakukan benar-benar akan memberikan keterangan-keterangan yang
dikehendaki.
Memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap teknik dan
prosedur statistik yang akan digunakan untuk meyakinkan bahwa
kondisi yang diperlukan untuk menggunakan teknik di atas cukup
valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
a. Laksanakan percobaan.
b. Aplikasikan teknik statistik tehadap eksperimen tersebut.

Tarik kesimpulan dari estimasi-estimasi yang diperoleh ser-


ta dari tiap kuantitas yang diperoleh serta dari tiap kuantitas yang
dievaluasikan dengan ukuran-ukuran reliabilitas yang lazim di-
gunakan. Pertimbangan secara hati-hati validitas dari kesimpulan
serta pada populasi mana kesimpulan tersebut ingin diinferensikan.
Berikan evaluasi terhadap seluruh penelitian dan bandingkan
dengan eksperimen-eksperimen lain yang telah dilakukan dengan
masalah yang serupa atau hampir serupa.
4. Kelemahan dan Keunggulan Metode Eksperimen
Dalam setiap penelitian eksperimen yang berkaitan dengan
validitas internal mengandung beberapa kelemahan. Menurut
Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 : 1024) ada
beberapa kelemahan dalam validitas internal, antara lain: history,
maturation, testing, instrumentation, selection, statistical regretion,
experiment mortality, diffusion of treatments. Kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 89


a. History
Banyak kejadian di masa lampau yang dapat mempengaruhi
validitas penelitian eksperimental yang disebabkan oleh adanya
interaksi antar individu.
b. Maturation
Beberapa perubahan dapat terjadi pada dependent variable
yang berfungsi dalam kurun waktu dan bukannya kejadian yang
spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama berkaitan dengan
jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama.
c. Testing
Proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang akan
mempengaruhi hasil hasil eksperimen.
d. Instrumentation
Instrumen yang digunakan dalam penelitian eksperimen kadang
kala sudah tidak sesuai lagi dengan standar yang berlaku.
e. Selection
Peneliti kadang masih menggunakan unsur subjektifitas dalam
memilih orang yang akan dijadikan objek eksperimen yang
baik.
f. Statistical regretion
Peneliti kadangkala dihadapkan pada kesulitan apabila hasil
yang diperoleh dalam penelitian menghasilkan skor yang
ekstrim.
g. Experiment mortality
Dalam penelitian eksperimen seringkali terjadi perubahan
komposisi kelompok yang diobservasi. Ada anggota kelompok
yang harus didrop karena tidak sesuai dengan situasi pengetesan
saat tertentu.

D. Penelitian Research and Development (R&D)


1. Pengertian
Educational Research and Development biasa juga disebut
Research Based Development. “ Educational Research and
Development is a process used to develop and validate educational
products” (Borg and Gall; 1989:772).

90 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Penelitian dan Pengembangan adalah suatu proses atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada. Yang dimaksud dengan
produk dalam konteks ini adalah tidak selalu berbentuk hardware (buku,
modul, alat bantu pembelajaran di kelas dan laboratorium), tetapi bisa
juga perangkat lunak (software) seperti program untuk pengolahan
data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun
model-model pendidikan, pembelajaran pelatihan, bimbingan,
evaluasi, manajemen, dan sebagainya. Karakteristik Research &
Development adalah penelitian berbentuk “siklus”, yang diawali
dengan adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan
pemecahan dengan suatu produk tertentu. Dalam bidang pendidikan,
produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R & D diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang
jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan.
Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik untuk
keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan,
buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi,
model uji kompetensi, penataan ruang kelas, model unit produksi,
Khusus dalam bidang pengembangan kurikulum, para pengembang
jarang menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Para
pengembang kurikulum seringkali menggunakan metode atau
pendekatan filosofis dan akademik dan kurang memberikan perhatian
pada temuan-temuan empiris.
Sebagaimana yang diuraikan oleh Borg and Hall (1989:773):
Educational R & D is sometimes equated with curriculum
development. This is a mistaken notion. Curriculum development
does not necessarily involve the use of R&D methodology. For
example, curriculum development is often guided by a curriculum
philosophy or academic discipline rather than by the findings of
empirical research.
Pengembangan kurikulum didasarkan atas landasan-landasan
filosofis dan konseptual untuk mencapai tujuan-tujuan ideal.
Di pihak lain, pengembangan kurikulum lebih ditekankan pada
penguasaan segi-segi akademis, penguasaan bidang-bidang ilmu.
Beberapa pengembang kurikulum juga mengunakan pendekatan

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 91


empiris, kurikulum lebih diarahkan pada penguasaan pengetahuan,
kemampuan, dan kecakapan- 6 kecakapan yang dibutuhkan para
pengguna. Penyusunan dan penyempurnaan kurikulum didasarkan atas
fakta-fakta di lapangan menggunakan penelitian dan pengembangan
3. Isi atau Materi R&D
a. R & D Versi Dick and Carey
Model Dick – Carey adalah model desain Instruksional
yang dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James
O Carey. Model ini adalah salah satu dari model prosedural,
yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain
Instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus
di tempuh secara berurutan.
Model Dick–Carey tertuang dalam Bukunya The Systematic
Design of Instruction edisi 6 tahun 2005. Perancangan
Instruksional menurut sistem pendekatan model Dick & Carey
terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses
pengembangan dan perencanaan tersebut.
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap
langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi
perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari
model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick
and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak
terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan
kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat
ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan
berikutnya.

92 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–
langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
1) Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
2) Melaksanakan analisi pembelajaran.
3) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik
siswa.
4) Merumuskan tujuan performansi.
5) Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan.
6) Mengembangkan strategi pembelajaran.
7) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran.
8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.
9) Merevisi bahan pembelajaran.
10) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 93


Berikut penjabaran langkah-langkahnya
1) Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal(s)).
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang
diinginkan agar pebelajar dapat melakukannya ketika
mereka telah menyelesaikan program Instruksional.
Tujuan Instruksional mungkin dapat diturunkan dari daftar
tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis), dari
penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman
praktis dengan kesulitan belajar pebelajar, dari analisis
orang-orang yang melakukan pekerjaan (Job Analysis),
atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru. Langkah
ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi
maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya
dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran
pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan
pembangunan.
2) Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional
Analysis)
Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuanke dalam
ranah belajar Gagne, menentukan langkah-demi-langkah
apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan
tersebut (mengenali keterampilan bawahan / subordinat).
Langkah terakhir dalam proses analisis Instruksional adalah
untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap,
yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry behaviors),
yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai
Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan
di antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi.
3) Analisis Pembelajar dan Lingkungan (Analyze Learners
and Contexts)
Langkah ini melakukan analisis pembelajar, analisis
konteks di mana mereka akan belajar, dan analisis konteks
di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan
pembelajar, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki
pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi
Instruksional.

94 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


4) Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance
Objectives)
Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan
yang diidentifikasi dalam analisis Instruksional, akan
mengidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari,
kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan
kriteria untuk kinerja yang sukses.
5) Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assessment
Instruments).
Berdasarkan tujuan performansi yang telah ditulis, langkah
ini adalah mengembangkan butir-butir penilaian yang
sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan
siwa seperti yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan
utama berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan yang
digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta.
6) Pengembangan Siasat Instruksional (Develop Instructional
Strategy).
Bagian-bagian siasat Instruksional menekankan komponen
untuk mengembangkan belajar pebelajar termasuk kegiatan
praInstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik,
penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.
7) Pengembangan atau Memilih Material Instruksional
(Develop and Select Instructional Materials).
Ketika kita menggunakan istilah bahan Instruksional kita
sudah termasuk segala bentuk Instruksional seperti panduan
guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer
berbasis multimedia, dan halaman web untuk Instruksional
jarak jauh. maksudnya bahan memiliki konotasi.
8) Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design
and Conduct Formative Evaluation of Instruction).
Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu,
penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan.
Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda
bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan
Instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian
formatif terhadap bahan atau Instruksional di kelas.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 95


9) Revisi Instruksional (Revise Instruction).
Strategi Instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua
pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi Instruksional
untuk membuatnya menjadi alat Instruksional lebih
efektif.
10) Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design
And Conduct Summative Evaluation).
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis
perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya
divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan
di kelas dengan evaluasi sumatif. Penggunaan model Dick
and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran
dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak
didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan
hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir
pembelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap komponen
khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran
yang dikehendaki, (3) menerangkan langkah–langkah yang
perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain
pembelajaran.
b. Versi Borg and Gall

Menurut Borg and Gall (1989:782), yang dimaksud dengan


model penelitian dan pengembangan adalah “a process used
develop and validate educational product”. Kadang-kadang

96 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


penelitian ini juga disebut ‘research based development’, yang
muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Selain untuk mengembangkan dan
memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and Development
juga bertujuan untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan
baru melalui ‘basic research’, atau untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat
praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk
meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Dalam penelitian ini
Research and Development dimanfaatkan untuk menghasilkan
model pelatihan keterampilan sebagai upaya pemberdayaan,
sehingga kemampuan masyarakat petani dalam berusaha
dapat berkembang. Menurut Borg dan Gall (1989: 783-795),
pendekatan Reseach and Development (R&D) dalam pendidikan
meliputi sepuluh langkah, yaitu:
1) Studi Pendahuluan
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi
pustaka, studi literature, penelitian skala kecil dan standar
laporan yang dibutuhkan.
a) Analisis Kebutuhan: Untuk melakukan analisis
kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu (1) Apakah
produk yang akan dikembangkan merupakan hal
yang penting bagi pendidikan? (2) Apakah produknya
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan? (3)
Apakah SDM yang memiliki keterampilan, pengeta-
huan dan pengalaman yang akan mengembangkan
produk tersebut ada? (4) Apakah waktu untuk me-
ngembangkan produk tersebut cukup?
b) Studi Literatur: Studi literatur dilakukan untuk
pengenalan sementara terhadap produk yang akan
dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk
mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang
bersangkutan dengan pengembangan produk yang
direncanakan.
c) Riset Skala Kecil: Pengembang sering mempunyai
pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 97


pada reseach belajar atau teks professional. Oleh
karenanya pengembang perlu melakukan riset skala
kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk
yang akan dikembangkan.
2) Merencanakan Penelitian
Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat
melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian.
Perencaaan penelitian R & D meliputi: (1) merumuskan
tujuan penelitian; (2) memperkirakan dana, tenaga dan
waktu; (3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-
bentuk partisipasinya dalam penelitian.
3) Pengembangan Desain
Langkah ini meliputi: (1) Menentukan desain produk yang
akan dikembangkan (desain hipotetik); (2) menentukan
sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama
proses penelitian dan pengembangan; (3) menentukan
tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; (4)
menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat
dalam penelitian.
4) Preliminary Field Test
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah
ini meliputi: 1) melakukan uji lapangan awal terhadap
desain produk; 2) bersifat terbatas, baik substansi desain
maupun pihak-pihak yang terlibat; 3) uji lapangan awal
dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain
layak, baik substansi maupun metodologi.
5) Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain
berdasarakan uji lapangan terbatas. Penyempurnaan produk
awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan
secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal
ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap
proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat
perbaikan internal.

98 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


6) Main Field Test
Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah
ini meliputi 1) melakukan uji efektivitas desain produk;
2) uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan
teknik eksperimen model penggulangan; 3) Hasil uji
lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari
sisi substansi maupun metodologi.
7) Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas
Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan
uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang
pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan
lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang
kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan
sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol.
Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain
perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk
ini didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
8) Uji Kelayakan
Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala
besar: 1) melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain
produk; 2) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan
para calon pemakai produk; 3) hasil uji lapangan adalah
diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi
substansi maupun metodologi.
9) Revisi Final Hasil Uji Kelayakan
Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang
dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang
perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan.
Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang
tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil
penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi”
yang dapat diandalkan.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 99


10) Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir
Laporan hasil dari R & D melalui forum-forum ilmiah,
ataupun melalui media massa. Distribusi produk harus
dilakukan setelah melalui quality control.

Teknik analisis data, langkah-langkah dalam proses pene-


litian dan pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran
research dan development menurut Borg and Gall terdiri atas :
a) meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk
yang akan dikembangkan,
b) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,
c) uji lapangan,
d) mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba
lapangan.
c. Versi 4D
Metode pengembangan (Development Research) dengan
menggunakan pendekatan pengembangan model 4D (four-D
model). Adapun tahapan model pengembangan meliputi tahap
pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap
pengembangan (develop) dan tahap ujicoba (disseminate).
Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini baru sampai pada
tahap pengembangan (develop).
Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut
(Trianto, 2007: 65-68).
1) Tahap Pendefinisian (define).
Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan
dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya.
Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: (a) Analisis
ujung depan, (b) Analisis siswa, (c) Analisis tugas. (d)
Analisis konsep, dan (e) Perumusan tujuan pembelajaran.
2) Tahap Perencanaan (Design).
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat
pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu,
(a) Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah
awal yang menghubungkan antara tahap define dan

100 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan
Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi Dasar dalam
kurikukum KTSP). Tes ini merupakan suatu alat mengukur
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah
kegiatan belajar mengajar, (b) Pemilihan media yang
sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (c)
Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya
dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat
yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara
yang lebih maju.
3) Tahap Pengembangan (Develop).
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan
dari pakar. Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat
oleh para pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi yaitu
kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c)
uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil
tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah
berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang
sesuai dengan kelas sesungguhnya.
4) Tahap penyebaran (Disseminate).
Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat
yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas
misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain.
Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan
perangkat di dalam KBM.
d. Versi ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya
lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-
Implement- Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang
dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya
ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat
dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan
mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 101


Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
1) Analysis (analisa)
2) Design (disain / perancangan)
3) Development (pengembangan)
4) Implementation (implementasi/eksekusi)
5) Evaluation (evaluasi/ umpan balik)

Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa
yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs
assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah
(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis).
Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa
karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi
kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang
rinci didasarkan atas kebutuhan.
a) Analisis Kinerja
Analisis Kinerja dilakukan untuk mengetahui dan meng-
larifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan
solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau
perbaikan manajemen.

Contoh :
(1) Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan menyebab-
kan rendahnya kinerja individu dalam organisasi

102 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


atau perusahaan, hal ini diperlukan solusi berupa
penyelenggaraan program pembelajaran.
(2) Rendahnya motivasi berprestasi, kejenuhan, atau
kebosanan dalam bekerja memerlukan solusi
perbaikan kualitas manajemen.Misalnya pemberian
insentif terhadap prestasi kerja, rotasi dan promosi,
serta penyediaan fasilitas kerja yang memadai.
b) Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan
untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kom-
petensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkat-
kan kinerja atau prestasi belajar. Hal ini dapat dilakukan
apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi
dari masalah pembelajaran yang sedang dihadapi.
Pada saat seorang perancang program pembelajaran mela-
kukan tahap analisis, ada dua pertanyaan kunci yang yang
harus dicari jawabannya, yaitu :
(1) Apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan,
dibutuhkan oleh siswa?
(2) Apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan,
dapat dicapai oleh siswa?

Jika hasil analisis data yang telah dikumpulkan mengarah


kepada pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi
masalah pembelajaran yang sedang dihadapi, selanjutnya
perancang program pembelajaran melakukan analisis
kebutuhan dengan cara menjawab beberapa pertanyaan
lagi.
Pertanyaannya sebagai berikut :
(1) Bagaimana karakteristik siswa yang akan mengikuti
program pembelajaran? (learner analysis )
(2) Pengetahuan dan ketrampilan seperti apa yang telah
dimiliki oleh siswa?(pre-requisite skills)
(3) Kemampuan atau kompetensi apa yang perlu dimiliki
oleh siswa? (task atau goal analysis)

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 103


(4) Apa indikator atau kriteria yang dapat digunakan
untuk menentukan bahwa siswa telah mencapai
kompetensi yang telah ditentukan setelah melakukan
pembelajaran? (evaluation and assessment)
(5) Kondisi seperti apa yang diperlukan oleh siswa
agar dapat memperlihatkan kompetensi yang telah
dipelajari? (setting or condition analysis)
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan
(blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar
rancang bangun (blue-print) di atas kertas harus ada terlebih
dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama
merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik,
measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes,
dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran
yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi
pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai
tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi
metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang
paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-
sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan,
lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lainlain.
Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print
yang jelas dan rinci.
Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias
desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain
diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran,
maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan
modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu
pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung
proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap
ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji
coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang
merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu
evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya

104 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang
sedang kita kembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan
sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada
tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset
sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa
diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu
maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan
lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu
tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai
skenario atau desain awal.
Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran
yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal
atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap
empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat
tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya
untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin
kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya
review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang
sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji
coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu
evaluasi kelompok kecil dan lainlain.
e. Versi Kemp

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 105


Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah
dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
1) Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum
untuk pembelajaran tiap topiknya;
2) Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran
tersebut didesain;
3) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan
syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar;
4) Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap
tujuan;
5) Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan
latar belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap
suatu topik;
6) Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang
menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar,
jadi siswa siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang
diharapkan;
7) Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang
yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan
jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran;
8) Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka
menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahankesalahan
dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang
membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang
dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif

106 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


BAB VII
SUBYEK PENELITIAN
DAN INSTRUMEN PENELITIAN

A. Subyek dan Obyek Penelitian


1. Pengertian
a. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda,
ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya
adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam
subjek penelitian inilah terdapat objek penelitian.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang,
atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat
keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang
bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian,
sikap pro-kontra, simpati-antipati, keadaan batin, dan bisa juga
berupa proses.
2. Sampel Subjek dan Objek Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari “anggota” populasi
penelitian yang terhadapnya pengumpulan data dilakukan. Hasil
pengumpulan data dari sampel tersebut kemudian diberlaku-
umumkan (digeneralisasikan) kepada seluruh anggota populasi.
Sampel subjek penelitian: Jika anggota populasi banyak sekali,
biasanya yang akan ditanyai (diteliti secara langsung) tentulah tidak
semuanya, karena terlampau memakan waktu, energi dan biaya. Jadi,
yang akan diteliti hanyalah sebagian dari mereka. Sebagian anggota
populasi yang diteliti dari seluruh anggota populasi itu disebut
sebagai sampel penelitian.
Sampel Objek Penelitian : Contoh peristiwa pengambilan sampel
dari populasi objek penelitian adalah mengetes hasil belajar siswa

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 107


sejak kelas pertama sampai kelas akhir suatu jenjang pendidikan (SD,
SMTP, SMTA) lewat UNAS atau UAN. Pertama, dari seluruh mata
pelajaran yang harus dikuasai murid hanya beberapa mata pelajaran
yang diteskan (sampel mata pelajaran). Kemudian dari beberapa
mata pelajaran tersebut hanya beberapa butir materinya saja dari
sekian banyak butir pengetahuan atau ilmu yang dipelajari semasa
bersekolah.
3. Memilih Calon Subjek Penelitian
Apabila peneliti telah berhasil menyimpulkan bahwa
penelitiannya dapat dilaksanakan di daerah tertentu, maka langkah
selanjutnya adalah menata lahan. Dalam hal ini peneliti menyiapkan
subjek penelitian. Langkah penyiapan lahan ini dilakukan agar
segala sesuatu yang diinginkan sudah siap. Peneliti sendiri sudah
siap dengan instrumen. Kini data yang akan dikumpulkan dengan
instrumen sudah diambang pintu karena sudah menempel pada
subjek penelitian yang sudah disiapkan.
Di dalam menentukan subjek penelitian, peneliti harus berfikir
tentang dua hal, yaitu subjek untuk uji instrumen pengumpulan data
dan subjek untuk pengambilan data. Untuk pengambilan kedua
subjek ini, peneliti harus mengarahkan perhatiannya pada pengertian
tentang populasi dan sempel. Pengambilan subjek tersebut harus
dikaitkan dengan strategi penelitian yang akan dilakukan. Tiga
strategi penelitian itu adalah
a. Penelitian Kasus, yaitu penelitian yang dilakukan dalam
lingkup terbatas dengan subjek penelitian yang sedikit dan
kesimpulannya hanya berlaku bagi subjek yang diteliti.
b. Penelitian Populasi, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap
lingkupan yang luas, dengan semua subjek penelitian dan
kesimpulannya berlaku bagi semua subjek penelitian itu.
c. Penelitian Sampel, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap
sebagian dari populasi, akan tetapi hasil penelitiannya berlaku
bagi semua subjek yang tergabung pada populasi itu.
4. Contoh Subjek dan Objek Penelitian
Pada waktu peneliti merasakan ada sesuatu yang ingin dicari
jawabannya melalui penelitian, atau dengan kata lain peneliti tersebut

108 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


mempunyai suatu problematika sehingga harus diteliti, mungkin
sekali bahwa peneliti sudah terpikirkan problematika tersebut ada
pada siapa atau untuk subjek yang mana. Sebagai contoh masalah
yang akan diteliti oleh peneliti adalah “Apakah pemberian PR setiap
hari berpengaruh terhadap tingkat kebencian siswa pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam?”, Maka dapat diidentifikasi bahwa:
a. Siswa merupakan subjek dari penelitian ini karena siswa
merupakan tempat variabel melekat, yaitu yang diberi PR setiap
hari dan yang diukur benci atu tidaknya terhadap pelajaran.
Siswa merupakan orang tempat variabel berada. Dalam hal
ini siswa dapat diberi pertanyaan langsung tentang variabel
yang diteliti. Disamping sebagai subjek penelitian, siswa juga
diposisikan sebagai responden dalam penelitian ini karena siswa
adalah sumber data. Kita dapat memperoleh data penelitian dari
seorang siswa atau beberapa siswa (sampel).
b. Guru agama bukan merupakan subjek penelitian karena bukan
merupakan tempat variabel yang diteliti. Akan tetapi guru
dapat diartikan bahwa guru merupakan sumber penelitian tidak
langsung karena guru tersebut adalah pihak yang memberi
PR dan mengetahui tentang data variabel. Guru memiliki
posisi sebagai responden karena dapat memberi jawaban atau
informasi sehingga peneliti dapat memperoleh data darinya.
c. Kepala sekolah bukan sebagai subjek penelitian karena kedu-
dukannya diragukan sebagai responden, sehingga diragukan
juga sebagai sumber data.
d. Orang tua siswa bukan subjek, tetapi dapat dijadikan sebagai
responden dan sumber data.

Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa dalam


menentukan subjek, responden, dan sumber data penelitian bukan
merupakan pekerjaan yang mudah. Dengan mencoba mem-
pertimbangkan kedudukan masing-masing pihak untuk variabel
hubungan antara pemberian PR setiap hari dengan kebencian siswa
terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam, urutan kejelasan
dari subjek penelitian, responden, dan sumber data adalah sebagai
berikut:

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 109


a. Siswa : subjek, responden, dan sumber data
b. Guru PAI : responden dan sumber data
c. Orang tua siswa : responden dan sumber data.
d. Kepala sekolah lebih baik tidak diambil sebagai responden
maupun sumber data, karena diragukan pengetahuannya tentang
data yang dimaksudkan pada topik.

Sedangkan objek penelitian dari contoh di atas adalah kebencian


siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dikarenakan
mendapatkan PR setiap hari.
5. Besarnya Subjek Penelitian
Pada umumnya peneliti menginginkan untuk mempunyai subjek
penelitian yang cukup banyak agar data yang diperoleh cukup banyak
pula. Dengan data yang banyak, gambaran kesimpulannya pun
menjadi mantap. Namun tidak selamanya keinginan peneliti tersebut
terpenuhi. Karena ada kendala tenaga, waktu, dan dana, peneliti
terpaksa membatasi banyaknya subjek penelitian disesuaikan dengan
kemampuan yang ada pada dirinya. Jika peneliti memang terpaksa
mengambil langkah yang demikian, timbul masalah bagaimana
peneliti harus menentukan data yang lebih urgen. Dengan kata
lain peneliti harus betul-betul memikirkan bagaimana menentukan
sampel representatif.
Sebagai langkah pertama dari penentuan sampel adalah
membuat batasan tentang ciri-ciri populasi. Misalnya peneliti
menentukan subjek penelitiannya adalah “anak putus sekolah”.
Yang menjadi target populasi meliputi semua anak yang pernah
putus sekolah, baik SD, SMP ataupun SMA. Jika batasan tersebut
ditambah dengan satu ciri misalnya “anak putus Sekolah Dasar”
maka lingkup populasinya semakin menyempit. Anak dari SMP
atau SMA tidak dapat masuk ke dalam subjek penelitian. Jika pe-
neliti menambah satu ciri lain, misalnya “anak putri putus Sekolah
Dasar” maka lingkup populasi yang akan diteliti akan semakin
menyempit lagi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak ciri atau karakteristik yang ada pada populasi,
akan semakin sedikit subjek yang tercakup dalam populasi, begitu
pula sebaliknya

110 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


6. Menentukan Sampel
Tahap keempat dalam penelitian survei adalah menentukan
sampel. Menentukan sampel artinya memilih teknik dan metode
yang akan digunakan untuk mengambil sampel yang didasarkan pada
keadaan dan kebutuhan data penelitian. Keterbatasan waktu, biaya,
dan tenaga untuk meneliti suatu populasi menyebabkan perlunya
dilakukan penentuan sampel. Dalam hal ini, populasi adalah semua
individu/unit-unit yang menjadi target penelitian. Sedangkan sampel
adalah bagian dari populasi yang dipilih mengikuti prosedur tertentu
sehingga dapat mewakili populasinya. Kerangka sampela dalah
daftar anggota populasi (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 37).
7. Teknik Sampling
Secara umum ada dua macam teknik penentuan sampel,
yakni random sampling atau probability sampling dan non-random
sampling atau non probablity sampling.

Sampling Techniques
Probability Sampling Non-Probability Sampling
Judgement/
Simple Systematic Stratified
Cluster Accidental Convenicence/ Quota Snowball
Random Random Random
Sampling Sampling Puprposive Sampling Sampling
Sampling Sampling Sampling
Sampling

a. Sampel Probabilitas
1) Penarikan sampel Secara Acak Sederhana (Simple Random
Sampling)
Sampel acak sederhana adalah sampel yang diambil
sedemikian rupa sehingga anggota populasi mempunyai
kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih menjadi
sampel.
2) Penarikan Sampel Sistematis (Systematic Random Sam-
pling)
Metode pengambilan sampel dimana anggota sampel
dipilih secara sistematis dari daftar populasi. Daftar
populasi harus berada dalam keadaan acak atau membaur.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 111


3) Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified Random Sam-
pling)
Metode penarikan sampel berlapis atau berstrata. Suatu
kriteria yang jelas harus ditetapkan untuk membatasi strata.
Penarikan sampel dari setiap strata dapat dilakukan secara
proporsional atau tidak proporsional.
4) Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster Sam-
pling)
Dalam praktek seringkali kita tidak mempunyai daftar
populasi yang lengkap. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
“Populasi Mini” yang sifat dan karakternya sama dengan
seluruh Populasi. Populasi mini seperti ini disebut Cluster
atau Gerombol. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih
sampel secara acak. Kelemahan cara ini adalah sulit
mengetahui bahwa setiap gerombol meng-gambarkan sifat
populasi secara tuntas.
b. Sampel Non Probabilitas
1) Penarikan Sampel Secara Kebetulan (Accidental Sam-
pling)
Peneliti dapat memilih orang atau responden yang terdekat
dengannya, atau yang pertama kali dijumpainya dan sete-
rusnya.
2) Penarikan Sampel Secara Sengaja (Purposive Sampling)
Peneliti telah menentukan responden menjadi sampel pe-
nelitiannya dengan anggapan atau menurut pendapatnya
sendiri degan suatu argumentasi.
3) Penarikan Sampel Jatah (Quota Sampling)
Populasi dibagi menjadi beberapa strata sesuai dengan
fokus penelitian. Penarikan sampel jatah dilakukan kalau
peneliti tidak mengetahui jumlah yang rinci dari setiap
strata populasinya. Dalam kondisi ini peneliti menentukan
jatah untuk setiap strata yang kurang-lebih seimbang.
4) Penarikan Sampel Bola Salju (Snowball Sampling)
Bola salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran
di atas rumput, dari sedikit menjadi banyak dan besar.
Pertama kali ditentukan satu atau beberapa responden

112 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


untuk diwawancarai, sehingga berperan sebagai titik
awal penarikan sampel. Responden selanjutnya ditetapkan
berdasarkan petunjuk dari responden sebelumnya. Cara ini
sering digunakan dalam penelitian-penelitian pemasaran.

B. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk


mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah. Instrumen
penelitian dapat diartikan pula sebagai alat untuk mengumpulkan,
mengolah, menganalisa dan menyajika n data-data secara sistematis serta
objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa
disebut instrumen penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan
data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis
dan dipermudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang
variasi karakteristik variabel secara objektif. Instrumen pengumpul data
menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk
merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-
atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya
digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi
mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah
pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah
pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang
diteliti.
1. Instrumen Penelitian Untuk Penelitian Kualitatif
Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 113


bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset,
atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat
tergantung pada peneliti itu sendiri.
Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus
“divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang
yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian,
baik secara akademik maupun logiknya. (Sugiono,2009:305).
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis
data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempu-
nyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala
stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna
atau tidak bagi penelitian,
b. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua
aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data
sekaligus,
c. tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu
instrumen berupa test atau angket yng dapat menangkap
keseluruhan situasi kecuali manusia,
d. suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat
dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya,
kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan
pengetahuan kita,
e. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data
yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis
dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk
mentest hipotesis yang timbul seketika,
f. hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan
menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh

114 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono
2009: 308).

Peneliti sebagai instrumen (disebut “Paricipant-Observer”)


disamping memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa
kelemahan. Kelebihannya antara lain:
a. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa
yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan demikian,
peneliti akan lambat laut “memahami” makna-makna apa saja
yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen).
Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui
penelitian kualitatif.
b. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data
telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi
oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi
penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.
c. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data,
menganalisanya, melakukan refleksi secara terus menerus, dan
secara gradual “membangun” pemahaman yang tuntas tentang
sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang
“mengkonstruksi” realitas yang tersembunyi (tacit) di dalam
masyarakat.

Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen


adalah
a. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai
peneliti. Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian
kualitatif, tetapi jika tidak hati-hati, peneliti akan secara tidak
sadar mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi
dengan pikiran-pikirannya sendiri.
b. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai
instrumen utama ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan
peneliti dalam menulis, menganalisis, dan melaporkan hasil
penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan
dan “insight” (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan
makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 115


“lantaran pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi, peneliti
seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya
dalam bentuk tertulis”.
c. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti
dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek
yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian
dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan hipotesis
telah diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti
kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat plural
(beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan
kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi
ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak
mungkin dicapai seperti dalam penelitian kuantitatif.
2. Instrumen Penelitian Untuk Penelitian Kuantitatif
Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah
penelitinya sendiri, maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen
harus dibuat dan menjadi perangkat yang “independent” dari peneliti.
Peneliti harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin, apapun
instrumen itu.
Pada umumnya instrument penelitian dalam penelitian
kuantitatif terbagi dua yakni tes dan non tes. Tes sebagai instrument
penelitian adalah suatu alat yang berisi serangkaian soal-soal yang
harus dijawab oleh responden untuk mengukur suatu aspek tertentu,
sesuai dengan tujuan penelitian. Selain tes, terdapat instrumen
berupa nontes, seperti skala sikap atau daftar pernyataan untuk
digunakan bagi peneliti yang menggunakan teknik pengumpulan data
jenis angket, pedoman wawancara untuk peneliti yang menggunakan
teknik interview atau wawancara, pedoman observasi untuk peneliti
yang menggunakan teknik observasi, dan lainnya.
Skala bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyaktif yang
dibuat berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang
kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program
atau orang. Intrumen ini dapat dengan mudah menberikan gambaran
penampilan, terutama panampilan di dalam orang menjalankan tugas,
yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat.

116 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Pedoman wawancara berisi sebuah daftar pertanyaan yang
mungkin akan diajukan kepada responden. Sedangkan pedoman
observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul
dan akan diamati.
a. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen
Dalam menyusun instrumen disarankan mengikuti lang-
kah-langkah berikut:
1) Analisis Variabel Penelitian.
Menganalisis setiap variabel menjadi sub variabel ke-
mudian mengembangkannya menjadi indikator-indikator
merupakan langkah awal sebelum instrumen itu dikem-
bangkan.
2) Menetapkan Jenis Instrumen
Jenis instrumen dapat ditetapkan manakala peneliti sudah
memahami dengan pasti tentang variabel dan indikator
penelitiannya. Satu variabel mungkin hanya memerlukan
satu jenis instrumen atau mungkin memerlukan lebih dari
satu jenis instrumen .
3) Menyusun Kisi-kisi Layout Instrumen
Kisi-kisi instrumen diperlukan sebagai pedoman dalam
merumuskan item instrumen. Dalam kisi-kisi itu harus
mencakup ruang lingkup materi variabel penelitian,
jenis-jenis pertanyaan, banyaknya pertanyaan, serta
waktu yang dibutuhkan. Selain itu, dalam kisi-kisi juga
harus tergambarkan indikator atau abilitas dari setiap
variabel. Misalnya, untuk menentukan prestasi belajar
atau kemampuan subjek penelitian, diukur dari tingkat
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan sebagainya.
4) Menyusun Item Instrumen
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah se-
lanjutnya adalah menyusun item pertanyaan sesuai dengan
jenis instrumen yang akan digunakan.
5) Mengujicobakan Instrumen
Uji coba instrumen perlu dilakukan untuk mengetahui
tingkat reliabilitas dan validitas serta keterbacaan setiap

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 117


item. Mungkin saja berdasarkan hasil uji coba ada sejumlah
item yang harus dibuang dan diganti dengan item yang
baru, setelah mendapat masukkan dari subjek uji coba.
b. Jenis-jenis Instrumen Penelitian
1) Tes
a) Pengertian
Tes adalah instrumen atau alat untuk mengumpulkan
data tentang kemampuan subjek peneliti dengan cara
pengukuran, misalnya untuk mengukur kemampuan
subjek penelitian dalam menguasai nateri pelajaran
tertentu digunakan tes tertulis tentang materi terse-
but.
b) Kriteria Tes
(1) Reliabilitas Tes
Tes sebagai instrumen atau alat pengumpul data
dikatakan reliabel manakala tes tersebut bersifat
handal. Tes yang handal adalah tes yang dapat
mengumpulkan data sesuai dengan kemampuan
subjek yang sesungguhnya, yang tidak terpe-
ngaruh oleh situasi dan kondisi termasuk oleh
letak geografis.
(2) Validitas Tes
Tes sebagai instrumen untuk mengumpulkan
data dikatakan valid manakala tes itu bersifat
sahih, atau item-item tes mampu mengukur
apa yang hendak diukur. Terdapat dua cara
uji validitas yaitu, validitas logis dan validitas
empiris. Validitas logis diperoleh dengan cara
judgment ahli yang kompeten. Validitas empiris
adalah validitas yang diperoleh melalui uji
coba tes pada sejumlah subjek yang memiliki
karakteristik yang diasumsikan sama dengan
subjek penelitian.

118 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


2) Angket (Quisioner)
a) Pengertian
Angket adalah instrumen penelitian berupa daftar
pertanyaan atau pernyataan secara tertulis yang harus
dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan
petunjuk pengisiannya. Angket dapat digunakan
peneliti untuk penelitian kualitatif maupun kuantitatif.
Sebagai instrumen penelitian, angket memiliki kele-
bihan di antaranya sebagai berikut:
(1) Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan
data dari sejumlah responden atau sumber data
yang jumlahnya cukup besar.
(2) Data yang terkumpul melalui angket akan mudah
dianalisis.
(3) Responden akan memiliki kebebasan untuk
menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan
keyakinannya.
(4) Responden tidak akan terburu-buru menjawab
setiap pertanyaan, pengisian angket tidak terlalu
terikat oleh waktu.

Angket juga memiliki kelemahan, di antaranya:


(1) Belum menjamin responden akan memberikan
jawaban tepat sesuai dengan keyakinannya.
(2) Angket hanya mungkin dapat digunakan oleh
responden yang dapat membaca dan menulis.
(3) Angket hanya dapat menggali masalah yang
terbatas.
(4) Kadang-kadang ada responden yang tidak
bersedia untuk mengisi angket karena alasan
kesibukan dan, atau alasan pribadi lainnya.
b) Langkah-langkah Menyusun Angket
Beberapa petunjuk cara menyusun angket:
(1) Buatlah kata pengantar terlebih dahulu secara
singkat sebelum pertanyaan-pertanyaan angket
disusun.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 119


(2) Buatlah petunjuk cara pengisian angket dengan
jelas dan ringkas.
(3) Hindari istilah-istilah yang dapat menimbulkan
salah pengertian.
(4) Rumuskan dalam kalimat yang singkat, jelas,
dan sederhana, sehingga tidak menguras tenaga
dan pikiran responden ketika membaca angket.
(5) Sebaiknya setiap pertanyaan hanya mengandung
satu persoalan yang ditanyakan.
(6) Apabila ada kata-kata yang memerlukan pene-
kanan, makia sebaiknya diberi tanda, seperti
dengan menebalkan kata atau kalimat, menggaris
bawahi, atau menulikan dalam warna yang
berbeda kata tersebut.
(7) Pertanyaan setiap item angket tidak menggiring
pada jawaban yang diinginkan peneliti.
(8) Angket harus dibuat semenarik mungkin.
3) Wawancara (Interview)
Wawancara (interview) adalah teknik pengumpulan data
yang dilaksanakan dengan cara dialog baik secara langsung
(tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara
pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber
data. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data
yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif.
4) Observasi
a) Pengertian
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan
cara mengamati secara langsung maupun tidak
tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada
alat observasi.
b) Instrumen Observasi
(1) Check List
Check list atau daftar cek adalah pedoman
observasi yang berisikan daftar dari semua
aspek yang diamati. Dengan pedoman tersebut
observer (pengamat) memberi tanda cek (√)

120 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


untuk menentukan “ada atau tidak ada” sesuatu
berdasarkan hasil pengamatannya.
(2) Rating Scale (Skala Penilaian)
Skala penilaian (rating scale) adalah instrumen
observasi yang berisi tentang segala aspek yang
diobservasi yang dikategorikan dalam bentuk
skala yang dijadikan pedoman oleh observer
untuk menentukan beberapa aspek yang
diobservasi itu berada dalam rentangan tertentu.
c. Kriteria Instrumen yang Baik
Menurut Sevilla (1988) dalam Husein Umar (2013),
paling tidak ada lima kriteria agar instrumen pengum-
pulan data dapat dikatakan baik, yaitu:
1) Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian
atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen
pengukuran. Pengujiannya dapat dilakukan
secara internal dan eksternal. Pengujian secara
internal adalah pengujian dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada. Sedangkan
pengujian secara eksternal dapat dilakukan
dengan test-retest.
a) Konsistensi Butir
Buatlah dua instrumen yang butir-butir
pertanyaan atau pernyataannya ekuivalen.
Mislanya: “Berapa tahun usia anda?” adalah
sama saja dengan “Anda lahir tahun berapa?”
Lakukan pengujian dua instrumen ini pada
responden dan waktu yang sama, tetapi
sekali saja. Selanjutnya korelasikan data
dari kedua instrumen itu. Bila korelasinya
positif dan signifikan, maka instrumen
dinyatakan reliabel.
b) Test-Retest
Cara ini adalah dengan mencobakan
instrumen beberapa kali kepada responden.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 121


Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan dan berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan
maka instrumen dinyatakan reliabel.
2) Validitas
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai
suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian
tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur.
Paling tidak yang dapat kita lakukan dalam
menetapkan validitas suatu instrumen pengu-
kuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi
dari kedekatan data yang diperoleh dengan
apa yang kita yakini dalam pengukuran. Untuk
menguji validitas instrumen, ada tiga komponen
yang harus dilakukan, yaitu:
a) Pengujian Validitas Konstruksi
Instrumen yang telah dikonstruksi menge-
nai aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandasan teori selanjutnya didiskusikan
dengan ahli minimal tiga orang. Selanjutnya
lakukan uji coba instrumen pada sampel
sekitar 30 responden dari populasi yang akan
dipakai. Setelah data ditabulasikan maka uji
validitas konstruksi dilakukan dengan cara
mengorelasikan antar skor item instrumen.
b) Pengujian Validitas Isi
Untuk instrumen dalam bentuk tes, pengu-
jian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen de-
ngan materi yang telah diajarkan. Untuk
instrumen dalam bentuk non tes, dapat dila-
kukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan rancangan atau program
yang telah disiapkan. Pada tiap instrumen
terdapat butir-butir pertanyaan maupun
pernyataan.

122 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


c) Pengujian Validitas Eksternal
Pengujian validitas eksternal dilakukan den-
gan cara membandingkan antara kriteria
yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta
empiris yang terjadi di lapangan.
3) Sensivitas
Sensivitas dalam penelitian dijelaskan sebagai
kemampuan suatu instrumen untuk melakukan
diskriminasi yang diperlukan untuk masalah
penelitian. Bila reliabilitas dan validitas suatu
tes tinggi, maka tampaknya tes tersebut juga
sensitif, mempertajam perbedaan dalam derajat
variasi-variasi karakteristik yang diukur.
4) Objektivitas
Objektivitas adalah sebagai derajat dimana pe-
ngukuran yang dilakukan bebas dari pendapat
dan penilaian subjektif, bebas dari bias dan
perasaan orang-orang yang menggunakan tes.
5) Fisibilitas
Fisibilitas berkenaan dengan aspek-aspek kete-
rampilan, penggunaan sumber daya dan waktu.
Ada beberapa tes tertentu yang hanya menuntun
keterampilan minimum dalam menyusun dan
menganalisis hasil tes, tetapi yang menuntut
keterampilan yang lebih tinggi. Juga mengenai
biaya dan waktu, dapat menjadi kendala dalam
penelitian, sehingga perlu pertimbangan-per-
timbangan agar penelitian disesuaikan dengan
kemampuan.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 123


BAB VIII
TEKNIK ANALISIS DATA

A. Pengertian Analisis Data

Ada banyak para ahli mengemukakan defenisi mengenai analisis


data. Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah proses mengurutkan data
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
(Iqbal Hasan, 2009:29) Sedangkan menurut Suprayogo analisis data adalah
rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran
dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis
dan ilmiah.
Data mentah yang dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya
jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian ayang amat penting
dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah data tersebut dapat diberi
arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
(Moh Nazir, 2005:346)
Analisis data dilakukan setelah data diperoleh dari sampel melalui
instrumen yang telah dipilih dan akan digunakan untuk menjawab masalah
dalam penelitian atau untuk menguji hipotesa yang diajukan melalui
penyajian data. Data yang terkumpul tidak mesti seluruhnya disajikan
dalam pelaporan penelitian, penyajian data ini adalah dalam rangka untuk
memperlihatkan data kepada pembaca tentang realitas yang sebenarnya
terjadi sesuai dengan fokus dan tema penelitian. Oleh karena itu data yang
disajikan dalam penelitian tentunya adalah data yang terkait dengan tema
bahasan saja yang perlu disajikan.
Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan,
pemodelan dan transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan
memperoleh informasi yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan
dan mendukung pembuatan keputusan. Analisis data mempunyai banyak

124 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


variasi pendekatan, teknik yang digunakan dan nama atau sebutan
bergantung pada tujuan dan bidang ilmu yang terkait.
Analisis data dari hasil pengumpulan data merupakan tahapan yang
penting dalam penyelesaian suatu kegiatan penelitian ilmiah. Data yang
telah terkumpul tanpa dianalisis menjadi tidak bermakna, tidak berarti,
menjadi data yang mati dan tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data
ini untuk memberi arti, makna, dan nilai yang terkandung dalam data. Suatu
penelitian yang efektif dan efisien, bila semua data yang dikumpulkan
dapat dianalisis dengan teknik analisis tertentu. Itulah kiranya, pada saat
merancang penelitian, sudah harus dipikirkan data yang akan dikumpulkan
dan teknik analisis data yang akan digunakan. Peneliti harus memastikan
pola analisis data mana yang akan digunakan, apakah akan menggunakan
pola analisis statistik atau non statistik. Pola mana yang akan digunakan
sangat tergantung pada data yang dikumpulkan.

B. Teknik Analisis Data Berdasarkan Macam dan Jenis Penelitian

Di dalam penelitian ilmiah kita telah mengenal dua macam penelitian,


yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Berikut ini pemakalah
akan mencoba untuk menjelaskan teknik analisis data sesuai dengan
macam atau jenis penelitian.
1. Analisis Data Kuantitaif.
a. Pengertian
Analisa menurut Patton sebagaimana dikutip oleh Lexy
J. Moleong, adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan
data ke dalam pola atau kategori dan uraian satuan dasar
sehingga lebih mudah untuk dibaca dan diinterprestasikan.
Analisis data dalam buku Ahmad Tanzeh adalah rangkaian
kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran
dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial,
akademis dan ilmiah.
Menurut Bogdan dan Taylor analisis data adalah proses yang
merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai
usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 125


Analysis means the categorising, ordering, manipulating
and summarising of data to obtain answers to research
questions.(Kerlinger) Analisis data mencakup banyak kegiatan,
yakni: mengkategori data, mengatur data, memanipulasi data,
menjumlahkan data, yang diarahkan untuk memperoleh jawaban
dari problem penelitian.
Sedangkan data kuantitatif yaitu data dalam bentuk
jumlah dituangkan untuk menerangkan suatu kejelasan dari
angka-angka atau pemperbandingkan dari beberapa gambaran
sehingga memperoleh gambaran baru, kemudian dijelaskan
kembali dalam bentuk kalimat/ uraian.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
analisis data merupakan cara untuk menganalisa hasil dari
data yang diperoleh dalam penelitian sehingga lebih mudah
untuk dibaca dan diinterprestasikan. Analisis data ini dilakukan
setelah terkumpulnya semua data hasil penelitian. Adapun cara
yang ditempuh dalam rangka menganalisis data kuantitatif ini
dengan menggunakan metode statistik.
Dalam penelitian kuantitatif analisis data merupakan
kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data
lain terkumpul. Teknik dalam penelitian kuantitatif adalah
menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik yang
digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi
statistik parametris dan statistik non parametris. (Sugiyono,
2008: 243)
Statistika deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa mengambil
sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalm
analisisnya. Tetapi apabila penelitian dilakukan pada sampel,
maka analisisnya dapat menggunakan statistik deskriptif
atau statistik inferensial. Statistik deskriptif dapat digunakan
bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel dan

126 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi
dimana sampel diambil. Tetapi bila peneliti ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk pupulasi, maka teknik analisis
yang digunakan adalah statistik inferensial.
Termasuk dalam statistsik deskriptif adalah penyajian data
melalui table, grafiik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan
modus, median, mean, perhitungan desil, persentil, perhitungan
penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar
deviasi, perhitungan prosentase. Dalam statistik deskriptif juga
dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antara variablel
melalui analisis korelasi, membuat perbandingan dengan
membandingkan rata-rata sampel atau populasi.
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan
untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan
untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel
diambil dari populasi yang jelas dan teknik pengambilan
sampel dari populasi tersebut dilakukan secara random.
Statistik ini dinamakan statistik probabilitas karena kesimpulan
yang dilberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu
kebenarannya bersifat peluang (probability). Di dalam Statistik
inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris.
Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter
populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui
data sampel. Dalam statistik pengujian parameter melalui
statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistitk.
Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis statistik adalah
penelitian yang menggunakan sampel. Dalam statistik hipotesis
yang diuji adalah hipotesis nol karena tidak dikehendaki adanya
perbedaan antara parameter populasi dan statistik. Hanya
dalam kenyataannya nilai parameter jarang diketahui. Statistik
nonparametris tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji
distribusi.
Nasution menyatakan: ”Melakukan analisis adalah peker-
jaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan
daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak
ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis,

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 127


sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang
dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama
bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda”.
b. Langkah-Langkah Analisis Data Kuantitatif
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu
segera digarap oleh staf peneliti, khususnya yang bertugas
mengolah data. Di dalam buku-buku lain sering disebut
pengolahan data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula
data analysis.
Dalam proses analisis data, ada beberapa langkah pokok
yang harus dilakukan yaitu:
1) Checking Data
Pada langkah ini, peneliti harus mengecek lagi lengkap
tidaknya data penelitian, memilih dan meyeleksi data,
sehingga hanya yang relevan saja yang digunakan dalam
analisis. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, antara
lain:
a) Meneliti lagi lengkap tidaknya identitas subjek yang
diperlikan dalam analisis data. Misalnya: nomor
urut, jenis kelamin, kelas, asal daerah, pekerjaan, dan
sebagai nya.
b) Meneliti lengkap tidaknya data, yaitu apakah istrumen
pengumpulan data sudsh secara lengkap diisi, jumlah
lembaran tidak ada yang lepas atau sobek, dan
sebagainya.
c) Cara mengisi jawaban intem apakah sudah betul,
misalnya peryataan yang bersambuang dengan jawaban
ya dan tidak, bagi yang meanjawab tidak, maka tak
perlu mengisi pernyataan, kalau ya bagaimana. Atau
ada responden yang menjawab “tidak tahu” padahal
jawabanya itu penting sekali.
Hasil checking ini berupa pembetulan kesalahan,
kembali lagi ke lapangan, atau mengedrop item yang
tak dapat dibetulkan.

128 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


2) Editing Data
Editing yakni kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti
selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini
menjadi penting karena kenyataannya bahwa data yang
terhimpun kadangkala belum memenuhi harapan peneliti,
ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih,
berlebih bahkan terlupakan. Oleh karena itu, keadaan
tersebut harus diperbaiki melalui proses editing. Data yang
telah di teliti lengkap tidaknya, perlu diedit yaitu dibaca
sekali lagi dan diperbaiki, bila masih ada yang kurang jelas
atau meragukan. Kegiatan yang lain antara lain:
a) Pernyataan, jawaban, catatan yang tidak jelas diper -
jelas dan disempurnakan.
b) Coret-coretan, kata-kata sandi atau singkatan di per-
jelas untuk menghilangkan keragu-raguan pada data.
c) Mengubah kependekan dari jawaban menjadi kalimat
yang lebih bermakna.
d) Melihat kondisi data dengan rencana penelitian.
e) Meyeragamkan jawaban responden pada kategori
tertentu.

Langkah editing ini betul-betul menuntut kejujuran inte-


lektual (intelectual honesty) dari peneliti, yakni peneliti
tidak boleh mengganti jawaban, angka, atau apapun dengan
maksud agar data tersebut sesuai dan kosisten dengan
rencana risetnya.
3) Coding Data
Coding data yaitu merubah data menjadi kode-kode yang
dapat dianipulasi sesuai dengan prosedur analiisis statistik
tertentu. Oleh karena itu, pemberian kode pada jawaban-
jawaban sangat penting untuk memudahkan proses analisis
data. Kode apa yang digunakan, tergantung kepada kesukaan
peneliti, bisa kode angka atau huruf. Pada umumnya, orang
lebih meyukai kode angka. Untuk pelaksanaan “coding”
ini, peneliti harus membuat pedoman yang di sebut
coding guide atau coding book yaitu memberi petunjuk

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 129


arti dari masing-masing kode dan di kolom mana kode itu
direkam.Kemudian peneliti membuat transfer sheet atau
coding sheet yaitu lembaran kertas yang digunakan untuk
merekam kode dari masing-masing data penelitian. Coding
sheet berupa garis-garis vertikal dan horisontal, sehingga
membentuk kolom dan baris.
Kolom yang disediakan sebanyak alternatif jawaban dari
peryataan tersebut. Sedangkan untuk peryataan yang,
memerlukan satu jawaban, maka masing-masing jawaban
dideri kode sendiri dan kolom disediakan cukup satu kolom.
Peyusun coding book dan perekaman data dalam coding
sheet akan sangat membantu, baik untuk penyimpanan
data, maupun untuk keperluan analisis data, khususnya.
Analisis satistik, dan komputer.
4) Tabulating
Setelah semua data di deri kode dann direkam dalam
coding sheet dan dicatat dalam coding book, maka langka
selanjutnya ialah tabulasi data. Tabulasi yaitu meyediakan
data dalam bentuk tabel- tabel agar mudah di analisis data,
khususnya. Analisis statistik, dan komputer.
Penerapan analisis data sesuai dengan pendekatan
penelitian, maksud rumusan yang dikemukakan adalah
pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan
rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan
pendekatan penelitian atau desain yang diambil.
Analisis statistik baru dapat dilaksanakan, bila prosedur
analisis data telah diselesaikan. Ahli-ahli statistik telah
menyediakan macam-macam teknik analisis statistik,
baik disesuaikan dengan tujuan analisis maupun dengan
jenis data yang akan dianalisis. Apabila tujuan analisis
hanya ingin melukiskan gejala yang ada, maka teknik
analisis statistik berupa tabulasi frekuensi, grafik, poligon,
histogram, modus, median, mean, range, deviasi yang
kiranya cukup memadai. Peneliti cukup dengan menghitung
frekuensi dari kode-kode dalam coding sheet yang telah
di buat. Apabila analisis data ingin mengetahui pengaruh

130 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


dari suatu gejala yang lain, maka teknik analisis yang tepat
yaitu Chi-Kwadrat atau t-test, sedangkan model desain
penelitian yang tepat ialah design Experimental.
Akan tetapi, komputer sangatlah berguna dalam menga-
nalisis data. Dikarenakan saat ini berbagai kegiatan ilmiah,
terutama kegiatan penelitian menjadi mustahil kalau tidak
mengikutsertakan komputer sebagai media transformasi,
yang tidak saja berfungsi sebagai penghimpun, menyimpan,
mendemonstransikan data, tetapi juga dapat digunakan
untuk mendiskripsikan dan menganalisis data-data pene-
litian.
Penggunaan komputer pada penelitian, terutama penelitian
sosial, lebih banyak dibantu oleh tersedianya software siap
pakai yang berhubungan dengan statistika. Telah disadari
bahwa statistika memegang peranan penting dalam analisis
data. Walaupun demikian peranan statistika tidak lebih dari
sekedar alat penelitian (a set tools). Sebagai alat analisis
data, beberapa rumus pengolahan data statistika telah dibuat
dalam program-program siap pakai yang tersimpan di
floppy disk maupun hard disk, seperti antara lain Dynastat,
Microstat, SPSS, AMOS, dan sebagainya. Biasanya pada
program siap pakai tersebut, telah tersedia berbagai bentuk
alat pengolahan data statistik, baik itu statistik deskriptif
maupun inferensial.
c. Macam-Macam Analisis Kuantitatif
Analisis data dalam penelitian kuantitatif yakni
menggunakan statistik. Ada dua macam statistik yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi
statistik parametris dan statistik nonparametris. Berikut ini
skema macam-macam statistik analisis data:
1) Statistik Deskriptif
Statistik Deskripsi adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 131


berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang
dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas
akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya.
Statistik deskripsi dapat digunakan bila peneliti hanya ingin
mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel
diambil. Tetapi apabila peneliti ingin membuat kesimpulan
yang berlaku untuk populasi, maka teknik analisis yang
digunakan adalah statistik inferensial.
Statistik deskriptif menggambarkan apa yang ditunjukkan
oleh data. Hal ini digunakan untuk menunjukkan deskriptif
kuantitatif dalam bentuk yang dapat dibaca dengan mudah.
Dalam bukunya Burhan Bugin kuantitatif deskriptif yaitu
penelitian kuantitatif yang bertujuan hanya menggambarkan
keadaan gejala sosial apaadanya, tanpa melihat hubungan-
hubungan yang ada.
Statistika deskriptif digunakan untuk menggambarkan ciri-
ciri dasar dari data hasil penelitian, dengan memberikan
rangkuman sederhana tentang sampel dan ukuran. Disertai
dengan grafik analisis sederhana, statistik deskriptif secara
sederhana menggambarkan apa yang ditunjukkan oleh
data.
Yang termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah
penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran,
pictogram, pengukuran tendensi sentral diantaranya
perhitungan mean, median, modus, perhitungan kuartil,
desil, presentil, perhitungan penyebaran data melaui
perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan
prosentase.
2) Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah teknik atau alat yang dipakai
dalam membuktikan kebenaran teori probabilitas yang di
pakai dalam penelitian ilmu-ilmu sosial. Disebutkan juga
statistik inferensial adalah statistik yang digunakan dalam
penelitian sosial sebagai alat untuk menganalisis data untuk
tujuan-tujuan eksplanasi. Artinya statistik model ini hanya

132 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


dipakai untuk tujuan-tujuan generalisasi. Dengan kata
lain bahwa penelitian ini bertujuan utama untuk menguji
hipotesis penelitian.
Statistik Inferensial, disebut juga statistik induktif
atau statistik probabilitas. Adalah teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi. Disebut statistik probabilitas
karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi
berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat peluang
(probability). Suatu kesimpulan dari data sampel yang
akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang
kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan
dalam bentuk prosentase.
Statistik inferensial, menyelidiki pertanyaan, model dan
hipotesis. Dalam banyak kasus, kesimpulan dari statistik
inferensial melebihi dari apa yang ditunjukkan oleh data
itu sendiri. Seringkali, seseorang menggunakan statistika
inferensial untuk membuat kesimpulan dari data terhadap
kondisi yang lebih general. Jadi, statistika inferensial
secara sederhana menunjukkan ada apa dengan data yang
diperoleh.
Dalam statistik inferensial dibagi menjadi 2 yakni statistik
parametis dan statistik non parametis, yakni:
a) Statistik Parametris
Statistik parametris digunakan untuk menguji para-
meter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran
populasi melalui data sampel. Dalam statistik ini
memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi utama
adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi
normal. Kebanyakan digunakan untuk menganalisis
data interval dan rasio.
b) Statistik Non Parametris
Statistik yang tidak menguji parameter populasi,
tetapi menguji distribusi. Dalam statistik ini tidak
menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data
yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 133


Kebanyakan digunakan untuk menganalisis data
nominal dan ordinal.
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian kuantitatif
yang menggunakan statistik, ada dua hal utama yang
harus diperhatikan yaitu macam data dan bentuk
hipotesis yang diajukan. 1) Macam data. Macam-
macam data penelitian diantaranya yaitu: nominal,
ordinal, interval atau rasio. 2) Bentuk Hipotesis.
Ada tiga bentuk hipotesis yaitu: hipotesis deskriptif,
komperatif dan assosiatif.
2. Analisis Data Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh dari berbagai
sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus
tersebut mengakibatakan variasi data sangat tinggi sekali. Data yang
diperoleh pada umumnya adalah data kualitattif sehingga tekniik
analisa yang digunakan belum ada pola yang jelas. Oleh Karen itu
sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.
Proses analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, selam di lapangan, dan setelah selesai
dilapangan. Analisis sebelum dilapangn dilakukan terhadap data hasil
studi pendahuluan, atau data skunder yang akan menentukan fokus
penelitian. Namun fokus penelitian ini bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti akan masuk dan selama dilapangan.
Mengenai analisis dilapangan, ada dua macam model:
a. Analisis Data di Lapangan Model Miles dan Huberman
Miles dan Huberman mengemukakan aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan swecara interaktif dan
berlansung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction,
display, dan conclusion drawing/verification.
1) Data Reduction
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
semakin lama peneliti di lapangan maka jumlah data yang

