Anda di halaman 1dari 9

Permainan Semantik Pada Humor Akun Meme Indonesia Di

Instagram

Disusun oleh:
Aurellya Dinda Pratiwi (205110700111017)
Aurellya Issyibilla (205110700111023)
Fithrotul Faizah (2051107001110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana uraian mengenai jenis-jenis homonimi pada akun meme Indonesia di
Instagram?
2. Bagaimana uraian mengenai jenis-jenis polisemi pada akun meme Indonesia di
Instagram?
BAB II

METODE

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menguraikan jenis-jenis


homonimi dan polisemi pada postingan Instagram akun meme di Indonesia. Data penelitian
ini diperoleh dari unggahan beberapa akun di Instagram. Sumber data yang digunakan adalah
akun-akun yang menggunggah tulisan berisi humor, yaitu akun @pepekomik, @si.itek, dan
@sampahisasi. Postingan di akun-akun tersebut diunggah pada bulan April – September
tahun 2020 dan bulan Juni tahun 2018.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1Jenis-Jenis Homonimi Pada Akun Meme Indonesia di Instagram


A. Pemanfaatan Gejala Bahasa
Chaer (2010, p. 157) mengatakan gejala bahasa dapat diwujudkan dengan
penambahan fonem. Penambahan fonem dapat menimbulkan homonimi, seperti
tampak pada data 1, data 2, dan data 3. Para kreator konten jenaka di instagram
rupanya menyadari hal ini sehingga dimanfaatkan untuk membuat konten
tersebut.
Data 1

Sumber: @pepekomik [29 Agustus 2020]


Data 2

Sumber: @pepekomik [1 September 2020]


Data 3

Sumber: @pepekomik [12 Juli 2020]


Dari data-data di atas, dapat diketahui gejala bahasa berupa penambahan
fonem di awal, di tengah, dan di akhir. Pada data 2 dapat dilihat kata apa tar
justru dimaknai berbeda oleh si murid, si murid justru menganggap kata yang
diucap oleh gurunya adalah avatar. Penambahan fonem /v/ tersebut menimbulkan
kelucuan dan tidak ada hubungan antara apa tar dengan avatar. Di sisi yang lain,
pada data 2, dapat dilihat si ayah marah, karena menganggap si anak
mengucapkan ‘kata siapa’, padahal yang dimaksud oleh si anak adalah ‘Ka Tasya,
Pa’. ‘kata siapa’ dengan ‘Ka Tasya, Pa’ terdapat pergantian fonem /y/ kepada /i/
dan keduanya punya makna yang berbeda. Selanjutnya, pada data 3, ‘tan T’ yang
diucapkan oleh guru justru terdengar ‘tante’ oleh si murid. Ada penambahan
fonem /e/ yang didengar oleh si murid menimbulkan kelucuan. Keduanya
memiliki makna yang berbeda, yaitu tan T adalah salah satu bagian identitas
trigonometri, sedangkan ‘tante’ yang ditangkap negatif oleh si murid adalah
wanita setengah baya yang suka bersenang-senang dengan pemuda.
B. Penggunaan Sebagai Nama
Homonimi pada unggahan di Instagram juga dapat dilihat dari penggunaan
bahasa sebagai nama. Penggunaan sebagai nama dalam unggahan jenaka di
Instagram tampak pada data 4 dan 5.
Data 4

Sumber: @sampahisasi [29 Juni 2020]


Data 5

Sumber: @sampahisasi [4 April 2020]


Berdasarkan data 4 dan 5 menunjukkan penggunaan nama sebagai peramban
web dan nama tokoh salah satu anime. Flying Fox pada data 5 adalah sebuah
penamban web yang salah dipersepsikan karena penamban yang benar adalah Fire
Fox. Selain itu, pada data lima ‘saya sakeee!!’ terdengar Sasuke oleh seorang
penjaga bar, sehingga dia menjawab dengan ‘Narutoooo!!!’. Sake di sini adalah
salah satu arak Jepang, dibuat dari beras yang beragi, biasanya disajikan panas-
panas, sedangkan Sasuke adalah seorang nama karakter fiktif dari anime.
C. Masuknya Kata-Kata Baru
Salah satu bagian dari homonimi bisa ditinjau dari masuknya kata-kata baru,
karena bahasa tidak bisa terlepas dari bahasa yang lain. Masuknya kata-kata baru
pada unggahan jenaka tampak pada data 6.
Data 6

Sumber: @sampahisasi [28 September 2020]


Data 7

Kosakata baru yang terlihat pada data 6 terlihat pada kata ‘mager’ yang justru
dimaknai males membuat pagar, padahal mager sendiri berarti malas gerak. Di
lain sisi, pada data 7 terlihat masuknya kosakata baru yang bersumber dari bahasa
daerah, seperti kata cuk yang dimaksud oleh penutur merupakan kependekan dari
kata cucu yang kemudian dipandang sebagai kata kasar jancuk oleh penerima.
Oleh karena itu, munculnya kata baru mager dan cuk sangat berbeda dengan
maknanya dengan kata pendahulunya sehingga disebut homonimi.

3.2Jenis-Jenis Polisemi Pada Akun Meme Indonesia Di Instagram


A. Adanya Pergeseran Makna
Pergeseran penggunaan makna digunakan dengan memanfaatkan arti dari
suatu kata yang dapat meluas atau menyempit. Pergeseran makna masuk ke dalam
bagian polisemi karena makna baru yang timbul masih berhubungan dengan
makna sebelumnya. Akan tetapi, makna baru tersebut biasanya berubah
bergantung konteks penggunaan. Hal ini dapat dilihat pada data 8.
Data 8

Sumber: @si.itek [3 Juni 2018]


Sumber: @sampahisasi [14 Juli 2020]
Pada data 8, kalimat “kesimpulan ceramah malam ini adalah tinggalkan yang
buruk dan ambil yang baik” yang diucapkann oleh ustad ternyata memiliki
kesalapahaman arti yang dicerna oleh si itek. Di sinilah para kreator konten
jenaka berupaya membuat kelucuan. Dalam ilmu bahasa ada istilah untuk satuan
kebahasaan yang memiliki bentuk sama, tetapi berbeda maknanya. Ustad tersebut
mengucapkan kalimat “tinggalkan yang buruk dan ambil yang baik” yang berarti
meninggalkan atau tidak melakukakan hal-hal yang buruk atau tercela dan
melakukan hal yang baik. Namun, hal tersebut dipandang berbeda oleh si itek.
Dia justru meninggalkan barang yang buruk yang di mana ia memiliki sendal
yang jelek sehingga memilih untuk mengambil sendal milik orang lain yag lebih
baik.
Selanjutnya, pada data 9 menggunakan kata kunci, yang diperuntukkan untuk
sebuah teknik gulat yang justru dibuat sebuah humor dengan mengubah kata
kunci yang diperuntukkan sandi atau kode. Keduanya memiliki kesamaan yaitu
usaha/ upaya untuk membuka kunci.
B. Penggunaan Istilah
Penggunaan istilah biasanya ditimbulkan, karena adanya pertukaran persepsi
dari penutur dengan yang mendengar tuturan tersebut. Perbedaan persepsi
keduanya dijadikan bahan humor oleh si kreator. Penggunaan istilah tampak pada
data 9.
Data 9

Sumber: @si.itek [12 September 2020]


Polisemi dari data 9 dapat dilihat dari istilah putih. Istilah putih pada kalimat
yang putih duluan lah mengandung makna ‘warna kuda pada permainan catur’.
Dalam respon rasis lu m*nyet terlihat adanya perbedaan persepsi kata putih yang
diterima, yakni warna kulit dari salah satu golongan. Namun, keduanya tetap
memiliki hubungan, yaitu sama-sama berarti warna.
PENUTUP
Penambahan fonem dapat menimbulkan homonimi yang dapat membuat suatu
humor dari kata ambiguitas sehingga permainan kata dalam suatu humor ternyata
juga sering digunakan dan sering dijumpai di konten jenaka media sosial. Para konten
kreator sangat paham akan adanya satuan kata yang sama namun memilki makna
yang berbeda sehingga hal tersebut menjadi bahan untuk menciptakan kelucuan
dalam meme yang diunggah di akun Instagram konten mereka.
Ambiguitas dalam suatu kata yang terdapat pada unggahan di instagram yang
diwujudkan homonimi tersebut dengan strategi permanfaatan gejala bahasa,
penggunaan sebagai nama, masuknya kata-kata baru, Tak hanya itu adapun berupa
polisemi dengan stratrgi pergeseran makna dan penggunaan istilah yang dapat
menimulkan kelucuan dalam suatu unggahan meme di akun jenaka Instagram
Namun dengan permainan semantik pada akun jenaka di Instargram
terkadang menjadi salah persepsi atau bisa dibilang memiliki pandangan yang
berbeda dalam memaknai humor tersebut. Akan tetapi dari permainan semantik pada
suatu humor atau jenaka di Instagram pada umumnya menimulkan lelucon mudah
dipaham oleh orang ynag membacanya.
Dari sini bisa kita lihat bahwa tak jarang akun humor Instagram menggunakan
permaianan semanik pada meme yang dibuat dan di unggah di akun tersebut. Dari
bahasa seseorang bisa membuat keluconan dengan beberapa strategi contohnya
seperti yang telah dibahas. Tak hanya itu masih banyak pemainan bahasa yang dapat
digunakan untuk membuat leluconan, hal tersebut bisa diteliti lebih lanjut untuk
menyempurnakan kajian tentang tulisan humor di akun jenaka pada unggahan di
Instagram.

Anda mungkin juga menyukai