Abstrak
Dalam setiap aktivitas manusia, bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi. Di era media
sosial, bahasa tidak hanya digunakan sebagai alat untuk berbagi informasi formal, tetapi juga
sering digunakan sebagai wadah untuk bercanda dan menyampaikan perasaan secara bebas.
Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan fenomena pengayaan kosakata Bahasa Indonesia
dalam pemaknaan polisemi dan homonimi yang tersebar di media sosial. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif-deskriptif dengan data berupa komentar dan gambar dari
beberapa akun media sosial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik
dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan metode padan referensial. Hasil
penelitian menunjukan bahwa homonim dan polisemi berperan dalam pembendaharaan
kosakata dalam kamus besar Bahasa Indonesia. Karena pemaknaannya dalam aspek komedi
sangat luas. Diantaranya adalah kata “gigi”, “matahari”, “jalan”, “bubur”, “tanam”, “korek” dan
“bahan”.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan media sosial saat ini meluas keseluruh elemen masyarakat tanpa memandang
usia. We Are Social, perusahaan media dari Inggris, mengungkapkan rata-rata orang Indonesia
menghabiskan 3 jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial1. Melihat data tersebut,
dapat diketahui bahwa aktivitas pada media sosial menjadi hal yang rutin dilakukan oleh orang
Indonesia.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas manusia pasti menggunakan bahasa sebagai
pengantar komunikasi2. Dalam media sosial, Bahasa bukan hanya digunakan sebagai pengantar
1 WK Pertiwi. Riset Ungkap Pola Pemakaian Medsos Orang Indonesia. Kompas.com, 1 Maret 2018,
https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-pola-pemakaian-medsos-orang-indonesia
2 M Sitangga dan Asmara, R. Realisasi Bahasa Indonesia Penderita Bibir Sumbing Sebuah Studi Kasus. (Vol.17
No.3. Litera: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya) Hal. 393-408. doi:
http://dx.doi.org/10.21831/ltr.v17i3.18883
untuk membagikan komunikasi dalam bentuk informasi formal, Bahasa dalam media sosial
juga kerap digunakan sebagai ajang untuk berkomedi dan mencurahkan isi hati. Dalam
berkomedi, tuturan yang terdapat dalam kalimat humor kerap memunculkan makna baru, hal
ini diakibatkan oleh penyimpangan antara konsep dengan objeknya, peloncatan secara tiba-tiba
dari suatu konteks ke konteks yang lain.3
Tuturan humor muncul karena adanya interferensi bahasa. Interferensi bahasa terjadi pada
tataran fonologis, leksikal, dan gramatikal. Pada tataran fonologis, interferensi bisa
menghasilkan penghilangan bunyi konsonan di akhir kata. Pada tataran leksikal, interferensi
bisa terlihat dalam campuran kosakata. Sedangkan pada tataran gramatikal, interferensi bisa
menghasilkan kesalahan struktur urutan kata yang mengakibatkan ambiguitas 4 . Interferensi
bahasa ini juga menyebabkan ambiguitas leksikal, yang menghasilkan permainan kata dan
Bahasa seperti homonimi dan polisemi.
Polisemi merupakan kata atau frase yang mengandung makna lebih dari satu (kegandaan
makna)5. Polisemi terjadi ketika kata atau gabungan kata digunakan dalam konteks tuturan yang
berbeda, dan hal ini dapat menghasilkan pemahaman baru antara pembicara dan pendengar.
Sedangkan homonim adalah fenomena kebahasaan di mana terdapat kata-kata yang
memiliki pengucapan yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Pateda menjelaskan
bahwa homonimi adalah nama sama untuk benda yang berlainan 6 . Selanjutnya Parera
menjelaskan bahwa homonimi ialah dua ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya atau
sama ejaan atau tulisannya7.
Jumlah polisemi dan homonim yang tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
juga berpengaruh terhadap perbendaharaan kosakata. Hal ini dapat dilihat dari penambahan
jumlah entri yang terjadi pada setiap edisi KBBI. Pada edisi ketiga jumlah lema dan sublema
78.000, sementara di edisi keempat berjumlah 90.000 lema8. Hal tersebut menunjukkan bahwa
3 Zulfatun Anisah. Polisemi Pada Wacana Humor Indonesia Lawak Klub. (Vol.6 No.2 Al Hikmah Jurnal Studi
Keislaman, 2016) hal. 153.
4 Shalima, I. dan Nurnaningsih, N. Interferensi Bahasa Bima Ke Dalam Bahasa Indonesia: Studi Kasus
Masyarakat Kampung Muhajirin Kota Bima. (Vol.2 No.1, Transformatika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya) hal.77–87. doi: 10.31002/transformatika.v2i1.725.
5 M Pateda. Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 214.
6 M Pateda, hal. 211.
7 Parera, J. D. Teori Semantik Edisi Kedua. (Jakarta: Erlangga, 2004)
8 KBBI edisi keempat, 2008
pada edisi keempat terdapat penambahan lema dan sublema sebanyak 12.000. Sedangkan pada
edisi kelima lema bertambah menjadi 112.000 yang berarti terjadi penambahan lema dan
sublema sebanyak 22.000. Melalui hal tersebut kita dapat mengetahui polisemi dan homonim
memiliki andil yang cukup besar dalam menambah jumlah entri disetiap edisinya.
Tidak semua penambahan yang terjadi pada lema KBBI berhubungan dengan polisemi dan
homonim, tetapi polisemi dan homonim juga berkontribusi dalam menentukan jumlah entri
KBBI. Penambahan tersebut dapat terus berlangsung jika pengguna bahasa melakukan
penelitian lebih lanjut untuk menemukan leksem-leksem yang menghasilkan makna baru.
Untuk menambahkan entri dalam KBBI, ada proses resmi dan mekanisme yang harus
diikuti. Pertama, pengguna terdaftar membuat usulan kata atau makna baru yang selanjutnya
akan diproses oleh editor dengan memeriksa ketepatan konsep dan format usulan. Setelahnya
redaktur akan memverifikasi ketepatan konsep dan format usulan lalu validator akan
memvalidasi ketepatan konsep dan format usulan. Terakhir, penambahan kata atau makna baru
dapat diakses melalui tautan pemutakhiran di beranda.
Rumusan masalah difokuskan pada tiga hal, (1) bentuk polisemi dan homonim dalam
cuitan dimedia sosial, (2) arti kata yang mengandung makna polisemi dan homonim dalam
KBBI dan (3) penyebab kegandaan makna pada kata yang dituju. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan tiga fokus tersebut. Tujuan lebih lanjut, makna baru yang sudah diujikan melalui
komponen makna dan medan makna akan menjadi rujukan tambahan dalam KBBI.
Atas permasalahan di atas, artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan fenomena
pengayaan kosakata Bahasa Indonesia dalam pemaknaan polisemi dan homonimi yang tersebar
di media sosial lalu mencocokan maknanya dengan makna yang terdapat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan menguraikan makna dari maksud yang sebenarnya. Untuk tujuan lebih
lanjut adalah pengusulan makna yang ditemukan yang belum terdapat pada KBBI V.
(Data 1)
Kata Gigi13 menurut kamus besar Bahasa Indonesia memiliki makna:
1 n tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh tersusun berakar di dalam
gusi dan kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit.
2 n sesuatu yang bentuknya seperti gigi: -- sisir; -- gergaji
3 n ki kekuasaan: ia mulai memperlihatkan (menunjukkan) –nya.
Setelah membaca sekilas kalimat awal, kita akan langsung tertuju pada gigi yang berada
didalam mulut karna ada kata “cabut14” yang dalam kamus besar Bahasa Indonesia artinya:
1 v mencabut
2 v Kom meniadakan naskah yang sudah diset
3 v cak keluar (pergi, lari) dari suatu tempat: jangan biarkan dia -- dari sekolah
Jika dilihat secara sekilas, pembaca akan berpikir bahwa yang dibahas merupakan gigi yang
merupakan tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang akan dikeluarkan dari mulut.
Akan tetapi jika melanjutkan pada kalimat setelahnya terdapat kata “matic” yang
merupakan padanan dari mesin bermotor, dan gigi juga merupakan komponen dari kendaraan
bermotor yang digunakan untuk meningkatkan dan mengurangi kecepatan kendaraan.
Di sinilah bentuk tuturan humor homonim dalam cuitan @dongshiceng. Pertama pembaca
akan memaknai kata “gigi” sebagai bagian tubuh manusia karna ada kata dicabut setelahnya.
Sebagai punchline, akun tersebut menambahkan kata “matic” diakhir yang mana ini akan
membuat pembaca bingung dan tergelak karna kata “gigi” ini beralih makna menjadi gigi dalam
(Data 2)
Kata bumi makin panas mengacu pada kosakata Matahari16 yang artinya:
1 n Astron (huruf pertama biasa ditulis kapital) bintang yang merupakan pusat tata
surya, memancarkan panas dan cahaya ke Bumi dan planet-planet lain yang
mengedarinya, sebagian besar kandungannya berupa hidrogen dan helium
Jika diperhatikan secara sekilas, pembaca mungkin akan mengira bahwa yang dibahas
adalah matahari pada makna aslinya merupakan pusat tatasurya yang mengeluarkan energi
panas. Namun, jika melanjutkan membaca pada kalimat berikutnya, terdapat kata "cabang"
yang merupakan istilah untuk sebuah usaha atau toko. Selain itu, dalam kehidupan masyarakat
Indonesia matahari sudah tidak asing lagi dimaknai sebagai “nama plaza, supermarket” yang
memiliki banyak cabang.
Di sinilah terjadi tuturan humor homonim dalam cuitan di gambar tersebut. Pada
awalnya, pembaca akan memahami kata "matahari" sebagai pusat tatasurya karena ada kata
"panas" setelahnya. Sebagai punchline, akun tersebut menambahkan kata "cabang dimana
mana" di akhir kalimat yang membuat pembaca bingung dan kemudian tertawa, karena kata
"matahari" berubah makna menjadi plaza yang memiliki cabang.
Dalam tesaurus kata, tidak ada makna untuk "matahari" yang mengacu pada makna
nama plaza atau supermarket, karena dalam kamus toko matahari hanya dimaknai "plaza17",
yaitu n pusat pertokoan dengan tempat parkir.
Ko.rek2
1 n alat untuk memantik api; pemantik api; geretan
Ko.rek3
1 a hati-hati (sesuai dengan segala sesuatu yang benar); teliti: pejabat harus bertindak
-- terhadap aspirasi yang datang dari masyarakat
Pada kalimat diatas terdapat kata “korek api19” yang bermakna alat untuk memantik api;
pemantik api; geretan. Pada kegunaannya korek api berfungsi sebagai penyulut api yang bisa
membuat api menyala. Makna ini mengacu pada tesaurus 2.
Sedangkan kalimat selanjutnya terdapat kata “korek kuping20” yang bermakna alat berupa
batang pendek dari logam atau kayu dengan ujung yang agak membengkok dan melengkung,
digunakan untuk membersihkan telinga dari benda asing dan kotoran. Makna ini mengacu pada
tesaurus 1.
Kalimat humor diatas menyamakan prinsip “korek” pada korek kuping dengan makna
“korek” pada korek api. Padahal, walaupun keduanya sama disebut korek tetapi pada
penggunaannya kata ini berbeda.
b. Polisemi
(Data 4)
Kata Jalan22 menurut kamus besar Bahasa Indonesia memiliki makna:
1 n tempat untuk lalu lintas orang (kendaraan dan sebagainya): mobil kami melewati -
-yang sempit dan berbelok-belok
2 n perlintasan (dari suatu tempat ke tempat lain): -- ke Bandung lewat Puncak selalu
macet
3 n yang dilalui atau dipakai untuk keluar masuk: -- masuk ke Tugu Monumen Nasional
melalui lorong di bawah tanah
4 n lintasan; orbit (tentang benda di ruang angkasa): satelit itu berputar mengelilingi
bumi melalui --nya
5 n gerak maju atau mundur (tentang kendaraan): mobil itu sangat laju –nya
Yang dimaksud oleh akun @ateezkeenan dalam cuitannya bukan “jalan” dalam makna
primernya atau dalam makna konteks kaki yang bisa berjalan pada umumnya. Akan tetapi
makna kata “jalan” tersebut mengacu pada makna sekundernya atau pada kata “kencan23”.
21 C.P. Wilson. Jokes: Form, Content, Use And Function. (London: Academic Press. 1979)
22 Jalan, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/jalan
23 Kencan, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kencan
Kencan menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti janji untuk saling bertemu di suatu
tempat pada waktu yang telah ditentukan bersama (antara teman, muda-mudi, kekasih).
Dalam tesaurus kata “jalan” belum terdapat makna berpergian dengan pasangan, hal ini
disebabkan karna makna berjalan Bersama pasangan sudah terdapat pada tesaurus kata
“kencan”. Pada penggunaannya saat ini, kata kencan jarang digunakan untuk istilah berjalan
bersama pasangan, orang orang lebih sering untuk mensederhanakannya dengan kata “jalan”.
Belum terdapat makna berjalan Bersama pasangan untuk lema “jalan” dalam kamus besar
Bahasa Indonesia.
(Data 5)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia bubur24 artinya adalah:
1 n makanan lembek dan berair yang dibuat dari beras, kacang-kacangan, dan
sebagainya yang direbus: setiap pagi ia makan -- kacang hijau
2 n barang yang rupanya sebagai bubur: -- kertas
Pada kalimat diatas, bubur bayi mengacu pada makna makanan lembek yang direbus
tebuat dari beras dan diperuntukan untuk makanan bayi. Sedangkan pada kalimat selanjutnya,
bubur ayam mengacu pada makna makanan lembek yang direbus terbuat dari beras dan
dipadukan dengan kaldu ataupun daging ayam. Akan tetapi, sebagai bentuk humor dalam
kalimat ini, bubur ayam dimaknai sebagai bubur yang diperuntukan untuk makanan ayam.
Kata “Tanam” diawal mengacu pada objek baterai yang merupakan tipe baterai menyatu
dengan komponen casing HP. Disebut baterai tanam karna tidak bisa dilepas pasang
sembarangan. Akan tetapi pada kalimat setelahnya penulis menyelipkan kata “panen26” yang
memiliki arti:
1 n pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau ladang
2 v beroleh keuntungan atau rezeki (dengan mudah): penjual es -- duit pada musim
kemarau ini
(Data 7)
Bahan27 menurut kamus besar bahasa indonesia memiliki arti:
Ba.han1
1 n pecahan kayu (yang terbuang ketika menarah); tatal kayu
Ba.han2
1 n barang yang akan dibuat menjadi satu benda tertentu; bakal
2 n (segala) sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu, seperti
untuk pedoman atau pegangan, untuk mengajar, memberi ceramah
3 n sesuatu yang menjadi sebab (pangkal) atau sikap (perbuatan): -- tertawaan; --
pertikaian (perselisihan)
4 n barang yang akan dipakai untuk bukti (keterangan, alasan, dan sebagainya): ia
sedang mengumpulkan -- untuk menyusun tesisnya
Pada Data diatas diketahui penulis ingin menyampaikan punchlinenya melalui kata
“bahan”. Yang mana pada kalimat pertama penulis menyampaikan “enak ya chatan sama
tukang jahit”, pada awalnya tidak ada yang aneh disini sampai pada kalimat berikutnya “banyak
bahan”. Bahan disini memiliki 2 makna yang berbeda. Disatu sisi, penjahit identik dengan
bahan bahan jaitan yang berupa kain dan semacamnya. Akan tetapi, kurang tepat jika makna
tersebut disejajarkan dengan konteks “chattan” yang berarti obrolan di media sosial.
Kosakata “bahan” pada kalimat ini terdapat pada tesaurus lema “Bahan2”. Jika bahan
penjahit itu mengacu pada n barang yang akan dibuat menjadi satu benda tertentu; bakal. Maka
KESIMPULAN
Pengayaan kosakata polisemi dan homonimi tentu saja sangat berpengaruh dalam
pembendaharaan kosakata di kamus besar Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena makna
yang terkandung dalam kosakata homonim san polisemi banyak mengandung makna lain dan
ambiguitas. Karena polisemi sendiri lahir dari ambiguitas.
Dari penelitian yang sudah diuraikan sebelumnya, telah diketahui bagaimana homonimi
dan polisemi dimanfaatkan untuk menyimpangkan makna demi tujuan membangun sebuah
humor dalam meme di media sosial. Seperti pemanfaatan kosakata yang sama tetapi maknanya
berbeda. Dalam hal ini digunakan beberapa kosakata dari segi homonimi yaitu “gigi”,
“matahari” dan “korek”. Sedangkan dari kosakata polisemi terdapat kata “jalan”, “bubur”,
“tanam” dan “bahan”.
Dari beberapa kosakata yang ditemukan, ternyata terdapat makna yang belum ada dalam
kamus besar Bahasa Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan oleh kata kata tersebut belum
memenuhi kriteria kosakata KKBI. Yang diantara penyebabnya yaitu; mengandung konsep
yang sudah ada dalam Bahasa Indonesia (tidak unik), memiliki bentuk yang tidak sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia (tidak seturut kaidah), memiliki frekuensi kemunculan yang rendah
dalam korpus (frekuensi penggunaan rendah).
DAFTAR PUSTAKA
Anisah, Zulfatun. (2016) Polisemi Pada Wacana Humor Indonesia Lawak Klub. Jurnal Studi
https://doi.org/10.1017/CBO9780511810213.
Pertiwi, W.K. (2018). Riset Ungkap Pola Pemakaian Medsos Orang Indonesia. Retrieved from
https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-pola-pemakaian-
medsos-orang-indonesia
10.31002/transformatika.v2i1.725
Sitangga, M. dan Asmara, R. (2018). Realisasi Bahasa Ndonesia Penderita Bibir Sumbing
Sebuah Studi Kasus. Litera: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya.
Wilson, C.P. (1979). Jokes: Form, Content, Use and Function. London: Academic Press.