134 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


diperoleh semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya dan mencari bila diperlukan.
2) Data Display
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelittian kulaitatif, penyajian
data bisa disajikan dalam uraian singkat, hubungan antar
kategori dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan
untuk penyajian data kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
dipahami tersebut.
3) Conclusion drawing/verification
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifi-
kasi. Kesimpulan awal adalah masih bersifat sementara
dan akan berubah bila tidak diketemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumplkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
b. Analisis Data di Lapangan Model Spradley
Spradley membagi analisis dalam penelitian kualitatif
berdasarkan tahapan dalam kualitatif. Proses penelitian
berangkat dari yang luas, kemudain memfokus dan meluas lagi.
Terdapat tahapan analisis data yang dilakukan dalm penelitian
kualitatif yaitu analisis domain, taksonomi, komponensial, dan
tema cultural.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 135


1) Analisis Domain
Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari
obyek penelitian atau situasi sosial ditemukan berbagi
domain dan kategori. Diperoleh dengan pertanyaan garand
dan minitour peneliti menetapkan domain tertentu sebagai
pijakan untuk penelitian selanjutnya. Semakin banyak
domain yang dipilih maka semakin banyak waktu yang
perlukan untuk penelitian.
2) Analisis Taksonomi
Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan
menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya.
Dilakukan observasi terfokus.
3) Analisis Komponensial
Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan
cara mengkontraskan antar elemen. Dilakukan melalui
observasi dan waawancara terseleksi dengan pertanyaan
yang mengkontraskan.
4) Analisis Tema Kultural
Mencari hubungan diantara domain dan bagaimana dengan
keseluruhan dan selanjutnya dinyatakan kedalam tema/
judul penelitian.
3. Langkah-Langkah Umum Analisis Data
Langkah-langkah dalam menganalisis data antara lain:
(Hermawan Wasito, 1995: 87-90)
a. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data,
perlu diolah terlebih dahulu. Pengolahan data tersebut bertujuan
untuk lebih menyederhanakan semua data yang terkumpul dan
menyajikannya dalam susunan yang baik dan rapi kemudian
dianalisis. Tahapan dalam pengolahan data adalah:
1) Penyuntingan (editing)
Kegiatannya adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan
yang dikembalikan responden. Hal-hal yang perlu diper-
hatikan adalah:

136 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaaan
yang diajukan.
Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan.
Konsistensi jawaban responden.
Penynting tidak boleh mengganti atau menafsirkan
jawaban responden.
2) Pengkodean (coding)
Setelah diakukan penyuntingan data, kegiatan berikutnya
adalah pemberian kode (pengkodean). Pengkodean dilaku-
kan dengan cara memberikan simbol/tanda berupa angka
terhadap jawaban responden yang diiterima. Tujuannya
adalah untuk menyederhanakan jawaban dari responden.
Misalnya: 1 untuk jawaban ya/setuju dank ode 0 untuk tidak
setuju, atau ditambah kode 99 untuk jawaban yang kosong
(responden tidak menjawab). Seluruh kode yang telah
ditentukan ditulis dalam buku kode. Buku kode ini selain
diperlukan dalam pengkodean, juga digunakan sebagai
pedoman untuk analisis data dan penulisan laporan.
3) Tabulasi (tabulating)
Kegiatan dalam tahap tabulasi adalah menyusun dan meng-
hitung data hasil pengkodean, untuk kemudian disajikan
dalam bentuk tabel. Cara tabulasi ada dua macam:
Tabulasi manual: semua kegiatan dari perhitungan
sampai penyajian tabel, dilakukan dengan tangan.
Tabulasi mekanik: Pelaksanaan dengan cara ini
dibantu dengan peralatan tertentu, seperti komputer.
Semua kegiatan dilakukan dengan bantuan alat yang
telah dipilih.
b. Penganalisisan Data
Setelah pengolahan data selesai, proses selanjutnya
adalah analisis data. Tujuan dari analisis dsata ini adalah untuk
menyederhanakan dan memudahkan data untuk ditafsirkan.
Apabila datanya telah terkumpul, maka diklasifikasikan
dalam dua kelompok, yaitu data kuantitatif yang berbentuk
angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-
kata atau simbol. Data kualitatif yang bebentuk kata-kata

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 137


tersebut disisihkan untuk sementara, karena akan sangat berguna
untuk melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data
kuantitatif. Cara yang digunakan ada dua macam, yaitu analisis
nonstatistika dan analisis statistika. (Arikunto, 2006: 239)
c. Penafsiran Hasil Analisis
Setelah data selesai dianalisis, kagiatan yang harus
dilakukan adalah menafsirkan hasil analisis tersebut. Penafsiran
hasil analisis ini bertujuan untuk menarik kesimpulan penelitian
yang telah dilaksanakan. Penarikan kesimpuulan ini dilakukan
dengan cara membendingkan hipotesis yang telah dirumuskan
dengan hasil analisis yang didapat. Akhirnya, peneliti dapat
manarik kesimpulan apakah menerima atau menolak hipotesis
yang telah dirumuskan.
Dalam penafsiran, peneliti juga harus memeriksa kembali
langkah-langkah yang telah dilaksanakan dalam penelitian.
Langkah ini berguna untuk melihat kesahihan/ validitas hasil
penafsiran. Apabila semua langkahnya telah tepat, maka hasil
penelitian dapat digunakan untuk pemecahan masalah praktis
dalam penelitian tersebut. Jika terjadi sebaliknya, maka hasil
penelitian tidak dapat dijamin kesahihannya.

138 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


BAB IX
CONTOH PROPOSAL DAN PELAPORAN PENELITIAN

Contoh Judul Proposal :

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM


MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA
(Study Kasus di SMK Negeri 1 Magelang )

A. Latar Belakang

Istilah pubertas maupun adolescensia sering di maknai dengan masa


remaja, yakni masa perkembangan sifat tergantung (dependence) terhadap
orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual,
perenungan diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Sedangkan menurut Harold Alberty (1967:86), remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni berlangsung 11-13
tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang.
Sejauh mana remaja dapat mengamalkan nilai-nilai yang di anutnya
dan yang telah dicontohkan kepada mereka? Salah satu tugas perkembangan
yang harus dilakukukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan
oleh kelompoknya lalu menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan
sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan ancaman sebagaimana
sewaktu kecil. Dia juga di tuntut mampu mengendalikan tingkah lakunya
karena dia bukan lagi tanggung jawab orang tua atau guru.
Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada
tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The
Developmental of model of moral Think and choice in the years 10 to
16. menyebutkan bahwa tahap-tahap perkembangan moral pada individu
dapat di bagi sebagai berikut:
1. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya
dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk,

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 139


benar dan salah. Akan tetapi, hal ini semata-mata ditafsirkan dari segi
sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan,
pertukaran dan kebaikan).
2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, anak hanya menurut harapan keluarga,
kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai
bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan
nyata.
3. Tingkat Pasca-konvensional
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan
nilai-nilai dan prinsip moral yang dimiliki keabsahan dan dapat
diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang
pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu
sendiri dengan kelompok tersebut.

Piaget menyebutkan bahwa masa remaja sudah mencapai tahap


pelaksanan formal dalam kemampuan kognitif. Dia mampu mempertim-
bangkan segala kemungkinan untuk mengatasi suatu masalah dari beberapa
sudut pandang dan berani mempertanggung jawabkan.
Sehingga kohlberg juga berpendapat bahwa perkembangan moral
ketiga, moralitas pasca-konvensional harus di capai selama masa remaja.
Sejumlah prinsip di terimanya melalui dua tahap; pertama menyakini bahwa
dalam keyakinan moral harus ada fleksibilitas sehingga memungkinkan
dilakukan perbaikan dan perubahan standar moral bila menguntungkan
semua anggota kelompok; kedua menyesuaikan diri dengan standar
sosial dan ideal untuk menjahui hukuman sosial terhadap dirinya sendiri,
sehingga perkembangan moralnya tidak lagi atas dasar keinginan pribadi,
tatapi mernghormati orang lain.
Akan tetapi pada kenyataan banyak di temukan remaja yang belum
bisa mencapai tahap pasca-konvensional, dan juga pernah di temukan
remaja yang baru mencapai tahap prakonvensional.
Fenomena tersebut banyak di jumpai pada remaja yang pada
umumnya mereka masih duduk di bangku SMA/SMK, seperti:
1. Berperangi tidak terpuji, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah
2. Suka berhura-hura dan bergerombol.
3. Mentaati peraturan sekolah, karena takut pada hukuman.

140 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Tidak jarang kita mendengar perkelahian terjadi antar remaja yang
tidak jelas sebabnya. Bahkan perkelahian dapat meningkat menjadi
permusuhan kelompok, yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Bila ditanyakan kepada mereka, apa yang menyebabkan mereka berbuat
kekerasan sesama remaja, dan apa masalahnya sehingga peristiwa yang
memalukan tersebut terjadi, banyak yang menjawab bahwa mereka tidak
sadar mengapa mereka secepat itu menjadi marah dan ikut berkelahi.
Fenomena di atas menggambarkan bahwa upaya remaja untuk
mencapai moralitas dewasa; mengganti konsep moral khusus dengan
konsep moral umum, merumuskan konsep yang baru dikembangkan ke
dalam kode moral sebagai pedoman tingkah laku, dan mengendalikan
tingkah laku sendiri, merupakan upaya yang tidak mudah bagi mayoritas
remaja.
Menurut Rice (1999), masa remaja adalah masa peralihan, ketika
individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua
hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua
hal tersebut adalah, pertama hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya
perubahan lingkungan. Pada saat ini, masyarakat dunia sedang mengalami
banyak perubahan begitu cepat yang membawa berabagai dampak, baik
positif maupun negatif bagi remaja. Dan kedua adalah hal yang bersifat
internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat relatif
lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm
and stress period).
Agar remaja yang sedang mengalami perubahan cepat dalam tubuhnya
itu mampu menyesuaikan diri dengan keadaan perubahan tersebut, maka
berbagai usaha baik dari pihak orang tua, guru maupun orang dewasa
lainnya, amat diperlukan.
Salah satu peran guru adalah sebagai pembimbing dalam tugasnya
yaitu mendidik, guru harus membantu murid-muridnya agar mencapai
kedewasaan secara optimal. Artinya kedewasaan yang sempurna (sesuai
dengan kodrat yang di punyai murid) Dalam peranan ini guru harus
memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap murid antara lain kematangan,
kebutuhan, kemampuan, kecakapannya dan sebagainya agar mereka
(murid) dapat mencapai tingkat perkembangan dan kedewasaan yang
optimal.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 141


Untuk itu di samping orang tua guru di sekolah juga mempunyai
peranan penting dalam membantu remaja untuk mengatasi kesulitanya,
keterbukaan hati guru dalam membantu kesulitan remaja, akan menjadikan
remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.
Usaha yang terpenting guru adalah memberikan peranan pada akal
dalam memahami dan menerima kebenaran agama termasuk mencoba
memahami hikmah dan fungsi ajaran agama.
Guru agama yang bijaksana dan mengerti perkembangan perasaan
remaja yang tidak menentu, dapat menggugahnya kepada petunjuk agama
tentang pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang sedang memasuki
masa baligh (puber). Salah satu ketentuan, misalnya dengan memberikan
pengertian tentang berbagai ibadah yang dulu telah dilakukan remaja,
seperti sholat, puasa dan sebagainya, sekarang diberikan hikmah dan makna
psikologis bagi ibadahya tersebut, misalnya makna sholat bagi kesehatan
mentalnya. Ia dapat mengungkapkan perasaan yang galau kepada Allah
dan ia dapat berdo’a memohon ampun atas kekeliuannya, ia boleh minta
dan mengajukan berbagai harapan dan keinginan kepada Allah yang Maha
Mengerti dan Maha Penyayang kepada hamban-Nya.
Dengan pemahaman baru tentang makna dan hikmah ajaran agama
bagi kesehatan mental, dan kepentingan hidup pada umumnya, remaja
akan mampu mengatasi kesulitannya, dan mampu mengendalikan diri.
Dengan kemampuan pengendalian diri (self control) yang baik,
remaja di harapkan mampu mengendalikan dan menahan tingkah laku yang
bersifat menyakiti dan merugikan orang lain atau mampu mengendalikan
serta menahan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial
yang berlaku. Remaja juga di harapkan dapat mengantisipasi akibat-akibat
negatif yang di timbulkan pada masa stroom and stress period.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 10 dan 13: yang
artinya: ...(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke
dalam gua, lalu mereka berdoa: ”Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat
kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang
Lurus dalam urusan Kami (ini).
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.

142 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Berangkat dari kerangka di atas maka peneliti mengambil
judul: “UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA (Study Kasus di SMK
Negeri 1 Magelang)”.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Upaya Guru PAI dalam meningkatkan


Self Control siswa di SMK Negeri 1 Magelang yang meliputi tujuan,
kegiatan agama dan keagamaan yang dilakukan dalam meningkatkan self
control hasil yang dicapai, serta faktor pendukung dan penghambat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka dapat


dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Pembelajaran Guru PAI di SMK Negeri 1
Magelang?
2. Bagaimanakah Upaya-upaya Guru PAI dalam meningkatkan Self
Control siswa di SMK Negeri 1 Magelang?
3. Hasil apa yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di
SMK Negeri 1 Magelang?
4. Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap Peningkatan Self
Control siswa di SMK Negeri 1 Magelang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka


Tujuan Penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pembelajaran Guru PAI di
SMK Negeri 1 Magelang.
2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan upaya-upaya Guru
PAI dalam meningkatkan self control siswa di SMK Negeri 1
Magelang.
3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan hasil yang dicapai dalam
meningkatkan self control siswa di SMK Negeri 1 Magelang.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 143


4. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan
penghambat terhadap peningkatan self control siswa di SMK Negeri
1 Magelang.

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa pendidikan
agama dan keagamaan yang dilakukan oleh Guru PAI di SMK Negeri
1 Magelang dapat membentuk self control siswa.
2. Praktis
Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam menentukan
kebijakan lebih lanjut bagi SMK Negeri 1 Magelang mengenai
peranan Guru PAI dalam membantu siswa siswa membentuk self
control yang baik.

F. Landasan Teori atau Telaah Pustaka

Untuk memperkuat masalah yang akan di teliti maka penulis


mengadakan tela’ah pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori-
teori yang akan di jadikan landasan penelitian, yaitu:
- Self Control (kontrol diri) adalah kemampuan untuk membimbing
tingkah laku sendiri; kemampuan untuk membimbing tingkah laku
sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls
atau tingkah laku impulsif.
- Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan
sebutan kontrol personal, yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu:
1. Behavior Control (kontrol perilaku), yang terdiri dari dua
komponen, yaitu kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated
administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus
(stimulus modifiability)
2. Cognitive control (kontrol kognitif), yang terdiri dari dua
komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan
melakukan penilaian (appraisal).
3. Decisional Control merupakan kemampuan seseorang untuk
memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu

144 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


yang diyakini atau disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan
pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan,
kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih
berbagai kemungkinan tindakan.
- Untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai
berikut:
a. Kemampuan mengontrol perilaku
b. Kemampuan mengontrol stimulus
c. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian.
e. Kemampuan mengambil keputusan.
- Pendidikan agama Islam hendaknya dapat mewarnai kepribadian
anak, sehingga agama Islam itu, benar-benar menjadi bagian dari
pribadinya yang akan menjadi pengendali (controling) dalam
hidupnya di kemudian hari. Untuk tujuan pembinaan pribadi itu,
maka pendidikan agama hendaknya diberikan oleh guru yang benar-
benar tercermin agama itu dalam sikap, tingkah laku, gerak-gerik,
cara berpakaian, cara berbicara, cara menghadapi persoalan dan
dalam keseluruhan pribadinya. Atau dengan singkat dapat dikatakan
bahwa Pendidikan Agama akan sukses, apabila ajaran agama itu
hidup dan tercermin dalam pribadi guru.
- Tiga langkah orang dewasa dalam membangun kontrol diri pada
anak, yaitu:
1. langkah pertama adalah memperbaiki perilaku anda, sehingga
dapat memberi contoh control diri yang baik bagi anak dan
menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan prioritas.
2. langkah kedua adalah membantu anak menumbuhkan sistem
regulasi internal sehingga dapat menjadi motivator bagi diri
mereka sendiri.
3. langkah ketiga mengajarkan cara membantu anak menggunakan
kontrol diri ketika menghadapi godaan dan stres, mengajarkan
untuk berfikir sebelum bertindak sehingga mereka akan memilih
sesuatu yang aman dan baik.

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini terkait dengan tela’ah


pustaka terdahulu yang berusaha mengupas pembahasan tentang:

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 145


1. Mukh. Nur Sikin, tahun 2002, yang berjudul: Upaya Guru PAI
dalam meningkatkan nilai-nilai Islam di SMU Negeri 5 Yogyakart.
Menghasilkan temuan tentang nilai-nilai agama Islam di Sekolah,
meliputi sholat dhuha, sholat jama’ah dan membaca Al-qur’an
melalui kegiatan ekstra kulikuler keagamaan.
2. Sriyati, tahun 2004, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam
pembinaan Akhlak Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Menghasilkan temuan tentang pentingnya peranan guru PAI di SMK
dalam menangani perilaku jelek siswa melalui pembelajaran PAI.
3. Dewi Ima Maghfiroh 2004, yang berjudul: Pengaruh Pembelajaran
PAI terhadap ketaatan beribadah siswi tingkat III di SMKN 2
Ponorogo, menghasilkan temuan tentang:
1) Pembelajaran PAI di SMK Negeri 2 Ponorogo pada kategori
sedang
2) Ketaatan beribadah siswi tingkat III di SMK Negeri 2 Ponorogo
pada kategori sedang.
3) Ada pengaruh yang signifikan anatara pembelajaran PAI
dengan ketaatan beribadah siswi tingkat III SMK Negeri
2 Ponorogo. Karena pembelajaran PAI selain berdasakan
kurikulum yang di tetapkan juga berdasarkan kegiatan-
kegiatan keagamaan yang bersifat non kurikulum.
4. M. Nur Ghufron, tahun 2003, yang berjudul: Hubungan Kontrol
diri, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua dengan
prokrastinasi akademik. Menghasilkan temuan tentang:
1) Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi
akademik.
2) Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan
disiplinotoriter orang tua dengan prokrastinasi akademik
3) Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan
disiplin demokrasi orang tua dengan prokrastinasi akademik.
4) Ada hubungan positif antara persepsi remaja terhadap penerapan
disiplin permisif orang tua dengan prokrastinasi akademik.

Berdasarkan judul skripsi yang mereka angkat, maka penulis akan


mengadakan penelitian, sehingga sampai saat ini gagasan penelitian
muncul dan belum ditemukan penelitian yang membahas tentang: Upaya
Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan self control siswa

146 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


di SMK Negeri 1 Magelang, hal ini sebagai bentuk betapa urgennya self
control bagi anak SMK.

G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan
kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai
sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada
hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara
analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.
Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory,
interaktif, partisipatories, dan penelitian tindakan kelas.
Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian studi
kasus (case study), yaitu: suatu penelitian yang dilakukan untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang,
dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok,
lembaga, atau masyarakat.
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang
menentukan keseluruhan skenarionya.
Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
partisipasi penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen
yang lain adalah sebagai penunjang.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMK Negeri 1 Magelang karena di
dasarkan pada beberapa pertimbangan:
- SMK adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki
konotasi keagamaan yang tidak begitu baik menurut pandangan
masyarakat. Ternyata memiliki suatu kegiatan keagamaan yang
begitu unik, sehingga Guru Pendidikan Agama Islam di SMK
sangat berperan dalam memantau penyimpangan perilaku para
siswa.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 147


- Adanya Imam-Imam setiap Kelas yang bertujuan untuk men-
disiplinkan berjalannya kegiatan sholat jama’ah Dluhur dan
kursus membaca Al-Qur’an.
- Keberhasilan pendidikan agama Islam tidak hanya dilihat
dari keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas dan
keaktifan mengikuti ekstra keagamaan, tapi harus dilihat
juga dari meningkatnya pengendalian diri pada siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya.
Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-
kata dan tidakan sebagai sumber utama, sedangkan sumber data
tertulis, foto dan catatan tertulis adalah sumber data tambahan.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena
dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi
dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada
latar, dimana fenomena tersebut berlansung dan di samping itu untuk
melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang
ditulis oleh atau tentang subyek).
- Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Maksud digunakannya wawancara anatara lain adalah (a)
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain, (b)
mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami
masa lalu.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan
adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan
fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian dapat terkumpul secara maksimal sedangkan subjek
peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan
sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.

148 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Sedangkan jumlah informan yang diambil terdiri dari: 1).
Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Magelang; 2). Guru Bimbingan
dan Penyuluhan SMK Negeri 1 Magelang; 3). Guru PAI SMK
Negeri 1 Magelang; dan 4). Seluruh Imam Kelas SMK Negeri
1 Magelang.
- Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif observasi
diklarifikasikan menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat
bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua,
observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran.
Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian dan dalam
penelitian ini digunakan tehnik observasi yang pertama di mana
pengamat bertindak sebagai partisipan.
- Tehnik Dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data
dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan
rekaman.
“Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang
dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan
tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenihi
accounting. Sedangkan “Dokumen” digunakan untuk mengacu
atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara
khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian,
catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.
6. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka langka berikutnya adalah
pengelolahan dan analisa data. Yang di maksud dengan analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau
orang lain.
Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data
kualitatif, maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti
menggunakan model spradley, yaitu tehnik analisa data yang di
sesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu:

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 149


a. Pada tahap penjelajahan dengan tehnik pengumpulan data
grand tour question, yakni pertama dengan memilih situasi
sosial (place, actor, activity),
b. Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan
menetapkan seseorang informan “key informant” yang
merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya mampu
“membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek
penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada
informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah
itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai
mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis
terhadap hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis
wawancara selanjutnya peneliti melakukan analisis domain.
c. Pada tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi
terfokus) analisa data dilakukan dengan analisis taksonomi.
d. Pada tahap selection (dilakukan dengan observasi terseleksi)
selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kontras, yang
dilakukan dengan analisis komponensial.
Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti
menemukan tema-tema budaya. Berdasarkan temuan tersebut,
selanjutnya peneliti menuliskan laporan penelitian kualitatif.
e. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaruhi
dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).
Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas) dapat
diadakan pengecekkan dengan tehnik pengamatan yang tekun,
dan triangulasi.
Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-
ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari.

150 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


H. Sistematika Pembahasan

Di dalam penulisan skripsi ini diawali dengan halaman formalitas,


yang terdiri dari: halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan,
halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
Dalam pembahasan skripsi penulis membagi dalam bagian-bagian,
tiap bagian terdiri bab-bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang saling
berhubungan dalam kerangka satu kesatuan yang logis dan sistematis.
Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan.
Membahas tentang: Latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan
masalah, tujuan, manfaat dan metode penelitian dan sistematika pem-
bahasan.
Bab II. Landasan Teori dan/atau Telaah Pustaka.
Membahas tentang: Guru Pendidikan Agama Islam dan self control remaja
yang terdiri dari pengertian dan tujuan.
Bab III. Temuan Penelitian.
Membahas tentang: Gambaran umum SMK Negeri 1 Magelang yang berisi
tentang sejarah singkat, letak geografis, visi, misi dan tujuan serta sarana
dan prasarana. Dan tentang deskripsi data meliputi bentuk pembelajaran
guru PAI di SMK Negeri 1 Magelang, Upaya Guru PAI di SMK Negeri
1 Magelang, serta hasil yang di capai dan faktor-faktor pendukung dan
penghambat.
Bab IV. Laporan hasil penelitian.
Membahas tentang: Analisa bentuk pembelajaran Guru PAI di SMK Negeri
1 Magelang, analisa Upaya Guru PAI di SMK Negeri 1 Magelang, serta
analisa hasil yang di capai dan faktor-faktor pendukung dan penghambat.
Bab V. Penutup.
Membahas tentang: Kesimpulan dan saran. Dan setelah lima bab, kemudian
diikuti dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran, daftar riwayat hidup.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 151


Contoh Judul Proposal

Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel Burlian Tere-Liye dan


Relevansinya dengan Pendidikan Karakter

A. Latar Belakang

Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia adalah komponen


penting yang erat dan tidak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia.
Kualitas sebuah bangsa dan peradaban ditentukan oleh kualitas pendi-
dikannya. Ia menjadi bagian penting sebab dengan pendidikan, manusia
mampu mengembangkan nalar berpikirnya sekaligus meningkatkan taraf
hidup dan kemampuan teknis atau pun non-teknis lainnya.
Peranan pendidikan merupakan hal penting bagi proses peningkatan
kemampuan dan daya saing suatu bangsa di mata dunia. Keterbelakangan
edukasi seringkali menjadi hambatan serius dalam proses pembangunan
masyarakat. Sebaliknya, dengan tingginya kualitas pendidikan suatu
negara, maka proses pembangunan masyarakatnya akan berjalan cepat dan
signifikan.
Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu sarana terpenting
dalam usaha pembangunan sumber daya manusia dan penanaman nilai-
nilai kemanusiaan, yang pada gilirannya akan menciptakan suasana dan
tatanan kehidupan masyarakat yang beradab dan berperadaban. (Naquib
Al-Attas, 2003: 23).
Dalam sejarah peradaban manusia, lebih khusus lagi sejarah umat
Islam, pendidikan merupakan salah satu bahan dasar penanaman nilai-
nilai tauhid yang kemudian disusul dengan nilai-nilai lainnya seperti:
nilai intelektual, emosional, spiritual, humanisme, dan lain-lain. Salah
satu bukti dari upaya penanaman nilai-nilai tersebut di awal dakwah
Rasulullah adalah melakukan pertemuan rutin dan terorganisir dengan
seluruh sahabat Assâbiqūnal Awwalūn di rumah Al-Arqam bin Abil Arqam
bin Asad Al-Mukhzumy, yang berfungsi sebagai wahana bagi Nabi dalam
mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-
sahabatnya, membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) Al-Qur’an kepada
para pengikutnya, juga merupakan tempat Nabi menerima tamu dan
orang-orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan agama Islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah

152 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


(shalat) bersama sahabat-sahabatnya, serta aktifitas-aktifitas dakwah
lainnya. Sehingga tempat itu pun dikenal sebagai tempat berlangsungnya
pendidikan Islam pertama dalam sejarah pendidian Islam, yang dalam
sejarah dikenal dengan sebutan Dârul Arqam. Berangkat dari fakta tersebut,
maka Islam menempatkan pendidikan pada tempat yang terhormat dan
signifikan dalam membentuk pribadi Muslim yang utuh dan paripurna.
Dalam penerapannya, Islam tidak hanya mendidik dan mengajar para
pemeluknya hanya sampai pada tataran transfer of knowledge (transfer
ilmu) semata, melainkan lebih dari itu, Islam juga mendorong para
pemeluknya agar menjadikan pendidikan sebagai basis transfer of value
(transfer nilai), sehingga ilmu yang didapatkan tidak hanya terhenti dalam
otak saja, melainkan ilmu itu kemudian ter-internalisasi dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Proses penanaman nilai-nilai tidak hanya melalui pendidikan
formal atau pun non formal. Namun seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pendidikan mengalami pergeseran paradigma
yang selama ini terbatas di kelas dan sekolah namun saat ini, bisa juga
terjadi di luar kelas yang menembus sekat-sekat tembok pemisah dengan
melalui media pendidikan lain, baik media massa, cetak maupun elektronik.
Media elektronik mencakup visual dan audio-visual. Beragamnya model
penyajian media telah mengambil peran yang cukup penting dalam dunia
pendidikan.
Sumber belajar tidak hanya terbatas hanya melalui pendidik (jenis
orang), melainkan terdapat beberapa sumber lainnya. Secara umum, sumber
belajar dapat dikategorikan ke dalam 6 jenis: 1) Pesan, yaitu informasi
yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk ide, pengertian,
fakta, data. 2) Orang, yaitu seseorang yang menyimpan informasi tidak
termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan
sumber belajar. 3) Bahan, sesuatu, bisa disebut software yang mengandung
pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat. 4) Peralatan, sesuatu, bisa
disebut hardware yang menyalurkan pesan untuk disajikan yang ada di
dalam software. 5) Teknik/metode, yaitu prosedur yang disiapkan dalam
mempergunakan bahan. (Permasih dkk, file.ppt FIP UPI, akses tanggal
22/02/2012)
Dalam kaitannya dengan pendidikan, karya fiksi mempunyai peran
yang cukup penting dalam menghantarkan nilai-nilai pendidikan moral,

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 153


etika dan karakter sampai kepada peserta didik. Cerita yang disajikan
baik secara implisit maupun eksplisit selalu menyisipkan pesan moral,
pengharapan pada kejujuran, keberanian dalam menghadapi tantangan,
dan pesan-pesan lainnya. Pesan-pesan tersebut disisipkan secara halus,
sehingga pembaca tidak merasa terganggu.
Novel sebagai media pendidikan termasuk salah satu kategori buku
suplemen, buku suplemen dapat berfungsi sebagai bahan pengayaan bagi
anak, baik yang berhubungan dengan pelajaran atau pun yang tidak. Buku
suplemen dapat menambah bekal kepada anak untuk memantapkan aspek-
aspek kepribadiannya. Keberadaan buku suplemen dapat memberikan
peluang kepada anak untuk memenuhi minat-minat individual mereka.
Melalui buku suplemen yang menarik bagi anak-anak, akan menambah
perbendaharaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap baru yang
menunjang kemantapan kepribadiannya. Maka dari sini, novel bisa
dijadikan sebagai salah satu perantara untuk mengantarkan anak menuju
potensi diri yang sesungguhnya, dan sekaligus membentuk bagian-bagian
tertentu pada karakter dan kepribadiannya.
Selain uraian di atas, novel juga berfungsi sebagai salah satu sumber
hiburan edukatif. Manusia butuh hiburan, dan hal tersebut merupakan
fitrahnya. Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Sesungguhnya hati itu
bisa bosan seperti badan. Oleh karena itu, carilah segi-segi kebijaksanaan
demi kepentingan hati.” Pernah juga ia berkata, “Istirahatkanlah hatimu
sekedarnya, sebab hati itu apabila tidak suka bisa buta.” (Ekky Al-Malaky,
2004: 31)
Novel Burlian karya Tere-Liye disajikan dengan bahasa yang
sederhana namun sarat akan makna dan pesan-pesan pendidikan serta moral
yang memberikan manfaat nyata dan riil bagi setiap pembacanya. Novel ini
mengisahkan tentang seorang anak manusia, Burlian (sebagaimana judul
novel ini) yang masa kecilnya dihabiskan dengan bermain, bertualang,
ngaji dan aktivitas seputar dunia anak lainnya. Kadang jahil, tapi kadang
juga tampil sebagai sosok yang bijak dan penuh perhitungan. Tentu dia
pun juga lucu, imut, tapi menggemaskan karena itulah anak-anak. Dalam
novel ini, Tere-Liye menggambarkan betapa dunia anak adalah dunia yang
sangat indah dan mengesankan.
Secara eksplisit, novel ini menceritakan Burlian, yang dalam
keluarganya dikenal sebagai si “anak spesial”, melakonkan perannya

154 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


sebagai anak yang walaupun dibesarkan dalam keluarga yang sederhana,
tetapi nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam keluarganya sangat ketat,
kuat, tapi memberikan kesan yang mendalam. Justru sisi inilah yang
menjadi salah satu daya tarik novel ini. Sehingga, secara implisit novel
ini menyuguhkan bagaimana Mamak (Ibu Burlian dan ketiga saudaranya
yang lain) menanamkan dan menerapkan pola pendidikan keluarga yang
tegas, disiplin, tapi juga lembut dan penuh kasih sayang. Hal tersebut
bisa kita dapatkan dalam beberapa bagian cerita, terutama pada bagian
yang diberi judul “Seberapa Besar Cinta Mamak” 1 dan 2. Bahkan dalam
salah satu testimoni novel ini, Ratih Sanggarwati, top model era 90-an,
penulis sekaligus penceramah mengatakan, “Saya ingin menjadi Ibu
seperti Mamak-nya Burlian. Novel ini memotivasi kita untuk bermimpi.
Sangat menarik cara Tere menjejali masalah lingkungan. Dia adalah
duta lingkungan, meski tanpa lencana”. Oleh sebab itu, tidak salah jika
penulis, Tere-Liye, menuliskan pada bagian awal novel ini sebuah kalimat
persembahan yang sederhana tapi kuat, “untuk Mamak-ku, wanita dalam
hidupku...”.
Dituliskan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami, sehingga
pembaca tidak perlu menautkan kedua alis mata, dan disamping itu pula
Tere-Liye dengan sangat cerdik mengajak para pembaca untuk terus
penasaran di setiap lembar demi lembar pada novel ini. Sebuah alasan yang
sangat ampuh untuk menjadikan peneliti langsung “jatuh cinta” dengan
novel ini, sehingga peneliti pun tertarik untuk menggali lebih jauh inti sari
dan kandungan dalam novel Burlian ini, berupa nilai-nilai pendidikan yang
relevan dengan realitas saat ini.

B. Rumusan Masalah

Dari ulasan singkat mengenai latar belakang masalah yang telah


dipaparkan di atas, maka peneliti akan merumuskan suatu rumusan masalah
yang akan menjadi panduan pada penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam novel
Burlian karya Tere-Liye?
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam tersebut terhadap
pendidikan karakter?

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 155


C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung
dalam novel Burlian karya Tere-Liye.
b. Mendeskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam novel Burlian karya Tere-Liye dengan
pendidikan karakter.
2. Kegunaan Penelitian
a. Dapat dimanfaatkan sebagai informasi dan pembanding bagi
penelitian-penelitian selanjutnya, yang meneliti tentang karya
sastra dalam pendidikan, khususnya yang bercorak pendidikan
Islam.
b. Dapat dimanfaatkan sebagai sumbangan dalam khazanah
keilmuan dan pendidikan, yang bertujuan untuk mengembangkan
kualitas pendidikan dan karakter anak bangsa melalui nilai-
nilai pendidikan yang terkandung dalam sebuah karya sastra
(novel).
c. Dapat dimanfaatkan oleh pendidik atau stake holders dalam
dunia pendidikan, agar bisa meramu gaya, metode atau sumber
belajar dengan menggunakan karya sastra (novel), yang
diambil dari nilai-nilai atau pesan yang terkandung dalam
karya sastra tersebut, sehingga peserta didik bisa lebih kaya
akan ilmu dan informasi serta menjadikan proses belajar lebih
menyenangkan.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui sejauh mana oten-


tisitas suatu karya ilmiah serta posisinya di antara karya-karya sejenis
dengan tema ataupun pendekatan yang serupa. Selanjutnya, penulis akan
memaparkan beberapa penelitian yang telah berwujud skripsi, yang sedikit
banyak berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu tentang
nilai-nilai pendidikan Islam.
Sejauh yang penulis ketahui, belum ada penelitian lain yang
mengambil judul, “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Burlian
Karya Tere-Liye dan Relevansinya Dengan Pendidikan Karakter”.

156 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Pertama, Skripsi Ahmad Ridlowi (2010), Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga yang berjudul, “Nilai-nilai Pendidikan
Islam Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif, yang teknik pengumpulan datanya
menggunakan konsep penelitian kepustakaan (library research). Dalam
penelitian tersebut, nilai-nilai Pendidikan Islam yang di urai secara panjang
lebar adalah nilai-nilai Pendidikan Islam dalam novel Sang Pemimpin
karya Andrea Hirata berupa: Pendidikan Keimanan, Pendidikan Syari’ah/
Ibadah, Pendidikan Akhlak yang meliputi Akhlak Kepada Allah, Akhlak
Kepada Diri Sendiri, dan Akhlak Kepada Sesama Manusia, Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam, dan Pendidikan Sejarah.
Kedua, Skripsi Agus Firmansyah (2011) Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga yang berjudul, “Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter Islami Dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-
Shirazy”. Peneliti menggunakan pendekatan hermeneutik sebagai metode
pendekatannya, yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada penafsiran
terhadap obyek-obyek tertentu seperti teks, simbol-simbol seni (lukisan,
novel, puisi, serta jenis karya sastra lainnya) dan perilaku manusia.
(Sahiron Syamsuddin, 2009: 7, dalam skripsi Agus Firmansyah, 2011: 25).
Dalam menganalisis, peneliti menggunakan metode analisis isi (content
analysis). Dalam penelitiannya, penulis secara gamblang mengurai tentang
pendidikan karakter berupa Akhlak kepada Allah, Akhlak terhadap diri
sendiri, Akhlak terhadap sesama masyarakat, dan lingkungan.
Ketiga, Skripsi Binti Salimah (2011) yang berjudul, “Novel Eliana
Karya Tere-Liye: Kajian Isi dan Metode Pendidikan Islam”. Penelitian ini
bersifat deskriptif-analitis yang dilakukan dengan cara menggambarkan
dan menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai pendidikan Islam dari
aspek materi dan metodenya. Penelitian ini mengurai pendidikan Islam
kaitannya dengan aspek Aqidah dan Akhlak. Selain itu, dalam penelitian
ini juga menyinggung tentang metode pendidikan Islam yang meliputi
metode pemberian cerita, metode pemahaman, metode nasehat, metode
keteladanan, metode mengobarkan semangat, metode tanya-jawab,
metode pemberian contoh dan metode pemberian tugas, yang masing-
masing bahasan metode tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu penanda
(Signifier) dan petanda (Signified).

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 157


Keempat, Skripsi Endah Ayuningtyas A. (2011) yang berjudul,
“Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel 9 Matahari karya Adenita dan
Implikasinya Terhadap Pendidikan di Lingkungan Keluarga”. Pendekatan
penelitian ini memadukan antara pendekatan filosofis-teoritik dan sosiologi-
sastra sebagai kerangka analisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel
9 Matahari. Sementara landasan teori mengacu pada “Nilai-nilai Qurani”
karya Said Agil Munawwar sebagai pisau analisis terhadap nilai-nilai
pendidikan Islam dalam novel 9 Matahari, dan “Pendidikan Keluarga dalam
Perspektif Islam” karya Dr. Nur Ahid, M.Ag. sebagai analisis implikasi
nilai-nilai tersebut dalam pendidikan di lingkungan keluarga.
Kelima, skripsi Diah Iskamtini (2011) yang berjudul, “Unsur-unsur
Pendidikan Moral dalam Novel Pukat Serial Anak-anak Mamak karya
Tere-Liye”. Penelitian ini menggunakan analisis isi (content analysis).
Di antara pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah unsur-unsur
pendidikan moral yang mencakup moral baik dan buruk, dan relevansinya
dengan pendidikan Islam.

E. Kerangka Teoritik
1. Nilai Pendidikan Islam
Kata nilai, yang dalam Bahasa Inggris disebut value mempunyai
arti harga; kadar; mutu; sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna
bagi kemanusiaan; sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai
dengan hakikatnya (Software KBBI, v.1.0).
Sidi Gazalba, dalam bukunya yang berjudul “Sistematika
Filsafat” menuliskan bahwa sifat nilai itu ideal, bersifat ide. Karena
itu ia abstrak, tidak dapat disentuh oleh pancaindera. Yang dapat
ditangkap adalah barang atau laku-perbuatan yang mengandung
nilai itu. Nilai berbeda dari fakta. Ia bukan fakta. Fakta berbentuk
kenyataan. Karena itu ia konkret, dapat ditangkap pancaindera. Fakta
itu diketahui, sedangkan nilai dihayati. Soal pengetahuan adalah soal
kebenaran. Masalah kebenaran adalah soal budi. Soal penghargaan
adalah soal kepuasaan. Masalah kepuasan adalah soal hati. (Sidi
Gazalba, 2002: 6)
Secara filosofis, nilai sangat terkait dengan masalah etika.
Etika juga sering disebut filsafat nilai, yang mengkaji nilai-nilai

158 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


moral sebagai tolak ukur tindakan dan perilaku manusia dalam
berbagai aspek kehidupannya. Sumber-sumber etika dan moral bisa
merupakan hasil pemikiran, adat istiadat atau tradisi, ideologi bahkan
dari agama. Dalam konteks etika pendidikan dalam Islam, maka
sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih adalah Al-Quran dan
Sunnah Nabi saw. yang kemudian dikembangkan oleh hasil ijtihâd
para ‘Ulama. Nilai-nilai yang bersumber kepada adat istiadat atau
tradisi dan ideologi sangat rentan dan situasional. Sebab keduanya
adalah produk budaya manusia yang bersifat relatif, kadang-kadang
bersifat lokal dan situasional. Sedangkan nilai-nilai Qur’ani, yaitu
nilai-nilai yang bersumber kepada Al-Quran adalah kuat, karena
ajaran Al-Quran bersifat mutlak dan universal. (Said Agil Munawar,
2005: 3, dalam Skripsi Endah Ayuningtyas, 2011: 14)
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan
sebagai “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan”. (Software KBBI v.1.0).
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara
khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan
oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Sementara pendidikan dalam arti luas merupakan
usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang
berlangsung sepanjang hayat. (Uyoh Sadulloh, 2009: 54-55)
Ahmad D. Marimba mendefenisikan pendidikan sebagai
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama. (1989: 19, dalam skripsi Syahrul, 2011:
14).
Sedangkan menurut Syed Muhammad Naqib Al-‘Attas, dalam
bukunya yang berjudul, “Islam dan Sekularisme” menyebutkan
bahwa pendidikan adalah menyerapkan dan menanamkan adab pada
manusia-ia adalah ta’dȋb. Lebih lanjut, Al-‘Attas menuliskan dalam
buku tersebut:
.....Saya menggunakan konsep (ma’nâ) adab di sini dalam
pengertiannya yang paling awal dari istilah itu, sebelum munculnya

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 159


inovasi yang dibuat oleh para jenius kesusastraan. Pengertian
adab pada asalnya adalah undangan kepada suatu jamuan. Konsep
jamuan ini membawa makna bahwa tuan rumah adalah seorang
yang mulia dan terhormat, dan ramai orang yang hadir; para hadirin
adalah mereka yang dalam penilaian tuan rumah patut mendapat
penghormatan atas undangan itu. Oleh karena itu mereka adalah
orang budiman dan terhormat yang diharapkan berperilaku sesuai
dengan kedudukan mereka, dalam percakapan, tingkah laku, dan
etiket. Dalam pengertian yang sama bahwa kenikmatan makanan
yang lezat dalam suatu jamuan itu makin bertambah dengan
kehadiran orang-orang yang terhormat serta ramah, dan bahwa
hidangan tersebut disantap dengan tata cara, perilaku, dan etiket
yang penuh dengan kesopanan. Demikian pula halnya ilmu harus
disanjung dan dinikmati serta didekati dengan cara yang sama sesuai
dengan ketinggian yang dimilikinya. Dan inilah sebabnya kita
mengatakan bahwa analogi ilmu adalah hidangan dan kehidupan
bagi jiwa itu. Berdasarkan pengertian ini maka adab juga berarti
mendisiplinkan fikiran dan jiwa. (Al-‘Attas, 2010: 189-190)
Jadi, adab adalah apa yang mesti ada pada manusia jika ia ingin
mengurus dirinya dengan cemerlang dan baik dalam kehidupan dunia
dan akhirat.
Secara Istilah, pendidikan Islam diartikan sebagai “Segala
usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta
sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya
manusia seutuhnya (insân kâmil) sesuai dengan norma Islam”.
Defenisi tersebut didasarkan pada konsep manusia sebagai khalifah
di bumi yang diamanahi untuk mengelola alam sekitar. (Sembodo
Ardi Widodo, 2003: 171, dalam Skripsi Ahmad Ridlowi, 2010: 12).
Menurut Dr. Yusuf Al-Qaradlawi, pendidikan Islam adalah
“pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan
jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan
Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan damai
atau pun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat
dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya”.
(Azra, 2000: 5).

160 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Sementara menurut Ahmad Tafsir, istilah pendidikan Islami
masih sering disebut pendidikan Islam. Padahal baik dari segi
bahasa maupun dari sudut istilah, pendidikan Islami tidaklah sama
dengan pendidikan Islam. Beliau melanjutkan, “yang benar adalah
pendidikan Islami (Islamic Education, al-Tarbiyah al-Islâmiyah)”.
(Ahmad Tafsir, 2010: 275-276)
Wahbah Al-Zuhaili dalam buku Ilmu Pendidikan Islam (Mudjib
dan Mudzakkir, 2008: 36-38) mengemukakan tiga pilar utama nilai-
nilai normatif pendidikan Islam yang mengacu pada Al-Quran,
yaitu:
Pertama, pendidikan I’tiqâdiyah, yang berkaitan dengan pen-
didikan keimanan atau pendidikan Aqidah yang tertuang dalam
enam rukun iman. Kedua, pendidikan Khuluqiyah yang berkaitan
dengan pendidikan etika, membersihkan diri dari perbuatan tercela
dan menghiasi diri dengan perbuatan terpuji. Ketiga, pendidikan
‘Amaliyah, yang berkaitan dengan tingkah laku sehari-hari.
Pendidikan ‘Amaliyah terbagi ke dalam dua aspek yaitu, pendidikan
ibadah (‘Ubudiyah) yang mencakup hubungan dengan Tuhan seperti:
Shalat, Puasa, Zakat, Haji, dan Nazar. Aspek kedua adalah pendidikan
Mu’âmalah. Pendidikan Mu’âmalah. mencakup beberapa dimensi
yaitu:
a. Pendidikan Syakhshiyah, yang meliputi perilaku individu seperti
masalah perkawinan, hubungan suami istri dan keluarga.
b. Pendidikan Madaniyah, yang berhubungan dan berkaitan
dengan perdagangan dengan tujuan mengelola harta dan hak-
hak individu.
c. Pendidikan Jana’iyah, yang berhubungan dengan pidana atas
suatu pelanggaran, dengan bertujuan untuk memelihara kelang-
sungan kehidupan manusia.
d. Pendidikan Murafa’at, yang berhubungan dengan acara seperti
peradilan, saksi maupun sumpah, yang bertujuan untuk mene-
gakkan keadilan.
e. Pendidikan Dusturiyah, yang berhubungan dengan undang-
undang negara, dengan tujuan menciptakan stabilitas bangsa
atau negara.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 161


f. Pendidikan Duwaliyah, yang berhubungan dengan tata negara,
seperti tata negara Islam, atau negara tidak Islam, wilayah
perdamaian dan wilayah perang, dan hubungan Muslim satu
negara dengan Muslim di negara lain, yang bertujuan untuk
perdamaian dunia.
g. Pendidikan Iqtishâdiyah, yang berhubungan dengan pereko-
nomian individu dan negara, hubungan dengan miskin dan yang
kaya, yang bertujuan untuk keseimbangan atau pemerataan
pendapatan.

Berdasarkan uraian Wahbah Al-Zuhaili di atas, dapat kita tarik


kesimpulan bahwa penjelasan tiga pilar utama dalam Islam yang
merujuk kepada Al-Qur’an versi beliau sudah mencakup seluruh
aspek dan sendi kehidupan manusia. Di sana kita menemukan
seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan
Tuhan (hablun minallâh) dan hubungan antara manusia dengan
sesama manusia dan juga makhluk lainnya (hablun minannâs).
Untuk melengkapi penjelasan pada bagian ini, dan yang akan
peneliti jadikan sebagai bahan utama pada penjelasan-penjelasan
berikutnya adalah buku karya ‘Abdullah Nashih ‘Ulwan yang berjudul
“Pendidikan Anak dalam Islam”, yang secara hirarkis menguraikan
tentang nilai-nilai pendidikan yang harus diajarkan oleh orang tua
dan juga guru selaku pendidik, yaitu:
a. Pendidikan Iman, yaitu mengajarkan kalimat agung Lâ
ilâha illallâh, mengenai hukum halal dan haram, menyuruh
melaksanakan ibadah, mendidik anak untuk mencintai
Rasulullah.
b. Pendidikan moral, meliputi menghindarkan anak dari sifat suka
berbohong, mencuri, mencela dan mencemooh, menghindarkan
taklid buta, tidak larut dalam kesenangan, tidak mendengarkan
lagu-lagu porno, tidak bersikap dan bergaya menyerupai
perempuan (bagi laki-laki, begitu pula sebaliknya), pamer,
pergaulan bebas, dan lain-lain.
c. Pendidikan fisik, meliputi kewajiban nafkah kepada anak
dan istri, mengikuti aturan hidup sehat dalam makan, minum
dan tidur, menghindarkan diri dari penyakit menular, tidak

162 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


boleh menyakiti diri sendiri maupun orang lain, berolahraga,
zuhud dan tidak larut dalam kesenangan, bersikap tegas dan
menghindari rokok, onani, minuman keras dan zina.
d. Pendidikan rasio (akal), meliputi kewajiban mengajar, menum-
buhkan kesadaran berpikir, pemeliharaan kesehatan rasio.
e. Pendidikan kejiwaan, meliputi menghindari sikap dan watak
minder, penakut, rendah diri, hasud, pemarah.
f. Pendidikan sosial, meliputi penanaman prinsip dasar kejiwaan
yang mulia, memelihara hak orang lain seperti hak orang tua,
sanak saudara, tetangga, guru, teman, orang yang lebih tua,
melaksanakan etika sosial seperti etika makan dan minum,
memberi salam, meminta izin, etika di dalam majelis, berbicara,
bergurau, mengucapkan selamat, mengunjungi orang yang
sakit, ta’ziyah, bersin dan menguap.
g. Pendidikan seksual, meliputi etika meminta izin, etika melihat
diantaranya kepada mahram, wanita yang dilamar, melihat
aurat istri, wanita lain, sesama lelaki, sesama wanita, wanita
muslimah, anak ABG, lelaki lain, aurat anak kecil, dan lain-
lain, menghindarkan dari rangsangan-rangsangan seksual,
mengajarkan hukum baligh dan pubertas, perkawinan dan seks,
isti’taf (menjaga kehormatan diri), dan menjelaskan masalah
seksual secara terbuka kepada anak.

Uraian singkat mengenai hirarki pendidikan anak dalam Islam


yang terdapat dalam buku Abdullah Nashih ‘Ulwan ini menjadi
pondasi awal dan dasar pokok bagi orang tua atau pun guru untuk
membekali anak di dini usianya. Hal ini menjadi penting oleh
karena proses awal interaksi dan awal pembentukan karakter
serta kepribadiannya dimulai sejak mereka berada pada usia dini.
Jika tingkatan pendidikan anak ini sudah terpenuhi, maka proses
selanjutnya tidak akan menemui hambatan yang berarti.
Berangkat dari penjelasan di atas, agar penelitian bisa lebih
lengkap, mudah dan sistematis, maka peneliti akan mengkombinasikan
pandangan Wahbah Al-Zuhaili dengan “Tiga Pilar Pendidikan”-
nya, dengan “Pendidikan Anak dalam Islam”-nya Abdullah Nashih
‘Ulwan. Maka diharapkan melalui metode kombinasi ini, peneliti
akan mampu menghadirkan karya yang utuh dan komprehensif.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 163


Selain itu, akan memberikan ‘warna’ baru pada penelitian-penelitian
yang sejenis.
2. Kajian Umum Novel
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, novel adalah karangan
prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang di sekelilingnya, dengan menonjolkan
watak dan sifat pelaku (Software KBBI v.1.0). Umumnya, sebuah
novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam
kehidupan sehari-hari, dengan menitikberatkan pada sisi-sisi
yang aneh dan naratif tersebut. Novel sebagai salah satu produk
sastra cenderung bersifat meluas dan menitikberatkan munculnya
kompleksitas. Dengan demikian, sebuah novel jelas tidak akan dapat
selesai dibaca dalam sekali duduk, dan karena panjangnya, maka
sebuah novel secara khusus memiliki peluang yang cukup untuk
mempermasalahkan karakter tokoh dalam sebuah perjalanan waktu
dan kronologi. (Suminto A. Suyuti, 2000: 10, dalam Skripsi Ahmad
Ridlowi: 2010: 16).
Banyak sastrawan yang memberikan batasan atau definisi
novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda
karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda.
Definisi-definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :
a. Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk
sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar,
lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob
Sumardjo).
b. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat
nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr.
Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd., Dra. Abdul Roni, M.Pd.).
c. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur,
yaitu : unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling
berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran
sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji, M.Pd., Agus Priantoro,
S.Pd.).

164 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Di antara ciri novel yang baik dibaca adalah yang digunakan
untuk “mematangkan” diri para pembacanya. Novel yang baik
adalah novel yang isinya dapat memanusiakan pembacanya.
Sebaliknya, novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai
belaka. Prinsipnya adalah, yang penting sekedar memberikan
keasyikan pada pembacanya untuk segera diselesaikan. Tradisi novel
hiburan terikat dengan pola-pola. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa novel serius punya fungsi sosial, sedang novel hiburan cuma
berfungsi personal. Novel berfungsi sosial lantaran novel yang baik
ikut membina anak, orang tua, masyarakat, menjadi manusia yang
seutuhnya. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah
cerita yang dihidangkan dapat membina manusia atau tidak, yang
penting adalah bahwa novel itu memikat dan orang mau cepat-cepat
membacanya.
3. Pendidikan Karakter
Secara bahasa, karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein,
yang artinya ‘mengukir’. Dari sini kemudian bisa memberikan
gambaran mengenai apa yang dimaksud dengan karakter.
Sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang
diukir. Tidak mudah usang tertelan waktu atau aus terkena gesekan.
Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang
diukir itu. Sebab, ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya.
Berbeda dengan gambar atau tulisan tinta yang hanya disapukan di
atas permukaan benda. Karena itulah, sifatnya juga berbeda dengan
ukiran, terutama dalam hal ketahanan dan kekuatannya dalam
menghadapi tantangan waktu. (Abdullah Munir, 2010: 2-3)
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa karakter adalah tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak;
berkarakter (verb) mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian;
berwatak: anak itu ~ aneh (KBBI versi.pdf halaman 639)
Secara harfiah, karakter artinya, “kualitas mental atas moral,
kekuatan moral, nama atau reputasi.” (Hornby dan Parnell, 1972: 49,
dalam Furqon Hidayatullah, 2010: 12)

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 165


Dalam Dorland’s Pocket Medical Dictionary (1968: 126)
dinyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang
ditunjukkan oleh individu; sejumlah atribut yang dapat diamati
pada individu. Sementara dalam kamus psikologi dinyatakan bahwa
karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap. (Dali Gulo, 1982: 29, dalam Furqon
Hidayatullah, 2010: 12)
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa
karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak
atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang
menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan
individu lain. Dengan demikian, dapat dikemukakan juga bahwa
karakter pendidik adalah kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak
atau budi pekerti pendidik yang merupakan kepribadian khusus
yang harus melekat pada pendidik dan yang menjadi pendorong dan
penggerak dalam melakukan sesuatu.
Dalam Islam, dasar pembentukan karakter bersumber dari nilai
baik atau nilai buruk. Nilai baik disimbolkan sebagai malaikat dan
nilai buruk disimbolkan sebagai setan. Karakter manusia merupakan
hasil tarik menarik nilai baik dan nilai buruk. Nilai baik (energi
positif) terwujud dalam nilai-nilai etis religius yang bersumber dari
keyakinan kepada Tuhan, sedangkan nilai buruk (energi negatif)
terwujud dalam nilai-nilai moral yang bersumber dari Thâgut
(setan). Nilai-nilai etis moral itu berfungsi sebagai sarana pemurnian,
pensucian dan pembangkitan nilai-nilai kemanusiaan yang sejati
(hati nurani).
Terbentuknya karakter positif pada diri peserta didik tidak
hanya akan mendatangkan manfaat bagi diri mereka, melainkan akan
memberikan ‘ketentraman’ dan ‘kedamaian’ terhadap lingkungan
sekitarnya. Brooks dan Goble (1997) menyatakan bahwa:
“Pendidikan karakter yang secara sistematis diterapkan
dalam pendidikan dasar dan menengah merupakan sebuah daya
tawar berharga bagi seluruh komunitas. Para siswa mendapatkan
keuntungan dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan positif yang

166 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


mampu meningkatkan rasa percaya diri dalam diri mereka, membuat
hidup mereka lebih bahagia dan lebih produktif. Tugas-tugas guru
menjadi lebih ringan dan lebih memberikan kepuasan ketika para
siswa memiliki disiplin yang lebih besar di dalam kelas. Orang tua
bergembira ketika anak-anak mereka belajar untuk menjadi lebih
sopan, memiliki rasa hormat dan produktif. Para pengelola sekolah
akan menyaksikan berbagai macam perbaikan dalam hal disiplin,
kehadiran, beasiswa, pengenalan nilai-nilai moral bagi siswa maupun
guru, demikian juga berkurangnya tindakan vandalisme di dalam
sekolah.” (Brooks and Goble, 1997: 103, dalam Doni Koesoema,
2010: 116)
Dengan demikian, penanaman karakter pada peserta didik harus
dimulai sejak dini, dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus.
Sehingga proses itu pun tidak hanya sebatas mengisi ruang dalam
batok kepala mereka, melainkan lebih dari itu, mereka kemudian
mampu membiasakan hal-hal yang baik, berpikir yang baik, berkata
yang baik, bersikap yang baik, yang terangkum dalam kebiasaan yang
baik-baik (good habits) dan berakhlak mulia (akhlâqul karȋmah),
dan pada akhirnya, mereka mampu mewujudkan salah satu cita-cita
pendidikan, yaitu love the good, feeling the good, and action the
good.

F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka (library
research), yaitu penelitian yang berusaha menghimpun data dari
khazanah literatur dan menjadikan dunia teks sebagai obyek utama
analisisnya (Sarjono, dkk dalam skripsi Syahrul, 2011: 28). Sedangkan
sumber datanya berasal dari bahan-bahan kepustakaan berupa buku-
buku, karya ilmiah, jurnal dan lain-lain.
2. Data dan Sumber Data
Data penelitian ini menggunakan data kualitatif yang dinyata-
kan dalam bentuk kata atau kalimat (Hadi dan Haryono, 1998: 126,
dalam Skripsi Syahrul, 2011: 28) dan wujud data dalam penelitian

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 167


ini berbentuk kata-kata, frase, kalimat, ungkapan, yang terdapat
dalam novel Burlian karya Tere-Liye yang diterbitkan oleh Penerbit
Republika, Jakarta Selatan.
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah
subyek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan
dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber
data, sedang isi catatan adalah obyek penelitian atau variabel
penelitian (Suharsimi Arikunto, 1993: 102). Sumber data terbagi
dalam dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder:
a. Sumber data primer.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel
Burlian karya Tere-Liye. Data ini tersaji dalam bentuk kata-kata,
frase, kalimat, dan wacana yang termuat dalam novel Burlian
karya Tere-Liye, yang diterbitkan oleh Penerbit Republika,
Jakarta Selatan cetakan ke-2, Januari 2010.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder dalam penelitian kali ini antara lain:
1) Artikel atau tulisan yang berkaitan dengan novel Burlian
karya Tere-Liye, baik dari media cetak berupa jurnal,
koran, majalah, testimoni, atau dari media elektronik
seperti internet dan televisi.
2) Buku Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.
Naquib Al-Attas, karya Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud.
3) Buku Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI,
2005.
4) Buku Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta:
LPPI, 2002.
5) Buku Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter:
Membangun Peradaban Bangsa, Surakarta: 2010.
6) Software Maktabah Syamilah versi 3.47
7) Software Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI v.1.3),
dan lain sebagainya.

168 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi dan wawancara. Metode dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya
(Suharsimi Arikunto, 1993: 202). Data yang terkumpul dalam bentuk
kalimat-kalimat dan atau frase-frase. Sedangkan metode wawancara
kami lakukan melalui media internet berupa e-mail, dan jejaring
Facebook dengan penulis novel Burlian karya Tere-Liye.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa data dengan meng-
gunakan analisis isi (content analysis), yang merupakan analisis
ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi, demikian menurut Barcus.
Secara teknis, content analysis ini mencakup upaya: 1) Klasifikasi
tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi, 2) Menggunakan
kriteria sebagai dasar klasifikasi dan 3) Menggunakan teknik analisis
tertentu sebagai pembuat prediksi (Noeng Muhajir, 2000: 68).

G. Sistematika Penulisan

Pada penelitian yang kami lakukan, agar alur penulisan lebih mudah
dipahami dan jelas, maka skripsi yang akan disusun memiliki sistematika
sebagai berikut:
Bab pertama, pendahuluan, yang memuat tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, memuat dan mengkaji tentang biografi penulis novel,
yaitu Tere-Liye, mulai dari riwayat hidupnya, riwayat pendidikan, karya-
karya beliau yang telah dipublikasikan, latar belakang penulisan novel
yang diteliti, dan gambaran umum tentang tema, latar (setting lokasi),
penokohan, pesan yang disampaikan dalam novel tersebut serta sedikit
sinopsis dari novel “Burlian” karya Tere-Liye ini.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 169


Bab ketiga, adalah bagian inti dari penelitian ini yang memuat tentang
pembahasan dan analisis terhadap novel yang diangkat, yang dikaitkan
dengan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya, dan
relevansinya dengan pendidikan karakter. Menggunakan analisis isi
(content analysis) dengan teori-teori nilai pendidikan Islam dalam buku
tulisan Wahbah Zuhaili yang dikombinasikan dengan buku pendidikan
Islam karya Abdullah Nasih ‘Ulwan.
Bab keempat, merupakan penutup dari skripsi yang ditulis, memuat
kesimpulan dari pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya,
kemudian saran-saran dari hasil penelitian yang ditujukan kepada para
civitas akademika, baik dari kalangan pendidik, mahasiswa, pelajar bahkan
dari kalangan pemerintahan (yang bergerak dalam bidang pendidikan),
yang akan melakukan penelitian-penelitian serupa serta ditujukan pula
bagi mereka yang punya minat dalam dunia tulis-menulis. Bagian terakhir
dari bab ini adalah kata penutup (closing speech) yang berisi rasa syukur
dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan
skripsi ini, juga memberikan kesempatan bagi siapa pun untuk memberikan
saran dan kritik bagi penelitian ini.

170 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Contoh Pelaporan Penelitian

Peningkatan Aktivitas dan Kemampuan Dalam Melakukan Sholat Wajib


Melalui Strategi Modelling The Way Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mertan
01 Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan aktivitas


dan kemampuan melakukan sholat wajib melalui strategi modelling the way pada
siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01 Semester I tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01
semester I tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 23 siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas, pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan tes atau
penugasan, sedangkan analisis data dilakukan dengan model interaktif. Sedangkan
aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data
sebagai proses siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui strategi modelling the way
dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib pada siswa
Kelas IV SD Negeri Mertan 01 Semester I tahun pelajaran 2012/2013. Aktivitas
belajar dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek membaca rukun
sholat (nilai rata-rata meningkat 1,1; persentase naik 21,8%; dari kategori baik
menjadi amat baik), aspek membaca syarat sholat (nilai rata-rata naik 0,7;
prosentase naik 14,8%; dari kategori baik menjadi amat baik); aspek membaca
hal yang membatalkan sholat (nilai rata-rata meningkat 0,7; persentase naik
15,7%; dari kategori baik menjadi amat baik), dan aspek praktek sholat (nilai
rata-rata naik 0,9; prosentase naik 18,3%; dari kategori baik menjadi amat
baik). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan,
yaitu dari 7 siswa (30%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 23 siswa (100%).
Terjadi peningkatan sebanyak 16 siswa (70%) dan nilai rata-rata kelas dari 60,2
menjadi 85,0, meningkat sebesar 24,8.

Kata kunci : Aktivitas. Kemampuan melakukan sholat wajib, Strategi modelling


the way.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 171


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Kemampuan melaksanakan sholat dengan baik dan benar
merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa
sebagai hasil belajar pada materi sholat dikelas IV SD, oleh karena
itu pembelajaran sholat khususnya pada kemampuan praktek menjadi
perhatian guru dan siswa. Pemilihan strategi modeling the way yang
akan membantu siswa dan guru dalam mewujudkan tujuan yang ingin
dicapai, sesuai dengan pendapat Menurut Hisyam Zaini, (2008: 76
) strategi Modelling The Way memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mempraktekkan keterampilan spesifik yang di pelajari
dikelas melalui demonstrasi.
Berdasarkan kompetensi dasar yang tercantum pada silabus
mata pelajaran PAI di tingkat sekolah dasar pada kelas 4, menuntut
kecakapan melakukan gerakan sholat wajib dengan baik dan benar,
Nanum pada kenyataannya kebanyakan siswa kelas 4 belum mampu
melakukan gerakan sholat dengan baik dan benar. Hal ini terlihat
dari hasil pengamatan praktek sholat yang dilakukan di kelas 4 SD
Negeri Mertan 01 terlihat bahwa masih banyak siswa yang belum
mampu melakukan gerakan-gerakan sholat dengan baik dan benar,
terlebih pada kenyataannya, dari pengalaman selama mengajar, dapat
dicermati, bahwa siswa yang lulus dari sekolah dasar bahkan sampai
dijenjang SMA pun, masih banyak yang belum mampu melakukan
gerakan sholat dengan baik dan benar, Padahal kebanyakan dari
mereka adalah beragama Islam, dimana sholat merupakan kewajiban
yang harus dilakukan oleh setiap pemeluknya. Hal ini termaktub
dalam alqur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 43: Dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku. (Al-baqarah : 43)
Kesenjangan-kesenjangan inilah yang membawa peneliti, untuk
melakukan penelitian ini, guna meningkatnya aktivitas belajar dan
kemampuan dalam melakukan gerakan sholat wajib dengan baik
dan benar pada siswa kelas 4 SD Negeri Mertan 01, Tahun pelajaran
2012/2013.

172 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian : Apakah melalui strategi modelling the way
dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan dalam melakukan
sholat wajib pada siswa Kelas IV SD Negeri Mertan 01 Semester I
tahun pelajaran 2012/2013?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah medeskripsikan
aktivitas dan kemampuan dalam melakukan sholat wajib melalui
strategi modelling the way pada siswa Kelas IV SD Negeri Mertan
01 Semester I tahun pelajaran 2012/2013.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
Bagi siswa, Penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan
kemampuan dalam melakukan sholat wajib. Selain itu, melalui
penggunaan strategi modelling the way siswa termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran pendidikan agama islam khususnya materi
sholat. Menghilangkan anggapan bahwa belajar PAI itu sulit.
Bagi Guru, penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki
metode pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam, sebagai
masukan untuk meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap
mata pelajaran pendidikan agama Islam dan dapat meningkatkan
rasa percaya diri guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran
pendidikan agama Islam di kelas IV SD.
Bagi Sekolah dan Pendidikan secara umum penelitian ini
memberikan sumbangan positif tentang metode pembelajaran
pendidikan agama Islam di kelas IV SD, menanggulangi kesulitan
pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas IV dan menciptakan
kerjasama yang kondusif antara guru sebagai peneliti dengan sekolah
untuk kemajuan sekolah dalam pelajaran pendidikan agama Islam.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 173


B. Kajian Teori
1. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah kegiatan yang melibatkan seluruh
panca indera yang dapat membuat seluruh anggota tubuh dan
pikiran terlibat dalam proses belajar (Sardiman, 2004: 39). Aktivitas
memegang peranan penting dalam belajar, sebab pada dasarnya
belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan dilaku-
kan secara sengaja (Slameto, 2003:45).
Aktivitas belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Tidak ada
belajar jika tidak ada aktifitas. Tanpa aktivitas, proses belajar mengajar
tidak mungkin berlangsung dengan baik. Mengaktifkan siswa pada
dasarnya adalah cara atau usaha untuk mengoptimalkan kegiatan
belajar siswa dalam proses pembelajaran (Sudjana: 1989:86).
Sedangkan pandangan menurut ilmu jiwa siswa diibaratkan
kertas putih kosong yang siap ditulis, unsur luar yang menulis adalah
guru (Sardiman, 2007: 98). Dalam hal ini terserah kepada guru mau
dibawa kemana dan diapakan siswa tersebut. Karena guru yang
memberi dan mengatur, dengan demikian aktivitas guru akan melebihi
aktivitas siswa. Guru mendominasi aktivitas dalam pembelajaran,
sehingga siswa cenderung pasif. Walaupun sebenarnya siswa tidak
pasif secara mutlak, hanya saja proses pembelajaran seperti ini tidak
mendorong siswa berfikir dan beraktivitas. Hal ini jelas bertentangan
dengan hakikat siswa sebagai subjek belajar.
Sedangkan aliran jiwa yang tergolong modern yang me-
ngungkapkan bahwa jiwa manusia yang merupakan suatu yang
dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri (Sardiman, 2007:99).
Siswa dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi untuk
berkembang. Dalam hal ini siswa lebih aktif melakukan aktivitas,
sedangkan guru bertugas untuk membimbing dan menyediakan
fasilitas agar siswa tersebut dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Dengan demikian hakikat siswa sebagai subjek belajar
dapat terpenuhi, sebab siswalah yang beaktifitas.

174 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah
mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan
sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar
merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada
individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan
istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang
dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal
ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu
setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Menurut Benyamin S. Bloom (Sumarni, 2007:30) menyebutkan
ada tiga ranah belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar merupakan keluaran dari suatu pemprosesan masukan.
Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi
sedangkan keluarannya adalah perbuatannya atau kinerja. Perbuatan
merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil
belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam saja yaitu
pengetahuan dan keterampilan. Masih menurut Sumarni (2007:30),
pengetahuan terdiri dari 4 kategori, yaitu (1) pengetahuan tentang
fakta, (2) pengetahuan tentang prosedur, (3) pengetahuan tentang
konsep, dan (4) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga
terdiri atas empat kategori, yaitu (1) keterampilan untuk berpikir
atau keterampilan kognitif, (2) keterampilan untuk bertindak atau
keterampilan motorik, (3) keterampilan bereaksi atau bersikap, dan
(4) keterampilan berinteraksi.
Adapun Soedijarto (Masnaini, 2003:6) menyatakan bahwa
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar
dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini meliputi kawasan
kognitif, afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang pelajar.
Sedangkan Keller (Abdurrahman, 1999:39), mengemukakan hasil
belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, hasil
belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah
pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 175


Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni faktor dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar
siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri
siswa terutama kemampuan kemampuan yang dimilikinya. Faktor
kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar
yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa,
juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian,
sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik
dan lain-lain.
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat
evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar sedangkan hasil
belajar matematika yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990:139)
adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap
bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar mengajar
yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya.
3. Pendidikan Agama Islam di SD
Pendidikan Agama Islam berarti “usaha-usaha secara sistematis
dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai
dengan ajaran Islam” (Zuhairani, 1983:27). Syariat islam tidak akan
dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus
dididik melalui proses pendidikan nabi sesuai ajaran Islam dengan
berbagai metode dan pendekatan dari satu segi kita lihat bahwa
pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap
mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi keperluan
diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya, pendidikan islam
tidak bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran islam tidak
memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu, pendidikan
islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal dan
juga karena ajaran islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku
pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan
bersama, maka pendidikan islam adalah pendidikan individu dan
pendidikan masyarakat. Semula yang bertugas mendidik adalah para
Nabi dan Rasul selanjutnya para ulama, dan cerdik pandailah sebagai
penerus tugas, dan kewajiban mereka (Drajat, 1992:25-28).

176 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Pendidikan agama dapat didefenisikan sebagai upaya untuk
mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan
oleh Allah Swt kepada manusia, upaya tersebut dilaksanakan tanpa
pamrih apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada Allah
(Bawani, 1993:65).
Ahli lain juga menyebutkan bahwa pendidikan agama adalah
sebagai proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan
insan yang beriman dan bertakwa agar manusia menyadari ke-
dudukannya, tugas dan fungsinya di dunia dengan selalu memeli-
hara hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, masyarakat dan
alam sekitarnya serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha
Esa (termasuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya) (Ali, 1995:
139)
Tujuan Pendidikan Agama itu menjadi dua bagian dengan
uraian sebagai berikut : 1) Tujuan Umum, Tujuan umum Pendidikan
Agama Islam adalah untuk mencapai kwalitas yang disebutkan
oleh al-Qur’an dan hadits sedangkan fungsi pendidikan nasional
adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang tercantum
dalam Undang-Undang dasar No. 20 Tahun 2003. 2) Tujuan Khusus,
Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan yang disesuaikan
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan jenjang
pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan Pendidikan Agama
pada setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda,
seperti tujuan Pendidikan Agama di sekolah dasar berbeda dengan
tujuan Pendidikan Agama di SMP, SMA dan berbeda pula dengan
tujuan Pendidikan Agama di perguruan tinggi.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 177


Pendidikan Agama Islam di SD/MI bertujuan untuk: 1. Me-
numbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim
yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah SWT; 2. mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama
dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi
(tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial
serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
(Kemdikbud, 2003:2)
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek:
1. Al-Qur’an dan Hadits 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih 5. Tarikh
dan Kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam menekankan
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia
dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia,
hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya.
4. Sholat Wajib
Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam
bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang
telah ditentukan syara’. Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi
umat muslim, diantaranya yaitu shalat wajib atau shalat lima waktu
merupakan shalat yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim apabila
telah memenuhi syarat-syarat untuk melaksanakannya. Selain itu
shalat hukumnya dapat dikatakan wajib, wajib atau sunnah. Shalat
jum’at yang dilaksanakan pada setiap hari jum’at dan dilaksanakan
oleh laki-laki hukumnya yaitu wajib ‘ain.
Dalil yang mewajibkan shalat.banyak sekali diantaranya yaitu
: 1) “Dan dirikanlah shalat, keluarkanlah zakat dan tuntuklah /
rukuklah bersama-sama orang-orang yang rukuk.” (QS, Al-Baqarah:
43) 2) “Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah
perbuatan yang jahat (keji) dan yang munkar.” (QS, Al-’Ankabut:

178 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


45). 3) “Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu
usia mereka meningkat tujuh tahun, dan pukullah (kalau enggan
melakukan shalat) diwaktu mereka meningkat usia sepuluh tahun.“
( HR. Abu Dawud )
Shalat wajib ada lima, dan masing-masing mempunyai waktu
yang ditentukan. Umat muslim diperintahkan untuk menunaikan
berdasarkan dengan waktunya masing-masing. 1) Zhuhur, Awal
waktunya setelah condong matahari dari pertengahan langit. Akhir
waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama panjangnya
dengan semua itu. 2) Ashar, Waktunya mulai dari habisnya waktu
zhuhur, sampai terbenamnya matahari. 3) Maghrib, Waktunya dari
terbenamnya matahari sampai hilangnya syafaq (awal senja) merah.
4) Isya’, Waktunya mulai dari tebenam syafaq (awal senja), hingga
terbit fajar. 5) Subuh, Waktunya dari terbit fajar shidiq, hingga terbit
matahari.
Ada lima waktu yang tidak boleh ditempati untuk melakukan
shalat, kecuali shalat yang mempunyai sebab yaitu : 1. Setelah shalat
shubuh hingga terbitnya matahari; 2. Ketika terbitnya matahari
hingga sempurna dan naik sekurang-kurangnya setinggi tombak (>10
derajat dari permukaan bumi ); 3. Ketika matahari rembang ( diatas
kepala ) hingga condong sedikit ke barat; 4. Setelah shalat ashar
hingga terbenam matahari; 5. Ketika mulai terbenamnya matahari
hingga sempurna.
Rukun salat : (1) niat, (2) berdiri tegak bagi yang mampu, (3)
takbiratul ihram, (4) membaca surah al-Fatihah, (5) rukuk dengan
tuma’ninah, (6) iktidal dengan tuma’ninah, (7) sujud 2 kali dengan
tuma’ninah, (8) duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah, (9)
duduk tasyahud akhir dengan tuma’ninah, (10) membaca tasyahud
akhir, (11) membaca salawat atas Nabi Muhammad pada tasyahud
akhir, (12) membaca salam yang pertama, (13) tertib atau berurutan.
Sunnah salat : (1) mengangkat kedua tangan ketika takbiratul
ihram, (2) mengangkat kedua tangan ketika akan rukuk, setelah
rukuk, dan berdiri dari tasyahud awal, (3) meletakkan kedua tangan
di atas dada, (4) pandangan ke tempat sujud, (5) membaca tasbih
ketika rukuk dan sujud, (6) membaca salam kedua.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 179


Syarat sah salat : (1) suci badan, pakaian dan tempat dari najis,
(2) suci dari hadas kecil dan besar, (3) menutup aurat, (4) menghadap
kiblat, (5) sudah masuk waktu salat, (6) melakukan rukun salat.
Syarat wajib salat : (1) Islam, (2) berakal, (3) balig. Yang
membatalkan salat : (1) berhadas kecil atau besar, 92) terkena najis,
(3) berkata-kata dengan sengaja, (4) terbuka aurat, (5) mengubah niat,
(6) makan atau minum, (7) bergerak lebih dari 3 kali, (8) mendahului
gerakan imam, (9) murtad
5. Stategi Modelling The Way
Metode Modeling The Way sebagai metode pengajaran adalah
suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan cara guru
memberikan skenario suatu sub bahasan untuk didemonstrasikan
siswa di depan kelas, sehingga menghasilkan ketangkasan
dengan keterampilan atau skill dan profesionalisme (DepDikBud,
1993:219).
Metode Modeling The Way merupakan salah satu metode
mengajar yang dikembangkan oleh Mel Silbermam, seorang yang
memang berkompeten dibidang psikologi pendidikan. Metode ini
merupakan sekumpulan dari 101 strategi pengajaran. Sebuah metode
yang menitik beratkan pada kemampuan seorang siswa untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Karena siswa
dituntut untuk bermain peran sesuai dengan materi yang diajarkan.
Ada sebuah pendapat, metode Modeling The Way merupakan
metamorfosa dari metode sosiodrama. Yakni sebuah metode
dengan cara mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah
laku dalam hubungan sosial. Dengan kata lain guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan atau peran
tertentu sebagaimana yang ada dalam kehidupan masyarakat
(sosial). Hendaknya siswa diberi kesempatan untuk berinisiatif serta
diberi bimbingan atau lainnya agar lebih berhasil (Sriyono dkk,
1992:520).
Metode ini mempunyai kelebihan sebagai berikut: 1) Mendidik
siswa mampu menyelesaikan sendiri problema sosial yang ia
jumpai; 2) Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa;
3) Mendidik siswa berbahasa yang baik dan dapat menyalurkan

180 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


pikiran serta perasaannya dengan jelas dan tepat; 4) Mau menerima
dan menghargai pendapat oranglain; 5) Memupuk perkembangan
kreativitas anak.
Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut: 1) Pemecahan
problem yang disampaikan oleh siswa belum tentu cocok dengan
keadaan yang ada di masyarakat, 2) Karena waktu yang terbatas, maka
kesempatan berperan secara wajar kurang terpenuhi, 3) Rasa malu
dan tekut akan mengakibatkan ketidak wajaran dalam memainkan
peran, sehingga hasilnyapun kurang memenuhi harapan (Sriyono
dkk, 1992: 118).
6. Penerapan Strategi Modelling The Way pada Pembelajaran PAI
Materi Sholat Wajib
Hisyam Zaini dkk, dalam bukunya Strategi Pembelajaran
Aktif mengungkapkan bahwa metode Modeling The Way memberi
kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan
spesifiknya di depan kelas melalui demonstrasi. Siswa diberi waktu
untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana
mereka mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang baru saja
dijelaskan. Strategi ini akan sangat baik jika digunakan untuk
mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan tertentu.
Langkah-langkah yang dipakai adalah sebagai berikut: 1)
Pertama, setelah pembelajaran suatu topik tertentu, identifikasi
berupa situasi umum dimana siswa dituntut untuk menggunakan
keterampilan yang baru dibahas. 2) Kedua, bagi kelas kedalam
beberapa kelompok menurut jumlah siswa yang diperlukan
untuk mendemostrasikan skenario. 3) Ketiga, beri waktu 10-15
menit untuk menciptakan skenario. 4) Keempat, beri waktu 5-10
menit untuk berlatih. 5) Kelima, secara bergiliran tiap kelompok
mendemonstrasikan skenario masing-masing. Beri kesempatan untuk
memberikan feed back pada setiap demonstrasi yang dilakukan.
7. Kerangka Berpikir
Kondisi awal guru belum menggunakan strategi modelling the
way dalam pembelajaran melakukan sholat wajib, maka aktivitas
dan kemampuan melakukan sholat wajib masih rendah.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 181


Untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dan kemampuan
melakukan sholat wajib maka perlu adanya tindakan yang dilakukan
oleh peneliti yaitu dengan menerapkan strategi modelling the way.
Siklus I menggunakan strategi modelling the way tanpa bimbingan
guru dan siklus II menggunakan strategi modelling the way dengan
bimbingan guru. Dengan tindakan yang berbeda dari siklus I ke
siklus II diharapkan aktivitas dan kemampuan melakukan sholat
wajib meningkat.
Kondisi akhir diduga dengan menggunakan strategi modelling
the way dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan melakukan
sholat wajib pada siswa Kelas IV SD Negeri Mertan 01 semester I
tahun pelajaran 2012/2013.
8. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: strategi modelling the
way dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan melakukan sholat
wajib pada siswa Kelas IV SD Negeri Mertan 01 Semester I tahun
pelajaran 2012/2013.

C. Metode Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Oktober
2012 sampai dengan bulan Desember 2012. Penelitian dilaksanakan
di kelas IV SD Negeri Mertan 01, Kecamatan Bendosari, Kabupaten
Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah aktivitas dan kemampuan melakukan
sholat wajib siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01, dengan jumlah
siswa 23.
3. Sumber Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu
data yang berasal dari subyek penelitian (primer) dan dari bukan
subyek (skunder).

182 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik
tes, dan teknik non tes. Sedangkan alat pengumpulan data meliputi
dokumen, tes dan pengamatan. Dokumen digunakan untuk
mendapatkan data tentang kemampuan melakukan sholat wajib
sebelum penelitian yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian,
pengolahan dan analisi. Tes digunakan untuk mendapatkan data
tentang kemampuan siswa melakukan sholat wajib yang berupa
butir soal. Pengamatan menggunakan lembar penilaian yaitu untuk
mengetahui aktivitas siswa dalam melakukan sholat wajib berupa:
1) Membaca dan memahami berbagai literature untuk mengetahui
rukun shalat; 2) membaca dan menghafal syarat sah dan syarat wajib
shalat; 3) membaca dan menghafal tentang hal-hal yang membatalkan
shalat; 4) praktek sholat wajib.
5. Validitas dan Analisis Data
Untuk memperoleh data yang valid mengenai aktivitas dan
kemampuan dalam melakukan sholat wajib pada siswa kelas IV SD
Negeri Mertan 01 semester I tahun pelajaran 2012/2013 yaitu: 1)
aktivitas belajar (observasi) divalidasi melalui trianggulasi sumber,
yaitu data yang berasal dari siswa, guru dan rekan kolaborator
yang merupakan data kualitatif dianalisis menggunakan analisis
diskriptif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan
membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II. 2) hasil
belajar yang berupa nilai test yang divalidasi adalah instrumen
test yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan
kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis
menggunakan diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes
kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setalah siklus II,
kemudian direfleksi.
6. Prosedur Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri
dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap
pengamatan/observasi dan refleksi.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 183


7. Indikator Keberhasilan
Peningkatan aktivitas indikatornya adalah adanya peningkatan
aktivitas dari kurang baik menjadi baik. Peningkatan kemampuan
siswa dalam melakukan sholat wajib indikatornya adalah nilai
ulangan harian yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
65.

D. Hasil Penelitian Dan Pembahasan


1. Deskripsi Kondisi Awal
Hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
sebelum diadakan penelitian dapat dilihat pada tabel dan gambar
grafik berikut.

Tabel 1: Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

No Uraian Nilai Ulangan Harian


1 Nilai terendah 50
2 Nilai tertinggi 70
3 Nilai rerata 60,2
4 Rentang nilai 20

Gambar 1 : Grafik Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

184 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Gambar 2 Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil nilai


ulangan harian Pendidikan Agama Islam sebelum diadakan penelitian
pada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01 tahun pelajaran 2012/2013
ada 16 siswa (81%) yang dinyatakan belum tuntas, dengan nilai siswa
terendah 50, nilai tertinggi 70 dan nilai rata-rata kelas 60,2.
2. Deskripsi Siklus I
Hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa materi sholat
wajib pada Siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik
berikut.

Tabel 2 Nilai Aktivitas Belajar Siklus I

Jumlah Rata-
No Aspek-aspek % Kategori
Skor rata
1 Membaca dan memahami 78 3,4 67,8 Baik
berbagai literature untuk
mengetahui rukun shalat
2 membaca dan menghafal 85 3,7 73,9 Baik
syarat sah dan syarat wajib
shalat
3 membaca dan menghafal 82 3,6 71,3 Baik
tentang hal-hal yang
membatalkan shalat
4 praktek sholat wajib 78 3,4 67,8 Baik

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 185


Gambar 3 Grafik Aktivitas Belajar Siklus I

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil


pengamatan aktivitas belajar materi sholat wajib siklus I pada siswa
kelas IV SD Negeri Mertan 01 semester I tahun pelajaran 2012/2013,
yang meliputi aspek 1) Membaca dan memahami berbagai literature
untuk mengetahui rukun shalat; 2) membaca dan menghafal syarat
sah dan syarat wajib shalat; 3) membaca dan menghafal tentang hal-
hal yang membatalkan shalat; 4) praktek sholat wajib, diperoleh skor
rata-rata aktivitas kategori baik.
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel dan
gambar grafik berikut.

Tabel 3 Nilai Ulangan Harian Siklus I

No Uraian Nilai Ulangan Harian


1 Nilai terendah 60
2 Nilai tertinggi 100
3 Nilai rerata 75,2
4 Rentang nilai 40

186 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Gambar 4. Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus I

Gambar 5. Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Siklus I

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas diketahui hasil nilai


ulangan harian PAI materi sholat wajib siklus I pada siswa kelas IV
SD Negeri Mertan 01 tahun pelajaran 2012/2013 masih ada 3 siswa
(13%) yang dinyatakan belum tuntas, dengan nilai siswa terendah
60, nilai tertinggi 100 dan nilai rata kelas 75,2.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 187


3. Deskripsi Siklus II
Hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran PAI materi sholat wajib pada Siklus II dapat dilihat
pada tabel dan gambar grafik berikut.

Tabel 6. Nilai Aktivitas Belajar Siklus II

Jumlah Rata-
No Aspek-aspek % Kategori
Skor rata
1 Membaca dan memahami 103 4,5 89,6 Amat baik
berbagai literature untuk
menge-tahui rukun shalat
2 membaca dan menghafal 102 4,4 88,7 Amat baik
syarat sah dan syarat wajib
shalat
3 membaca dan menghafal 100 4,3 87,0 Amat baik
tentang hal-hal yang mem-
batalkan shalat
4 praktek sholat wajib 99 4,3 86,1 Amat baik

Gambar 7 Grafik Aktivitas Belajar Siklus II

188 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas diketahui hasil
pengamatan aktivitas belajar PAI materi sholat wajib siklus II pada
siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01 tahun pelajaran 2012/2013,
yang meliputi aspek 1) Membaca dan memahami berbagai literature
untuk mengetahui rukun shalat; 2) membaca dan menghafal syarat
sah dan syarat wajib shalat; 3) membaca dan menghafal tentang hal-
hal yang membatalkan shalat; 4) praktek sholat wajib, diperoleh skor
rata-rata aktivitas dalam kategori amat baik.
Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel dan
gambar grafik berikut.

Tabel 5. Nilai Ulangan Harian Siklus II

No Uraian Nilai Ulangan Harian


1 Nilai terendah 70
2 Nilai tertinggi 100
3 Nilai rerata 85,0
4 Rentang nilai 30

Gambar 8. Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus II

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 189


Gambar 9. Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Siklus II

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas diketahui hasil


nilai ulangan harian PAI materi sholat wajib siklus II pada siswa
kelas IV SD Negeri Mertan 01tahun pelajaran 2012/2013. Semua
siswa yang berjumlah 23 anak (100%) dinyatakan tuntas, dengan
nilai siswa terendah 70, nilai tertinggi 100 dan nilai rata kelas 85,0.
4. Pembahasan
Hasil pembahasan dalam penelitian ini ada 3 hal, meliputi
tindakan, aktivitas, dan kemampuan siswa dalam melakukan sholat
wajib.

Tabel 6. Tindakan per Siklus

No Kondisi Awal Siklus I Siklus II


1 Belum menggunakan Menggunakan Menggunakan
strategi modelling strategi modelling strategi modelling
the way the way tanpa the way dengan
bimbingan guru bimbingan guru

190 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal, pelaksa-
naan pembelajaran melakukan sholat wajib pada siswa kelas IV
SD Negeri Mertan 01semester I tahun pelajaran 2012/2013 belum
menggunakan strategi modelling the way. Pada siklus I menggunakan
strategi modelling the way tanpa bimbingan guru. Dilanjutkan siklus
II menggunakan strategi modelling the way dengan bimbingan guru.
Hal tersebut dimaksudkan untuk mengkombinasikan penggunaan
metode agar siswa lebih paham.

Tabel 7. Aktivitas Belajar Siswa per Siklus

No Kondisi Awal Siklus I Siklus II Refleksi


1 Siswa: Membaca Membaca Aktivitas belajar dari
Aktivitas dan rukun sholat: rukun sholat :
siklus I ke siklus II
kemampuan Nilai rata-rata: Nilai rata-rata:
terdapat peningkatan:
melakukan 3,4 4,5 aspek membaca rukun
sholat wajib sholat (nilai rata-rata
siswa masih Persentase: Persentase: meningkat 1,1; persentase
kurang. 67,8% 89,6% naik 21,8%; dari kategori
baik menjadi amat baik),
Kategori:baik Kategori: amat aspek membaca syarat
baik sholat (nilai rata-rata
Membaca sya- naik 0,7; prosentase naik
rat sholat: Membaca sya- 14,8%; dari kategori
Nilai rata-rata rat sholat: baik menjadi amat baik);
3,7 aspek membaca hal yang
Nilai rata-rata membatalkan sholat (ni-
Persentase: 4,4 lai rata-rata meningkat
73,9% 0,7; persentase naik
Persentase: 15,7%; dari kategori ba-
88,7% ik menjadi amat baik),
dan aspek praktek sholat
(nilai rata-rata naik 0,9;
prosentase naik 18,3%;
dari kategori baik men-
jadi amat baik)

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 191


Kategori:baik Kategori: amat
baik
Membaca hal
yang memba- Membaca hal
talkan sholat: yang memba-
talkan sholat :
Nilai rata-rata
3,6 Nilai rata-rata
4,3
Persentase:
71,3% Persentase:
87,0%
Kategori:baik
Kategori:amat
Praktek sholat: baik

Nilai rata-rata: Praktek sholat:


3,4
Nilai rata-rata:
Persentase; 4,3
67,8%
Persentase;
Kategori:baik 86,1%

Kategori:amat
baik

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari kondisi awal ke kondisi


akhir terdapat peningkatan tentang aktivitas belajar. Aktivitas belajar
dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek membaca rukun
sholat (nilai rata-rata meningkat 1,1; persentase naik 21,8%; dari
kategori baik menjadi amat baik), aspek membaca syarat sholat (nilai
rata-rata naik 0,7; prosentase naik 14,8%; dari kategori baik menjadi
amat baik); aspek membaca hal yang membatalkan sholat (nilai
rata-rata meningkat 0,7; persentase naik 15,7%; dari kategori baik
menjadi amat baik), dan aspek praktek sholat (nilai rata-rata naik 0,9;
prosentase naik 18,3%; dari kategori baik menjadi amat baik).

192 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Tabel 8 Hasil Belajar Siswa per Siklus

No Kondisi Awal Siklus I Siklus II Refleksi


1 Ulangan harian Ulangan harian Ulangan harian Hasil belajar siswa
pada kondisi pada siklus I pada siklus II dari kondisi awal ke
awal diperoleh diperoleh nilai diperoleh nilai siklus II mengalami
nilai belum tun- belum tuntas se- belum tuntas peningkatan, yaitu
tas sebanyak 16 banyak 3 siswa sebanyak 0 sis- dari 7 siswa (30%)
siswa (70%) dan (13%) dan yang wa (0%) dan yang mendapat nilai
yang tuntas se- tuntas sebanyak yang tuntas se- tuntas menjadi 23
banyak 7 siswa 20 siswa (87%). banyak 23 siswa siswa (100%). Terjadi
(30%). Nilai ra- Nilai rata-rata (100%) Nilai peningkatan sebanyak
ta-rata kelas: kelas: 75,2 rata-rata kelas: 16 siswa (70%) dan
60,2 85,0 nilai rata-rata kelas
dari 60,2 menjadi
85,0, meningkat sebe-
sar 24,8.

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari


kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 7 siswa
(30%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 23 siswa (100%). Terjadi
peningkatan sebanyak 16 siswa (70%) dan nilai rata-rata kelas dari
60,2 menjadi 85,0, meningkat sebesar 24,8.

E. Penutup
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui
strategi modelling the way dapat meningkatkan aktivitas dan
kemampuan melakukan sholat wajib pada siswa Kelas IV SD Negeri
Mertan 01 Semester I tahun pelajaran 2012/2013. Aktivitas belajar
dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek membaca rukun
sholat (nilai rata-rata meningkat 1,1; persentase naik 21,8%; dari
kategori baik menjadi amat baik), aspek membaca syarat sholat
(nilai rata-rata naik 0,7; prosentase naik 14,8%; dari kategori baik
menjadi amat baik); aspek membaca hal yang membatalkan sholat
(nilai rata-rata meningkat 0,7; persentase naik 15,7%; dari kategori

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 193


baik menjadi amat baik), dan aspek praktek sholat (nilai rata-rata
naik 0,9; prosentase naik 18,3%; dari kategori baik menjadi amat
baik). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami
peningkatan, yaitu dari 7 siswa (30%) yang mendapat nilai tuntas
menjadi 23 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 16 siswa
(70%) dan nilai rata-rata kelas dari 60,2 menjadi 85,0, meningkat
sebesar 24,8.
2. Implikasi
Implikasi hasil penelitian ini adalah: a) membantu siswa yang
lambat dalam melakukan sholat wajib dengan baik dan benar, b)
memberikan pengaruh yang positif baik dalam pendidikan dan sosial
pada guru dan pada siswa, c) merupakan cara praktis untuk membantu
siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya tentang
melakukan sholat wajib.
3. Saran
Saran bagi Guru: pergunakan metode yang bervariasi dan
sesuai dengan memperhatikan materi dan kondisi siswa dan gunakan
alat peraga yang mudah diterapkan kepada siswa, sederhana tetapi
dapat meningkatkan aktivitas siswa. Menginggatkan siswa tentang
pentingnya pendidikan bagi kehidupan. Mengajar dan mendidik
siswa secara professional. Saran bagi Kepala Sekolah: Berikan
dorongan dan aktivitas kepada guru untuk selalu melakukan Penelitian
Tindakan Kelas. Lengkapi sarana dan prasarana penunjang kegiatan
belajar mengajar.

194 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media Group,
2008.
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta, Rineka Cipta, 2003.
Abdullah Yatimin, 2006, Studi Islam Kontemporer. Jakarta: AMZAH.
Ahmad Tanzeh, 2009, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta:Teras.
Ali, Mohammad. 2014, Memahami Riset Perilaku dan Sosial. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
____________. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
____________. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Ary, Donald., et al. 2010. Introduction to Research in Education (8th ed).
Wadsworth: Cengage Learning.
Asikin, Moh. Khoirul Anwar, dan Pujiadi. 2009. Cara Cepat & Cerdas
Menguasai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru. Semarang :
Manunggal Karso.
Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Departemen Pendidikan
Nasional.
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: P.T. Radjagrafindo Persada.
Bashori Muchsin, Pendidikan Islam Kontemporer, Bandung, Refika Aditama,
2009
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Creswell, John W. 2012. Educational Research: Planning, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research (4th ed). Boston: Pearson
Education.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 195


Dadang, Hidayat. 2010. Peran Penelitian Research & Development Dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di Pendidikan Teknologi Dan
Kejuruan. Diambil dari www.google.com
Darwysyah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta,
Gaung Persada Press, 2007
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 2008
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2009
Emzir, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fatchan, Ahmad; Dasna, Wayan. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Surabaya: Jenggala Pustaka Utama
Fraenkel, Jack R.,et al. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education
(8th). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Gall, Meredith D, Gall, Joyce P and Borg, Walter R. 2003 “Educational Research”
Boston : Allyn & Bacon.
Hopkins, David. 1993 ”A Teacher’s Guide Classroom Research”. Philadelphia:
Open University Press.
Hornby, A. S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford: Oxford
University Press
Iqbal Hasan, 2006, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi
Aksara.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: Gaung Persada Press.
Kebung, Konrad. 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prestasi
Pustakarya
Kemmis, Stephen and McTaggart, Robin.1988. The Action Research Planner,
3rd Edition, Geelong: Deakin University.
Lexy J. Moleong, 1997, Metodotologi Penelelitian Kualitatif, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Lincoln.I.S & Guba, E.G. 1985, “Naturalistic Inquiry” Baverly Hills, London:
Sage Publications

196 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)


Magnis, Frans von. 1975, “Etika Umum” Jogjakarta : Yayasan Kanisius.
Margono, Metodologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2011
McMillan, J.H. & Schumacher, Sally. 2001, “Research in Education” New York
: Longman.
Moh. Nazir, 2005, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam, Bandung, Remaja Rasda Karya, 2008
Muslich, Masnur. 2010. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu
Mudah. Jakarta: Bumi Aksara
Oemar Hamalik, Psikologi Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2010
Polan, Rusdin. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Rijal
Isntitute.
Purwanto. 2010. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan: Pengembangan
dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung, Alfabeta,
2011
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media
Group.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali Pers,
2011
Sarwono. Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.
Yoyakarta: Penerbit ANDI.
Soewarno, 1995, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis Data, Penerbit NOVA,
Bandung.
Soeratno dan Lincolin Arsyad. 1995. Metodologi Penelitian : Untuk ekonomi
dan bisnis, Unit Penerbit dan Percetakan, Akademi Perusahaan YKPN,
Yogyakarta.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
________, 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi) 197


________, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, 2008, “Metode Penelitian Pendidikan” Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Sunarto, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Rineka Cipta, 2010
Suryabrata, Sumadi. 2002. Metodologi penelitian, Jakarta: raja grafindo
persada
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta,
2008
_________, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2006
Umar, Husein. 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Depok:
Raja Grafindo Persada.
Verkuyl, J. 1979, “Etika” Jakarta : Gunung Mulia.

198 METODOLOGI Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep & Aplikasi)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai