Anda di halaman 1dari 13

PENGAYAAN KOSAKATA INDONESIA MELALUI MEDIA SOSIAL YANG

BERSIFAT POLISEMI DAN HOMONIMI SERTA MAKNANYA DALAM KBBI


Siti Robiatul Adawiyah
Bahasa dan Sastra Arab Universitas Islam Negeri Jakarta
Siti.robiatul20@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak
Dalam setiap aktivitas manusia, bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi. Di era media
sosial, bahasa tidak hanya digunakan sebagai alat untuk berbagi informasi formal, tetapi juga
sering digunakan sebagai wadah untuk bercanda dan menyampaikan perasaan secara bebas.
Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan fenomena pengayaan kosakata Bahasa Indonesia
dalam pemaknaan polisemi dan homonimi yang tersebar di media sosial. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif-deskriptif dengan data berupa komentar dan gambar dari
beberapa akun media sosial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik
dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan metode padan referensial. Hasil
penelitian menunjukan bahwa homonim dan polisemi berperan dalam pembendaharaan
kosakata dalam kamus besar Bahasa Indonesia. Karena pemaknaannya dalam aspek komedi
sangat luas. Diantaranya adalah kata “gigi”, “matahari”, “jalan”, “bubur”, “tanam”, “korek” dan
“bahan”.

Kata kunci: media sosial, humor, polisemi, homonim, kosakata

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan media sosial saat ini meluas keseluruh elemen masyarakat tanpa memandang
usia. We Are Social, perusahaan media dari Inggris, mengungkapkan rata-rata orang Indonesia
menghabiskan 3 jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial1. Melihat data tersebut,
dapat diketahui bahwa aktivitas pada media sosial menjadi hal yang rutin dilakukan oleh orang
Indonesia.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas manusia pasti menggunakan bahasa sebagai
pengantar komunikasi2. Dalam media sosial, Bahasa bukan hanya digunakan sebagai pengantar

1 WK Pertiwi. Riset Ungkap Pola Pemakaian Medsos Orang Indonesia. Kompas.com, 1 Maret 2018,
https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-pola-pemakaian-medsos-orang-indonesia
2 M Sitangga dan Asmara, R. Realisasi Bahasa Indonesia Penderita Bibir Sumbing Sebuah Studi Kasus. (Vol.17
No.3. Litera: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya) Hal. 393-408. doi:
http://dx.doi.org/10.21831/ltr.v17i3.18883
untuk membagikan komunikasi dalam bentuk informasi formal, Bahasa dalam media sosial
juga kerap digunakan sebagai ajang untuk berkomedi dan mencurahkan isi hati. Dalam
berkomedi, tuturan yang terdapat dalam kalimat humor kerap memunculkan makna baru, hal
ini diakibatkan oleh penyimpangan antara konsep dengan objeknya, peloncatan secara tiba-tiba
dari suatu konteks ke konteks yang lain.3
Tuturan humor muncul karena adanya interferensi bahasa. Interferensi bahasa terjadi pada
tataran fonologis, leksikal, dan gramatikal. Pada tataran fonologis, interferensi bisa
menghasilkan penghilangan bunyi konsonan di akhir kata. Pada tataran leksikal, interferensi
bisa terlihat dalam campuran kosakata. Sedangkan pada tataran gramatikal, interferensi bisa
menghasilkan kesalahan struktur urutan kata yang mengakibatkan ambiguitas 4 . Interferensi
bahasa ini juga menyebabkan ambiguitas leksikal, yang menghasilkan permainan kata dan
Bahasa seperti homonimi dan polisemi.
Polisemi merupakan kata atau frase yang mengandung makna lebih dari satu (kegandaan
makna)5. Polisemi terjadi ketika kata atau gabungan kata digunakan dalam konteks tuturan yang
berbeda, dan hal ini dapat menghasilkan pemahaman baru antara pembicara dan pendengar.
Sedangkan homonim adalah fenomena kebahasaan di mana terdapat kata-kata yang
memiliki pengucapan yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Pateda menjelaskan
bahwa homonimi adalah nama sama untuk benda yang berlainan 6 . Selanjutnya Parera
menjelaskan bahwa homonimi ialah dua ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya atau
sama ejaan atau tulisannya7.
Jumlah polisemi dan homonim yang tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
juga berpengaruh terhadap perbendaharaan kosakata. Hal ini dapat dilihat dari penambahan
jumlah entri yang terjadi pada setiap edisi KBBI. Pada edisi ketiga jumlah lema dan sublema
78.000, sementara di edisi keempat berjumlah 90.000 lema8. Hal tersebut menunjukkan bahwa

3 Zulfatun Anisah. Polisemi Pada Wacana Humor Indonesia Lawak Klub. (Vol.6 No.2 Al Hikmah Jurnal Studi
Keislaman, 2016) hal. 153.
4 Shalima, I. dan Nurnaningsih, N. Interferensi Bahasa Bima Ke Dalam Bahasa Indonesia: Studi Kasus
Masyarakat Kampung Muhajirin Kota Bima. (Vol.2 No.1, Transformatika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya) hal.77–87. doi: 10.31002/transformatika.v2i1.725.
5 M Pateda. Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 214.
6 M Pateda, hal. 211.
7 Parera, J. D. Teori Semantik Edisi Kedua. (Jakarta: Erlangga, 2004)
8 KBBI edisi keempat, 2008
pada edisi keempat terdapat penambahan lema dan sublema sebanyak 12.000. Sedangkan pada
edisi kelima lema bertambah menjadi 112.000 yang berarti terjadi penambahan lema dan
sublema sebanyak 22.000. Melalui hal tersebut kita dapat mengetahui polisemi dan homonim
memiliki andil yang cukup besar dalam menambah jumlah entri disetiap edisinya.
Tidak semua penambahan yang terjadi pada lema KBBI berhubungan dengan polisemi dan
homonim, tetapi polisemi dan homonim juga berkontribusi dalam menentukan jumlah entri
KBBI. Penambahan tersebut dapat terus berlangsung jika pengguna bahasa melakukan
penelitian lebih lanjut untuk menemukan leksem-leksem yang menghasilkan makna baru.
Untuk menambahkan entri dalam KBBI, ada proses resmi dan mekanisme yang harus
diikuti. Pertama, pengguna terdaftar membuat usulan kata atau makna baru yang selanjutnya
akan diproses oleh editor dengan memeriksa ketepatan konsep dan format usulan. Setelahnya
redaktur akan memverifikasi ketepatan konsep dan format usulan lalu validator akan
memvalidasi ketepatan konsep dan format usulan. Terakhir, penambahan kata atau makna baru
dapat diakses melalui tautan pemutakhiran di beranda.
Rumusan masalah difokuskan pada tiga hal, (1) bentuk polisemi dan homonim dalam
cuitan dimedia sosial, (2) arti kata yang mengandung makna polisemi dan homonim dalam
KBBI dan (3) penyebab kegandaan makna pada kata yang dituju. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan tiga fokus tersebut. Tujuan lebih lanjut, makna baru yang sudah diujikan melalui
komponen makna dan medan makna akan menjadi rujukan tambahan dalam KBBI.
Atas permasalahan di atas, artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan fenomena
pengayaan kosakata Bahasa Indonesia dalam pemaknaan polisemi dan homonimi yang tersebar
di media sosial lalu mencocokan maknanya dengan makna yang terdapat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan menguraikan makna dari maksud yang sebenarnya. Untuk tujuan lebih
lanjut adalah pengusulan makna yang ditemukan yang belum terdapat pada KBBI V.

Teori dan Metode


Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif deskriptif. Fokus penelitian ini
adalah menguraikan makna dari kosakata homonimi dan polisemi pada unggahan jenaka di
media sosial. Ekspresi linguistik yang digunakan sebagai pengungkapnya dapat berupa kata,
frasa, klausa, dan kalimat. Pendekatan ini didasarkan pada pandangan Arikunto yang
menyatakan bahwa objek penelitian adalah variabel atau hal yang menjadi fokus dalam suatu
penelitian9.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan Tindakan 10 . Data
penelitian ini berupa tulisan yang menggandung makna humor yang diunggah di akun Twitter
maupun Instagram . Sumber data yang digunakan adalah akun-akun yang menggunggah
tulisan-tulisan tersebut, yaitu akun @dongshiceng @ateezkeenan @markmartin @tytrack
@fajarsyafta.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.
Esterberg menjelaskan bahwa dokumentasi mencakup semua materi tertulis yang dihasilkan
oleh manusia11. Dalam hal ini, contoh-contoh yang ada di media sosial Twitter dan Instagram
di-copy-paste dan kemudian dianalisis secara intensif untuk mengidentifikasi tuturan yang
memiliki kosakata hominimi dan polisemi.
Selanjutnya, data dianalisis menggunakan metode padan referensial. Metode ini adalah suatu
pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi topik atau tema yang dibicarakan atau
disampaikan oleh pengguna akun dalam konteks tertentu, seperti pada media sosial. Metode ini
melibatkan analisis terhadap konten teks atau pesan yang dibagikan oleh pengguna dalam akun
mereka. Dalam proses analisis, dilakukan pencocokan atau padanan antara kata-kata atau frasa
yang muncul dalam pesan dengan referensi atau daftar topik yang telah ditentukan sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Homonimi
Banyak kreator tulisan jenaka menggunakan strategi berhumor dengan memanfaatkan
homonimi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Homonim merupakan kata yang sama
lafal dan ejaannya, tetapi berbeda maknanya karena berasal dari sumber yang berlainan.
Pengguna media sosial sadar akan adanya banyak arti yang terkandung dalam bahasa. Mereka
mengemas kegandaan makna ini dengan cara yang menarik untuk menciptakan kelucuan.
Kelucuan tersebut biasanya berupa punchline yang tidak terduga, sehingga menimbulkan
kesenangan bagi pembaca.

9 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Hal.161


10 Lexy J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014) Hal.157
11 Samiaji Sarosa. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. (Jakarta: PT Indeks, 2012) Hal.61
Homonimi absolut memenuhi tiga kondisi, yaitu: maknanya tidak berhubungan, seluruh
bentuknya identik, dan ekuivalen secara gramatikal12 . Berikut adalah contoh kosakata utuh
hominim absolut yang ditemukan di media sosial dalam unggahan jenaka di Twitter oleh akun
@dongshiceng, seperti yang terlihat dalam data 1.

(Data 1)
Kata Gigi13 menurut kamus besar Bahasa Indonesia memiliki makna:
1 n tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh tersusun berakar di dalam
gusi dan kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit.
2 n sesuatu yang bentuknya seperti gigi: -- sisir; -- gergaji
3 n ki kekuasaan: ia mulai memperlihatkan (menunjukkan) –nya.
Setelah membaca sekilas kalimat awal, kita akan langsung tertuju pada gigi yang berada
didalam mulut karna ada kata “cabut14” yang dalam kamus besar Bahasa Indonesia artinya:
1 v mencabut
2 v Kom meniadakan naskah yang sudah diset
3 v cak keluar (pergi, lari) dari suatu tempat: jangan biarkan dia -- dari sekolah
Jika dilihat secara sekilas, pembaca akan berpikir bahwa yang dibahas merupakan gigi yang
merupakan tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang akan dikeluarkan dari mulut.
Akan tetapi jika melanjutkan pada kalimat setelahnya terdapat kata “matic” yang
merupakan padanan dari mesin bermotor, dan gigi juga merupakan komponen dari kendaraan
bermotor yang digunakan untuk meningkatkan dan mengurangi kecepatan kendaraan.
Di sinilah bentuk tuturan humor homonim dalam cuitan @dongshiceng. Pertama pembaca
akan memaknai kata “gigi” sebagai bagian tubuh manusia karna ada kata dicabut setelahnya.
Sebagai punchline, akun tersebut menambahkan kata “matic” diakhir yang mana ini akan
membuat pembaca bingung dan tergelak karna kata “gigi” ini beralih makna menjadi gigi dalam

12 J lyons. Linguistic Semantics. Cambridge: Cambridge University Press. 2012.


https://doi.org/10.1017/CBO9780511810213 . Akses 24-06-23. Hal.55
13 Gigi, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/gigi
14 Cabut, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/cabut
kendaraan bermotor. Motor matic sendiri merupakan tipe sepeda motor otomatis yang tidak
menggunakan operan gigi manual dan hanya cukup dengan satu akselerasi.
Dalam Tesaurus kata “gigi” tidak terdapat makna komponen dari kendaraan bermotor
karena dalam kamus gigi motor disebut “gir15” yang artinya bulatan logam pipih yang bergerigi
tempat rantai berpaut untuk memutar roda (pada sepeda, mesin mobil, dan sebagainya).

(Data 2)
Kata bumi makin panas mengacu pada kosakata Matahari16 yang artinya:
1 n Astron (huruf pertama biasa ditulis kapital) bintang yang merupakan pusat tata
surya, memancarkan panas dan cahaya ke Bumi dan planet-planet lain yang
mengedarinya, sebagian besar kandungannya berupa hidrogen dan helium
Jika diperhatikan secara sekilas, pembaca mungkin akan mengira bahwa yang dibahas
adalah matahari pada makna aslinya merupakan pusat tatasurya yang mengeluarkan energi
panas. Namun, jika melanjutkan membaca pada kalimat berikutnya, terdapat kata "cabang"
yang merupakan istilah untuk sebuah usaha atau toko. Selain itu, dalam kehidupan masyarakat
Indonesia matahari sudah tidak asing lagi dimaknai sebagai “nama plaza, supermarket” yang
memiliki banyak cabang.
Di sinilah terjadi tuturan humor homonim dalam cuitan di gambar tersebut. Pada
awalnya, pembaca akan memahami kata "matahari" sebagai pusat tatasurya karena ada kata
"panas" setelahnya. Sebagai punchline, akun tersebut menambahkan kata "cabang dimana
mana" di akhir kalimat yang membuat pembaca bingung dan kemudian tertawa, karena kata
"matahari" berubah makna menjadi plaza yang memiliki cabang.
Dalam tesaurus kata, tidak ada makna untuk "matahari" yang mengacu pada makna
nama plaza atau supermarket, karena dalam kamus toko matahari hanya dimaknai "plaza17",
yaitu n pusat pertokoan dengan tempat parkir.

15 Gir, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/gir


16 Matahari, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/matahari
17 Plaza, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/plaza
(Data 3)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata korek18 memiliki arti sebagai:
Ko.rek1
1 n cungkil
2 n gerek

Ko.rek2
1 n alat untuk memantik api; pemantik api; geretan

Ko.rek3
1 a hati-hati (sesuai dengan segala sesuatu yang benar); teliti: pejabat harus bertindak
-- terhadap aspirasi yang datang dari masyarakat

Pada kalimat diatas terdapat kata “korek api19” yang bermakna alat untuk memantik api;
pemantik api; geretan. Pada kegunaannya korek api berfungsi sebagai penyulut api yang bisa
membuat api menyala. Makna ini mengacu pada tesaurus 2.
Sedangkan kalimat selanjutnya terdapat kata “korek kuping20” yang bermakna alat berupa
batang pendek dari logam atau kayu dengan ujung yang agak membengkok dan melengkung,
digunakan untuk membersihkan telinga dari benda asing dan kotoran. Makna ini mengacu pada
tesaurus 1.
Kalimat humor diatas menyamakan prinsip “korek” pada korek kuping dengan makna
“korek” pada korek api. Padahal, walaupun keduanya sama disebut korek tetapi pada
penggunaannya kata ini berbeda.
b. Polisemi

18 Korek, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/korek


19 Korek Api, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/korekapi
20 Korek Kuping, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/korekkuping
Polisemi terjadi ketika kata atau gabungan kata digunakan dalam konteks tuturan yang
berbeda, dan hal ini dapat menghasilkan pemahaman baru antara pembicara dan pendengar.
Jumlah polisemi yang tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga berpengaruh
terhadap perbendaharaan kosakata.
Perbedaan setipis atau sebesar apapun, selama relasi makna itu berada di wilayah
polisemi, selalu dapat dilacak benang merahnya. Menurut pandangan teori ketaksejajaran,
kedua makna tersebut justru dipertemukan dan pertemuan tersebut melahirkan suasana
bisosiatif21. Dalam dunia humor hal ini dimanfaatkan untuk memunculkan situasi lucu.
Kegandaan makna juga terlihat dalam unggahan jenaka di Twitter oleh akun
@ateezkeenan, seperti yang terlihat dalam data 2.

(Data 4)
Kata Jalan22 menurut kamus besar Bahasa Indonesia memiliki makna:
1 n tempat untuk lalu lintas orang (kendaraan dan sebagainya): mobil kami melewati -
-yang sempit dan berbelok-belok
2 n perlintasan (dari suatu tempat ke tempat lain): -- ke Bandung lewat Puncak selalu
macet
3 n yang dilalui atau dipakai untuk keluar masuk: -- masuk ke Tugu Monumen Nasional
melalui lorong di bawah tanah
4 n lintasan; orbit (tentang benda di ruang angkasa): satelit itu berputar mengelilingi
bumi melalui --nya
5 n gerak maju atau mundur (tentang kendaraan): mobil itu sangat laju –nya

Yang dimaksud oleh akun @ateezkeenan dalam cuitannya bukan “jalan” dalam makna
primernya atau dalam makna konteks kaki yang bisa berjalan pada umumnya. Akan tetapi
makna kata “jalan” tersebut mengacu pada makna sekundernya atau pada kata “kencan23”.

21 C.P. Wilson. Jokes: Form, Content, Use And Function. (London: Academic Press. 1979)
22 Jalan, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/jalan
23 Kencan, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kencan
Kencan menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti janji untuk saling bertemu di suatu
tempat pada waktu yang telah ditentukan bersama (antara teman, muda-mudi, kekasih).
Dalam tesaurus kata “jalan” belum terdapat makna berpergian dengan pasangan, hal ini
disebabkan karna makna berjalan Bersama pasangan sudah terdapat pada tesaurus kata
“kencan”. Pada penggunaannya saat ini, kata kencan jarang digunakan untuk istilah berjalan
bersama pasangan, orang orang lebih sering untuk mensederhanakannya dengan kata “jalan”.
Belum terdapat makna berjalan Bersama pasangan untuk lema “jalan” dalam kamus besar
Bahasa Indonesia.

(Data 5)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia bubur24 artinya adalah:
1 n makanan lembek dan berair yang dibuat dari beras, kacang-kacangan, dan
sebagainya yang direbus: setiap pagi ia makan -- kacang hijau
2 n barang yang rupanya sebagai bubur: -- kertas

Pada kalimat diatas, bubur bayi mengacu pada makna makanan lembek yang direbus
tebuat dari beras dan diperuntukan untuk makanan bayi. Sedangkan pada kalimat selanjutnya,
bubur ayam mengacu pada makna makanan lembek yang direbus terbuat dari beras dan
dipadukan dengan kaldu ataupun daging ayam. Akan tetapi, sebagai bentuk humor dalam
kalimat ini, bubur ayam dimaknai sebagai bubur yang diperuntukan untuk makanan ayam.

24 Bubur, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bubur


(Data 6)
Menurut kamus besar bahasa indonesia Tanam25 merupakan kata dasar dari menanam yang
artinya:
1 v menaruh (bibit, benih, setek, dan sebagainya) di dalam tanah supaya tumbuh: ~
pohon buah-buahan
2 v menaruh di dalam tanah yang dilubangi, lalu ditimbuni dengan tanah; memendam;
menguburkan (mayat, bangkai): ia ~ harta bendanya di kolong tempat tidur; ia ~
bangkai kucing di pekarangan
3 v menaburkan (paham, ajaran, dan sebagainya); memasukkan, membangkitkan, atau
memelihara (perasaan, cinta kasih, semangat, dan sebagainya): perguruan Taman
Siswa ~ semangat kebangsaan pada para siswa
4 v menyertakan (modal, uang, dan sebagainya) ke dalam perusahaan dan sebagainya:
banyak pengusaha asing ingin ~ modal di Indonesia
5 v menegakkan (kekuasaan); menempatkan (pengaruh, kepentingan, dan sebagainya):
ia hendak ~ pengaruhnya kepada orang itu melalui orang lain

Kata “Tanam” diawal mengacu pada objek baterai yang merupakan tipe baterai menyatu
dengan komponen casing HP. Disebut baterai tanam karna tidak bisa dilepas pasang
sembarangan. Akan tetapi pada kalimat setelahnya penulis menyelipkan kata “panen26” yang
memiliki arti:
1 n pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau ladang
2 v beroleh keuntungan atau rezeki (dengan mudah): penjual es -- duit pada musim
kemarau ini

25 Tanam, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/tanam


26 Panen, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/panen
Tentu saja, kata “panen” cocok jika disandangkan dengan kata “tanam”. Maka dari itu,
penulis memilih punchline pada kata “panen” dengan memanfaatkan kata “tanam” karna baterai
tidak mungkin bisa di panen. Yang bisa dipanen adalah tumbuhan atau hasil ladang.

(Data 7)
Bahan27 menurut kamus besar bahasa indonesia memiliki arti:
Ba.han1
1 n pecahan kayu (yang terbuang ketika menarah); tatal kayu

Ba.han2
1 n barang yang akan dibuat menjadi satu benda tertentu; bakal
2 n (segala) sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu, seperti
untuk pedoman atau pegangan, untuk mengajar, memberi ceramah
3 n sesuatu yang menjadi sebab (pangkal) atau sikap (perbuatan): -- tertawaan; --
pertikaian (perselisihan)
4 n barang yang akan dipakai untuk bukti (keterangan, alasan, dan sebagainya): ia
sedang mengumpulkan -- untuk menyusun tesisnya

Pada Data diatas diketahui penulis ingin menyampaikan punchlinenya melalui kata
“bahan”. Yang mana pada kalimat pertama penulis menyampaikan “enak ya chatan sama
tukang jahit”, pada awalnya tidak ada yang aneh disini sampai pada kalimat berikutnya “banyak
bahan”. Bahan disini memiliki 2 makna yang berbeda. Disatu sisi, penjahit identik dengan
bahan bahan jaitan yang berupa kain dan semacamnya. Akan tetapi, kurang tepat jika makna
tersebut disejajarkan dengan konteks “chattan” yang berarti obrolan di media sosial.
Kosakata “bahan” pada kalimat ini terdapat pada tesaurus lema “Bahan2”. Jika bahan
penjahit itu mengacu pada n barang yang akan dibuat menjadi satu benda tertentu; bakal. Maka

27 Bahan, Pada KBBI Daring, 2016, diakses 26 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bahan


bahan obrolan mengacu pada n sesuatu yang menjadi sebab (pangkal) atau sikap (perbuatan): -
- tertawaan; -- pertikaian (perselisihan).
Kalimat humor diatas menyamakan prinsip “bahan” pada bahan jahit dengan makna
“bahan” pada konteks obrolan. Walaupun keduanya memiliki lema yang sama, akan tetapi
keduanya punya sublema yang berbeda.

KESIMPULAN
Pengayaan kosakata polisemi dan homonimi tentu saja sangat berpengaruh dalam
pembendaharaan kosakata di kamus besar Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena makna
yang terkandung dalam kosakata homonim san polisemi banyak mengandung makna lain dan
ambiguitas. Karena polisemi sendiri lahir dari ambiguitas.
Dari penelitian yang sudah diuraikan sebelumnya, telah diketahui bagaimana homonimi
dan polisemi dimanfaatkan untuk menyimpangkan makna demi tujuan membangun sebuah
humor dalam meme di media sosial. Seperti pemanfaatan kosakata yang sama tetapi maknanya
berbeda. Dalam hal ini digunakan beberapa kosakata dari segi homonimi yaitu “gigi”,
“matahari” dan “korek”. Sedangkan dari kosakata polisemi terdapat kata “jalan”, “bubur”,
“tanam” dan “bahan”.
Dari beberapa kosakata yang ditemukan, ternyata terdapat makna yang belum ada dalam
kamus besar Bahasa Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan oleh kata kata tersebut belum
memenuhi kriteria kosakata KKBI. Yang diantara penyebabnya yaitu; mengandung konsep
yang sudah ada dalam Bahasa Indonesia (tidak unik), memiliki bentuk yang tidak sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia (tidak seturut kaidah), memiliki frekuensi kemunculan yang rendah
dalam korpus (frekuensi penggunaan rendah).

DAFTAR PUSTAKA
Anisah, Zulfatun. (2016) Polisemi Pada Wacana Humor Indonesia Lawak Klub. Jurnal Studi

Keislaman Vol.6 No.2. Tuban:STAI Al-Hikmah.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

KBBI KEMENDIKBUD < https://kbbi.kemdikbud.go.id/ > [Diakses pada 25 Juni 2023]


Lyons, J. (2012). Linguistic Semantics. Cambridge: Cambridge University Press.

https://doi.org/10.1017/CBO9780511810213.

Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Parera, J. D. (2004). Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Pateda, M. (2010). Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Pertiwi, W.K. (2018). Riset Ungkap Pola Pemakaian Medsos Orang Indonesia. Retrieved from

https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-pola-pemakaian-

medsos-orang-indonesia

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta: PT Indeks.

Shalima, I, Nurnaningsih, N.(2018). Interferensi Bahasa Bima Ke Dalam Bahasa Indonesia:

Studi Kasus Masyarakat Kampung Muhajirin Kota Bima. Transformatika: Jurnal

Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Vol.2 No.1 77–87. doi:

10.31002/transformatika.v2i1.725

Sitangga, M. dan Asmara, R. (2018). Realisasi Bahasa Ndonesia Penderita Bibir Sumbing

Sebuah Studi Kasus. Litera: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya.

Vol.17 No.3. 393-408. doi: http://dx.doi.org/10.21831/ltr.v17i3.18883

Wilson, C.P. (1979). Jokes: Form, Content, Use and Function. London: Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai