Anda di halaman 1dari 120

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/349492185

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Classroom Action Research)

Book · February 2021

CITATIONS READS

4 1,628

1 author:

Afi Parnawi
Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Sina Batam
23 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Jurnal Internasional View project

Strategic Management of STAI Ibnu Sina Batam Leaders in Dealing with Asean Economic Society (AEC) View project

All content following this page was uploaded by Afi Parnawi on 22 February 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(Classroom Action Research)
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,
kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan
ajar; dan
iv. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin
Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(Classroom Action Research)

Dr. Afi Parnawi, M.Pd.


PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)

Afi Parnawi

Desain Cover :
Dwi Novidiantoko

Sumber :
www.shutterstock.com

Tata Letak :
Amry Rasyadany

Proofreader :
Avinda Yuda Wati

Ukuran :
viii, 109 hlm, Uk: 15.5x23 cm

ISBN :
978-623-02-1281-9

Cetakan Pertama :
Juli 2020

Hak Cipta 2020, Pada Penulis


Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2020 by Deepublish Publisher
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: cs@deepublish.co.id
SAMBUTAN PENULIS

Alhamdulillah saya sangat mendukung dan menyambut baik atas


terbitnya buku yang ditulis oleh Dr. Afi Parnawi, M.Pd. yang berjudul
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) sebuah judul
yang sangat menarik dan menantang untuk dibaca oleh akademisi, guru
dan praktisi pendidikan umumnya. Buku ini ditulis dalam rangka untuk
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi segenap para pembaca
baik dikalangan mahasiswa maupun dikalangan dosen, pengajar dan
masyarakat umum serta praktisi pendidikan lainnya. Penulisan buku ini,
dilandasi beberapa kajian literatur yang berhubungan dengan tindakan
tenaga pendidik dalam mencerdaskan anak didiknya.
Buku yang diangkat dari hasil menelaah dari fenomena
perkembangan zaman dan riset di sekolah Kota Batam, yang sangat aktual
dan relevansi dengan situasi dan kondisi kekinian. Buku ini selain sebagai
bentuk pengabdian dan partisipasi penulis dalam mengembangkan
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) juga dapat
memperkaya khazanah keilmuan di bidang manajemen pendidikan Islam
yang relatif masih minim ketersediaannya buku baik di pustaka maupun di
toko-toko buku, terlebih buku yang didukung oleh data empiris yang
diangkat dari hasil penelitian. Dengan hadirnya buku ini, sangat membantu
untuk para guru dan mendukung perkuliahan baik di fakultas maupun di
pascasarjana, terkait dengan program pendidikan.
Semoga karya yang telah dihasilkan ini tidak terhenti di sini dan
akan lahir karya-karya monumental penulis yang lainnya, sebagai bahan
pengayaan bagi mahasiswa calon sarjana, magister dan kandidat doktor di
seluruh tanah air. Semoga Allah Swt. memberkati. Amin. Penulis
menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan buku ini, kiranya
saran dan tanggapan guna penyempurnaan buku ini, akan penulis terima.
Semoga buku ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhirnya penulis
ucapkan terima kasih kepada keluarga yang dengan setia dan kesabarannya
mendorong penulis untuk menyelesaikan buku ini.
Batam, 12 April 2020
Penulis

Dr. Afi Parnawi, M.Pd.

v
DAFTAR ISI

SAMBUTAN PENULIS ......................................................................... v


DAFTAR ISI ......................................................................................... vi
BAB 1 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) ...................... 1
A. Pendahuluan .................................................................... 1
B. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ................... 2
C. Ruang Lingkup Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ............ 5
D. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas.................................... 5
E. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas .................................. 6
BAB 2 KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN
KELAS (PTK) .................................................................... 8
A. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ................ 8
B. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ......................... 9
C. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ........................ 10
D. Implementasi Penelitian Tindakan Kelas ........................ 13
E. Prosedur Penelitian ........................................................ 15
BAB 3 JENIS-JENIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK) DAN PELAPORAN KARYA ILMIAH ............... 18
A. 4 Jenis Penelitian Tindakan Kelas dan Penjelasannya ..... 18
B. TAHAPAN PENYUSUNAN PROPOSAL PTK ............ 20
C. Format Sistematika Penyusunan Proposal Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ................................................... 20
D. Rincian dan Contoh Penyusunan Proposal Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ................................................... 21
BAB 4 PELAPORAN/SKRIPSI PENELITIAN TINDAKAN
KELAS.............................................................................. 36
A. Tahapan ........................................................................ 36
B. Format Sistematika Penyusunan Laporan/Skripsi
Penelitian (PTK)............................................................ 36

vi
C. Contoh-Contoh Ringkasan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)....................................................37
BAB 5 PELAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK) .................................................................................56
BAB I PENDAHULUAN............................................... 56
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................... 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................... 85
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ............... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................... 103
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 104
PROFIL PENULIS ............................................................................. 107

vii
viii
BAB 1
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Pendahuluan
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui
beberapa upaya, yaitu antara lain melalui pembenahan isi kurikulum,
peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa,
penyediaan bahan ajar yang memadai, penyediaan sarana belajar, dan
peningkatan kompetensi guru. Keberhasilan seorang guru bukan diukur
hanya rutinitas kehadirannya saja tetapi bagaimana dia bisa
mendinamisasi, mendorong, merangsang, menantang para siswanya untuk
maju secara dinamis dan progresif yang akhirnya mencapai target
pembelajaran. Namun pada perjalanan untuk menuju target pembelajaran
yang bagus terdapat masalah yang muncul, oleh karena itu guru harus
menemukan solusi penyelesaian masalah melalui langkah-langkah
penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Penelitian tindakan merupakan alternatif pengembangan dan
perbaikan praktik pendidikan yang tidak hanya berbasis akademis, yaitu
guru menerapkan temuan para pakar, sehingga kerja guru seperti dinilai
berdasarkan kriteria teori-teori yang diambil dari filsafat, psikologi dan
sosiologi. Pada penelitian tindakan kinerja guru diukur melalui kriteria
kegiatan praktik sehari-hari dalam pendidikan. Pengembangan pendidikan
dengan basis penelitian akademik hanya menetapkan guru sebagai objek
pengembangan pendidikan, sehingga kurang memberi peran pada guru
untuk memperbaiki praktik pendidikannya sendiri.
Akhir-akhir ini para guru diresahkan oleh tuntutan dari berbagai
pihak untuk dapat melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Tuntutan
tersebut terkait dengan kebutuhan akreditasi sekolah, kenaikan pangkat,
program BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan sertifikasi sebagai
pendidik. Tuntutan tersebut pada satu sisi mendorong para guru untuk
berusaha melaksanakan penelitian di sekolahnya demi memenuhi tuntutan,
namun tak sedikit guru-guru yang putus asa karena tidak dapat

1
melaksanakan kegiatan tersebut. Pada hal kebutuhan tersebut menjadi
salah satu syarat penentu untuk dapat tidaknya seorang guru yang sudah
berpangkat Pembina (IVA) naik ke jenjang yang lebih tinggi.
Keresahan yang dialami oleh para guru pada satu sisi mendorong
upaya positif para guru untuk mau belajar dan meneliti secara wajar demi
mendapatkan Kredit Poin untuk dapat naik pangkat ke jenjang lebih tinggi,
namun ada sebagian guru yang memilih jalan pintas dengan memesan
karya ilmiah pada pihak-pihak tertentu. Dampaknya, citra guru tercoreng
dengan munculnya PAK (Penilaian Angka Kredit) palsu. Kejadian yang
mencoreng citra sebagian guru tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi jika
para penentu kebijakan baik swasta maupun negeri mau dengan sungguh-
sungguh memperhatikan kebutuhan guru dalam mengembangkan
kemampuan menulis karya ilmiah di antaranya Penelitian Tindakan Kelas.
Bagi guru yang masih ada motivasi untuk dapat naik pangkat ke
golongan lebih tinggi setelah IV/a atau menambah skor portofolio dalam
sertifikasi guru dalam jabatan adalah adanya keinginan untuk menulis.
Motivasi menjadi faktor penentu dari kelanjutan untuk mewujudkan
keinginan itu. Lebih lanjut disebutkan dalam pedoman Penyusunan Karya
Tulis Ilmiah, bahwa banyak kegiatan karya tulis ilmiah yang dilakukan
oleh guru untuk memperoleh nilai PAK dari unsur pengembangan profesi.
Misalnya karya tulis ilmiah hasil kajian penelitian kependidikan, survei
dan evaluasi kependidikan, maupun penelitian tindakan kelas.
Terkait dengan kebutuhan tersebut, tulisan ini akan membahas
mengenai penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai sumbangan gagasan
alternatif yang dapat diterapkan oleh para guru dalam pengembangan
profesinya. Tulisan ini secara ringkas akan membahas mengenai
pengertian, karakteristik, tujuan dan manfaat PTK, bentuk PTK, model-
model PTK, desain dan prosedur Penelitian Tindakan serta
implementasinya

B. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Menurut Para Ahli
Istilah PTK dikenal juga dengan Classroom Action Research. PTK
merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research).

2
1. Suharsimi Arikunto
Menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu
pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersamaan. PTK yang merupakan suatu kegiatan ilmiah
terdiri dari Penelitian-Tindakan-Kelas.
 Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan aturan metodologi untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal
yang menarik minat dan penting bagi si peneliti.
 Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian
berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
 Kelas merupakan sekelompok peserta didik yang sama dan
menerima pelajaran yang sama dari seorang pendidik.
2. Sulipan
Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research ialah
penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui
akibat dari tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian di
kelas tersebut.
3. Kunandar
Penelitian Tindakan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang
bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu proses
pembelajaran di dalam kelas.
4. Suyanto
Menjelaskan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk
memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di
dalam kelas secara lebih profesional. Oleh karenanya PTK sangat
berkaitan erat dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari
yang dialami oleh pendidik.
5. Wina
Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan pendidik untuk meningkatkan kualitas peran dan

3
tanggung jawabnya sebagai pendidik khususnya dalam
pengelolaan pembelajaran.
6. Rustam & Mundilarto
Mereka berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan sebuah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di
kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai tenaga pendidik
sehingga hasil belajar peserta didiknya dapat meningkat.
7. Rochman Nata Wijaya
PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat
situasional dan kontekstual yang ditujukan untuk menentukan
tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang
dihadapi atau memperbaiki sesuatu.
8. Kemmis dan Mc. Taggart (1988)
Penelitian Tindakan Kelas ialah suatu bentuk refleksi diri kolektif
yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan
terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.
9. John Elliot
Penelitian Tindakan Kelas merupakan kajian tentang situasi sosial
dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya.
10. Harjodipuro
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong
para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis
terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk mengubahnya.
Oleh karena tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas proses
pembelajaran, maka kegiatan yang dilakukan haruslah berupa tindakan
yang diyakini lebih baik dari kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan.
Dengan kata lain, tindakan yang diberikan kepada siswa harus terlihat
lebih efektif, efisien, kreatif dan inovatif. Atau dengan kata lain adalah
adanya hal yang berbeda dari yang biasa dilakukan guru dalam praktik
pembelajaran sebelumnya, karena yang sudah dilakukan dipandang belum
memberikan hasil yang memuaskan.

4
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa hakikat
dilakukannya PTK adalah dalam rangka pendidik bersedia untuk
mengintrospeksi diri, bercermin, merefleksi atau mengevaluasi dirinya
sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang pendidik diharapkan
cukup profesional dan berpengaruh terhadap kualitas dan mutu pendidikan.

C. Ruang Lingkup Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Masalah-masalah yang berkaitan dengan:
- Pengelolaan kelas: dalam rangka meningkatkan KBM dan
partisipasi siswa dalam belajar, menerapkan pendekatan belajar
mengajar yang inovatif.
- PBM: menerapkan berbagai metode mengajar, mengembangkan
kurikulum, meningkatkan peran siswa dalam belajar dan
memperbaiki metode evaluasi.
- Penggunaan sumber-sumber belajar:
a. Model, alat peraga.
b. Sumber-sumber lingkungan.
c. Media lainnya.
- Personal dan keprofesionalan guru:
a. Meningkatkan hubungan antara siswa, guru, dan orang tua.
b. Meningkatkan “konsep diri” siswa dalam belajar.
c. Meningkatkan sifat dan kepribadian siswa.
d. Meningkatkan kompetensi guru secara profesional.

D. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas


Tujuan penelitian tindakan kelas terkait erat dengan keinginan
seseorang untuk meningkatkan dan atau memperbaiki praktik
pembelajaran di kelas. Penelitian ini seharusnya dilakukan oleh para guru,
karena para guru adalah orang yang secara langsung berhadapan dengan
permasalahan-permasalahan yang ada di kelasnya. Penelitian tindakan
kelas merupakan cara strategis bagi guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran di kelas. Terkait dengan penelitian tindakan kelas sebagai
sarana strategis layanan pendidikan bagi dalam konteks pembelajaran guru
muncul pertanyaan bagaimana tujuan penelitian dapat dicapai? Tujuan
penelitian tindakan kelas dapat dicapai dengan melakukan berbagai

5
tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran di
kelas. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada
tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh guru, kemudian
dicobakan, dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif yang dilakukan
dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang
dihadapi guru.
Selain tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk
meningkatkan dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas, ada
tujuan penyerta yang dapat dicapai sekaligus berupa terjadinya proses
latihan dalam jabatan selama proses penelitian tindakan kelas berlangsung.
Hal ini terjadi karena tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah
perbaikan dan peningkatan layanan dalam proses pembelajaran. Dengan
strategi ini guru akan lebih banyak berlatih mengaplikasikan berbagai
tindakan alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan layanan
pembelajaran Dari perolehan pengetahuan umum dalam bidang pendidikan
yang dapat digeneralisasikan.

E. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Setiap tindakan dalam proses pembelajaran pasti mempunyai tujuan.
Keberhasilan suatu tindakan dapat diukur dengan melihat manfaatnya.
Demikian juga dengan penelitian tindakan kelas, selain bertujuan
meningkatkan dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas
keberhasilannya diukur dari kemanfaatan tindakan alternatif bagi
perbaikan tersebut.
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas
mencakup (a) inovasi pembelajaran, (b) pengembangan kurikulum di
tingkat sekolah dan kelas, (c) peningkatan profesional guru. Dalam inovasi
pembelajaran, guru selalu perlu mencoba untuk mengubah,
mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu
melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya.
Guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda setiap tahun.
Oleh sebab itu kalau guru mengadakan penelitian tindakan kelas berangkat
dari permasalahan yang dihadapi di kelasnya dan menghasilkan solusi
terhadap masalahnya. Dengan proses belajar di kelas seperti itu guru
tersebut telah melakukan inovasi pembelajaran.

6
Dari aspek pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas juga
dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru. Guru kelas harus bertanggung
jawab terhadap pengembangan kurikulum dalam tingkat sekolah maupun
kelas, penelitian tindakan kelas akan sangat bermanfaat sebagai salah satu
sumber masukan.
Dari aspek profesionalisme guru dalam proses pembelajaran
memiliki manfaat yang sangat penting. Guru yang profesional tentu tidak
enggan melakukan perubahan- perubahan dalam praktik pembelajarannya
sesuai dengan kondisi kelasnya. Penelitian tindakan kelas merupakan salah
satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang
terjadi di kelas, untuk selanjutnya meningkatkan ke arah perbaikan secara
profesional.
Guru profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis
terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya
sendiri, kemudian direfleksikan, lalu diperbaiki guru akhirnya akan
mendapatkan otonomi secara profesional. Konsep penting dalam
pendidikan adalah selalu adanya upaya perbaikan dari waktu ke waktu
pada proses pembelajarnya. Hal ini terjadi karena guru mau melakukan
penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan profesionalismenya.

7
BAB 2
KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)

A. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam
aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan
nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka
memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK
dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain sebagai
berikut.
a. PTK merupakan kegiatan yang berupaya memecahkan masalah
pembelajaran, dengan dukungan ilmiah.
b. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru
melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan
guru untuk menulis dan membuat catatan.
c. Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari adanya
permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam
pembelajaran di kelas.
d. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan
tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
e. Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru dan kepala
sekolah) dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan
tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya
melahirkan kesamaan tentang tindakan (action).
Kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru) dan peneliti (dosen
atau widyaiswara) merupakan salah satu ciri khas PTK. Melalui kolaborasi
ini mereka bersama menggali dengan mengkaji permasalahan nyata yang
dihadapi oleh guru dan atau siswa. Sebagai penelitian yang bersifat
kolaboratif, harus secara jelas diketahui peranan dan tugas guru dengan
peneliti. Dalam PTK kolaboratif, kedudukan peneliti setara dengan guru,
dalam arti masing-masing mempunyai peran serta tanggung jawab yang

8
saling membutuhkan dan saling melengkapi. Peran kolaborasi turut
menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis
masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan penelitian (tindakan,
observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data,
menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan hasil.
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Guru melakukan
PTK tanpa kerja sama dengan peneliti. Dalam hal ini guru berperan
sebagai peneliti sekaligus sebagai praktisi pembelajaran. Guru profesional
seharusnya mampu mengajar sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti
ini, maka guru melakukan pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang
melakukan tindakan (Suharsimi, 2002). Untuk itu guru harus mampu
melakukan pengamatan diri secara objektif agar kelemahan yang terjadi
dapat terlihat dengan wajar.

Melalui PTK, guru sebagai peneliti dapat:


a. mengkaji/ meneliti sendiri praktik pembelajarannya;
b. melakukan PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya;
c. mengkaji permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami;
d. melakukan kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya.
Praktiknya, tentu saja guru boleh saja melakukan PTK tanpa
kolaborasi dengan peneliti. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa PTK
yang dilakukan oleh guru tanpa kolaborasi dengan peneliti mempunyai
kelemahan antara lain: 1) penguasaan teori dan teknik-teknik dasar
penelitian, dan 2) guru pada umumnya tidak memiliki waktu untuk
melakukan penelitian sehubungan dengan padatnya kegiatan pengajaran
yang dilakukan. Akibat dari kurangnya pengetahuan mengenai dasar-dasar
teknik penelitian, hasil PTK menjadi kurang memenuhi kriteria validitas
metodologi ilmiah. Sedangkan terkait dalam konteks kegiatan pengawasan
sekolah, seorang pengawas sekolah dapat berperan sebagai kolaborator
bagi guru dalam melaksanakan PTK.

B. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru
(peneliti) dalam pelaksanaan PTK, yaitu sebagai berikut.

9
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan
tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama,
misalnya bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan
pembelajaran. Siklus tindakan dilakukan dengan
mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan.
Penetapan jumlah siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada
penguasaan yang ditargetkan pada tahap perencanaan, tidak
mengacu kepada kejenuhan data/informasi sebagaimana lazimnya
dalam pengumpulan data penelitian kualitatif.
2. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup
merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru di
kelas.
3. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu
yang lama, sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
4. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat dan taat
asas PTK.
5. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata,
mendesak, menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan
kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
6. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian
serta rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
7. Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang
menggunakan siklus berkelanjutan, karena tuntutan terhadap
peningkatan dan pengembangan proses pembelajaran akan menjadi
tantangan sepanjang waktu.

C. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Ada beberapa model Penelitian Tindakan Kelas. Berikut akan
dibahas tiga model Penelitian Tindakan Kelas.
1. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan dari berbagai model penelitian
tindakan karena Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan
penelitian tindakan atau action research. Dengan demikian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ada yang mengacu pada model

10
Kurt Lewin. Komponen pokok dalam penelitian tindakan Kurt
Lewin adalah:
1) Perencanaan (planning)
2) Tindakan (acting)
3) Pengamatan (observing)
4) Refleksi (reflecting)
Hubungan keempat konsep pokok tersebut digambarkan dengan
diagram sebagai berikut.

ACTING
(Tindakan)

PLANNING OBSERVING
(Perencanaan) (Pengamatan)

REFLECTING
(Refleksi)

Gambar 1: Model Penelitian Kurt Lewin


(diadaptasi dari Depdiknas, 2005)

2. Model Kemmis & Taggart


Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin
dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart. Komponen tindakan
(acting) dengan pengamatan (observing) disatukan dengan alasan
kedua kegiatan itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena
kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu.
Begitu berlangsung suatu kegiatan dilakukan, kegiatan observasi
harus dilakukan sesegera mungkin. Bentuk model dari Kemmis dan
Mc. Taggart dapat divisualisasikan sebagai berikut:

11
PERENCANAAN

REFLEKSI

TINDAKAN OBSERVASI

PERENCANAAN

OBSERVASI TINDAKAN

REFLEKSI

Gambar 2: Model Penelitian Tagart dan Kemmis

Model Kemmis & Mc. Taggart bila dicermati hakikatnya berupa


perangkat- perangkat atau untaian–untaian dengan satu perangkat terdiri
dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Untaian tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Oleh karena itu
pengertian siklus di sini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Banyaknya siklus dalam
penelitian tindakan kelas tergantung dari permasalahan yang perlu
dipecahkan, semakin banyak permasalahan yang ingin dipecahkan
semakin banyak pula siklus yang akan dilalui. Jika suatu penelitian
tindakan kelas ingin mengaitkan materi pelajaran dan kompetensi dasar
dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran melibatkan
lebih dari dua siklus (Depdiknas, 2005).

12
3. Model Hopkins
Berdasarkan model-model Penelitian Tindakan Kelas dari Kurt
Lewin, Kemmis & Mc. Taggart, Hopkin menyusun desain sendiri dengan
skema sebagai berikut.

Gambar 3: Model penelitian Hopkins

D. Implementasi Penelitian Tindakan Kelas


Berdasarkan uraian di atas berikut akan diuraikan mengenai
implementasi penelitian tindakan kelas berupa proposal penelitian tindakan
kelas agar membantu para guru untuk melaksanakan penelitian di
kelasnya.
Salah satu model sistematik prosposal Penelitian Tindakan Kelas
berisi (Suharsimi, 2008: 66-71):
1. Judul
Judul PTK hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik. Hal
utama yang seharusnya tertulis di dalam judul adalah gambaran dari
apa yang dipermasalahkan, dan bentuk tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Misal: Peningkatan

13
Hasil Belajar Sejarah dengan Menggunakan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning Tipe Jigsaw. Umumnya di bawah judul
dituliskan pula sub judul yang menerangkan di mana penelitian akan
dilakukan, kapan, di kelas berapa dan lain- lain.

2. Pendahuluan
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan
pembelajaran. Untuk itu dalam bab pendahuluan intinya adalah
paparan alasan atau latar belakang pentingnya penelitian tindakan
kelas ini.

3. Perumusan dan Pemecahan Masalah


Bagian ini umumnya terdiri atas jabaran perumusan masalah,
cara pemecahan masalah, tujuan dan manfaat hasil penelitian.
a. Perumusan masalah: Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk
suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan
masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang
menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya
menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif
tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi
dengan mengajukan indikator keberhasilan tindakan, cara
pengukuran, serta cara mengevaluasinya.
b. Pemecahan masalah: Uraikan alternatif tindakan yang akan
dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep
yang akan digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti
hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara
pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar masalah
dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.
c. Tujuan penelitian: Kemukakan secara singkat tentang tujuan
penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada
permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan tujuan
khusus diuraikan dengan jelas sehingga dapat diukur tingkat
pencapaian keberhasilannya.

14
d. Manfaat penelitian: Uraikan sumbangan atau manfaat penelitian
bagi siswa, guru maupun sekolah. Kemukakan inovasi yang akan
dihasilkan dari penelitian ini.

E. Prosedur Penelitian
Penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Mulyasa mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas
proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik (2009: 10). Sedangkan
Mc. Niff mengemukakan bahwa hakikat penelitian tindakan kelas adalah
sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian
mengajar (dalam Wijaya, 2009: 8). Selanjutnya Wijaya mengemukakan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan,
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengikuti desain
model-model yang dijelaskan pada model-model PTK seperti, yaitu:
Model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis Kemmis & Mc Taggart,
Model Hopkins, dan Model MC Kerinan. Langkah-langkah pelaksanaan
PTK sesuai dengan model PTK yang dipilih
Adapun langkah-langkah dari desain prosedur PTK di atas sebagai
berikut

1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini guru merencanakan hal-hal yang akan
diajarkan serta permasalahan yang ada, dan cara pemecahannya Adapun
hal-hal yang dilakukan dalam pada tahap perencanaan antara lain: (1) guru
melakukan analisis standar isi untuk mengetahui standar kompetensi dan
kompetensi dasar, (2) penyusunan program pembelajaran sesuai dengan
kompetensi dasar, (3) menentukan tempat atau lingkungan sebagai sumber
belajar, serta menentukan waktu yang dibutuhkan, (4) membentuk
kelompok belajar, (5) peneliti menyusun skenario pembelajaran, (6)
peneliti mengundang nara sumber jika dibutuhkan, (7) peneliti membuat

15
lembar kerja siswa sesuai dengan kompetensi dasar, (8) menyiapkan alat
penilaian untuk proses pembelajaran dan sejauh mana pemahaman siswa
setelah melakukan pembelajaran di luar kelas terhadap objek langsung.

2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan atau perubahan yang
diinginkan (Suyanto, 1997: 16). Peran peneliti pada pelaksanaan tindakan
yaitu ikut terlibat dalam proses pembelajaran yang telah direncanakan
yaitu sesuai judul yang di angkat. Adapun tindakan yang dilaksanakan
pada tahap ini adalah:
a. Peneliti membawa siswa yang telah membentuk kelompok ke
tempat atau objek yang dikunjungi sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
b. Peneliti menjelaskan tentang objek yang dikunjungi sesuai dengan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
c. Peneliti memberikan kesempatan pada kelompok siswa untuk
mengadakan pengamatan sesuai dengan objek yang dipelajari dan
topik masing-masing.
d. Siswa mengadakan pengamatan pada objek yang dipelajari sesuai
dengan tugas masing-masing.
e. Peneliti membimbing siswa untuk mengadakan praktik langsung
terhadap objek yang dipelajari jika memungkinkan.
f. Peneliti membimbing siswa untuk mengadakan diskusi kelompok
terhadap hasil pengamatannya untuk melengkapi dan lebih
memahami materi yang dipelajari.
g. Setelah pelajaran selesai Peneliti mengajak siswa kembali ke kelas
untuk melanjutkan diskusi dari hasil temuannya.
h. Peneliti meminta siswa mewakili kelompoknya untuk memberikan
laporan hasil belajar dari lingkungan untuk dibahas bersama.
i. Peneliti menyimpulkan materi pembelajaran, selanjutnya siswa
untuk menyampaikan kesannya setelah mengadakan pembelajaran
di luar kelas.

16
3. Observasi (Pengamatan)
Observasi sebagai alat pengumpulan data yang sistematis artinya
teknik observasi secara pencatatannya dilakukan untuk menafsirkan secara
ilmiah (Suharsimi Arikunto, 1998: 132). Pada tahap observasi ini guru
merekam kegiatan siswa untuk mendapatkan data-data dari hasil
pembelajaran, agar peneliti atau guru mendapatkan hasil yang valid,
memilih teman sejawat atau guru lain sebagai observer terhadap tindakan
yang dilakukan peneliti sesuai dengan pedoman atau lembar observasi
yang telah disiapkan. Dalam observasi ini guru sejawat atau observer
mengamati secara langsung tentang: (1) kesiapan guru dalam hal
instrumen pengajaran, materi dan mental siswa dalam mengawali
pembelajaran, (2) motivasi siswa dalam proses belajar mengajar, (3)
Keaktifan siswa dalam pembelajaran, (4) kemampuan guru dalam
menyajikan lingkungan sebagai sumber belajar yang menyenangkan bagi
siswa, (5) kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar, (6)
kemampuan guru untuk menumbuhkan minat belajar siswa. Untuk
mendapatkan data tentang kinerja guru, kinerja siswa dan minat belajar
siswa instrumen yang digunakan yaitu:
a. Skala sikap
b. Lembar observasi

4. Refleksi
Refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah berkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna untuk menyempurnakan tindakan berikutnya.
Pada tahap refleksi ini guru dan observer berupa teman atau guru sejawat
mengadakan diskusi untuk menganalisis skala sikap dari hasil pre-test dan
post-test yang dilakukan siswa, dari hasil pengamatan kinerja siswa dan
guru serta keaktifan siswa dalam pembelajaran
Hasil dari refleksi ini oleh guru dijadikan acuan untuk mengadakan
perbaikan-perbaikan, dan selanjutnya direncanakan kembali pada
pelaksanaan siklus II. Apabila pada Siklus I prestasi belajar siswa belum
mencapai target, yang telah ditentukan, maka penelitian belum bisa
dikatakan berhasil, sehingga peneliti harus melanjutkan ke siklus II.,
apabila pada siklus II prestasi belajar siswa sudah mengalami peningkatan
dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sesuai dengan target
yang telah direncanakan maka penelitian baru dikatakan berhasil.

17
BAB 3
JENIS-JENIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK) DAN PELAPORAN KARYA ILMIAH

A. 4 Jenis Penelitian Tindakan Kelas dan Penjelasannya


Jenis Penelitian Tindakan Kelas dan Penjelasannya di mana
penelitian tindakan kelas dapat dilakukan oleh siapa pun yang
berkepentingan guna meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas 1.
1. Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik
2. Penelitian Tindakan Kelas Partisipan
3. Penelitian Tindakan Kelas Empiris
4. Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental

1. Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik


PTK diagnostik adalah penelitian yang dirancang dengan menuntun
peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan
memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian.
Contohnya: jika peneliti berupaya menangani perselisihan,
pertengkaran, masalah atau konflik yang dilakukan antar siswa yang
terdapat di dalam sekolah atau kelas. Peneliti menganalisis dan mengamati
secara cermat melalui interaksi dengan siswa-siswa di suatu sekolah atau
kelas dengan mencari sumber masalah yang ada dan sebagainya.
Kemudian menganalisis semua data dan memberikan rekomendasi tentang
penyelesaian atas konflik tersebut.

2. Penelitian Tindakan Kelas Partisipan


Penelitian tindakan kelas yang dikatakan partisipan adalah apabila
orang yang akan melakukan atau melaksanakan penilaian harus ikut
terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil
penelitian berupa laporan.
Perencanaan penelitian, peneliti sudah terlibat dan selanjutnya
peneliti memantau, mencatat dan mengumpulkan data lalu menganalisa

1
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Press Group, 2012), 27

18
data serta berakhir dengan melaporkan hasil dari penelitiannya. Dalam
PTK jenis ini, peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus
menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.

3. Penelitian Tindakan Kelas Empiris


PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu
tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang
terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya
berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman
peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.

4. Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental


Jenis PTK ini memiliki nilai potensial terbesar dalam kemajuan
pengetahuan ilmiah. Yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah
apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai
teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan
belajar mengajar.
Kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar dimungkinkan terdapat
lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu
tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti
dapat menentukan cara mana yang paling efektif untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Diagnostik
1. “Aplikasi Pembelajaran dengan Bermain dalam Peningkatan
Keterampilan Gerak Dasar”
2. “Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw dalam Peningkatan Prestasi
Belajar”
3. “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Pemanfaatan Media
Gambar”
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Partisipan
1. “Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran dalam Meningkatkan
Pembelajaran Lempar Lembing”
2. “Upaya Peningkatan Keterampilan Bermain Drama melalui Media
Video Drama”

19
3. “Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw dalam Peningkatan
Keterampilan Bercerita”
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (Empiris)
1. “Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dengan
Penggunaan Model Inkuiri”
2. “Penguasaan Teknik Lempar Cakram dalam Mata Pelajaran
Penjasorkes dengan Menggunakan Modifikasi Alat Peraga pada
Peserta Didik”
3. “Upaya Mengembangkan Kreativitas dan Bakat Siswa Melalui
Pembelajaran Discovery Learning”
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Eksperimental
1. “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam
Peningkatan Kualitas Menulis Narasi”
2. “Meningkatkan Keterampilan Menulis dengan Pemanfaatan Metode
Pembelajaran Bermain Peran”
3. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw”

B. TAHAPAN PENYUSUNAN PROPOSAL PTK


Tahap penyusunan proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
merupakan tahap awal bagi peneliti (guru) untuk merencanakan,
merumuskan dan mendesain PTK tentang apa masalah yang akan diteliti,
dan bagaimana solusi penyelesaian masalah penelitian tersebut. Tahap pra
penelitian sering kita kenal dengan sebutan tahap mendesain penelitian
(menulis proposal). Proposal penelitian merupakan hal yang sangat penting
dalam suatu penelitian, karena proposal merupakan panduan atau pedoman
bagi peneliti dalam melaksanakan tahapan penelitian.

C. Format Sistematika Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan


Kelas (PTK)
Format penyusunan proposal PTK, sebagai berikut:
 Judul Penelitian
 Pengajuan Proposal
 Pengesahan Pembimbingan

20
 Daftar Isi
1) BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Hipotesis Tindakan
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian

2) BAB II Kajian Pustaka


A. Deskripsi Teori
B. Penelitian yang Relevan

3) BAB III Metodologi Penelitian


A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Teknik Prosedur Penelitian
G. Jadwal Penelitian
H. Daftar Pustaka

D. Rincian dan Contoh Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan


Kelas (PTK)
Penjelasan dan contoh komponen dalam kerangka penyusunan
proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sebagai berikut.
Judul Penelitian, judul Penelitian Tindakan Kelas harus ditulis
dengan singkat, spesifik, dan deklaratif yang mencerminkan permasalahan
pokok yang akan dipecahkan dan tidak memberi kemungkinan penafsiran
yang beragam. Adapun hal pokok yang tertuang dalam judul adalah
variabel apa yang dipersoalkan dan tindakan apa yang digunakan.

21
Contoh-contoh judul penelitian tindakan kelas, sebagai berikut.
a. “Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar melalui
Pendekatan Berbasis Konstruktivisme pada Mata Pelajaran Budi
Pekerti kelas 5 SD... Kota Batam”
b. “Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mata Pelajaran...
Kelas... di...”
c. “Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Diskusi Partisipatif
untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan terhadap
Materi Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X di Sekolah...”
d. “Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pelajaran
Sosiologi melalui Pembelajaran Isu-Isu Kontroversial di...”
e. “Mengembangkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Siswa
melalui Murojaah di SMP… Kota...”
f. “Upaya Peningkatan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam melalui Model Contextual Teaching Learning Kelas 4
SDIT...”

Penjelasan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bagian latar belakang memuat tentang alur pemikiran peneliti
tentang mengapa masalah tersebut penting dan perlu diteliti, bisa
juga berdasarkan fenomena-fenomena atau peristiwa masa lalu yang
empiris dan sedang terjadi serta yang bakal terjadi yang
berhubungan dengan masalah pada objek penelitian, yang dinilai
menampakkan adanya penyimpangan yang memerlukan peneliti
untuk menganalisis masalah supaya diadakan penelitian. Latar
belakang masalah bisa diperoleh dari kajian-kajian teori-teori yang
mendasari pemecahan masalah penelitian, yang dapat ditemukan
dari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti, seperti buku-buku, surat kabar, jurnal-jurnal penelitian baik
yang berbentuk tulisan maupun terdapat dari media internet. Latar

22
belakang menjelaskan apa yang mendorong peneliti menjalankan
kajian yang berdasarkan pengalaman, isu-isu yang hangat
dibicarakan, dan bacaan penulis, atau hasil penelitian-penelitian
lepas.
Bagian latar belakang masalah, peneliti dapat mengemukakan
dan menjelaskan beberapa hal, sebagai berikut.
1) Mengemukakan kondisi yang seharusnya (das sollen) dan
kondisi yang ada dalam proses pembelajaran di sekolah/kelas
sehingga jelas adanya kesenjangan yang merupakan masalah
yang menuntut untuk dicari solusi.
2) Menjelaskan mengapa masalah yang diteliti itu penting dan
mendesak untuk dicari solusi, serta dapat dilaksanakan.
3) Kemukakan masalah yang nyata yang terjadi di dalam proses
pembelajaran di sekolah/kelas.
4) Kerugian-kerugian dan keuntungan-keuntungan apa yang
akan terjadi kalau masalah tersebut tidak diteliti.
5) Pemaparan latar belakang masalah pada umumnya memakai
pendekatan deduksi, yakni dari hal-hal yang sifatnya umum
ke hal-hal yang sifatnya khusus (kerucut terbalik).
6) Kemukakan teori-teori yang mendasari atau relevan dengan
masalah, yang diajukan untuk mengatasi masalah yang
diteliti.
Dari aspek-aspek di atas dapat secara terperinci terus
dikembangkan menjadi fokus permasalahan. Ada beberapa
pegangan dalam menjadi fokus permasalahan. Terutama dalam
menilai pentingnya hal tersebut dijadikan topik penelitian, dan
kemungkinan untuk diteliti, sebagai berikut.
a) Jangan dimulai dengan permasalahan yang tidak mungkin
guru atau tenaga pendidik sendiri dapat menyelesaikan.
b) Pilihlah fokus permasalahan yang terbatas, yang berukuran
kecil, yang dapat dicari solusi dalam waktu singkat yang
tersedia untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
c) Pilihlah fokus permasalahan yang penting untuk diselesaikan
oleh guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari di kelas/ruang kuliah.

23
d) Bekerjalah secara kolaboratif bersama mitra sejawat dalam
penelitian ini, tanyakan apakah mereka pernah menghadapi
permasalahan yang semacam dengan masalah yang dialami
guru.
e) Sebaiknya fokus permasalahan yang dipilih relevan dengan
tujuan dan rencana perkembangan sekolah atau lembaga
secara keseluruhan (Rochiati, 2006: 82).

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan kegiatan mendeteksi,
melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan
berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau variabel
yang akan diteliti.
Beberapa pendapat berikut ini dapat menjadi rujukan makna
identifikasi masalah.
a) Identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa
mencari masalah yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya
melalui penelitian. Semua masalah yang ada pada objek
penelitian dikemukakan, baik masalah yang akan diteliti
maupun tidak diteliti. Masalah yang diteliti umumnya
merupakan variabel dependen. Berdasarkan masalah yang
diketahui tersebut selanjutnya dikemukakan hubungan satu
masalah dengan masalah yang lain. Masalah yang diteliti itu
kedudukannya di mana di antara masalah yang akan diteliti.
Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif atau negatif
terhadap masalah yang diteliti (Sugiyono, 1999).
b) Identifikasi masalah adalah sekelompok aspek yang berada di
sekitar masalah utama yang dapat diteliti untuk menjawab
permasalahan utama. Tahapan identifikasi masalah
merupakan suatu kegiatan berupa mencari sebanyak-
banyaknya masalah yang sekiranya dapat dicarikan
jawabannya melalui penelitian. Pencarian masalah-masalah
ini bertumpu pada masalah pokok yang tercermin pada bagian
latar belakang masalah (Umar, 2001).

24
c) Identifikasi masalah adalah tahap permulaan penguasaan
masalah di mana suatu objek dalam suatu jalinan situasi
tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah (Suriasumantri
dalam Harun Sitompul, 2001).

Contoh: Identifikasi Masalah


Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu dalam latar
belakang masalah serta dari pengamatan awal (grand tour)
ditemukan fenomena-fenomena yang dipilih sebagai objek perhatian
untuk dikaji secara ilmiah. Dapat diidentifikasikan masalah sebagai
berikut.
1) Proses pembelajaran materi pelajaran Budi Pekerti kurang
kondusif.
2) Kurang interaksi antara guru dengan siswa.
3) Proses pembelajaran satu arah.
4) Metode belajar yang digunakan oleh guru kurang menarik.
5) Pelajaran Budi Pekerti kurang membekali siswa.
6) Rendahnya motivasi belajar siswa untuk mata pelajaran Budi
Pekerti.
7) Rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran budi
pekerti.

C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas
merupakan beberapa pertanyaan yang akan dijawab setelah tindakan
dilakukan, perumusan masalah merupakan titik tolak bagi
perumusan hipotesis nantinya, dari perumusan masalah dapat
menghasilkan topik penelitian atau judul dari penelitian.

Contoh Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian, dan identifikasi
masalah di atas maka dapat dikemukakan beberapa rumusan
masalah, sebagai berikut.

25
1. Apakah pendekatan berbasis konstruktivisme dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran
Budi Pekerti di kelas 5 SD... Kota...?
2. Apakah pendekatan berbasis konstruktivisme dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
Budi Pekerti di Kelas 5 SD... Kota...?

D. Hipotesis Tindakan
Rumusan hipotesis tindakan berdasarkan pada cara
memecahkan masalah dalam PTK.
Contoh:
1. Penerapan pembelajaran berbasis konstruktivisme dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran...
di sekolah...
2. Penerapan pembelajaran berbasis konstruktivisme dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran... di
sekolah...

E. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Dikemukakan secara singkat berdasarkan topik atau masalah
PTK yang dikemukakan.
Contoh:
1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran
mata pelajaran Budi Pekerti di sekolah… Kota...
2. Siswa merasa dirinya mendapatkan perhatian dari kesempatan
untuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan dan pertanyaan.
3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta
mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu
maupun kelompok.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berdasarkan pada
hasil PTK terhadap kualitas pembelajaran sehingga tampak manfaat
bagi siswa, guru maupun komponen pendidikan di sekolah atau
lembaga.

26
Contoh:
1. Proses belajar mengajar mata pelajaran Budi Pekerti di
sekolah... menjadi menarik dan menyenangkan.
2. Ditemukan strategi pembelajaran yang tepat (tidak
konvensional), tetapi bersifat variatif.
3. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun
kelompok meningkat.
4. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan
dan saran meningkat.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Penelitian tidak dapat dilakukan apabila tidak memiliki


basis teoretis yang jelas. Penelitian yang sekarang adalah peneliti
yang meneruskan peta jalan yang telah dirintis atau yang telah
dibuat oleh peneliti terdahulu (Sudarwan, 2003: 105).
Contoh: Kajian Pustaka

A. Teori Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme


Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan
pembelajaran yang berkenaan dengan bagaimana anak
memperoleh pengetahuan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

B. Teori Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa


1. Motivasi belajar
2. Hasil belajar

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti harus


menentukan metodologi penelitian yang sesuai dengan masalah dan
tujuan penelitian yang akan dicapai. Metodologi Penelitian

27
Tindakan Kelas (PTK) secara umum mencakup, pendekatan
penelitian, setting penelitian (tempat penelitian, waktu penelitian,
dan siklus penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian
yang akan dilakukan.

A. Setting Penelitian
Peneliti Tindakan Kelas (PTK) penting melakukan
pengamatan awal untuk memahami dan menjelaskan tentang situasi
keadaan dan latar subjek penelitian yang dikenai tindakan pada
tempat penelitian, waktu penelitian, siklus penelitian tindakan kelas,
dan subjek penelitian.
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas
5 Sekolah Dasar (SD)... Kota...
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan melalui tiga
siklus untuk melihat dan memperbaiki pembelajaran Budi
Pekerti melalui pendekatan berbasis konstruktivisme.

B. Instrumen Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Sebelum pelaksanaan PTK dibuat berbagai input instrumental
yang akan digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu
kompetensi dasar (KD). Selain itu juga akan dibuat perangkat
pembelajaran yang berupa:
1. Lembar Kerja Siswa
2. Lembar Pengamatan Diskusi
3. Lembar Evaluasi

C. Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelas 5 yang terdiri dari 40 siswa dengan
komposisi perempuan 25 siswa dan laki-laki 15 siswa.

28
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) sebagai berikut.
1. Observasi partisipatif
2. Wawancara mendalam
3. Ujian/tes
4. Studi dokumentasi (analisis dokumen)
5. Diskusi dengan guru/teman sejawat

E. Teknik Analisis Data


Melakukan analisis berarti melakukan kajian untuk mengenali
struktur suatu fenomena. Analisis dilaksanakan dengan melakukan
telaah terhadap fenomena-fenomena secara keseluruhan, maupun
terhadap bagian-bagian yang membentuk fenomena tersebut serta
hubungan keterkaitan di antara unsur pembentukan fenomena.
Bongdan dan Taylor (1975:32) mendefinisikan analisis
data sebagai proses yang mencari usaha secara formal untuk
menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh
data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan
ide itu.
Pelaksanaan penelitian kelas (PTK), terdapat dua jenis data
yang dapat peneliti kumpulkan, yaitu: (a) data kuantitatif (nilai hasil
belajar siswa), di analisis dengan menggunakan statistik deskriptif,
(uji mean, persentase) yang dapat ditampilkan melalui tabel, grafik,
yang diinterpretasi dengan deskriptif kualitatif; (b) data kualitatif,
berupa informasi berupa deskripsi yang berkaitan tentang motivasi
belajar siswa, tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran,
pandangan siswa, teman sejawat terhadap materi, metode, media,
evaluasi yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, data atau informasi yang dikumpulkan
yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian akan dianalisis
berupa pengelompokan dan pengategorian data dalam aspek-aspek
yang telah ditentukan, hasil pengelompokan tersebut dihubungkan
dengan data yang lainnya untuk mendapatkan suatu kebenaran.
Sedangkan menurut Miles dan Huberman (1986) menyatakan bahwa

29
analisis data Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang
mempergunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks
yang diperluaskan atau dideskripsikan. Pada saat memberikan
makna pada data yang dikumpulkan, maka penulis menganalisis dan
menginterpretasikan. Karena penelitian bersifat Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), maka dilakukan analisis data pertama dikumpulkan
hingga penelitian berakhir secara simultan dan terus menerus.
Selanjutnya interpretasi atau penafsiran data dilakukan dengan
mengacau kepada rujukan teoretis yang berhubungan atau berkaitan
dengan permasalahan penelitian. Analisis data meliputi:
(1) Reduksi data.
(2) Display/penyajian data.
(3) Mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.

F. Produser dan Rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Siklus 1

EVALUASI

KESIMPULAN
Gambar. 1
Model 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Model John Elliot)2

2
Dadang Yudhistira, Menulis Penelitian Tindakan Kelas Yang APIK (Asli Perlu
Ilmiah Konsisten), (Jakarta: Gramedia, 2012), hal. 46

30
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
a) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk
mengetahui
Kompetensi dasar yang disesuaikan dengan konsep
konstruktivistik yang akan disampaikan kepada siswa
dalam pembelajaran; dengan berbasis; (i) belajar berbasis
masalah, (ii) belajar berbasis co-operative, (iii) belajar
berbasis kerja kelompok, (iv) pembelajaran langsung, dan
(v) belajar berbasis diskusi.
b) Membuat silabus pembelajaran dengan mengacu pada
tindakan (treatment) yang diterapkan dalam PTK
merancang.
c) Merancang strategi dan skenario penerapan pembelajaran
berbasis konstruktivistik.
d) Membuat lembar kerja siswa.
e) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
f) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
g) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun
instrumen
h) Pengumpulan data.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)


Deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja
tindakan perbaikan yang akan dikerjakan dan produser
tindakan yang akan diterapkan.
Contoh:
a) Penerapan metode tugas dan diskusi dengan membagi
siswadalam 4 kelompok.
b) Menyajikan materi pelajaran.
c) Diberikan materi diskusi per kelompok.
d) Dalam diskusi kelompok, guru mengarahkan kelompok.
e) Salah satu dari diskusi kelompok, mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
f) Guru memberikan kuis atau pertanyaan.

31
g) Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan
tanggapan
h) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
i) Melakukan pengamatan atau observasi.
j) Jenis data yang dikumpulkan, seperti makalah,
kliping, resume diskusi, perilaku siswa dalam diskusi.

3. Pengamatan/Observasi Tindakan (Observing)


Pengamatan dilakukan terhadap; (a) situasi kegiatan
belajar mengajar; (b) keaktifan siswa; dan (c) kemampuan
siswa dalam diskusi kelompok. Adapun instrumen yang
digunakan peneliti dalam pengamatan adalah (i) soal ujian,
kuis; (ii) lembar kerja (observasi), dan (iii) catatan lapangan.

4. Refleksi terhadap Tindakan (Reflecting)


Refleksi merupakan analisis, sintesis, dan penilaian
terhadap hasil perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan
yang dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Hopkins)
jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan
proses pengkajian ulang melalui siklus berikut yang meliputi,
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan sehingga
3
permasalahan dapat teratasi. Tahapan ini dimaksud untuk
uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan
refleksi berkaitan proses dan dampak tindakan perbaikan yang
dilaksanakan pada siklus kedua.

Siklus II
1. Perencana Tindakan
Tim peneliti (guru atau dosen) membuat rencana
pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

3
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Press Group, 2012), 28

32
2. Pelaksanaan Tindakan
Guru atau dosen melaksanakan pembelajaran berbasis
konstruktivistik berdasarkan rencana pemelajaran hasil
refleksi pada siklus pertama.

3. Pengamatan/Observasi Tindakan
Tim peneliti (guru atau dosen dan kolaborator) melakukan
pengamatan terhadap motivasi dan aktivitas pembelajaran
siswa.

4. Refleksi Terhadap Tindakan


Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
siklus kedua dan menyusun rencana (replaning) untuk siklus
ketiga.

Siklus III
1. Perencana Tindakan
Guru atau dosen (tim peneliti) membuat rencana
pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua.
2. Pelaksanaan Tindakan
Guru atau dosen melaksanakan pembelajaran berdasarkan
rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus kedua.
3. Pengamatan/Observasi Tindakan
Tim peneliti (guru atau dosen dan kolaborator) melakukan
pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran siswa di kelas.
4. Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
siklus ketiga dan menganalisis, menyintesis, dan
memverifikasi serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan tindakan (treatment) dalam
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Budi Pekerti.

33
G. Jadwal Penelitian

Bulanan ke-

No. Jadwal Kegiatan 7


1 2 3 4 5 6
1. Penyusunan Proposal √
2. Seminar Proposal √
3. Pembuatan Instrumen √
Penelitian
4. Izin Penelitian √
5. Menyiapkan Kelas √
6. Melakukan Siklus I √ √
7. Melakukan Siklus II √ √
8. Hasil Penelitian √ √
9. Seminar Hasil Penelitian √
10. Perbaikan Pelaporan √
11. Laporan Penelitian √

H. Daftar Pustaka
Depdiknas. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
reserch). Jakarta: Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru
Sekolah Menengah.
Depdiknas. 2005. Panduan Penyusunan Usulan dan Laporan
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Jakarta: Dirjen Dikti.
Eliot, John. 1991. Action Research Education Change. Philadelpia:
Open Ubiversity Press.
Madya, Suarsih. 20007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan
(Action Reserch). Bandung: Alfabeta.
Kemmis and McTaggart. 1994. The Action Research Planner.
Dekan University.
Kunanadar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

34
Suharsimi Arinkunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya.
Jakarta: Bumi Askara
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas
untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung:
Kerjasama Progam Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya.

35
BAB 4
PELAPORAN/SKRIPSI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Tahapan
Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan tahap
akhir yang penting dalam penelitian, laporan penelitian merupakan
pengomunikasian hasil penelitian kepada pembaca. Adapun secara
kompleks dimulai dari proses awal penelitian sampai dengan penyajian
hasil penelitian. Tujuan dari laporan penelitian melapor hasil penelitian
agar dapat dikomunikasikan kepada pembaca atau pengguna, di samping
tujuan bagi peneliti itu sendiri.

B. Format Sistematika Penyusunan Laporan/Skripsi Penelitian


(PTK)
Penyusunan laporan penelitian pada umumnya terdiri dari bagian-
bagian, adapun bagian kerangka laporan penelitian Tindakan Kelas (PTK)
sebagai berikut.
1) Bagian awal, berupa halaman sampul luar terdiri atas:
- HALAMAN JUDUL DAN IDENTITAS PENELITIAN
- ABSTRAK
- PERNYATAAN
- PERSEMBAHAN
- KATA PENGANTAR
- PENGESAHAN
- DAFTAR ISI
- DAFTAR LAMPIRAN
2) Bagian inti, memuat hal-hal sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Hipotesis Tindakan

36
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB 2 KAJAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
B. Penelitian yang Relevan
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian (Informan Penelitian)
C. Instrumen Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Prosedur Penelitian
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Setting Penelitian
B. Hasil Penelitian
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi Dan Saran

3) Bagian akhir, yaitu:


- DAFTAR PUSAKA
- LAMPIRAN-LAMPIRAN

C. Contoh-Contoh Ringkasan Laporan Penelitian Tindakan Kelas


(PTK)
Bagian ini akan menjelaskan dan menguraikan tentang ringkasan
laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang bersumber dari hasil
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dipublikasikan, sebagai
berikut.

 Ringkasan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh


Kunandar (2006)

37
Judul : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN
AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS V
SDN 01 KALI BARU JAKARTA UTARA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Kurikulum pengetahuan sosial disempurnakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan pengetahuan sosial;
2. Kesejahteraan bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya dan
modal yang bersifat fisik, tetapi juga bersumber pada modal yang
intelektual, sosial, dan kepercayaan. Dengan demikian, tuntutan
untuk memutakhirkan Pengetahuan Sosial menjadi keharusan;
3. Meningkatkan relevansi program pembelajaran pengetahuan sosial
dengan keadaan dan kebutuhan;
4. Wachidi (2020) tujuan pokok pembelajaran pengetahuan sosial
yaitu; (a) memberi pengetahuan kepada manusia bagaimana
bersikap terhadap benda-benda di sekitarnya; (b) dengan manusia
lainnya; (c) dengan masyarakat sekitar; (d) dengan alam sekitarnya;
(e) dengan tuhannya.
Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran
pengetahuan sosial mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam
mempersiapkan SDM yang unggul, andal, dan bermoral semenjak dini
(SD). Dengan demikian proses pembelajaran pengetahuan sosial harus
dikemas dengan metode yang menarik, menentang dan menyenangkan.
Agar pembelajaran pengetahuan sosial menjadi pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dapat dilakukan melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student teams
Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
dalam pembelajaran pengetahuan sosial.

38
B. Identifikasi Masalah
1. Pembelajaran pengetahuan sosial di kelas masih berjalan menonton.
2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.
3. Metode yang digunakan bersifat konvensional.
4. Rendahnya kualitas pembelajaran pengetahuan sosial.
5. Rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran pengetahuan sosial.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat
di rumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan tipe
STAD agar dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa di
dalam mata pelajaran dengan pengetahuan sosial?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan tipe
STAD agar dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa
dalam mata pelajaran pengetahuan sosial?

D. Cara Memecahkan Masalah


Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam PTK ini, yaitu
model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD (Student Teams
Achievement Devisions). Dengan model pembelajaran ini diharapkan hasil
belajar dan aktivitas murid dalam pembelajaran pengetahuan sosial
meningkat.

E. Hipotesis Tindakan
Dari perumusan masalah dan cara memecahkan masalah, dapat
peneliti rumuskan hipotesis tindakan, sebagai berikut.
1. Dengan diterapkan pembelajaran model kooperatif dengan tipe
STAD (Student Teams Achievement Devisions). Agar dapat meningkatkan
hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial?
2 Dengan diterapkan model pembelajaran model kooperatif dengan
tipe STAD (Student Teams Achievement Devisions). Agar dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran
pengetahuan sosial?

39
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) ini, sebagai berikut.
1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran
pengetahuan sosial.
2. Siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk
menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan.
3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu
mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
4. Seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas.

G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran pengetahuan sosial tidak monoton lagi.
2. ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, tidak konvensional,
tetapi bersifat variatif.
3. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun
kelompok meningkat
4. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan dan
saran meningkat.
5. Kualitas pembelajaran pengetahuan sosial meningkat.
6. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial
meningkat.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)


1) Konsep Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar
siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman
yang dapat menimbulkan permusuhan. Menurut Salvin
pembelajaran konstruktivitas dalam pengajaran menerapkan metode
pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa

40
siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep
yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep
tersebut.

2) Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

B. Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)


C. Hakikat Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
IPS

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Setting Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi: tempat
penelitian, waktu penelitian, dan siklus PTK, sebagai berikut.
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Kali
Baru 01 Jakarta Utara untuk mata pelajaran Pengetahuan Sosial.
Pemilihan Sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses pembelajaran di sekolah binaan LPMP DKI
Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan pada awal
tahun ajaran baru 2020/2021, yaitu bulan Agustus sampai bulan
Nopember 2020. Penentuan waktu penelitian mengacu pada
kalender pendidikan sekolah, karena PTK memerlukan siklus yang
membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
3. Siklus PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui dua siklus
untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam
mengikuti mata pelajaran Pengetahuan Sosial melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).

41
B. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Persiapan sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan
dibuat berbagai input instrumental yang akan di bangunkan untuk
memberikan perlakuan dalam PTK, yaitu kompetensi dasar (KD); (a)
kemampuan menghargai keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia;
(b) kemampuan memahami keadaan penduduk dan pemerintah Indonesia.
Selain itu akan dibuat perangkat pembelajaran berupa; (1) lembaran
kerja siswa; (2) lembaran pengamatan diskusi siswa: (3) lembaran
evaluasi. Persiapan juga akan disusun daftar kelompok diskusi yang dibuat
secara heterogen.

C. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas lima
yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21 orang dan laki-
laki 19 orang.

D. Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari
beberapa sumber, yakni:
(1) Siswa, untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar.
(2) Guru, untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi
pembelajaran model kooperatif dengan tipe STAD dan hasil belajar
serta aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
(3) Teman sejawat dan kolaborator, dimaksudkan sebagai sumber data
untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, dari sisi
siswa maupun guru.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini terdiri; tes, observasi, wawancara, dan diskusi teman sejawat.
1) Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar
siswa.
2) Observasi: dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data
tentang aktivitas siswa dalam PBM dan implementasi tipe STAD.

42
3) Wawancara: untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan
implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4) Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolaborator untuk refleksi
hasil siklus PTK.

Alat untuk pengumpulan data yang digunakan penelitian sebagai


berikut.
a) Tes/Ujian: menggunakan butir soal/instrumen soal untuk mengukur
hasil belajar siswa.
b) Observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
c) Wawancara: menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui
pendapat atau sikap siswa dan teman sejawat tentang pembelajaran
tipe STAD.
d) Diskusi: untuk mengetahui hasil belajar siswa tentang pembelajaran
tipe STAD.

F. Indikator Kinerja
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang akan dilihat indikator
kinerjanya proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD selain siswa
dan guru.
1) Siswa
a) Tes: rata-rata nilai ulangan harian
b) Observasi: keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
2) Guru
a) Dokumentasi: kehadiran siswa
b) Observasi: hasil observasi

G. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran.
1) Hasil Belajar: menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.

43
2) Aktivitas siswa dalam PBM: menganalisis tingkat keaktifan siswa
dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi,
sedang dan rendah.
3) Implementasi tindakan dalam pembelajaran kooperatif:
menganalisis tingkat keberhasilannya, kemudian dikategorikan
dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.

H. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini melalui dua
siklus, ketiga tahapan tersebut terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi tindakan sebagai
berikut.

Siklus I
1. Perencanaan tindakan, sebagai berikut.
a) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran.
b) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
(treatmen) yang diterapkan dalam PTK.
c) Membuat lembar kerja siswa.
d) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan
Deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja tindakan
perbaikan yang akan dikerjakan dan prosedur tindakan yang akan
diterapkan, sebagai berikut.
Contoh:
a) Membagi siswa dalam delapan kelompok.
b) Menyajikan materi pelajaran.
c) Diberikan materi diskusi.
d) Guru mengarahkan kelompok pada saat diskusi kelompok.
e) Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.

44
f) Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
g) Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
h) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
i) Melakukan pengamatan atau observasi.

3. Pengamatan Tindakan
Pengamatan-pengamatan dilakukan terhadap: (a) situasi kegiatan
belajar mengajar;(b) keaktifan siswa; dan (c) kemampuan siswa
dalam diskusi kelompok.

4. Refleksi Terhadap Tindakan


Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap
hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak
tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana
bagi tindakan siklus berikutnya.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini berhasil apabila:
1) Sebagian besar (75% dari siswa) berani dan mampu menjawab
pertanyaan dari guru.
2) Sebagian besar (70% dari siswa) berani menanggapi dan
mengemukakan pendapat tentang jawaban siswa yang lain.
3) Sebagian besar (70% dari siswa) berani dan mampu untuk
bertanya tentang materi pelajaran pada hari itu.
4) Lebih dari 80% anggota kelompok aktif dalam mengerjakan
tugas kelompoknya.
5) Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang
disediakan.

Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
Tim peneliti (guru) membuat rencana pembelajaran berdasarkan
hasil refleksi pada siklus pertama.
2) Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus
pertama.

45
3) Pengamatan terhadap Tindakan
Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan
terhadap aktivitas pembelajaran
4) Refleksi terhadap Tindakan
Tim Peneliti (guru dan kolaborator) melakukan refleksi terhadap
pelaksanaan siklus kedua dan menganalisis untuk serta membuat
kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tindakan
(treatment) dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bagian ini, penulis/peneliti harus menggambarkan atau


mendeskripsikan tentang beberapa bagian penting, di antaranya:
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian
B. Hasil Penelitian & Pembahasan

Struktur penulisan dan isi dari ketiga bagian tersebut, meliputi:


A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian
Pada bagian ini penulis/peneliti menggambarkan atau
mendeskripsikan tentang:
1) Identitas, alamat dan sejarah sekolah.
2) Kondisi fisik dan fasilitas sekolah secara umum.
3) Kondisi umum guru dan tenaga kependidikan.
4) Kondisi umum siswa.
5) Kondisi guru mata pelajaran (peneliti).
6) Kondisi media, alat dan penunjang PBM untuk mata pelajaran yang
sedang diteliti.

B. Hasil Penelitian & Pembahasan


1. Siklus I:
a) Perencanaan, sebagai berikut.

46
i. Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran.
ii. Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
(treatment) yang diterapkan dalam PTK.
iii. Membuat lembar kerja siswa.
iv. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
v. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

b) Pelaksanaan
Pada awal pelaksanaan siklus pertama belum sesuai dengan
rencana. Hal ini disebabkan; contoh:
1) Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar
berkelompok.
2) Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe STAD secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas dilakukan upaya sebagai
berikut.
i. Guru dengan intensif memberikan pengertian kepada siswa kondisi
dalam berkelompok, kerja sama kelompok, keikutsertaan siswa
dalam kelompok.
ii. Guru membantu memahami langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe STAD.

c) Pengamatan (Observation)
Pengamatan dilakukan terhadap: (1) situasi kegiatan belajar
mengajar; (2) keaktifan siswa; dan (3) kemampuan siswa dalam
diskusi kelompok.
(1) Hasil observasi aktivitas peserta didik dalam proses
pembelajaran dapat dilihat pada tabel 1 dan grafik 1 sebagai
berikut.

47
Tabel I
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I
Skor
Kelompok Skor Ideal Persentase (%) Keterangan
Perolehan
A 11 16 69
B 12 16 75
C 14 16 88 Tertinggi
D 10 16 63
E 8 16 50 Terendah
F 10 16 63
G 11 16 69
H 12 16 75
Rata-rata 11 16 69

Grafik I
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Belajar
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
A B C D E F G

(2) Hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada


siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau
61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi
karena guru lebih banyak berdiri didepan kelas dan kurang

48
memberikan pengarahan kepada peserta didik bagaimana
melakukan pembelajaran secara kooperatif tipe STAD.
(3) Hasil evaluasi siklus I. Penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran pun masih tergolong kuran. Dari skor ideal 100, skor
perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.

d) Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replaning)


Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus
pertama adalah sebagai berikut.
i. Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang
mengarahkan kepada pendekatan pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas
guru dalam proses pembelajaran hanya mencapai 61,36%.
ii. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Mereka
merasa senang dan antusias belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil
observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
hanya mencapai 69%.
iii. Hasil evaluasi siklus pertama mencapai rata-rata 6,20.
iv. Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas
dengan waktu yang ditentukan, hal ini karena anggota kelompok
tersebut kurang serius dalam belajar.
v. Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam
mempretensikan kegiatan.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan
yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus
kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1) Memberikan motivasi kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3) memberikan pengakuan atau penghargaan (reward).

2. Siklus II
a) Perencanaan
Perencanaan siklus kedua berdasarkan repleaning siklus pertama,
sebagai berikut.

49
i. Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif dalam
pembelajaran.
ii. Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
iii. Memberikan pengakuan atau penghargaan (reward).
iv. Membuat perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
b) Pelaksanaan
Pada pelaksanaan siklus kedua, sebagai berikut.
i. Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Tugas yang diberikan guru kepada
kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu
dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok
menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi
antara sesama anggota kelompok.
ii. Sebagian besar peserta didik termotivasi untuk bertanya dan
menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
iii. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah
mulai tercipta.
c) Pengamatan (Observation)
Adapun hasil observasi pada siklus II ini sebagai berikut.
i. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran selama siklus
kedua dapat terlihat pada tabel dan grafik berikut.

Tabel 2
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II
Skor Skor
Kelompok Persentase (%) Keterangan
Perolehan Ideal
A 12 16 75
B 13 16 81
C 14 16 88 Tertinggi
D 11 16 69
E 10 16 63 Terendah
F 11 16 69
G 12 16 75

50
Skor Skor
Kelompok Persentase (%) Keterangan
Perolehan Ideal
H 13 16 75
Rata-rata 12 16 74

Grafik 2
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Belajar Siklus Kelas II
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
A 75 B 81 C 88 D 69 E 63 F 69 G 75 H 75

KELOMPOK

ii. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus kedua


tergolong peningkatan yang baik. Hal ini berarti mengalami
perbaikan dari siklus pertama. Dari skor ideal 44 nilai yang
diperoleh adalah 35 atau 80%.
iii. Hasil evaluasi penguasaan peserta didik terhadap materi
pembelajaran pada siklus kedua juga tergolong sedang yakni dari
skor ideal 100 nilai rata-rata skor yang diperoleh adalah 70 atau
70%.
iv. Hasil ulangan hari kedua (setelah menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD juga mengalami peningkatan yang
sebelumnya dengan skor 5,48 menjadi 6,53 setelah dilakukan
pembelajaran kooperatif naik 1,05.

51
d) Refleksi
Keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah
sebagai berikut.
i. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran sudah
mengarahkan ke pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini
tergambar dalam, (1) siswa mampu membangun kerja sama
dalam memahami tugas yang diberikan oleh guru; (2) siswa
mulai mampu mulai berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat
waktu dalam melaksanakannya; (3) siswa mulai mampu
mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat
dari kata observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69%
pada siklus pertama menjadi 74% pada siklus kedua.
ii. Meningkatnya aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran
didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam
mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Guru intensif membimbing peserta didik
dalam mengalami kesulitan proses pembelajaran, hal ini dapat
dilihat hasil observasi aktivitas guru proses pembelajaran
meningkat dari 61, 36% pada siklus pertama menjadi 80% pada
siklus kedua.
iii. Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi
terhadap kemampuan peserta didik menguasai materi
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi 6,20 pada
siklus pertama menjadi 7,00 pada siklus kedua.
iv. Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan
harian I) sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
STAD menjadi 6, 53 (ulangan II) setelah menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions).

52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat
disimpulkan sebagai berikut. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat memperbaiki dan
meningkatkan aktivitas proses pembelajaran. Dari hasil observasi ini
memperlihatkan bahwa peningkatan aktivitas siswa yang pada siklus I
hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus II. Kemampuan dalam
diskusi kelompok juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hal ini
dapat dilihat mulai terbiasa dengan belajar dalam kelompok. Penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian (rata-rata ulangan
harian I tanpa pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) 5,48 menjadi 6,53.
Pembelajaran STAD relevan dengan pembelajaran kontekstual.
Memulai pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions), siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-
langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai
oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions),
pembelajaran Pengetahuan Sosial lebih menyenangkan.

B. Saran
Telah terbuktinya pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial, maka kami
sarankan sebagai berikut.
1. Kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran
Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.

53
2. Kegiatan pembelajaran ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru
dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara
berkesinambungan dalam pelajaran Pengetahuan Sosial maupun
pelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru.


Bestari.
Aries S., Erna Febru. 2012. Penelitian Tindakan Kelas: Teori dan
Aplikasinya. Aditya Media.
Asmani, Jamal Mamur. Tips Pintar PTK Penelitian Tindakan Kelas.
Laksana.
Badrujaman, Aip. 2010. Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk
Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas. Trans Info Media.
Borg & Gall. 2003. Educational Research. New York: Allyn and Bacon.
Depdiknas. 2006. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) (Classroom Action Research). Jakarta: Ditjen
Dikti. Direktorat Ketenagaan.
Hendriana, Heris dan Afrilianto. 2014. Panduan Bagi Guru- Penelitian
Tindakan kelas- Suatu Karya Ilmiah. Refika Aditama.
Hufad, Achmad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Press.
Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Rosda.
Setiawan, Risky. 2017. Penelitian Tindakan Kelas (Action Research) Teori
dan Praktik. Yogyakarta: Parama Publishing.
Suharsimi, Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan
Praktiknya. Cet. Ke-4. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukardi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas:
Implementasi dan Pengembangannya. Bumi Aksara.

54
Suyitno, Imam. 2011. Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah
Dalam Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Refika
Aditama.
Yuliantoro, Agus. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Dengan Metode
Mutakhir untuk Pengembangan Profesi Guru. Andin Publishing.

55
BAB 5
PELAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hakikatnya pendidikan merupakan suatu bentuk usaha dasar untuk
memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan
pribadi yang kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas. Oleh karena
itu, masalah pendidikan tak akan pernah selesai, sebab hakikat manusia itu
sendiri selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupan. Namun,
tidaklah berarti bahwa pendidikan harus berjalan secara alami. Pendidikan
tetap memerlukan inovasi-inovasi sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai manusia, baik
sebagai mahluk sosial maupun sebagai mahluk religius.
Abraham Maslow adalah psikolog humanis yang berpendapat
bahwa manusia dapat bekerja ke arah kehidupan yang lebih baik. Untuk
menyokong pendapat itu, Maslow menggunakan pendekatan yang berbeda
dengan paham behaviorisme dan spikonalisi. Maslow menguji secara kritis
pendapat tradisional tentang pendekatan hedonistik dan reduksi dorongan
sebagai sumber dorongan tingkah laku manusia. Maslow mengeluarkan
pendapat behaviour kebutuhan-kebutuhan manusia secara hierarkis.
Apabila kebutuhan dasar manusia terpenuhi akan mempunyai keinginan
lebih tinggi lagi dari sebelumnya.4 Pada saat sekarang ini, menjadi seorang
guru tidak hanya berdiri di depan kelas berceramah tentang materi yang
ada di buku panduan. Namun lebih dari itu, guru harus memiliki beragam
kompetensi untuk menunjang profesionalitas tugas dan perannya. Salah
satu pembuktian dari kompetensi seorang guru ialah bagaimana ia mampu

4
Purwa Atmaja Prarwira, 2012. Psikologi Pendidikan dalam perspektif baru., Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta, hal 332

56
memandu dan menciptakan proses pembelajaran agar dapat mencapai
target kompetensi yang hendak di capai.
Pertama yang harus diperhatikan oleh guru adalah efektifitas. Ini
karena tatap muka pertemuan antar guru dan peserta didik terbatas dengan
padatnya materi yang harus disampaikan. Maka dari itu, tidak bisa tidak,
pembelajaran secara efektif dengan memaksimalkan jam pelajaran yang
disediakan. Kedua efektifitas tidak hanya berkaitan dengan persoalan
materi yang telah rampung diselesaikan, tetapi bagaimana peserta didik
mampu memahaminya dan yang paling penting tujuan dari pembelajaran
dapat tercapai.5
Pembelajaran setiap siswa juga pasti mempunyai motivasi untuk
belajar. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari
luar yang dapat mendorong siswa agar mau belajar. Motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya ada beberapa
indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Di mana dorongan internal
dalam diri siswa sendiri yaitu keinginan berhasil untuk belajar dan
kebutuhan akan cita maka akan timbul kebutuhan yang lebih tinggi lagi.
jika kebutuhan lebih tinggi tersebut pun terpenuhi lagi. Manusia akan
mempunyai keinginan lebih tinggi lagi dari sebelumnya. 6 Pada saat
sekarang ini, menjadi seorang guru tidak hanya berdiri di depan kelas
berceramah tentang materi yang ada di buku panduan. Namun lebih dari
itu, guru harus memiliki beragam kompetensi untuk menunjang
profesionalitas tugas dan perannya. Salah satu pembuktian dari kompetensi
seorang guru ialah bagaimana ia mampu memandu dan menciptakan
proses pembelajaran agar dapat mencapai target kompetensi yang hendak
di capai.
Pertama yang harus diperhatikan oleh guru adalah efektifitas. Ini
karena tatap muka pertemuan antar guru dan peserta didik terbatas dengan
padatnya materi yang harus disampaikan. Maka dari itu, tidak bisa tidak,
pembelajaran secara efektif dengan memaksimalkan jam pelajaran yang

5
Kompri, 2015, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, hal: 36
6
. Purwa Atmaja Prarwira, 2012. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru., Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta, hal 332

57
disediakan. Kedua efektifitas tidak hanya berkaitan dengan persoalan
materi yang telah rampung diselesaikan, tetapi bagaimana peserta didik
mampu memahaminya dan yang paling penting tujuan dari pembelajaran
dapat tercapai.7
Pembelajaran setiap siswa juga pasti mempunyai motivasi untuk
belajar. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari
luar yang dapat mendorong siswa agar mau belajar. Motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya ada beberapa
indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Di mana dorongan internal
dalam diri siswa sendiri yaitu keinginan berhasil untuk belajar dan
kebutuhan akan cita- cita, sedangkan eksternal berasal dari luar siswa yaitu
adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan yang
menarik. 8
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-
komponen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam ruang lingkup yang lebih sempit yaitu suatu proses pembelajaran di
dalam kelas dalam suatu sekolah. Artinya bahwa proses pembelajaran di
dalam kelas juga merupakan sebuah sistem. Proses pembelajaran di dalam
kelas sebagai sebuah sistem mempunyai banyak komponen antara lain:
guru, siswa, tujuan, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media
pembelajaran, evaluasi dan lain-lain. 9
Tujuan pendidikan nasional berdasarkan undang-undang No. 20
tahun 2003, yaitu pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. 10 Oleh karena itu, pendidikan merupakan pemerataan

7
Fathurrohman Muhammad dan Sulistyorini, 2012, Belajar dan Pembelajaran
Membantu Meningkatkan Mutu Pembelajaran, Teras, Sleman Yogyakarta, hal:13
8
Yusuf Syamsul LN, 2014, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, hal: 95
9
Nafis Muhammad Muntahibun, 2011, Ilmu Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta, hal:
26
10
Uyoh Sadullah,Agus Muharram, 2014, Pedagogik (Ilmu Mendidik), Alfabeta,
Bandung, hal 5

58
dan peningkatan pendidikan agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai
secara merata. Dalam suatu lembaga pendidikan khususnya sekolah, agar
tercapai tujuan harus ada kerja sama yang baik antar anggotanya. 11
Misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, antarsiswa dan guru haruslah
bekerja sama supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasilnya
memuaskan. Namun kenyataan yang ada di lapangan adalah semakin
merosotnya keinginan untuk belajar di antara para siswa. Hal ini sangatlah
menimbulkan permasalahan bagi kalangan para guru. Suatu indikatornya
bagi kalangan para siswa di antaranya adalah:
1. Tidak optimal siswa untuk belajar.
2. Frekuensi belajar siswa yang semakin menurun (jarang).
3. Tidak adanya komitmen untuk bertanggung jawab memenuhi tugas-
tugas sekolah.
4. Semakin merosotnya hasil belajar yang di dapat (diperoleh) oleh
siswa.
Guru memiliki peran yang penting dalam proses belajar di sekolah.
Guru memiliki peran ganda dalam proses pembelajaran yaitu
menyampaikan materi pembelajaran dan sebagai manajer dalam
pengelolaan kelas.
Pengertian pengelolaan kelas itu sendiri adalah serangkaian tindakan
guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku yang
diharapkan dan menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan,
menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional
yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang
produktif dan efektif. 12 Sedangkan tujuan pengelolaan kelas adalah untuk
meneliti atau objek atau sasaran pendidikan yang mempengaruhi hasil
pembelajaran di kelas.13 Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu kita sebagai guru memang

11
Wiyani Ardy Novan, 2012, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Takwa, Teras,
Sleman Yogyakarata, hal: 182
12
Sri Anita W, 2010, Strategi Pembelajaran di SD, Universitas Terbuka, Jakarta, hal
10.4
13
Jasa Ungguh Muliawan, 2018, Penelitian Tindakan Kelas(Classroom Action
Research), Gava Media, Yogyakarta, hal 3.

59
mempunyai peranan sangat penting dalam masalah pengelolaan kelas.
Agar supaya pembelajaran di kelas bisa berjalan dengan semestinya.
Kebijakan Konsep Dasar Manajemen Pengelolaan Kelas adalah PP
no 19 tahun 2005 pasal 1 ayat 9 tentang standar nasional pendidikan. PP
tersebut menguraikan bahwa “Standar pengelolaan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan perancangan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten, atau kota, provinsi. Atau nasional agar tercapai efisiensi atau
nasional, agar tercapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
pendidikan.”14 Usaha peningkatan strategi dan kualitas dalam
pembelajaran, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat Ar-Ra’du: 11:

ٰٔ ‫َّللاَ ََل يُغَ ِيّ ُر َها ِبقَ ْْ ٍم َحخ ه‬ ِ ‫ظًََُْ ِه ْي أ َ ْه ِر ه‬


‫َّللا ۗ ِإ هى ه‬ ُ َ‫لََُ ُهعَ ِقّبَاثٌ ِه ْي بَي ِْي يَذَ ْي َِ َّ ِه ْي خ َْل ِف َِ يَحْ ف‬
ٍ َّ ‫سْ ًءا فَ ََل َه َرده لََُ ۚ َّ َها لَ ُِ ْن ِه ْي دًُِّ َِ ِه ْي‬
‫ال‬ ‫يُغَيِّ ُرّا َها بِأ َ ًْفُ ِس ِِ ْن ۗ َّ ِإرَا أ َ َرادَ ه‬
ُ ‫َّللاُ بِقَ ْْ ٍم‬
)١١( ‫الرعد‬ ّ ‫سورة‬
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.15

Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:

َ ‫ َّ ِس‬,‫سلَ َن‬
,‫ين‬ َ َّ َِ ‫علَ ْى‬
َ ‫ص هل ا هلل‬ ُ ‫ قِا ِل ِر‬,ٌَُْ ‫ٔ هللا ِع‬
ِ ‫س ْْ ُل ا هلل‬ ِ ‫بٔ ُ َُر ىْر ة َ َر‬
َ ‫ض‬ ِ َ ‫ع ْي ا‬ َ
)ٓ ‫(ر َّاٍُ ا لبُخَا ِر‬َ َ‫عت‬ َ ‫ اِ رَ ا َلَ ْه ُر ا ً ِلٔ ِغى ِْر ا َ ُْل َِ فَ ٌْخ َِظ ِر ا لسّا‬, ُ‫س ِو ْعج‬
َ
“Dari Abi Hurairah r.a., Rasulullah saw bersabda, saya telah mendengar
apabila suatu urusan diserahkan pada bukan ahlinya, maka tunggu saat
kehancurannya (HR. Bukhari).”16

14
Faizal Djabadi, 2016, Manajemen Pengelolaan Kelas, Madani. Malang, Jatim, hal 40
15
Departemen Agama RI, 2005, Al-Quran dan Terjemah, Gema Risalah Pres, Bandung,
hal 370
16
Ai-Albani Nasruddin, 2003, Mukhtasar Shahih Al-Imam Al Bukhari, Al- Maktab Al-
Islami, Jakarta, hal: 744

60
Penyampai materi pelajaran bagi guru tentu bukan hal yang sulit
karena guru sudah menempuh pendidikan yang tinggi dan juga sudah
membuat perencanaan pembelajaran sebelumnya. Namun ada untuk
menjadi seorang manajer pengelolaan kelas yang baik, belum semua guru
mampu melaksanakannya.
Awal sudah di kemukakan adanya gejala-gejala suasana kelas yang
kurang konduktif karena penurunan belajar siswa. Tinggi rendahnya kadar
aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi guru oleh strategi atau
pendekatan mengajar yang digunakan. 17 Untuk itu kiranya menjadi hal
yang perlu di perhatikan guru yaitu seorang guru harus mampu
membangkitkan kembali keinginannya belajar siswa agar dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang di inginkan.
Pemberian rangsangan dari guru seperti memberi pujian atau
memberi hadiah akan sangat mempengaruhi keinginan belajar siswa yang
di harapkan dalam diri siswa akan tumbuh keinginan belajar baik dalam
mengerjakan tugas maupun berkompetisi dengan teman sehingga
pembelajaran menjadi aktif dan siswa juga semangat menerima pelajaran.
Prinsip pujian dan menerima imbalan menegaskan bahwa manusia
secara universal terdorong untuk melakukan sesuatu karena imbalan.
Kemampuan drill atau imbalan, baik dalam perilaku binatang maupun
manusia sudah terbukti, sebagai contoh antara lain seekor lumba-lumba
yang cerdik dalam sirkus mau melakukan perintah pawangnya. karena ada
imbalannya. Guru sering kali lupa akan hal ini sehingga mereka
kebanyakan kikir untuk memberikan drill dalam bentuk pujian kepada
anak-anak yang sebenarnya pada konteks-konteks tertentu di perlukan.
Bahkan sebaliknya, kebanyakan guru-guru cenderung lebih banyak
mengatur dan memarahi dari pada memberi pujian tatkala siswa bisa
menunjukkan kemampuannya.
Masalah ini menyangkut suatu komunitas kelas, guru harus
mempertimbangkan berbagai hal dalam mengambil suatu tindakan.

17
Hernawan Herry Asep, 2014, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD,
Universitas Terbuka, Tanggerang Selatan, hal: 1.28

61
Tindakan yang diambil guru sebaiknya mampu memberikan dampak yang
bersifat klasikal bukan individual. 18
Drill ini adalah untuk memotivasi belajar siswa supaya lebih aktif
dan rajin dalam belajar serta dalam mengerjakan tugas. Apabila siswa
terbiasa mendapatkan hasil yang memuaskan diharapkan menjadikan sadar
dengan sendirinya bahwa hal tersebut mendapat dampak yang baik bagi
dirinya sendiri. Siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari,
menjadikan dirinya pintar dan siswa akan terbiasa kalau belajar itu adalah
suatu keharusan bagi dirinya sendiri.
Penelitian melaksanakannya studi pendahuluan yaitu dimulainya
dengan cara observasi. Dilihat dari lingkungan sekolah yang berada di
kawasan taman industri, di mana sekeliling sekolah adalah perusahaan dari
berbagai perusahaan asing dan domitori atau mes, tempat para pekerja
yang diberikan tempat tinggal oleh perusahaan. Terdapat pula hanya ada
dua tempat ibadah yaitu tempat ibadah masjid dan gereja. Letak dari
sekolah itu sendiri berada dekat perbukitan yang sekelilingnya masih
terdapat hutan lindung yang masih dalam pengawasan Batamindo. Area
dari sekolah itu sendiri masih dalam kompleks Masjid Nurul Iman dan
santri Pondok IBS (para pekerja yang menjadi santri pesantren).
Lembaga Pendidikan Islam sebagai kehadirannya ilmu pengetahuan
dimasyarakat, sehingga anak-anak masyarakat islam tidak hanya belajar di
masjid tetapi ada juga lembaga-lembaga seperti kuttab (pondok
pesantren).19 Kelembagaan pendidikan sekolah dasar islam terpadu ini
masih dalam Yayasan Islam Al Kautsar. Di antaranya dari mulai Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), pendidikan TK/RA (Raudhatul Athfal),
SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu). SDIT Al Kautsar Madani ini di
bawah pengawasan dinas pendidikan. Dengan menggunakan kurikulum
untuk saat yang sekarang ini Kurikulum K13. Mulai dari awal
menggunakan Kurikulum K13 semua dari kelas rendah sampai kelas
tinggi. Keadaan dari sekolah itu sendiri untuk gedung lantai menggunakan
keramik ada pagar atas yang terbuat dari terali.
18
Suryo Subroto, 2013, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, hal:
29
19
Fathurrohman Muhammad dan Sulistyorini, 2012, Implementasi Manajemen
Peningkatan Mutu Pendidikan Islam Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam secara
Holistik (Praktek dan Teoritik), Teras, Sleman Yogyakarta, hal: 342

62
`Substansi pendidikan sekolah itu sendiri pembangunan pendidikan
tidak bisa dilepaskan dari sekolah sebagai institusi pendidikan, oleh karena
itu berbicara mengenai pembangunan pendidikan tentunya berkaitan
dengan pembangunan sekolah secara utuh terhadap komponen-
komponennya, yaitu: sarana prasarana, guru, kurikulum, dan tenaga-tenaga
pendukung pendidikan. 20 Pada umumnya sekolah terjebak pada formalitas,
baik dalam penyusunan kurikulum maupun dalam pelaksanaan
pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran banyak ditujukan pada
penyiapan siswa untuk melaksanakan Ujian Nasional dengan pendekatan
pembelajaran menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tentunya
masih jauh dari substansi pendidikan.
Eksistensi dalam pengamatan perkembangan dalam perjalanannya
dari awal berdiri cukup bagus. Dari kegiatan penerimaan murid baru setiap
tahunnya. Sesuai dengan visi dan misinya kegiatan-kegiatan kependidikan
yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang
kehidupan manusia yang meliputi keagamaan, keluarga, ekonomi,
kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan. Tapi pada eksistensinya pada
umumnya belum ada pemerataan.
Manajemen kepemimpinan, seoarang kepemimpinan dikatakan
sudah berhasil seharusnya paham dengan kepemimpinannya. Menurut
Suhartini Arikunto kepemimpinan merupakan usaha yang dilakukan untuk
mempengaruhi anggota kelompok agar mereka dengan suka rela
menyumbangkan kemampuan secara maksimal demi pencapaian tujuan
kelompok yang telah diterapkan. 21 Dalam rangka melaksanakan tugas
kepemimpinan, kualitas kepala sekolah menjadi sangat penting, oleh
karena laju perkembangan kegiatan/program pendidikan yang ada di setiap
sekolah ditentukan oleh arahan, bimbingan serta visi misi yang ingin
dicapai oleh kepala sekolah. Sebagaimana dikutip Idhochi Anwar
mengemukakan empat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimipin pendidikan, antara lain:

20
Nafis Muntahibun Muhammad, 2011, Ilmu Pendidikan Islam, Teras, Sleman
Yogyakarta, hal: 28
21
Shulhan Muwahid dan Soim, 2013, Manajemen Pendidikan Islam Strategi Dasar
Menuju Peningkatan Mutu Pendidikan Islam, Teras, Sleman Yogyakarta, hal: 119

63
1) Kemampuan mengorganisasikan dan memantau staf dalam
merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk
program yang lengkap.
2) Kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan
pada diri sendiri dan para guru serta staf sekolah.
3) Kemampuan untuk membina dan memupuk kerja sama dalam
mengajukan dan melaksanakan program supervisi.
4) Kemampuan untuk mendorong dan membimbing para guru dan staf
agar dengan rela dan tanggung jawab berpartisipasi secara aktif pada
setiap usaha sekolah untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti sangat tertarik dan
merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap Penerapan Metode
Drill Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas V SDIT Al
Kautsar Madani Kecamatan Batu Aji Kota Batam.

B. Alasan Penelitian Judul


1. Penulis melihat ada sesuatu yang menarik dalam penerapan metode
drill dalam motivasi belajar siswa.
2. Untuk memberikan suatu yang berbeda terhadap semangat belajar
siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Peneliti memilih lokasi ini karena selain sekolah SDIT Al Kautsar
Madani masih baru dan butuh metode pembelajaran yang sesuai
untuk meningkatkan pengetahuan siswa.

C. Penegasan Istilah
a. Penerapan
Penerapan berarti pelaksanaan, yang berasal dari teori, kemudian
diterapkan pada lapangan (dilaksanakan).
b. Metode: Metode berasal dari kata “method” yang berarti cara.
Menurut Kamus Ilmiah Populer Internasional, “method” atau
metode adalah cara yang disusun secara teratur, mapan, sistematis

64
sebagai landasan untuk suatu kegiatan tertentu atau pelaksanaan
tertentu.22
c. Drill: Ganjaran, penghargaan, hadiah, imbalan.
d. Motivasi: Dorongan yang timbul pada diri seseorang atau secara
sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu.
e. Meningkatkan: Menaikan, mempertinggi, memperhebat.
f. Belajar: Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
g. Siswa: Anak sekolah atau anak didik.
h. Kelas: Ruang belajar yang ada disekolah. 23
i. Sekolah: Bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar. Serta
tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya).
j. Dasar: Sekolah tempat memperoleh pendidikan sebagai dasar
pengetahuan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
k. Islam: Agama Islam.
l. Terpadu: Kurikulum yang memadukan semua mata pelajaran ke
dalam bentuk permasalahan.

D. Permasalahan
a. Identifikasi Masalah
1. Apakah terdapat motivasi siswa dalam belajar PAI?
2. Apakah pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan menggunakan
metode drill pada siswa?
3. Apakah upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar PAI?
4. Apakah terdapat cara meningkatkan nilai pengetahuan pembelajaran
siswa yang rendah dikarenakan rendahnya minat belajar siswa?
5. Apakah dapat meningkatkan belajar siswa yang bermasalah dalam
pembelajaran PAI pada siswa?

b.
Batasan Masalah
Batasan masalah yang penulis fokuskan adalah bagaimana
penerapan metode drill dalam meningkat motivasi belajar PAI siswa kelas
V SDIT Al Kautsar Madani Kecamatan Batu Aji Kota Batam.

22
H. Mahmud.2012.Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.Alfabeta.Bandung,,hal: 14
23
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005 (Jakarta: Balai Pustaka) 529

65
c. Rumusan Masalah
Latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka dirumuskan
masalah antara lain:
Apakah penerapan metode drill dapat meningkatkan motivasi
belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SD Al Kautsar Madani
Kecamatan Batu Aji Kota Batam?

E. Tujuan dan Manfaat penelitian


a. Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
Untuk memperbaiki, mengevaluasi dan menganalisa apakah
penerapan metode drill dapat meningkatkan motivasi belajar PAI
siswa kelas V SDIT Al Kautsar Madani Kecamatan Batu Aji Kota
Batam.
b. Manfaat Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama
Islam kepada siswa.
2. Untuk peningkatan pembelajaran karena penulis seorang guru
Pendidikan Agama Islam.

F. Sistematika penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab di antaranya yaitu:
BAB I Pendahuluan
- Berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan
- (identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah),
- tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II Tinjauan Pustaka
- Berisi tentang kajian teoretis, penelitian relevan dan operasional
variabel.
BAB III Metodologi
- Berisi tentang waktu dan lokasi penelitian, subjek dan objek
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
BAB IV Penyajian Dan Analisis Data

66
- Berisi tentang tinjauan umum lokasi penelitian, penyajian data
dan analisis data.
BAB V Penutup
- Berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretis
1. Pengertian Penerapan
Pengertian penerapan yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh
para ahli pendidikan, di antaranya:
a. Pengertian penerapan menurut Wahab dalam Van Meter dan Van
Hom “penerapan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik
oleh individu-individu atau kelompok-kelompok yang diarahkan
pada tercapainya tujuan yang telah di gariskan dalam keputusan”.
Dalam hal ini penerapan adalah pelaksanaan sebuah hasil karya
yang diperoleh melalui sebuah cara agar dapat dipraktikkan kedalam
masyarakat.
b. Pengertian penerapan menurut JS Bahdudu dan Sutan Muhammad
Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil.
c. Pengertian menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktikkan,
memasangkan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara
individu maupun kelompok dengan maksud mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.

Adapun unsur-unsur penerapan meliputi:


a) Program yang dilaksanakan.
b) Kelompok target, yaitu siswa-siswi yang menjadi sasaran dan
diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

67
c) Pelaksanaan baik organisasi atau perorangan yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari
proses penerapan tersebut.

2.Metode
Pengertian metode yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh para
ahli pendidikan, di antaranya:
a. Majid: metode merupakan rencana menyeluruh tentang penyajian
materi secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. 24
b. Wina Sanjaya: metode adalah upaya mengimplementasikan rencana
yang sudah di rencana yang sudah di susun dalam kegiatan nyata.
Istilah drill sama dengan tsawab atau ganjaran, didapatkan dalam
Al-Qur’an dengan menunjukkan apa yang diperbuat oleh seorang
dalam hal ini kebiasaan anak dan remaja di kehidupan ini.

Sebagaimana Firman Allah:

           

  

“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah


menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian
mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.” (Q.S. Al-Ankabuut: 19)25

Pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode


adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
tertentu, antara lain jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak
didik supaya dapat tercapai tujuan belajar mengajar.

24
Heri Gunawan, 2012, Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Alfabeta, Bandung. Hal 164
25
Departemen Agama RI, 2005, Al-Quran dan Terjemah, Gema Risalah Pres, Bandung,
hal 100

68
c. Pengertian Metode Drill
Mengenai definisi atau pengertian metode drill, para ahli
memberikan definisi yang agak sedikit berbeda meskipun pada intinya
definisi-definisi tersebut sama. Di antaranya:
1) Menurut Roestiyah, ialah suatu teknik yang dapat diartikan
sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau
keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.26
2) Menurut Ramayulis, metode drill atau disebut latihan siap
dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan
latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan
melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat
disempurnakan dan siap-siagakan.27
3) Menurut Abdul Majid, suatu rencana menyeluruh tentang
penyajian materi secara sistematis dan berdasarkan pendekatan
yang ditentukan dengan cara latihan agar pengetahuan dan
kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh
peserta didik.28
4) Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas, metode drill
adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan- kebiasaan tertentu.29
d. Tujuan Penggunaan Metode Drill
1) Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan
agar siswa memiliki keterampilan motoris/gerak; seperti
menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakan alat/membuat
suatu benda; melaksanakan gerak dalam olahraga.
2) Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan,
membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam
hitung mencongak.

26
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 125
27
Ramayulis, Metodologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 349
28
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Study Kompetensi Guru,
(Bandung: PT. Rosda Karya, 2016), 133
29
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hal. 95

69
3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan
dengan hal lain, seperti hubungan sebab-akibat banyak hujan-
banjir;
4) penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain
e. Tujuan Penggunaan Metode Drill
Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan
agar siswa:
1) Memiliki keterampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan
kata-kata, menulis, mempergunakan alat/membuat suatu benda;
melaksanakan gerak dalam olahraga.
2) Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan,
membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam
hitung mencongak.
3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan
dengan hal lain, seperti hubungan sebab-akibat banyak hujan-
banjir.
f. Syarat-syarat Metode Drill
Dalam menjalankan metode drill, ada beberapa syarat yang harus
ditempuh untuk hasil yang optimal. Antara lain:
a. Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.
1) Agar hasil latihan memuaskan, minat intrinsik diperlukan.
2) Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas.
3) Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi.
b. Latihan-latihan hanyalah untuk keterampilan tindakan yang
bersifat otomatik.
c. Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/daya
tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani.
d. Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga
murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah.
e. Latihan diberikan secara sistematis.
f. Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena
memudahkan pengarahan dan koreksi.
g. Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang
ilmunya.

70
3. Kelebihan Metode Drill
a. Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
b. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para peserta didik
yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu
keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari.
c. Pendidik lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana
peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dana mana yang
kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta
didik di saat berlangsungnya pengajaran.
d. Pada pelajaran agama dengan metode drill (latihan siap) ini
peserta didik menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat
untuk beramal kepada Allah.

4.
Motivasi
Pengertian Motivasi yaitu sebagaimana di kemukakan oleh para ahli
pendidikan, di antaranya:
a. Sudirman dengan mengutip pendapat MC. Donald, “motivasi
merupakan perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.30
b. A.W. Bernard memberikan pengertian motivasi sebagai
fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan ke arah
tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada
gerakan sama sekali ke arah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi
merupakan usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk
mencapai tujuan tertentu.31

30
Heri Gunawan, 2012, Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Alfabeta, Bandung, hal 72
31
Purwa Atmaja Prawira, 2012, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta, hal 319

71
Surah Al-Imran ayat 139:
)١٣١( ‫َّ ََل ح َ ٌُِِْا َّ ََل حَحْ زَ ًُْا َّأ َ ًْخ ُ ُن ْاْل َ ْعلَ ْْىَ ِإ ْى ُك ٌْخُ ْن ُهؤْ ِهٌِييَ سْرة آل عوراى‬
Artinya: “Janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati,
sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman”. (Q.S.
Al-Imran: 139).32

Penjelasan dari uraian tersebut dapat dikaitkan betapa pentingnya


peran motivasi dalam kegiatan belajar (pembelajaran) karena dengan
adanya motivasi siswa tidak hanya akan belajar dengan giat tetapi juga
menikmatinya. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Hasil belajar
akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.
a. Macam-macam Motivasi
Mengenal berbagai tentang macam atau jenis motivasi ini dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang tetapi khusus untuk motivasi
belajar, para ahli membedakan dalam dua golongan yaitu 33
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
anak sendiri. 34 Suatu kegiatan/aktivitas yang dimulai dan diteruskan
berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Dorongan ini datangnya
dari “hati sanubari”, umumnya karena kesadaran akan pentingnya
sesuatu, dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian
dengan bidang yang dipelajari.
Motivasi intrinsik lebih menekankan pada faktor dari dalam
sendiri, motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Pada motivasi intrinsik “tidak
ada sasaran tertentu dan karenanya tampak lebih sesuai dengan
dorongan asal dan yang murni untuk mengetahui serta melakukan
sesuatu (aktivitas)”. Sebagai contoh seseorang yang senang

32
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, Gema Risalah Pres, Bandung, hal 98
33
Muhammad Fathurohman & Sulistyorini, 2012, Belajar dan Pembelajaran Membantu
Meningkatkan Waktu PembelajaranSesuai Standar Nasional, Sukses Offset, Sleman
Yogyakarta
34
Purwa Atmaja Prawira, 2012, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta, hal: 342

72
membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau yang mendorongnya,
ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibaca.

2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah “motivasi atau tenaga-tenaga
pendorong yang berasal dari luar diri anak”. Motivasi Ekstrinsik.
Sebagai motivasi yang dihasilkan diluar perbuatan itu sendiri
misalnya dorongan yang datang dari orang tua, guru, teman-teman
dan anggota masyarakat yang berupa hadiah, pujian, penghargaan
maupun hukuman. Motivasi Ekstrinsik menurut Sardiman A.M.
adalah “motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar”35 dalam belajar tidak hanya memperhatikan
kondisi internal siswa, akan tetapi juga memperhatikan berbagai
aspek lainnya seperti, aspek sosial yang meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat dan teman. Aspek budaya dan adat
istiadat serta aspek lingkungan fisik, misalnya kondisi rumah dan
suhu udara.

Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik ialah:


1. Ganjaran, dapat menjadikan pendorong bagi siswa untuk
belajar lebih baik.
2. Hukuman, biarpun merupakan alat pendidikan yang tidak
menyenangkan, namun demikian dapat juga menjadi alat
motivasi, alat pendorong untuk siswa lebih giat belajar agar
siswa tersebut tidak lagi memperoleh hukuman
3. Persaingan atau kompetisi, dengan adanya kompetisi maka
dengan sendirinya akan menjadi pendorong bagi siswa untuk
lebih giat belajar agar tidak kalah bersaing dengan teman-
temannya. Dari kedua motivasi tersebut, sangat baik
digunakan dalam proses belajar mengajar. 36

35
Muhammad Fathurrohman dan Sulistiyorini, 2012, Belajar dan Pembelajaran
(Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Naional), Sukses Offset,
Yogyakarta, hal 149.
36
Kurniadin & Imam Machali, 201, Menejemen Pendidikan Konsep dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, hal: 351

73
b. Fungsi Motivasi
Motivasi akan mempengaruhi kegiatan individu untuk mencapai
segala sesuatu yang diinginkan dalam segala tindakan. Menurut
Dimyati dan Mudjiono, menyatakan bahwa dalam belajar motivasi
memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar.
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.
3. Mengarahkan kegiatan belajar.
4. Membesarkan semangat belajar.
5. Menyadari tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian
bekerja.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Faktor-faktor tersebut adalah faktor yang ada pada diri individu
dan faktor yang ada di luar individu atau dikenal faktor sosial.
Dalam hal ini Amir Daien Indrakusuma mengemukakan tiga hal
yang dapat mempengaruhi motivasi intrinsik yang sudah disinggung
sedikit sebelumnya, yaitu:37
1. Kebutuhan
Pada hakikatnya semua tindakan yang dilakukan manusia
adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu,
kebutuhan bisa dijadikan sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa.
2. Pengetahuan tentang kemajuan sendiri
Kemajuan yang diperoleh, berupa prestasi dirinya apakah
sudah mengalami kemajuan atau sebaliknya mengalami
kemunduran, maka hal ini dapat dijadikan faktor yang
mempengaruhi siswa.
3. Aspirasi atau cita-cita
Kehidupan manusia tidak akan lepas dari aspirasi atau cit-
cita. Hal ini bergantung dari tingkat umur manusia itu sendiri.
Mungkin anak kecil belum mempunyai cita-cita, akan tetapi
semakin besar usia seseorang semakin jelas dan tegas dan

37
Pawira Atmaja Purwa, 2012, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta, hal 329

74
semakin mengetahui jati diri dan cita-cita yang diinginkannya.
Aspirasi atau cita-cita dalam belajar merupakan tujuan hidup
siswa, hal ini merupakan pendorong bagi seluruh kegiatan dan
pendorong bagi belajarnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik juga ada
tiga menurut Amier Dien Indrakusuma yaitu:38
1. Ganjaran
Ganjaran adalah alat pendidikan represif yang bersifat positif.
Ganjaran diberikan kepada siswa yang telah menunjukkan hasil-
hasil baik dalam pendidikannya, kerajinannya, tingkah lakunya,
maupun prestasi belajarnya.
2. Hukuman
Hukuman adalah alat pendidikan yang tidak menyenangkan
dan alat pendidikan yang bersifat negatif. Namun dapat juga
menjadi alat untuk mendorong siswa agar giat belajar. Misalnya
siswa diberikan hukuman karena lalai tidak mengerjakan
tugasnya agar tidak mendapat hukuman. Hal ini karena
diharapkan dengan adanya hukuman yang diberikan tersebut
siswa menyadari kesalahannya.
3. Persaingan atau Kompetisi
Persaingan atau Kompetisi dapat digunakan sebagai alat
mendorong kegiatan belajar siswa. Persaingan, baik individu
maupun kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar. Dengan
adanya persaingan, maka secara otomatis seorang siswa atau
sekelompok siswa akan lebih giat belajar agar tidak kalah
bersaing dengan teman-temannya yang lain yang dalam hal ini
diartikan sebagai “pesaing “akan tetapi yang perlu digarisbawahi
adalah bahwa persaingan tersebut adalah ke arah yang positif dan
sehat, yakni peningkatan hasil.
Membutuhkan peran guru yang senantiasa melakukan upaya
peningkatan kualitas kerjanya secara berkelanjutan. Di antaranya

38
Muhammad Fathurrohman dan Sulistiyorini, 2012, Belajar dan Pembelajaran
(Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Naional), Sukses Offset,
Yogyakarta, hal: 152

75
dengan melakukan penelitian yaitu penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas (PTK) pada dasarnya merupakan kegiatan
nyata yang dilakukan guru dalam rangka memperbaiki mutu
pembelajaran di kelas. Guru memegang peranan yang sangat
penting dan strategis dalam upaya melakukan perbaikan kualitas
proses pembelajaran. Melalui penelitian yang dilaksanakan dalam
lingkup kelasnya sendiri atau lebih dikenal dengan sebutan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

1) Langkah-langkah PTK

Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa


siklus, setiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1)
perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3) observasi, dan (4)
refleksi. Secara rinci langkah-langkah PTK dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Langkah Pertama: Refleksi Awal
Refleksi awal merupakan kegiatan penjajakan yang
dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-
situasi yang relevan dengan tema penelitian. 39 Peneliti
bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk
mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan
masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah
penelitian. Berdasar rumusan masalah tersebut maka dapat

39
Daryanto, 2018, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta
Contoh-contonya (Edisi Revisi), Gava Media, Yogyakarta, hal: 188

76
ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi
awal, paling tidak calon peneliti sudah menelaah teori-teori
yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti.
Oleh sebab itu setelah rumusan masalah selesai dilakukan,
selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari
penelitian.

2. Langkah kedua: Penyusunan Perencanaan


Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajakan
refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan
yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau
mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai
solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa
perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah
sesuai dengan kondisi nyata yang ada.

3. Langkah ketiga: Pelaksanaan Tindakan


Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan
peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan
yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. 40 Jenis
tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu
didasarkan pada pertimbangan teoretis dan empiris agar hasil
yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program
yang optimal.
4. Langkah keempat: Observasi (Pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan
kegiatanpengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam
kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan
melalui teknik observasi.

40
Djabidi Faizal, 2016, Manajemen Pengelolaan kelas Upaya Peningkatan Strategi dan
Kualitas dalam Pembelajaran, Madani, Jawa Timur, hal: 153

77
5. Langkah kelima: Refleksi
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi, terhadap semua informasi yang diperoleh saat
kegiatan tindakan, kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan.
Informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu
dengan yang lainnya dan kaitannya dengan teori dan hasil
penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang
mendalam dapat diambil kesimpulan. Refleksi merupakan
bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami
terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

2) Tahapan-tahapan PTK

Gambar Tahapan-tahapan dalam PTK41


Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Tahapan-tahapan PTK sebagai berikut:


Dr. Suaidin yang serupa dengan yang dikemukakan oleh
Stephen Kemmis Tahapan- tahapan PTK (Penelitian Tindakan
Kelas) pada dasarnya terdiri dari 4 (empat) tahapan-tahapan
dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu tahap
perencanaan (palnning), tahap pelaksanaan (acting), tahap
pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting).42

41
Jasa Unggah Muliawan, 2018, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Actioan
Research), Yogyakarta, Gava Media, hal: 40
42
Asmani Ma”ruf Jamal, 2011, Tips Pinter PTK: Penelitian Tindakan Kelas, Laksana,
Yogyakart, hal:25

78
PTK dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang dikenal
dengan istilah siklus (daur). Siklus /daur dalam PTK meliputi 4
tahapan yaitu perencanaaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Adapun
penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
1. Tahap Satu: Plan (Perencanaan Tindakan)
Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya
dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan
(apabila dilaksanakan secara kolaboratif). Bila dilaksanakan
sendiri oleh guru sebagai peneliti maka instrumen
pengamatan harus disiapkan disertai lembar catatan lapangan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran rencana tindakan dalam
rangka penelitian dituangkan dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Tahap Dua: Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan isi
rencana tindakan di kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat
adalah bahwa dalam tahap ini pelaksana guru harus ingat dan
berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rencana
tindakan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak kaku dan tidak
dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan
dengan perencanaan perlu diperhatikan.
3. Tahap Tiga: Pengamatan terhadap Tindakan
Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (baik
oleh orang lain maupun guru sendiri). Seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa kegiatan pengamatan ini tidak terpisah
dengan pelaksanaan tindakan karena pengamatan dilakukan
pada waktu tindakan sedang dilakukan.43 Jadi keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap 2 dan 3
dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada guru

43
Muliawan Unggah Jasa, 2018, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reserch),
Gava Media, Yogyakarta, hal: 14

79
pelaksana yang berstatus juga sebagai pengamat, yang mana
ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan tentu tidak
sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh
karena itu kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai
pengamat ini untuk melakukan "pengamatan balik" terhadap
apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil
melakukan pengamatan balik ini guru pelaksana mencatat
sedikit demi sedikit apa yang terjadi.
4. Tahap Empat: Refleksi terhadap Tindakan
Kegiatan ini merupakan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan. Istilah "refleksi" dari kata bahasa
Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sebetulnya lebih
tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai
melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti
untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku
tindakan mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-
hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang
belum. 44 Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai
pengamat, maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri.
Dengan kata lain guru tersebut melihat dirinya kembali,
melakukan "dialog" untuk menemukan hal-hal yang sudah
dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan
rancangan dan mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Dalam hal seperti ini maka guru melakukan “self evaluation”
yang diharapkan dilakukan secara objektif. Untuk menjaga
objektivitas tersebut seringkali hasil refleksi ini diperiksa
ulang atau divalidasi oleh orang lain, misalnya guru/teman
sejawat yang diminta mengamati, ketua jurusan, kepala
sekolah atau nara sumber yang menguasai bidang tersebut.
Jadi pada intinya kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi,

44
Wiraatmadja Rochiati, 2018, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal: 38

80
analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi
tindak lanjut dalam perencanaan siklus selanjutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dari itu peran seorang guru
hendaklah menyiapkan kesiapan anak, jika tidak tampak pada diri anak
dapat ditumbuhkan kondisi disekuilibrium (dan dengan demikian akan
memotivasi anak untuk belajar).45 Bahan ajar yang terlampau mudah akan
menimbulkan kebosanan, yang terlampau sulit akan menimbulkan frustrasi
dan yang tidak diminati tidak akan dieksplorasi dengan aktif. Kognitif
anak dapat diciptakan atau dikembangkan dengan jalan salah satunya
adalah dengan persiapan guru dalam mengajar. Di antaranya dengan
melaksanakan siklus dalam PTK. Sebagaimana yang akan diurai atau
dilaksanakan dalam kelas.

B. Penelitian Relevan
Penelusuran pustaka, penelitian mendapati buku atau karya tentang
penerapan metode drill dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dan
peneliti berusaha menelusuri dan menelaah berbagai hasil kajian, di
antaranya, yaitu:
Pertama, karya tulis (skripsi) yang ditulis oleh penelitian, Moh.
Hanif Rifa’i NIM: 13110060, mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. yang
berjudul Penerapan Metode Drill dalam Peningkatkan Motivasi Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran PAI Kelas VIII di MTs Sunan Kalijaga
Malang. Di mana hasil skripsi ini menunjukkan bahwa penelitian dengan
adanya peranan drill membuat siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran PAI, siswa menjadi lebih termotivasi, senang, dan lebih
percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil observasi dari
awal pertemuan hingga akhir pertemuan sebesar 12.4% di mana pada awal
pertemuan sebelum tindakan/pra tindakan hasil observasi sebesar 53.9%
dan pada akhir pertemuan setelah tindakan hasil observasi meningkat
menjadi 66.3%. Peningkatan juga terjadi pada tes hasil belajar.

45
Satori Djam’an, 2016, Profesi Keguruan, Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, hal:
3.9

81
Peningkatan ini terjadi pada siklus I dan siklus II. Siklus I pada
pertemuan pertama dan kedua hasil belajar siswa meningkat sebesar 25%,
di mana pada pre-test siklus I hasil belajar siswa mencapai angka 68,3%
dan pada post-test siklus I hasil belajar siswa mencapai angka 93,3%.
Siklus II pada pertemuan pertama dan kedua hasil belajar siswa meningkat
sebesar 23,4%, di mana pada hasil pre-test siklus II adalah 74,4% dan hasil
post-test siklus II adalah 97,8%. Hasil belajar ini juga diperkuat dengan
score perhitungan dengan menggunakan rumus, di mana pada siklus I hasil
perhitungan adalah sebesar 0.78 dan pada siklus II hasil perhitungan
meningkat menjadi 0.91. Hal ini menandakan bahwa terdapat penerapan
drill terhadap motivasi dan hasil belajar siswa di kelas V C SD Islam
Harapan Ibu Jakarta Selatan.46
Kedua karya tulis (skripsi) yang di tulis oleh Dewi Sulastri, NIM:
1323310040, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
dengan judul Penerapan Drill dan Punishment untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Sub Pokok Bahasan
Energi Kelas II MI AL Ikhlas Karang Pucung Kecamatan Purwokerto
Selatan Tahun Pelajaran 2017/ 2018. Hasil Penelitian skripsi ini
menunjukkan bahwa penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran IPA kelas II MI Al Ikhlas Karang Pucung meningkat
setelah diberikan tindakan dengan pemberian drill dan punishment.
Pemberian drill berupa pujian, penghormatan, pemberian hadiah, dan
tanda penghargaan. Pemberian punishment berupa punishment preventif
dan punishment represif. Peningkatan prestasi belajar siswa yaitu pada
siklus I rata-rata 72,84 dengan persentase 76,9% dan pada siklus II rata-
rata 81,92 dengan persentase 84,6%. Hal ini sudah sesuai indikator
keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti dengan KKM 74 dengan rata-
rata ketuntasan 75 dan persentase 80%. Jadi, dengan menggunakan drill
dan punishment dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA materi pokok energi pada siswa kelas II MI Al Ikhlas
Karangpucung Purwokerto Selatan.

46
Moh Hanif Rifa’I, “ Penerapan Metode Drill Dalam Peningkatan Motivasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VIII Di MTs Sunan Kalijaga Malang, 2017.

82
Ketiga karya tulis (skripsi) yang ditulis oleh Susi Andriani, NIM:
09480089, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta berjudul Penerapan Drill sebagai Upaya meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas III A Di MIN
Ngaglik Sleman hasil skripsi ini menunjukkan bahwa motivasi belajar
dengan adanya penerapan drill yaitu dengan menggunakan latihan yang
menarik sehingga siswa menjadi senang dalam pembelajaran IPS,
semangat menjawab pertanyaan dari guru, aktif mengikuti pelajaran dan
aktif dalam diskusi. Mempersiapkan pelajaran atau belajar di rumah. Hal
ini mencerminkan bahwa siswa sudah mulai termotivasi. Selain itu belajar
siswa dan hasil perhitungan angket dari pra tindakan mencapai persentase
67,85, dalam siklus I mencapai 72, 41 %, sedangkan dalam siklus II
mencapai 77,31%. Hal tersebut mengalami peningkatan signifikan. Dari
pra tindakan menuju siklus pertama persentase mengalami peningkatan
yaitu sebesar 4,56%. Sedangkan dari siklus I menuju siklus II mengalami
peningkatan 4,90%. Hasil tersebut sudah menunjukkan bahwasanya
penerapan drill dalam pembelajaran IPS di kelas III A mengalami
peningkatan yaitu dari kategori tinggi dengan persentase 72,41% menjadi
kategori sangat tinggi dengan persentase 77,31%.
Keempat Karya tulis yang ditulis oleh penelitian Ayu Sri Utami
NIM: 2312018300045, mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, yang berjudul
Penerapan Drill untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD
Islam Mutiara Insani Semarang. Berdasarkan hasil penelitiannya adalah
siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran IPS, siswa menjadi lebih
termotivasi, senang, dan lebih percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya hasil angket dari awal pertemuan hingga akhir pertemuan
sebesar 23.4% di mana pada awal pertemuan sebelum tindakan/pra
tindakan hasil angket sebesar 76.6% dan pada akhir pertemuan setelah
tindakan hasil angket meningkat menjadi 76.6%. Peningkatan juga terjadi
pada motivasi belajar. Peningkatan ini terjadi pada siklus I dan siklus II.
Siklus I pada pertemuan pertama dan kedua motivasi belajar siswa
meningkat sebesar 35%, di mana pada pre-test siklus I motivasi belajar
siswa mencapai angka 65% dan pada post-test siklus I motivasi belajar
siswa mencapai angka 90,3%. Siklus II pada pertemuan pertama dan kedua

83
motivasi belajar siswa meningkat sebesar 23,4%, di mana pada hasil pre-
test siklus II adalah 74,4% dan hasil post-test siklus II adalah 97,8%.
Motivasi belajar ini juga diperkuat dengan score perhitungan, di mana
pada siklus I hasil perhitungan adalah sebesar 0.78 dan pada siklus II hasil
perhitungan meningkat menjadi 0.91. Hal ini menandakan bahwa terdapat
peranan drill terhadap motivasi belajar siswa di kelas V SD Islam Mutiara
Insani Semarang.
Kelima karya tulis yang ditulis oleh penelitian Sri Rejeki
Rachmasari, NIM: 13802242005, mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta, Fakultas Ekonomi, yang berjudul Penerapan Metode Drill
dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK
Muhammadiyah I Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitiannya adalah nilai
rata-rata prestasi belajar kelas X SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta pada
saat pra siklus adalah 69,5. Melalui kegiatan pembelajaran siklus I
menggunakan metode drill dan punishment pada materi pokok dapat
meningkatkan rata-rata nilai siswa menjadi 72,7 dan pada siklus II rata-rata
nilai siswa meningkat menjadi 77,6. Di mana pada nilai rata-rata siklus II
sudah melampaui target yang ditetapkan sebesar 75. Sedangkan untuk
hasil prestasi belajar siswa dengan persentase jumlah siswa yang mencapai
KKM pada pra siklus sebesar 13% atau 3 siswa dari 23 siswa, siklus I
siswa yang mencapai KKM sebesar 43,5% atau 10 orang dari 23 siswa,
dan pada siklus II siswa yang mencapai KKM sebesar 95,7% atau 22
orang.
Berdasarkan skripsi di atas dengan judul skripsi yang penulis angkat
memiliki kesamaan yaitu sama-sama membahas tentang meningkatkan
motivasi belajar di sekolah. Sementara perbedaan dengan kelima skripsi
tersebut adalah kelima skripsi tersebut membahas upaya yang dilakukan
oleh para guru dalam melakukan pembiasaan pembelajaran. Sedangkan
dalam skripsi penulis membahas penerapan metode drill dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah.

84
C. Definisi Operasional Variabel
Variabel Subvariabel Indikator
1. Penerapan Metode 1. Penerapan48 1. Guru menyiapkan materi.
Drill dalam 2. Guru mengabsen siswa sebelum
Meningkatkan pembelajaran.
Motivasi Belajar47 3. Guru menjelaskan materi.
PAI Siswa Kelas V 4. Guru membuat materi belajar
di SDIT Al Kautsar yang baik.
Madani 5. Guru mampu menggunakan
waktu secara efektif.
2. Metode 1. Guru memberikan latihan
Drill49 menulis.
2. Guru memberikan latihan
membaca dengan baik.
3. Guru memberikan materi
terukur dengan baik.
4. Guru memberikan latihan materi
sesuai dengan RPP.
5. Guru menilai hasil latihan.
3. Motivasi 1. Siswa hasrat dan keinginan
Belajar belajar.
2. Siswa punya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar.
3. Siswa punya harapan dan cita-
cita masa depan.
4. Siswa belajar kondusif.
5. Siswa menyelesaikan tugas
dengan baik.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini akan dijelaskan mengenai tempat dan


waktu penelitian, subjek penelitian, bentuk dan metode pendidikan,

47
Iskandar, Motivasi Beljar Guru dan Siswa, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015), hal
217
48
Slavin, Robert E, Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktek, Nusa Media,
Bandung, 2009.
49
Purnomo, Halim & ABDI, Husnul K, Model Drill dan Punishment Perspektif
Pendidikan Islam, (CV Budi Utama, Yogyakarta, 2013), hal: 1

85
sumber data dari penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas
data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SDIT Al Kautsar Madani yang
berlokasi di Pemda II Batu Aji, Kecamatan Batu Aji Kota Batam. Metode
yang diterapkan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan dalam waktu bulan
terhitung dari bulan September hingga bulan Desember 2019
September Oktober Nopember Desember
No Uraian Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1 √ √ √
Penelitian
2 Perencanaan √
Pelaksanaan
3 Siklus I dan √ √ √ √
II
Pengolahan
4 √ √
Data
Penyusunan
5 √ √ √ √
Laporan
Bagan (Rencana Penelitian)

B. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDIT Al Kautsar
Madani Kecamatan Batu Aji Batam Tahun ajaran 2018/2019, jumlah siswa
dikelas tersebut adalah 30 siswa, yang terdiri dari 30 siswa putri dengan
peneliti bertindak guru mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI).
Penelitian ini mengambil objek penelitian penerapan metode drill untuk

86
meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.50

2.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah metode drill dalam meningkatkan
motivasi belajar Pendidikan Agama (PAI) Islam Siswa Kelas V SDIT Al
Kautsar Madani Kecamatan Batu Aji Batam. 51

C. Populasi dan Sampel


Menurut Suhartini Arikunto Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian, dalam penelitian ini populasi adalah guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) sebanyak 1 orang dan seluruh siswa SDIT
Al Kautsar Madani Kecamatan Batu Aji Batam tahun ajaran 2019/2020
sebanyak satu kelas yaitu dengan siswa 30 orang. Semua populasi
dijadikan sampel, karena jumlah populasinya tidak sampai 100 orang.
Teknik pengambilan sampel keseluruhan ini disebut metode sensus
atau juga disebut teknik total sampling. 52

D. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data setiap penelitian ilmiah memerlukan
pengumpulan data, yang ditujukan untuk mendapatkan data dari
responden. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-
bahan yang akurat, relevan dan reliabel. Pada tahap penelitian ini agar
memperoleh data yang valid dan bisa di pertanggung jawabkan, maka data
yang diperoleh melalui:53
1. Observasi
Observasi yaitu cara mengumpulkan data dengan terjun langsung ke
lapangan terhadap objek yang kita teliti, 54 dengan melakukan

50
Prasyowo Andi, 2012, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, hal: 102
51
Muliawan Unggah Jasa, 2018, Penelitian Tindakan Kelas (Classrom Action Research,
Gava Media, Yogyakarta, hal: 79
52
Suharsini Arikunto, 2015, Diktat Metodelogi Penelitian, Sekolah Tinggi Agama
Islam, Batam.
53
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
F&D), Alfabeta, Bandung, hal: 308
54
Iqbal Hasan, 2004 Analisis Data Dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta.

87
pengamatan mengenai fenomena-fenomena dengan gejala psikis
untuk kemudian di lakukan pencatatan. Agar data yang didapatkan
lebih bagus maka observasi ini dilakukan beberapa kali.
2. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-
aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekelompok
pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan
oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa.55
3. Wawancara
Wawancara yaitu peneliti akan mengajukan pertanyaan langsung
dengan lisan kepada peserta didik kelas V SDIT Al Kautsar Madani
Kecamatan Batu Aji Kota Batam.56
4. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu meliputi mencari data penelitian mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, foto, dan sebagainya. 57 Metode ini digunakan untuk
mendapat dan menyajikan informasi peneliti seperti: Profil sekolah,
sejarah, visi misi sekolah, keadaan guru dan siswa, dan sejumlah
informasi yang menunjang penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Teknik umum analisis data yang dijalani peneliti adalah teknik
analisis data model interaktif Miles dan Hubberman yang terdiri tiga
komponen analisis yaitu, (1) reduksi/pengumpulan data, (2) sajian
data, (3) penarikan simpulan atau verifikasi. 58
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

55
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian dan Pengembangan: Pendekatan Kuantutatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, hlm. 199.
56
Wiriaatmadja Rochiati, 2019, Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal: 130
57
Asmani Ma”ruf Jamal, 2011, Tips Pinter PTK: Penelitian Tindakan Kelas, Laksana,
Yogyakart, hal: 132
58
Mattew B. Milles & Michael Hubberman. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta: 2009), UI
Press Hal 32

88
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2. Menyajikan Data
Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil
reduksi dengan cara menyusun secara narasi sekumpulan informasi
yang telah diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat memberikan
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Data yang sudah terorganisir ini dideskripsikan sehingga bermakna
baik dalam bentuk narasi, grafis maupun tabel.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah memberikan kesimpulan
terhadap motivasi dan evaluasi. Kegiatan ini juga mencakup
pencarian makna data serta pemberian penjelasan. Selanjutnya
dilakukan kegiatan verifikasi yaitu kegiatan mencari validitas
kesimpulan dan kecocokan makna-makna yang muncul dari data.

BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Tinjauan Umum Lokasi/Subjek Penelitian


1. Sejarah Berdirinya SDIT Al Kautsar Madani
Gambaran umun tentang berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Al Kautsar Madani Kecamatan Batu Aji Kota Batam yang pertama
kali berdiri di Kelurahan Buliang Kecamatan Batu Aji. Sekolah Dasar
Islam Terpadu (SDIT) Tingkat SD, baru pertama yang ada. Dan yang
berbasis tahfidz memang yang pertama ada di Kecamatan Batu Aji.
Alhamdulillah tahun ke tahun memilki pertumbuhan anak usia wajib
belajar yang cukup tinggi. Sementara lembaga-lembaga pendidikan dari

89
berbagai jenjang dan tingkat yang diharapkan dapat mengakomodasi
kebutuhan masyarakat setempat yang belum terwujud.
Hadirnya lembaga pendidikan di Batu Aji tersebut kemudian
berakibat kepada banyaknya anak yang tidak memiliki kesempatan untuk
mengenyam pendidikan baik karena alasan ekonomi atau karena memang
tempat dan lokasinya berada di sekitar kawasan industri yang kebanyakan
para orang tua sibuk bekerja yang ingin anaknya sekolah dekat dengan
tempat bekerjanya, dan juga menginginkan dekat dengan penitipan anak-
anak mereka.59 Yang menimbulkan kesadaran para tokoh masyarakat dan
tokoh agama, yang khususnya Yayasan Islam Al Kautsar yang sudah lama
berdiri di dalam kawasan Batu Aji, menginginkan untuk mendirikan
lembaga pendidikan yang berbasis tahfidz dan berwawasan iptek serta
berorientasi pada iman dan takwa yang selanjutnya menjadi visi dan misi
lembaga pendidikan yang dikelola.
Kehadiran lembaga Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al
Kautsar Madani Kelurahan Buliang Kecamatan Batu Aji Kota Batam yang
bernaung di bawah pembinaan yayasan yang berkembang dari kesadaran
dan tanggung jawab yang tumbuh secara kolektif dari masyarakat,
sehingga yayasan dapat di terima dengan baik.

2.Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Kautsar Madani


Kecamatan Batu Aji Kota Batam
SDIT Al Kautsar Madani merupakan sekolah dasar di bawah
naungan Yayasan Islam Al Kautsar berdiri sejak tahun 2015 yang
beralamatkan di Pemda II yang tepatnya di kelurahan Buliang. SDIT Al
Kautsar Madani yang menganut konsep pendidikannya tidak pernah lepas
dari nilai-nilai ajaran Islam. Setiap dalam mata pelajarannya yang
diajarkannya akan disandarkan pada nilai-nilai islami.
a. Visi dan Misi SDIT Al Kautsar Madani Kota Batam
1) VISI
Mewujudkan anak saleh yang bertakwa dan berakhlak mulia,
sehat jasmani dan rohani, cerdas, terampil dan mandiri.

59
Sumber Data Sekolah diperoleh SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019

90
2) Misi
a) Menjadikan Sekolah Dasar Islam berkualitas yang bersumber
Al-Qur’an dan sunah.
b) Mewujudkan sistem pendidikan yang bertumpu kepada Imtaq
dan iptek.
c) Mengoptimalkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berbasis Al-Qur’an dan As-Sunah.
d) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan
bidang.
e) Mengembangkan sekolah sebagai Pusat Dakwah Islamiah.
f) Berusaha mengikuti perkembangan kemajuan teknologi.
g) Menumbuhkan cinta bangsa dan tanah air.60

b. Tujuan SDIT Al Kautsar Madani Kota Batam


1. Menyukseskan program pendidikan Pemerintah Kota Batam.
2. Menyukseskan program pendidikan jangka panjang Yayasan
Islam Al Kautsar Kota Batam
3. Memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan
pendidikan yang berkualitas dan terjangkau.
4. Berusaha ikut mempersiapkan generasi penerus bangsa yang
bertakwa, cerdas serta kreatif.
5. Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta kecakapan
guna menghadapi pendidikan lanjutan.
6. Mengenalkan nilai-nilai keimanan, budi pekerti serta
pengetahuan umum sejak dini.61

c. Program Unggulan62
1) Tahfizul Qur’an
Setiap siswa wajib mengikuti program tahfiz dengan target
setelah tamat dari SDIT Al-Kautsar Madani siswa dapat
menghafal sebanyak 6 Juz.
2) Speaking English

60
Sumber Data Sekolah diperoleh dari SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019
61
Sumber Data Sekolah diperoleh dari SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019
62
Profil SDIT Al-Kautsar Madani Kota Batam

91
Pengantar belajar menggunakan bahasa inggris dan langsung
dipraktikkan percakapan kepada siswa sehingga siswa lebih
cepat memahami apa yang disampaikan.
3) Speaking Arabic
Bahasa arab juga menjadi bahasa pengantar pembelajaran
siswa.

Ada beberapa profil sekolah yang didapat dari SDIT Al Kautsar


Madani, yang terdiri dari:
1. Nama Sekolah : SDIT Al Kautsar Madani
2. Nama Kepala Sekolah : Ellis Siti Khotijah, S.Pd.
3. NPSN : 69947284
4. Alamat Sekolah : Pemda II Batu Aji Blok A1, Kel.
Buliang
Kecamatan : Batu Aji
Kabupaten / Kota : Batam
Provinsi : KEPRI
Kode pos : 29433
Telepon : 0770611002
Email : sdit-alkautsarmadani@gmail.com
5. Status Sekolah : Swasta
6. Nama Yayasan : Yayasan Islam Al Kautsar
7. Status Akreditasi : A
8. Tahun Pendirian Sekolah : 2015
9. SK pendirian Sekolah : 011/YPNIB/V/2015
10. Tanggal SK Pendirian : 05 / KPTS/ YPNIB / II /2015
11. SK Izin Operasional : 400/2.3/DIKDAS/ V/2015
12. Tanggal SK Izin : 13/O5/2016
Operasional
13. Status Kepemilikan : Milik Sendiri
Gedung
14. Luas Lahan : +10 Ha

92
TABEL IV. 1
Jumlah Siswa
JUMLAH SISWA KET
JUMLAH
NO KELAS LAKI-
ROMBEL PEREMPUAN JUMLAH
LAKI
1 I 2 24 32 56
2 II 2 26 26 52
3 III 2 21 20 41
4 IV 2 34 30 64
5 V 2 24 30 54
JUMLAH 129 138 267
Sumber Data Sekolah diperoleh dari SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019

TABEL IV.2
Jumlah Guru Berdasarkan Status dan Kualifikasi
Jumalah dan Status
NO Tingkat Pendidikan GT GT Jumlah
Y T
1 S1 14
2 D3 -
3 D2 -
4 D1 -
5 SMA 4
Total 18
Sumber Data Sekolah diperoleh dari TU SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019

TABEL IV.3
Keadaan Guru SDIT Al Kautsar Madani Kota Batam
No NAMA / NIP L/P JABATAN KELAS
1. ELLIS SITI KHOTIJAH,S.Pd. Lk Kepala Sekolah
ENA SURYANA SITEPU,
2. Pr Guru Kelas V B Kelas V B
S.Pd.I.
SITI MANGINDAR SARI,
3. Pr Guru Kelas IV B Kelas IV B
S.Pd.
4. FIKRI HARDI,S.Pd. Lk Guru Kelas III B Kelas III B
ISTY I’ANATUL
5. Pr Guru Kelas I B Kelas I B
HAFY,S.Pd.I.
6. NUR SHOLIKHAH,S.Pd. Pr Guru Kelas II B Kelas II B
7. DWI INDRASTI, S.E. Pr Guru Kelas I A Kelas I A
SRI MURNI LUMBAN Guru PAI Kls II, Kelas II, III,
8. Pr
TOBING, S.Pd.I. III, IV,V IV,V

93
No NAMA / NIP L/P JABATAN KELAS
AGUSTIN IKA SETYORINI,
9. Pr Guru Kelas IV A Kelas IV A
S.Pd.
10. IPIT ASA PRAHARANI Pr Guru Tahfiz
11. NOVI INDRAYATI Pr Guru Bahasa Arab
12. FITRI YARNIS, S.Pd. Pr Guru Kelas V A Kelas V A
13. MUHAMMAD TEGUH, S.Pd. Lk Guru Kelas II A Kelas II A
14. SARYIAH, S.Pd. Pr Guru Kelas III A Kelas III A
15. QISTI ZULFIANI DINITA Pr Guru Bahasa Arab
16. HANDRIANSYAH Lk Guru Olah raga
17. HERAYNI DAROSA, S.Sos. Pr Guru TIK
18. AKHIRUDIN Lk Penjaga Sekolah
19. IMAM FADLOLI Lk Tukang Kebun
Sumber Data Sekolah diperoleh SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019

Keterangan : Untuk Kurikulum Tahun Ajaran 2019/2020, Sekolah


Menggunakan dua kurikulum yaitu untuk kelas I sampai
dengan kelas V menggunakan Kurikulum Tiga Belas (K13)
tahun Ajaran 2019/2020 menggunakan kurikulum Tiga
Belas(K13). 63

TABEL IV. 4
JUMLAH RUANG KELAS
Kondisi Ruang Kelas Jumlah
Baik 12
Rusak Ringan -
Rusak Berat -
Total 12
Sumber Data Sekolah diperoleh dari SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019

TABEL IV.5
Koleksi Buku
Jenis Buku Jumlah
Buku Pelajaran 70
Buku Penunjang 30
Buku Bacaan 60
Total 160
Sumber Data Sekolah diperoleh dari SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019

63
Sumber Data Sekolah diperoleh dari SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019

94
TABEL IV.6
Lapangan Olah Raga
Jenis Lapangan Jumlah
Lapangan Bulu Tangkis 1
Lapangan Senam 1
Lapangan Lompat Jauh -
Lapangan Bola 1
Bak Catur 3
Sumber Data Sekolah diperoleh dari SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019

TABEL IV.7
Ruang Menurut Jenis, Kondisi, dan Luas
NO Nama Ruang Jumlah Kondisi
1 Ruang Kelas 10 Baik
2 R. Kepala Sekolah 1 Baik
3 R. Guru 1 Baik
4 KM/WC. Guru 2 Baik
5 KM/WC. Murid 5 Baik
7 Masjid 1 Baik
8 R. Rapat 1 Baik
9 R. UKS 1 Baik
10 R. Perpustakaan 1 Baik
Sumber Data Sekolah diperoleh dari SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019

TABEL IV. 8
Perlengkapan Sekolah
NO Jenis Jumlah Kondisi
1 Meja Siswa 267 Baik
2 Kursi Siswa 267 Baik
3 Meja Guru 20 Baik
4 Kursi Guru 20 Baik
5 Papan Tulis 12 Baik
Sumber Data Sekolah diperoleh dari SDIT Al Kautsar Madani Tahun Pelajaran 2019

Sekolah SDIT Al Kautsar Madani Pemda II, Batu Aji Kota Batam
yang letaknya berada di Kelurahan Buliang, tepatnya Pemda II Blok A 1
Batu Aji.

B. Penyajian Data
Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian
tentang permasalahan yang telah dirumuskan di BAB I, yaitu tentang
penerapan metode drill dalam meningkatkan motivasi belajar kelas V di

95
SDIT Al Kautsar Madani Batam. Data-data hasil penelitian ini diperoleh
dari observasi, angket, wawancara dan dokumentasi. Berikut ini penyajian
data-data penelitian.
Pemilihan penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti
dikarenakan pada observasi awal peneliti menemukan permasalahan yakni
adanya ketidak seimbangan antara siswa yang aktif dan pasif dengan
persepsi yang berbeda-beda dalam menilai pembelajaran dan masih
ditemukannya tingkat keberagaman kemampuan berpikir kritis siswa
dalam memberikan argumentasi pada saat pembelajaran berlangsung.
Penelitian tindakan merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
sebuah konsep dalam pembelajaran.
Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat
daftar pertanyaan untuk angket, pengumpulan data, dan analisis data yang
dilakukan sendiri oleh peneliti. Untuk dapat mengetahui sejauh mana
informasi yang diberikan penelitian, peneliti menggunakan beberapa
tahap:
1. Menyusun pertanyaan-pertanyaan berdasarkan dari indikator-
indikator yang akan didiskusikan bersama siswa.
2. Kedua, melakukan diskusi dengan siswa di sekolah guna menjadi
data pendukung.
3. Ketiga melakukan dokumentasi langsung di lapangan untuk
melengkapi data-data yang berhubungan dengan penelitian.
4. Keempat, memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari
semua pertanyaan yang diajukan kepada siswa.
5. Kelima, menganalisis hasil penelitian yang telah dilakukan.
Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagian cara untuk menjawab
permasalahan yang ada. Di bawah ini adalah konsep dasar yang berkenaan
dengan penelitian tindakan kelas:
1. Menurut Suharsimi bahwa PTK merupakan paparan gabungan tiga
definisi dari tiga kata: penelitian, tindakan dan kelas. Penelitian
adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat bagi peneliti dalam rangka peningkatan kualitas di
berbagai bidang.
2. Menurut John Elliot bahwa PTK adalah situasi sosial dengan
maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh

96
proses mencakup: telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan pengaruh yang menciptakan hubungan antara
evaluasi dari dan perkembangan profesional. 64
Menyimak dari pengertian di atas, bahwasanya manfaat PTK bisa
kita simpulkan bahwa mempunyai manfaat bagi siswa juga guru. Manfaat
PTK bagi siswa adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan
sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai
manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas. Sedangkan manfaat PTK buat guru antara lain:
1. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran
melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di
kelas.
2. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan
kinerja secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi
diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
3. Melalui PTK guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
4. Dengan PTK guru akan lebih percaya diri. Guru yang selalu
merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis
kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan
kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan pendidikan
masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan
masalah/kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas merupakan jenis kolaborasi pihak yang
melakukan tindakan adalah penulis sendiri yang berperan juga sebagai
guru. Dalam penelitian ini juga membutuhkan teman sejawat yang
berperan sebagai pengamat atau observer.
Desain penelitian Tindakan Kelas di setiap siklus meliputi
perencanaan, persiapan, penerapan, dan refleksi/evaluasi. Penelitian
tindakan kelas terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus melalui tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi tindakan dan evaluasi.
Secara rinci prosedur PTK dapat digambarkan dengan sebagai berikut.

64
Daryanto, 2018, Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Tindakan Sekolah,
Yogyakarta, Gava Media, hal: 3

97
Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan
Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar: Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin65

Menurut Kemmis dan Mc Taggar model PTK yang dikemukakan


oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah merupakan model pengembangan
dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, model Kurt Lewin menjadi
acuan patokan atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan
yang lain, khususnya PTK. Kurt Lewin adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan action research atau penelitian tindakan.66 Konsep pokok
penelitian model Kurt Lewin terdiri atas empat komponen, keempat
komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Hubungan keempat komponen tersebut
dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan pada gambar siklus
penelitian tindakan kelas di atas. Model Kurt Lewin keempat tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah menyusun
rancangan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, maka dari itu rancangan

65
Daryanto, 2018, Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Tindakan Sekolah,
Yogyakarta, Gava Media, Hal 33.
66
Asmani Ma”ruf Jamal, 2011, Tips Pinter PTK: Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta,
Laksana, hal: 114

98
yang akan dilaksanakan adalah yang mengacu pada penerapan
metode drill.
Dalam perencanaan ini peneliti yang akan melakukan tindakan
menyusun dan mengembangkan RPP berdasarkan materi
pembelajaran yang akan di sampaikan ke siswa pada saat proses
pembelajaran. Selain membuat lembar observasi dan angket.
b. Pelaksanaan
Pada tahapan ini pelaksanaan tindakan, penulisan
mengembangkan RRP dengan menggunakan metode drill untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan perencanaan
awalnya.
c. Observasi
Observasi adalah pengupayaan dalam mengamati pelaksanaan
tindakan yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai seorang
pengamat atau disebut observer. Observasi ini dilakukannya selama
proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini adalah
dilaksanakannya sebagai untuk mengamati pelaksanaan
pembelajaran proses pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Dalam hal ini adalah data-data dari yang sudah kita peroleh
dalam sebuah observasi dikumpulkan dan analisis agar penulis bisa
mengevaluasi diri tentang proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Jadi penulis dapat mengetahui bagaimanakah
melaksanakan strateginya dalam pelaksanaan tahapan ini.
Berdasarkan hasil evaluasi yang akan diketahuinya kelemahan
dalam proses pembelajaran yang dilakukan penulis, oleh sebab itu
dapat digunakan sebagai menentukan tindakan kelas pada siklus
berikutnya. Untuk mengontrol jalannya penelitian agar bisa sesuai
dengan tujuan peneliti. Penelitian ini akan dilakukan dengan
sebanyak dua siklus, sehingga bisa dengan harapan motivasi belajar
pada siswa meningkat.
Berdasarkan nilai tes hasil diskusi pada siklus I, rekapitulasi
pencapaian motivasi belajar disajikan dalam tabel sebagai berikut: 67

67
Observasi Hasil Diskusi dikelas V SDIT Al Kautsar Madani

99
1) Baik = 17 siswa (siswa mampu mengerjakan latihan dengan baik
dan benar)
2) Kurang = 13 siswa (siswa dalam mengerjakan latihan terdapat
kesalahan dan belum benar)

Tabel IV.5
Informasi Data pada Siklus I
No Keterangan (Jenis Kegiatan) Jumlah Persentase
Melafalkan dan mempraktikkan membaca Baik =
57 %
1. surah At-Tin disertai menghafal dan menulis 17siswa
Kurang = 13
43 %
siswa

Keterangan Tabel 9:
Kemampuan anak dalam melafalkan dan mempraktikkan membaca
surah At-Tin disertai menghafal dan menulis dengan baik. Pembelajaran
dengan metode drill siswa mampu melafalkan dan mempraktikkan surah
At-Tin dengan baik dan benar serta lancar dalam menghafalnya serta
menulisnya. Sebanyak 30 siswa dengan nilai 75 (75=KKM) cukup baik
sebanyak 17 siswa sedangkan yang 13 masih di bawah KKM 75. Apabila
pencapaian hasil motivasi siswa pada siklus I disajikan dalam bentuk
diagram batang sebagai berikut.

Gambar 1: Hasil pencapaian motivasi belajar siswa

SIKLUS I
17
13

Jumlah Siswa
Persentase
57% 43%

Baik= 17 Kurang=13
Siswa Siswa

100
2. Siklus kedua
Setelah siklus dilaksanakan dan didapatkan hasil refleksi, maka
refleksi tersebut dijadikan dalam melaksanakan siklus kedua. Karena pada
siklus kedua tindakan diberikan untuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan pada siklus pertama. Perencanaan siklus II ini, peneliti
merancang pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Pada siklus II ini, peneliti membuat indikator yang
akan dicapai dalam pembelajaran tersebut. Adapun indikator yang ingin
dicapai dalam pembelajaran siswa dapat termotivasi dengan menggunakan
metode drill yaitu melafalkan, mempraktikkan, menghafal dan menulis
dengan baik dan benar.
Siklus II terlaksana peneliti sudah melaksanakan siklus I
dengan menerapkan metode drill tetapi masih ada kendala sehingga
direncanakan tindakan siklus II. Dalam siklus II guru memperbaiki
pelaksanaan pembelajaran dengan: 1) guru mempersiapkan soal yang
dibuat latihan dengan maksimal hingga pada saat penerapan dapat berjalan
dengan maksimal 2) guru memotivasi siswa supaya mendapatkan nilai
bagus 3) guru perlu menambah variasi bermain sambil belajar 4) guru
memberikan latihan bagi siswa yang cepat serta mampu melafalkan
mempraktikkan, menghafal dan menulis dengan baik.

TABEL IV.6
Data Siklus 2
No Keterangan (Jenis Kegiatan) Jumlah Persentase
1. Melafalkan, mempraktikkan, menghafal dan Baik = 26
87%
menulis dengan baik. siswa
Kurang = 4
13%
siswa

Keterangan Tabel IV.6:


Kemampuan anak dalam melafalkan dan mempraktikkan membaca
surah At-Tin disertai menghafal dan menulis dengan baik. Pembelajaran
dengan metode drill siswa mampu melafalkan dan mempraktikkan surah
At-Tin dengan baik dan benar serta lancar dalam menghafalnya serta
menulisnya. Sebanyak 30 siswa dengan nilai 75 (75=KKM) kategori baik
sebanyak 26 siswa sedangkan yang 4 masih di bawah KKM 75.

101
Pencapaian hasil motivasi siswa pada siklus II disajikan dalam bentuk
diagram batang sebagai berikut.

Gambar 2: Hasil pencapaian motivasi belajar siswa

SIKLUS II
30 26
25
jumlah…
20 prosent…
15
10
4
5 87% 13%
0
Baik= 26 kurang
Siswa =4 Siswa

C. Analisis Data
1. Penerapan Metode Drill dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
PAI
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan
dapat diketahui terjadi peningkatan motivasi belajar siswa kelas V SDIT
Al-Kautsar Kota Batam. Siswa sudah mulai lancar dan fasih dalam
melafalkan, membaca surah At-Tin baik dengan menghafal dan menulis.
Dalam menghafal serta menulis surah At-Tin siswa menjadi semangat
karena belajarnya dengan banyak latihan. Penerapan metode drill pada
pembelajaran menjadi efektif yang malas belajar, siswa yang merasa
mengantuk, siswa yang tidak bisa. Karena siswa diberikan oleh guru untuk
mencoba mengerjakan latihan tentang pembelajaran membaca, menulis
serta menghafalkan surah At-Tin dengan baik dan benar. Sehingga siswa
merasa yakin belajar itu sangat mudah.

102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tindakan kelas yang
dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru mata pelajaran PAI
SDIT Al Kautsar Madani Tahun 2019, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Penerapan metode drill dapat meningkatkan motivasi belajar PAI
kelas V SDIT Al Kautsar Madani Kelurahan Batu Aji Kota Batam,
pertama-tama dengan menggunakan drill atau latihan yang baik, kedua
pembelajaran menjadi hidup karena terukur menghasilkan motivasi yang
sangat tinggi.
Siswa yang punya motivasi belajar tinggi karena konsep belajar
yang menyenangkan, dengan banyak mengerjakan latihan. Berdasarkan
hasil latihan siklus I dan siklus II dengan menerapkan metode drill maka
motivasi belajar siswa kelas V mengalami peningkatan yaitu kategori
tinggi. Dilihat berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan siklus I
dan Siklus II maka 87 % kategori baik, 13 % kategori kurang. Jadi kategori
tinggi. Selain meningkatkan motivasi belajar, drill juga dapat
meningkatkan hasil belajar.
B. Saran
a. Penerapan metode drill hendaknya bisa diterapkan kembali oleh
guru dalam pembelajaran yang bisa disesuaikan dengan keadaan
siswa.
b. Hendaknya kita sebagai guru dalam melaksanakan pembelajaran
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa selama pembelajaran
c. Pada saat guru menerapkan drill, seharusnya guru memberikan
pengarahan dan kesepakatan dengan siswa terlebih dahulu
d. Siswa hendaknya lebih semangat belajar agar mendapat nilai yang
baik.
e. Jadilah siswa jangan belajar hanya ingin mendapatkan drill semata,
tetapi jadikanlah drill itu sebagai motivasi.

103
DAFTAR PUSTAKA

_. 2010. Strategi Pembelajaran. Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Prenada Media Group.
Abdullah. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.
Yogyakarta: ArRuz Media Group.
Akiba, Makoto & Gerald. 2010. Improving Teacher Quality. Teaching
Force In Global Text: Comparative Education Review of Journal
Vol. 54.
Anita W., Sri. 2010. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2015. Diktat Metodelogi Penelitian.Sekolah Tinggi
Agama Islam. Batam.
Asep, Hernawan Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran di SD. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Daryanto. 2018. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan
Sekolah.. Yogyakarta: Gaya Media.
Departemen Agama RI. 2016.Al-Qur’an dan Terjemah. Bandung: Gema
Risalah Pres.
Djabidi, Faizal. 2016. Manajemen Pengelolaan Kelas. Malang Jatim:
Madani.
Djam’an, Satori. 2016. Profesi Keguruan. Universitas Terbuka. Tangerang
Selatan.
Gunawan, Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Bandung: Alfabeta.
Hasan, Iqbal. 2009. Analisis Data Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning: Metode. Teknik. Struktur dan
Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

104
Jamal, Asmani Ma’ruf. 2011. Tip Pintar PTK: Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Laksana.
Jasa Ungguh Muliawan. 2018. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Yogyakarta: Gava Media.
Kemdiknas. 2010. Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) dan Angka Kreditnya. Jakarta: Ditjen
PMPTK.
Kemendiknas. 2010. Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB). Jakarta: Ditjen PMPTK.
Kompri. 2015. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Fathurrohman dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan
Pembelajaran Membantu Meningkatkan Mutu Pembelajaran.
Yogyakarta: Teras Sleman.
Muhammad, Nafu Muntahiban. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Teras.
Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenagkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslihudin. 2010. Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas &
Sekolah; Panduan Praktis Untuk Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Rizqi Press.
Muwahid, Shulhan dan Soim. 2013. Manajemen Pendidikan Islam:
Strategi Dasar Menuju Peningkatan Mutu Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Teras. Sleman
Ngalimun. 2018. Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran. Yogyakarta:
Parama Ilmu.
Novaan, Muyani Ardy. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan
Takwa. Yogyakarta: Teras. Sleman.
Paizaluddin dan Ermalinda. 2015. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Alvabeta. Bandung.

105
Prawira, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif
Baru. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Sadullah, Uyoh & Agus Muharram. Pedagogik (Ilmu Mendidik).
Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan; Jenis. Metode dan Prosedur.
Jakarta: Prenada Media Group.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian dan Pengembangan: Pendekatan
Kuantutatif. Kualitatif. dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sumantri & Mulyani. 2014. Perkembangan Peserta didik. Universitas
Terbuka. Tanggerang Selatan.
Suryani. 2012. Hadist Tarbawi (Analisis Pedagogis Hadist-hadist Nabi).
Yogyakarta: Teras.
Syamsul LN, Yusuf. 2014. Psikologi Bimbingan Anak-anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman dan Basyirudin. 2012. Metodologi Pembelajaran Agama Islam.
Jakarta: Ciputat.
Walker, Timothy D. 2017. Teach Like Finland Mengajar Seperti
Finlandia 33 Strategi Sederhana untuk Kelas yang
Menyenangkan. Jakarta: Gramedia.

106
PROFIL PENULIS

Nama : Dr. Afi Parnawi, M.Pd.


Tpt/Tgl. Lahir : Pati, 10 Januari 1982
Pekerjaan : Dosen STAI Ibnu Sina Batam
Ala mat : Perum. Anggrek Mas 1 Blok H.
No. 116. Kec. Batam Kota. Kota
Batam. Kepulauan Riau.
081364065460
Email : affi354@gmail.com

Pengalaman 1. Psikologi Belajar


Mengajar Mata 2. Psikologi Agama
Kuliah Sejak th. 3. Psikologi Perkembangan
4. Psikologi Remaja
2014-2018
5. Penelitian Tindakan Kelas
6. Evaluasi Pembelajaran
7. Statistik Pendidikan
Riwayat 1. SD , (1990/96)
Pendidikan 2. SMP, (1996/99)
3. SMA, (1999/002)
4. STAI Ibnu Sina Batam, Prodi PAI (2014) selesai
dengan Predikat Pujian (Cumlaude)
5. Program Magister Pendidikan Agama Islam IAIN
STS Jambi, (2016) selesai dengan paling Tercepat,
yaitu 1,3 Tahun.
6. Program Doktor Universitas Negeri STS Jambi
(UIN) Prodi Manajemen Pendidikan Islam, (2018)
selesai dengan paling Tercepat yaitu 2 Tahun 3
Minggu dengan Predikat Pujian (Cumlaude)
Riwayat 1. Dosen STAI Ibnu Sina Batam (2014 - Sekarang)
Pekerjaan dan 2. Sekretaris Jurusan PAI STAI Ibnu Sina Batam
Pengalaman (2016-2018)
Kerja 3. Ketua Jurusan PAI (2018-2019)
4. Wakil Ketua I. Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan (2019-sekarang)

107
5. Narasumber tentang Kiat-kiat menjadi guru yang
profesional di Kota Batam (2015-sekarang)
6. Narasumber tentang Kiat menghidupkan TPQ di
Kota Batam sejak (2012-sekarang)
7. Narasumber tentang Budi Pekerti di Majlis Ta’lim di
Kota Batam sejak (2008-sekarang)
8. Narasumber Bimbingan Umrah dan Haji sejak
(2014-sekarang)
9. Narasumber tentang Kitabul Faraidh/ Fiqih Mawaris
(2006-sekarang)
10. Narasumber tentang kiat menjadi Mubaligh sejak
(2004-sekarang)
11. Narasumber tentang kiat sukses mendidik anak
Inklusi/Anak Berkebutuhan Khusus (2015-sekarang)
12. Narasumber Bimbingan menghafal /Tahfidz Al-
Qur’an Provinsi Kepulauan Riau (2016-sekarang)
13. Narasumber Kajian Kutubus Sittah ( Shahih Bukhari,
Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan An-
Nasai, Sunan At-Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah)
Provinsi Kepulauan Riau (2005-sekarang)
Riwayat 1. Konsultan Yayasan Miftakhul Huda Al-Mansurin
Organisasi Kota Batam (2005-2010)
2. Konsultan Yayasan Pendidikan Bina Nusantara Kota
Batam (2011-2014)
3. Pengurus MUI Provinsi Kepulauan Riau (2017-
2022)
4. Dewan Pakar Majelis Persatuan Mubaligh Kota
Batam (2017-2022)
5. Pengurus SENKOM Mitra POLRI Kota Batam
(2008-2012 )
6. Pengurus dan Pelatih Silat Persinas ASAD Kota
Batam
7. Konsultan Yayasan Pendidikan Islam Al-Kautsar
Kota Batam (2015-sekarang)
8. Konsultan Yayasan Pendidikan Budi Luhur Kota
Batam (2016- sekarang)
Karya Ilmiah 1. Psikologi Pembelajaran PAI (2017)
Buku 2. Optimalisasi Kepuasan Kerja Tenaga Kependidikan
(2018)

108
3. Psikologi Belajar (2018)
Karya Ilmiah 1. Strategic Management of STAI Ibnu Sina Batam
Jurnal Leaders in Dealing with Asean Economic Society
(AEC) (2017)
2. Analisi Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendidikan
(2016)
3. Kompetensi Sosial Guru Dalam
Meningkatkan Kecakapan Ekstrakurikuler Siswa
(2018)
4. The Effect of Management Knowledge and
Leadership Style to Employee Satisfaction in
Madrasah Aliyah Negeri of Riau Islands Province
(2018)
5. Pentingnya Aktivitas Luar Kelas, 2019
6. Perception of Ushuluddin Faculty Lecturers UIN
Jakarta, UIN Banda Aceh, UIN North Sumatra and
UIN Suska about Soekarno's Nationalism (2019)

109
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai