Anda di halaman 1dari 53

Kemiskinan

dan
Kriminalitas
Mata Kuliah Ekonomi Kota (DK 18-4405)

Dosen: Adjie Pamungkas, S.T., M.Dev.Plg.,Ph.D.


Kelompok 6 Winona Denisha 08211940000075

Humairo Karimatus S. 08211940000082

Nadya Shava S. 08211940000099


KEMISKINAN
INTRODUCTION

1. Apakah kemiskinan kota itu?


2. Siapa yang disebut miskin di kota?
3. Apa penyebab kemiskinan kota?
4. Apa saja dampak kemiskinan terhadap kota?
5. Bagaimana strategi penanggulangan kemiskinan?
KEMISKINAN KOTA
• Ketidakmampuan dalam memenuhi standar kebutuhan hidup di kota

• Keterbatasan dalam sumberdaya maupun aset

• Keterbatasan akses untuk mendapatkan pelayanan dasar seperti perumahan, pendidikan,


kesehatan, dan pekerjaan formal
KEMISKINAN KOTA
Menurut Para ahli

• Levitan (1980) : Kekurangan barang dan pelayanan yg dibutuhkan untuk


mencapai suatu standar hidup yang layak.

• Schiller (1979) : Ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang dan


pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas.

• Friedman (1979) : Ketidaksamaan untuk mengakumulasi basis kekuasaan


sosial.
CIRI-CIRI KEMISKINAN DI KOTA

• Berpendapatan kurang dari total biaya kebutuhan minimum (atau menurut standar)
suatu KK.

• Tidakmampu mengakses pelayanan dasar, baik karena keterbatasan sumberdaya


maupun haknya dilanggar.

• Lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi
sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki potensi lebih tinggi.
Skema Kemiskinan
KEMISKINAN

UPAH/PENDAPATAN RUMAH YANG TIDAK MAKANAN


RENDAH LAYAK DAN PADAT YANG TIDAK
LAYAK

KURANGNYA KEAHLIAN kehilangan STRESS DAN


RENDAHNYA KESEHATAN

RENDAHNYA KEKACAUAN SOSIAL


PENDIDIKAN

PENAMAAN EFEK
LINGKUNGAN
RENDAHNYA DAN BUDAYA
ANGGARAN
PUBLIK
VICIOUS CIRCLE OF POVERTY
VICIOUS CIRCLE OF POVERTY
KATEGORI KEMISKINAN
KEMISKINAN ABSOLUT
Kemiskinan yang ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi
kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan
dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

KEMISKINAN RELATIF
Pendapatan cukup di suatu wilayah, namun belum tentu cukup di wilayah lain
karena perbedaan standar.
Cirinya :
K ● Membandingkan pendapatan atau pengeluaran rumah tangga dengan
garis kemiskinan
E
A
● Ukuran kemiskinan yang banyak digunakan di negara berkembang

M
B Ilustrasi :

I Seseorang yang berpenghasilan rendah


S yang tinggal di ibukota.

S
O Contoh Kasus →
K Indeks kedalaman kemiskinan (P1)
L

yakni rata-rata kesenjangan
I pengeluaran penduduk miskin
U dengan garis kemiskinan.
N
T
● P1 di Kulon Progo naik dari 2,72
menjadi 3,32.
A ● Jika P1 (rata-rata kesenjangan)

N semakin tinggi, maka kemiskinan


semakin sulit dientaskan.
Sumber : https://www.antaranews.com
K ●
Cirinya :
Tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan
E antardaerah dan antar waktu karena tidak mencerminkan tingkat
R kesejahteraan yang sama.

M
E ● Biasanya mencantumkan dua informasi, yakni informasi kuantitatif
I yang mencerminkan distribusi dan informasi distribusi itu sendiri.
L Contohnya, 60 persen dari nilai tengah pendapatan masyarakat dan
S 20 persen atau 40 persen penduduk dengan tingkat kesejahteraan
A terbawah.

K Sumber : (Dokumen TNP2K,2020)

T
I Ilustrasi :
I
N
F
Seseorang yang memiliki penghasilan cukup di Indonesia, bila
jumlahnya disamakan berdasarkan nilai mata uang di AS, maka ia
A bisa termasuk golongan miskin di AS.

N
PENYEBAB KEMISKINAN

• KEMISKINAN ALAMIAH → (Kelangkaan sumberdaya, teknologi minim, dan bencana


alam)
Kategori ini umumnya masih dapat diperlunak dengan adanya pranata tradisional (gotong
royong, tenggang rasa)

• KEMISKINAN STRUKTURAL → Tidak adanya pemerataan pendapatan karena


pengaruh struktur sosial terhadap kepemilikan/akses

• KEMISKINAN KULTURAL → Kultur atau budaya masyarakatnya yang sudah


turun-temurun yang membuat mereka menjadi miskin
1. Kemiskinan Alamiah
Umumnya, terjadi pada daerah yang belum terjangkau oleh kebijakan
pembangunan sehingga menjadi daerah tertinggal. (e-journal.uajy.ac.id)

Contoh :
Orang yang berada di Negara Zimbabwe mereka sulit menjadi negara maju
karena daerah mereka terkenal sangat tandus dan tidak ada SDA yang bisa dikelola
untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Kemiskinan Struktural
Menurut Selo Soemardjan (1980) :

• Struktur sosial yang berlaku mengurung mereka untuk miskin secara turun
temurun

• Umumnya terjadi dalam masyarakat yang perbedaan kaya dan miskin sangat
tajam (disparitas), sehingga walaupun jumlah sangat banyak namun kalah dengan
minoritas (kaya)

• Selama minoritas memegang kekuasaan politik dan ekonomi, selama itu pula
kemiskinan struktural terjadi
Timbulnya ketergantungan yang kuat dari pihak si
Ciri Kemiskinan Struktural miskin terhadap kelas sosial-ekonomi di atasnya

Robert Chambers (1987) 🡪 Inti dari masalah kemiskinan sebenarnya terletak pada apa
yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Secara rinci, deprivation trap
terdiri dari lima unsur:
Kerentanan dan
1. Kemiskinan itu sendiri
ketidakberdayaan
2. Kelemahan fisik jadi kunci utama

3. Keterasingan atau kadar isolasi → terbatasnya akses terhadap informasi

4. Kerentanan

5. Ketidakberdayaan → tidak mampu mengenyam pendidikan, tidak memiliki keterampilan

• Petani tanpa tanah


• Migran yang menjadi informal
Contoh Kemiskinan Struktural
• PKL, buruh, asongan
• Tinggal di rumah kumuh
3. Contoh Kemiskinan Kultural

● Kepercayaan masyarakat pada pepatah “banyak


anak banyak rezeki” yang mendorong masyarakat
memiliki banyak anak
● Adanya anggapan bahwa rezeki telah diatur oleh
Tuhan. Sehingga masyarakat lebih menerima
nasib dibanding usaha
● Suku Baduy sampai saat ini mempertahankan
adat istiadat menolak adanya kemajuan teknologi
● Memilih untuk mencuri untuk memenuhi
kebutuhan hidup

Sumber; https://tribunkaltimwiki.tribunnews.com
PENGHITUNGAN KEMISKINAN
menurut BPS

• Badan Pusat Statistik (BPS) pertama kali melakukan penghitungan jumlah dan persentase
penduduk miskin pada tahun 1984

• Sejak itu, setiap tiga tahun sekali BPS secara rutin mengeluarkan data jumlah dan
persentase penduduk miskin yang disajikan menurut daerah perkotaan dan perdesaan

• Sejak tahun 2003, BPS secara rutin mengeluarkan data jumlah dan persentase penduduk
miskin setiap tahun → data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Panel Modul
Konsumsi setiap bulan Februari atau Maret

• BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar (basic needs approach) yang mana kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan (makanan & bukan
makanan)
INDEKS KEMISKINAN MANUSIA
(IKM) MENURUT UNDP
• Bentuk pengukuran kemiskinan yang relatif baru dan lebih luas dari sekedar mengukur dari
indikator pendapatan dan pengeluaran

• Dikenalkan UNDP kombinasi antara:


– indikator angka harapan hidup,
– tingkat buta huruf,
– tingkat kekurangan gizi,
– akses terhadap sarana air bersih, dan
– fasilitas kesehatan
(UNDP, 2001)
PENDUDUK MISKIN MENURUT BPS:

• Penduduk dikatakan sangat miskin apabila kemampuan memenuhi


konsumsi makanan hanya mencapai 900/kalori/orang/hari ditambah
kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 120.000/orang/bulan.

• Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi


makanan hanya mencapai antara 1900/2100 kalori/orang/hari ditambah
kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 120.000-Rp.
150.000/orang/bulan.

• Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi


konsumsi makanan hanya mencapai 2100/23000 kalori/orang/hari dan
kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 150.000-Rp.
175.000/orang/bulan.
INDIKATOR KEMISKINAN
(MENURUT BPS)
• Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang • Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali
dari 8m2 per orang seminggu.
• Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari • Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
tanah/bambu/kayu murahan • Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam
• Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ sehari
rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok • Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di
puskesmas/ poliklinik
tanpa diplester.
• Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani
• Tidak memiliki fasilitas buang air besar/
dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh
bersama-sama dengan rumah tangga lain. bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya
• Sumber penerangan rumah tangga tidak dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
menggunakan listrik. • Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/
• Sumber air minum berasal dari sumur/ mata tidak tamat SD/ tamat SD.
air tidak terlindung/ sungai/ air hujan. • Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual
• Bahan bakar untuk memasak sehari-hari dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor
adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya.

Catatan : Jika minimal 9 variabel terpenuhi, maka suatu rumah tangga dapat dikatakan miskin.
Contoh Kasus Kemiskinan Bapak X di Pinggir Rel Kereta Api
Stasiun Tanah Abang

Interpretasi :
Berdasarkan uji kriteria kemiskinan menurut BPS, kondisi
rumah tangga Bapak X memenuhi 9 dari 13 variabel penentu
kemiskinan -> Keluarga Bapak X dapat dikatakan miskin.

(Yandri & Bambang, 2018).


DAMPAK KEMISKINAN

Pengangguran

Rendahnya Kesehatan dan Pendidikan Masyarakat

Meningkatnya Kriminalitas

Tumbuhnya sektor informal

Banyaknya permukiman kumuh


Tumbuhnya Sektor Informal
Sektor informal merupakan kegiatan ekonomi alternatif yang:
● berskala kecil,
● manajemen individu, dan
● tidak terorganisasi,
● sebagai reaksi dari adanya krisis ekonomi.

Contoh:
Keberadaan sektor formal di kota, misalnya perkantoran atau
industri akan diikuti dengan maraknya berbagai sektor
informal, seperti pedagang kaki lima dan pelayanan jasa-jasa
kecil.
PKL di trotoar Sudirman Jakarta
Peta Kemiskinan Dunia
Sumber : BPS tahun 2019
Sumber : BPS tahun 2019
BISAKAH KEMISKINAN
LENYAP?

LENYAP? TIDAK BISA.


BERKURANG? BISA.

→ KEMISKINAN ABSOLUT BISA HILANG,


KEMISKINAN RELATIF TIDAK BISA
HILANG
Fenomena di Negara Maju
• Kemiskinan tertinggi dialami oleh ras minoritas, anak-anak, female-headed
households, putus sekolah, penduduk di pusat kota (Central city poverty)
• Spatial mismatch akibat suburbanisasi yang diskriminatif
• Welfare reform package dan pengaruhnya terhadap labor markets
Central City Poverty
1. Ketergantungan pada transportasi umum
2. Kesempatan lebih tinggi untuk dapat program
bantuan
3. (U.S.) : Diskriminasi kesempatan bekerja
(keluarga kulit hitam sulit untuk mengakses
pekerjaan karena faktor proximity)

Dalam riset yang disusun Pusat Penelitian dan Data Sensus Pew, lebih dari 45,3 juta orang di AS dinyatakan
hidup miskin. Jumlah ini berdasarkan garis kemiskinan di AS, yaitu sebesar US$24 ribu (Rp319 juta) untuk
tiap keluarga dengan empat anggota. Dari jumlah tersebut, sekitar 14,7 juta di antaranya, atau sekitar 20
persen, adalah anak-anak.
Fenomena di Negara Berkembang
• Kemiskinan absolut
• Awalnya kemiskinan dikenal sebagai fenomena rural
• Meningkatnya urbanisasi mengubah fenomena menjadi perpindahan beban
kemiskinan dari rural ke kota

Urbanisasi masyarakat ke Kota Jakarta


BAGAIMANA
MENGURANGINYA?
• Pertumbuhan ekonomi yang merata (tingginya pendapatan dapat membantu redistribusi)
• Mengurangi pengangguran (kebijakan dalam mempertimbangkan supply and demand)
• Pajak Progresif (semakin tinggi pendapatan, semakin besar pajaknya)

Kerangka Kerja
Strategi Penanggulangan
Kemiskinan
KRIMINALITAS
DEFINISI KRIMINALITAS
menurut para ahli

- Elliot (Husein, 2003)


Kejahatan adalah suatu masalah dalam masyarakat modern atau tingkah laku yang
gagal dan melanggar hukum dapat dijatuhi hukuman penjara, hukuman mati,
hukuman denda dan seterusnya.
- W.A. Bonger (Husein, 2003)
Kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang memperoleh tantangan
dengan sadar dari Negara berupa pemberian penderitaan.
- Richard Quinney (Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2001:11)
Kejahatan adalah perilaku manusia yang diciptakan oleh para pelaku yang berwenang
dalam masyarakat yang terorganisasi secara politik atau kualifikasi atas perilaku yang
melanggar hukum dirumuskan oleh warga masyarakat yang mempunyai kekuasaan.
JENIS Menurut para ahli
KRIMINALITAS

1. Brown Criminal, yaitu orang berdasarkan pada doktrin atavisme (adanya


sifat hewani yang diturunkan pada diri seseorang)

2. Nsane criminal, yaitu orang-orang yang tergolong ke dalam kelompok idiot,


embisil atau paranoid

3. Occasional criminal atau crim inaloid, yaitu pelaku kejahatan berdasarkan


pengalaman yang terus-menerus sehingga mempengaruhi pribadinya

4. Riminals of passion, yaitu pelaku kejahatan yang melakukan tindakannya


karena marah, cinta atau karena kehormatan

Sumber : http://repository.umy.ac.id
JENIS Menurut POLRI (Polisi Republik Indonesia)
KRIMINALITAS
1. Konvensional, yaitu kejahatan terhadap ketertiban umum, membahayakan
keamanan umum bagi orang/ barang, sengaja menimbulkan kebakaran/
pembakaran, sumpah palsu dan keterangan palsu, pemalsuan materai, pemalsuan
surat, perzinahan, perkosaan, cabul, pornografi, aborsi, pernikahan dibawah
umur, perjudian, penghinaan, penculikan, perbuatan tidak menyenangkan,
pembunuhan, penganiayaan berat, kekerasan terhadap orang/ barang secara
bersama-sama, mengakibatkan orang mati, mengakibatkan orang luka, laka
lantas korban meninggal dunia, dan lain lain.

2. Transnasional, contohnya narkotika dan psikotropika, terorisme, perompakan,


pembajakan, perdagangan manusia, pencucian uang, kejahatan dunia maya,
penyelundupan senjata api, kejahatan ekonomi lintas negara, dan kejahatan
transnasional lainnya.

Sumber : http://repository.untag-sby.ac.id
JENIS Menurut POLRI (Polisi Republik Indonesia)
KRIMINALITAS
3. Kejahatan terhadap kekayaan negara, Jenis kejahatan ini seperti korupsi, illegal
logging, illegal fishing, illegal mining, lingkungan hidup, fiskal, bbm illegal,
penyelundupan, cukai, karantina (hewan, ikan, tumbuhan), Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI), kejahatan terhadap benda bersejarah, kejahatan terhadap
kekayaan negara lainnya.

4. Kejahatan Kontinjensi, dengan contoh konflik suku/ agama/ ras/ sara, konflik
adat, separatisme, keamanan negara, konflik aparat, konflik aparat dengan
masyarakat, bentrok massa, pemogokan buruh, unjuk rasa anarkis.

Sumber : http://repository.untag-sby.ac.id
Penyebab Terjadinya Kriminalitas

● Kondisi sosial : pengangguran dan kemiskinan yang menjamur, kondisi


lingkungan yang mendukung kejahatan, tekanan mental dan kebencian
● Urbanisasi : negara berkembang dengan perpindahan penduduknya yang
meledak
● Moral : kurangnya pendidikan berkarakter pada usia dini
● Degradasi Mental : akibat dari stres, depresi, emosi, atau penyakit mental
yang membuat seseorang melakukan kriminalitas untuk meredam degradasi
mentalnya.
ANGKA TERJADINYA KRIMINALITAS
(dalam persen)
Lanjutan...
Dampak Kriminalitas

Menimbulkan rasa tidak aman, kecemasan,


ketakutan dan kepanikan di tengah masyarakat.

Banyak materi dan energy terbuang dengan


sia-sia oleh gangguan-gangguan kriminalitas.

Menambah beban ekonomis yang semakin besar


kepada sebagian besar masyarakatnya.
Peta Kriminalitas Dunia
Upaya Mencegah Kejahatan Kriminalitas

Ada dua tahapan dalam pencegahan dan penanggulangan terhadap


kriminalitas, antara lain:

• Secara langsung : dengan memberikan pengamanan fisik terhadap


obyek, memperbaiki lingkungan dan menyempurnakan struktur sosial
serta memperbaharui hukum yang sudah tidak relevan.
• Adapun secara tidak langsung, bisa dengan memberikan penyuluhan
dan sosialisasi serta kesadaran dan tanggung jawab terhadap
masalah kejahatan, membuat peraturan dan ancaman,
menumbuhkan kesan akan adanya pengawasan, dan sebagainya.
STRATEGI MENGATASI KRIMINALITAS

1. Menciptakan Lapangan Kerja Sebanyak-Banyaknya.


2. Adanya Tindakan Tegas Dari Aparat Hukum.
3. Menjunjung tinggi norma-norma seperti norma agama, norma hukum, dan
norma sosial.
4. Tidak mengikuti emosi atau tidak mudah terpancing emosi
5. Peran orang tua semakin ditingkatkan
6. Lebih selektif terhadap budaya-budaya asing yang masuk
7. Meningkatkan kerja sama antara aparat/ pihak tertentu dengan seluruh
masyarakat demi menjaga keamanan dan ketertiban bersama.
8. Tidak melakukan tebang pilih, yakni berlaku tidak adil terhadap pelaku tindak
kejahatan.
KRIMINALITAS
Studi Kasus
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, KEPADATAN PENDUDUK DAN
PENGANGGURAN TERHADAP KRIMINALITAS PERKOTAAN ACEH

(Fajri & Rizki, 2019)


Tabel tingkat kepadatan penduduk di Lima Kota
Provinsi Aceh

• Kepadatan penduduk yang tinggi dapat


menimbulkan semakin terbatasnya lapangan
pekerjaan
• Kondisi ini menyebabkan ikut meningkatnya
persaingan dunia kerja yang ketat

Grafik kriminalitas di Lima Kota Provinsi Aceh


• Tingkat Kriminalitas di Lima Kota Provinsi Aceh
mengalami naik turun.
• Tingkat kriminalitas yang paling tinggi adalah
Kota Banda Aceh dan yang paling rendah yaitu
Kota sabang

(Fajri & Rizki, 2019)


● Kota Banda Aceh merupakan kota yang paling tinggi tingkat
PDRBnya. Sedangkan kota yang paling rendah PDRBnya adalah
Kota Langsa.

(Fajri & Rizki, 2019)


● Menggunakan metode analisis kuantitatif
dengan memakai data panel, yaitu kombinasi
data time series (deret waktu) dan cross
section (data silang)

Model yang dihasilkan dari penelitian ini sebagai


berikut:

● Variabel kepadatan penduduk memiliki nilai koefisien regresi 0.462479 dan hasil probabilitas sebesar
0.0003 < 0,05. Artinya semakin tinggi kepadatan penduduk maka kriminalitas juga meningkat
● Variabel PDRB Perkapita memiliki nilai koefisien regresi -26.83167 dan hasil probabilitas sebesar 0.0503
< 0,05 Artinya semakin tinggi PDRB Perkapita maka kriminalitas akan menurut
● Variable UNP/pengangguran memiliki nilai koefisien regresi 171.0790 dan hasil probabilitas sebesar
0.0001 < 0,05. Artinya semakin tinggi jumlah pengangguran maka kriminalitas juga semakin meningkat.
● Setiap kenaikan jumlah pengangguran sebanyak 1% akan meningkatkan jumlah kriminalitas sebesar
171.7 jumlah kasus.

(Fajri & Rizki, 2019)


Interpretasi Hasil :
Setelah melakukan perhitungan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kepadatan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap


kriminalitas.
Artinya semakin tinggi kepadatan penduduk di empat kota di Provinsi Aceh,
maka kriminalitas di empat kota di Provinsi Aceh juga meningkat

2. PDRB Perkapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kriminalitas.


Artinya semakin tinggi PDRB Perkapita di empat kota di Provinsi Aceh maka
kriminalitas akan menurun

3. Tingkat pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap


kriminalitas.
Artinya semakin tinggi tingkat pengangguran di empat kota di Provinsi Aceh,
maka kriminalitas di empat kota di Provinsi Aceh juga meningkat
KESIMPULAN
Hal yang penting dari pertumbuhan ekonomi adalah sejauh mana kaum
miskin dapat ikut berpartisipasi, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat
membantu mengurangi kemiskinan, bukan memperlebar kesenjangan

Kejahatan merupakan produk dari masyarakat, sehingga apabila


kesadaran hukum telah tumbuh di masyarakat, maka dengan sendiri tingkat
kriminalitas akan turun, sehingga tujuan akhir politik kriminal, yaitu upaya
perlindungan masyarakat dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat
akan terwujud.
Thank
You!!
Daftar Pustaka
Fajri, R. E. & Cut Zakia Rizki. (2019). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kepadatan Penduduk dan
Pengangguran Terhadap Kriminalitas Perkotaan Aceh.
Necolsen, G. (2020, Juli 17). Suku Baduy, Mempertahankan Budaya dengan Menolak Pengaruh dari Luar.
[Halaman web]. Diakses dari
https://tribunkaltimwiki.tribunnews.com/2020/07/17/suku-baduy-mempertahankan-budaya-dengan-
menolak-pengaruh-dari-luar?page=3.
Sari, A. P. (2015, Juli 16). Hampir 40 Persen Anak Berkulit Hitam di AS Hidup Miskin. [Halaman web]. Diakses
dari
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150716170959-134-66780/hampir-40-persen-anak-be
rkulit-hitam-di-as-hidup-miskin.
Sutarmi. (2021, Maret 25). BPS Catat Angka Kemiskinan Absolut di Kulon Progo 78.060 Jiwa. [Halaman web].
Diakses dari
https://www.antaranews.com/berita/2063854/bps-catat-angka-kemiskinan-absolut-di-kulon-progo-78
060-jiwa.
Yandri, P. & Bambang Juanda. (2018). Memahami Karakter Kemiskinan Perkotaan dengan Pendekatan
Observasional.

Anda mungkin juga menyukai