Anda di halaman 1dari 20

Penggunaan Makian Bahasa Indonesia pada

Kolom Komentar Akun Instagram Lambe Turah (Kajian Sosiolinguistik)

Dewi Yanti1, Emzir2, Ninuk Lustyantie3


dosen01160@unpam.ac.id
Universitas Pamulang
emzir@unj.ac.id
Universitas Negeri Jakarta
Ninuk_lustiyantie@unj.ac.id
Universitas Negeri Jakarta

Abstrak

Pelaksanaan penelitian ini berdasar pada ketertarikan peneliti pada maraknya


penggunaan bahasa makian dalam media Instagram khususnya pada akun gossip Lambe
Turah sebagai salah satu akun gossip ternama yang banyak mengundang komentar
negatif para warganet/ heters terkait berbagai unggahan informasi para selebriti atau
kejadian-kejadian yang tengah viral di masyarakat. Pesatnya perkembangan jaman dan
teknologi di Indonesia berdampak pada penggunaan makian yang dilakukan dalam
aktivitas berbahasa masyarakat Indonesia. Penggunaan bahasa lisan kini tidak hanya
dalam ragam lisan, kini menyebar pula pada ragam tulis. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan kajian sosiolinguistik untuk mendekati fenomena makian ini. Peneliti
berupaya mengaitkan antara pemilihan ragam dan variasi pemilihan bentuk makian
dengan tingkat sosial masyarakat tersebut. Tingkat sosial masyarakat tersebut
dikategorikan berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Metode
penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, artinya dalam penelitian
ini peneliti berupaya memaparkan data pengunaan makian pada kolom komentar akun
Instagram lambe turah dengan cara teknik baca/ simak kemudian medatanya dalam
tangkapan layar dan dibentuk dalam kolom data makian. Berdasarkan proses analisis
data, bahwa indeks usia, jenis kelamin dan pendidikan memengaruhi pada referensi
makian yang dihasilkan.

Kata kunci: Makian, akun instagram, Lambe Turah, sosiolinguistik

1
Abstract

Implementation of this research is based on the interest of researchers in the rampant use
of insulting language in Instagram media, especially on gossip account Lambe Turah as
one of the famous gossip account that many invite negative comments of the warganet/
heters related to various uploads of information of celebrities or events that are viral in
community. The rapid development of the era and technology in Indonesia have an impact
on the use of abuse done in Indonesian language activities. The use of spoken language
is now not only in the verbal variety, is now also spread on the variety of writing. In this
study the researcher uses sociolinguistic studies to approximate this insulting
phenomenon. Researchers attempt to relate between the selection of variety and variation
of the selection of forms of insult with the social level of the community. The social level
of the community is categorized by age, sex, education level and occupation. This
research method uses descriptive qualitative research method, meaning that in this
research the researcher attempting to explain the use of makian data in comment column
of Instagram lambe turah account by way of read / refer technique then the medena in
screenshots and formed in the data column of invective. Based on the data analysis
process, the age, sex and education index influences the resulting references.

Keywords: Cursing, Instagram account, Lambe Turah, Sociolinguistic

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu hal penting bagi manusia untuk

berkomunikasi dengan satu sama lain. Bahasa itu sendiri membuat hubungan

manusia menjadi semakin dekat hari demi hari (Brown, 1987). Bahasa merupakan

media komunikasi dan interaksi antar anggota masyarakat .Ketika dua atau lebih

orang berkomunikasi satu sama lain, kita dapat mengatakan sistem komunikasi

yang mereka gunakan sebagai kode. Dari sebagian besar kasus yang terjadi di

dalam komunikasi, kode tersebut disebut sebagai sebuah bahasa (Wardhaugh

2006).

Hubungan antara bahasa dan masyarakat dapat meliputi, pertama adalah

struktur sosial dapat memengaruhi atau menentukan struktur linguistik dan /atau

perilaku seseorang. Bukti tertentu dapat dikemukakan untuk mendukung

2
pandangan ini, seperti fenomena kelas usia, dimana anak-anak yang masih kecil

berbicara berbeda dari anak-anak yang lebih dewasa, begitu juga anak-anak yang

sudah dewasa berbicara berbeda dari orang dewasa/orang tua yang sudah

matang; kemudian ada juga studi yang menunjukkan bahwa variasi bahasa yang

digunakan olehpenutur mencerminkan hal-hal seperti daerah asal, tingkat sosial,

atau asal etnis mereka dan bahkan mungkin jenis kelamin mereka; dan penelitian

lain yang menunjukkan bahwa cara-cara tertentu berbicara, pilihan kata, dan

aturan-aturan untuk bercakap-cakap sebenarnya sangat ditentukan oleh

persyaratan sosial tertentu.

Hubungan yang kedua secara langsung bertentangan dengan yang

pertama, dimana struktur linguistik atau perilaku dapat memengaruhi atau

menentukan struktur sosial. Selanjutnya, hubungan yang ketiga adalah pengaruh

bidirectionalyaitu bahasa dan masyarakat dapat memengaruhi satu sama

lain.Salah satu varian dari pendekatan ini adalah bahwa pengaruh inimerupakan

dialektisalami, dimana menurut pandangan Marxis yang dikemukakan oleh

Dittmar, yang berpendapat bahwa perilaku ucapan/ujaran dan perilaku sosial

berada dalam keadaan interaksi konstan dan bahwa kondisi kehidupan material

inilah yang merupakan faktor penting dalam hubungan bahasa dan masyarakat.

Hubungan yang keempat menganggap bahwa tidak ada hubungan sama sekali

antara struktur bahasa dan struktur sosial dan bahwa masing-masing struktur

bahasa dan struktur sosial itu tergolong independen, berdiri sendiri, atau tidak

bergantung satu sama lain. Jadi, sosiolinguistik, apa pun itu, adalah tentang

3
mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting yang berfokus pada hubungan

bahasa dengan masyarakat (Wardhaugh 2006).

Dalam kehidupan bersosial, terdapat salah satu situasi dalam berinteraksi

yaitu situasi yang menjengkelkan atau membuat hati marah. Pemakai bahasa

terkadang mengunakan berbagai ungkapan untuk mengekspresikan kemarahan,

kekesalan, kekecewaan, ketidaksenangan atau bahkan kebencian terhadap suatu

hal atau kejadian yang menimpanya. Ungkapan tersebut sering disebut atau

dikategorikan makian.

Wijana dan Rohmadi (2006) dalam penelitian Makian dalam Bahasa

Indonesia : Studi tentang Bentuk dan Referensinya, memaparkan bentuk-bentuk

makian dalam bahasa indonesia, yaitu terdiri atas kata, frasa dan klausa.

Sementara ini referensi makian dalam bahasa indonesia dapat digolongkan

menjadi bermacam-macam, yakni keadaan, binatang, benda-benda, bagian

tubuh, kekerabatan, mahluk halus, aktivitas, profesi, dan seruan.

Pada pesatnya perkembangan teknologi saat ini, penggunaan makian

tempaknya semakin mewarnai aktivitas berbahasa manusia, penggunaan makian

tersebut baik berupa bahasa lisan maupun tulisan. Berbgai media sosial yang

menjamur, menjadi salah satu wadah interaksi sosial tidak langsung yang sering

memunculkan berbagai makian atas situasi yang terjadi. Berbagai akun gossip

pada media Instagram merupakan salah satu media komunikasi yang banyak

memancing emosi hingga memunculkan berbagai respon negatif hingga makian

dari warganet.

4
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada lebih khusus

lagi, peneliti dalam penelitian ini akan meneliti penggunaan makian bahasa

Indonesia pada kolom komentar akun Instagram Lambe Turah berdasarkan

variabel sosiolinguistik. Dengan demikian, selain akan mendeskripsikan bentuk

lingual dan variasi makian dalam bahasa indonesia, peneliti juga akan

menjelaskan pengaruh perbedaan kelas sosial, jenis kelamin dan usia pemakai

bahasa tersebut terhadap pengunaan makian dalam bahasa Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA
Bahasa dapat dipelajari dalam Linguistik. Linguistik adalah ilmu yang

mempelajari tentang bahasa manusia. (Langacker,1973). Salah satu cabang ilmu

Linguistik adalah sosiolinguistik. Hickerson berargumen bahwa sosiolinguistik

merupakan sebuah pembelajaran pengembangan linguistik yang mengambil

variasi bahasa sebagai fokusnya, dan melihat variasi bahasa itu sendiri dalam

konteks sosialnya (1980).

Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan

dan saling pengaruh antara perilaku bahasa danperilaku sosial. Kajian utama

sosiolingustik adalah keragaman bahasa yang terjadi di masyarakat.

Sosiolinguistik lebih menitikberatkan teori-teorinya pada kegiatan berbahasa

sekelompok masyarakat dalam sebuah lingkungan. Pengetahuan sosiolinguistik

dimanfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi. Sosiolinguistik memberikan

pedoman untuk berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau

gaya bahasa apa yang harus kitagunakan jika berbicara dengan

orangorangtertentu. Dalam bukunya Alen dan Corder yang mengungkapkan,

5
“Sociolinguistics is the study of language in operation, it’s purpose is to investigate

how the convention of the language use relate to other aspects of social behavior.”

(Allen & Corder, 1975). Itu berarti sosiolinguistik merupakan kajian bahasa dalam

penggunaanbahasanya, dengan tujuan untuk meneliti bagaimana konvensi

pemakaian bahasa itu sendiri yang berhubungan dengan aspek-aspek lainnya dari

tingkah laku sosialnya. Senada dengan Allen dan Corder, Holmes menyatakan,

“Sociolinguists study the relationship between language and society. They are

interested in explaining why we speak differently in different social contexts, and

they are concerned with identifying the social functions of language and the ways

it is used to convey social meaning.” (Homes, 2001). Definisi itu mengungkapkan

bahwa kajian sosiolinguistik mempelajari hubungan antara bahasa dan

masyarakat sosial. Dalam hal ini, sosiolinguistik lebih tertarik dalam menjelaskan

mengapa manusia berkomunikasi secara berbeda-bedadalam situasi sosial yang

berbeda pula dan juga mengkaji mengenai fungsi sosial.

Kaitan pemaparan tersebut dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian

ini melihat indeks sosial atau kelas sosial masyarakat berdasarkan jenis

pekerjaan, usia, dan jenis kelamin terhadap penggunaan makian dalam media

sosial Instagram khususnya pada kolom komentar akun lambe turah.

Tabu Bahasa

Frazer (dalam Laksana, 2009:25) membedakan tabu menjadi empat bagian

secara umum, yaitu (1) tabu tindakan, (2) tabu orang, (3) tabu benda/ hal, dan tabu

kata-kata tertentu. Selanjutnya Frazer juga menggolongkan tabu kata-kata

berdasarkan (1) tabu nama orang tua, (2) tabu nama kerabat, (3) tabu nama orang

6
yang meninggal , (4) tabu nama orang dan binatang yang disakralkan, (5) tabu

nama Tuhan, dan (6) tabu kata-kata tertentu.

Berkaitan dengan pembahasan bentuk makian, Montagu dalam (Laksana,

2009:26) memberikan pengertian sumpah serapah, yang dalam bahasa Inggris

disebut swearing, ada pun penjelasan tersebut terdapat pada kutipan “The act of

verbally expressing the feeling of aggressiveness that follows upon frustration in

words possessing strong emotional association” (Tindakan secara verbal

mengungkapkan perasaan yang berlebihan yang menyertai perasaan frustasi

dalam kata-kata yang memiliki hubungan emosi yang kuat). Selanjutnya dapat

disimpulkan bahwa Montagu (1973:104) mengolongkan sumpah serapah menjadi:

(1) makian (abusive swearing), (2) hujatan (blasphemy) , (3) kutukan (cursing), (4)

sumpahan (swearing), (5) kecarutan (obscenity), dan (6) lontaran/seruan

(expletive).

Bentuk Makian dalam Bahasa Indonesia

Wijana dan Rohman (2006:125) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk makian

adalah sarana kebahasaan yang dibutuhkan oleh para penutur untuk

mengekspresikan ketidaksenangan dan mereaksi berbagai fenomena yang

menimbulkan perasaan seperti itu. Bentuk-bentuk kebahasan ini secara formal

dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni makian berbentuk kata, berbentuk frasa

(kelompok kata), dan klausa.

Makian dalam bentuk kata seperti babi, bangsat, setan, sialan, bajingan,

kampungan, diancuk, dan diamput. Sedangakan contoh makian dalam bentuk

frasa seperti dasar sial, dasar kampungan, dan makian plus mu, seperti matamu,

7
kakekmu. Makian dalam bentuk klausa seperti, gila kamu, setan kamu, sundal

kamu, gila bener dia.

Referensi Makian dalam Bahasa Indonesia

Wijana (2006:119) menyebutkan bahwa dilihat dari referensinya, sistem

makian dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan bermacam-macam, yakni

keadaan, binatang, mahluk halus, benda-benda, bagian tubuh, kekerabatan, dan

profesi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuakitatif, yaitu mendeskripsikan permasalahan penelitian melalui deskripsi tren

atau kebutuhan akan penjelasan tentang hubungan di antara beberapa variabel

(Creswell, 2015). Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaparkan deskripsi

mengenai bentuk makian bahasa Indonesia yang terdapat pada akun Instagram

lambe turah. Deskripsi tersebut berupa bentuk lingual makian, variasi referensi

dan keterkaitan keduanya dengan faktor kelas sosial berdasarkan ilmu

sosiolinguistik.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian berusaha mengamati setiap

komentar warga net/ heters yang mengandung makian pada kolom komentar akun

Instagram lambe turah pada unggahan Maret, Apri dan Mei.

Adapun data yang telah dikelompokkan tersebut akan diklasifikasi

berdasarkan subfokus penelitian sebagai berikut: data berdasarkan bentuk lingual,

variasi referensi dan kelas sosial. Dalam memilih data, peneliti menggunakan

metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel

8
yang digunakan peneliti untuk memilih individu dan tempat untuk belajar atau

mengerti tentang fenomena utama. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

yang peneliti gunakan berupa tangkapan layar/screen shoot unggahan pada

kolom komentar akun Instagram Lambe Turah. Selanjutnya selektif mencari

bentuk makian, peneliti mengelompokkan data dengan seksama sesuai dengan

fokus penelitian yaitu ragam bentuk, variasi referensi dan pengaruh perbedaan

kelas sosial kepada pemakaian makian. Setelah itu, peneliti mengelompokkan

data berdasarkan fokus penelitian dengan memberikan kode pada kartu data

kemudian melakukan penganalisisan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah peneliti melakukan pengumpualan data dari media sosial

Instagram, yaitu akun gossip Lambe Turah. Berikut beberapa tangkapan layar/

Screen shoot bentuk makian yang dilakukan warganet/ heters terkait berbagai

berita/ peristiwa yang diunggah di laman tersebut.

9
10
No Urut Bentuk Makian

Data Unggahan 28 April 2018

Data 1 Istrinya yang dodol padahal

Data 2 tolol aja tuh orang nendang anak kecil, pikirannya di mana?

Data 3 Bapak goblok main tendang

Data 4 bapak tolol

Data 5 ni sih bapaknya yang bodoh, orang lagi main ayunan, lah anaknya

dia gk dijaga pake nendang segala

Data 6 Setan bener tuh bapak, melarat bener, mata sipit tuh yang buat

ulah lagi.

11
No Urut Bentuk Makian

Data Unggahan 17 Maret 2018

Data 7 Ah tai

Data 8 Acara alay

Data 9 Gimic semata

Data 10 Awas gigi nyangkut

Data 11 Muka lu yang kaya ee

12
No Urut Bentuk Makian

Data Unggahan 29 Maret 2018

Data 12 Biji pe*ler kali

Data 13 Aku waria yang sedang jatuh cinta

Data 14 Banci plastik

Data 15 Sekong tetap aja sekong

Data 16 Cakep banget nih banci…

Data 17 Jisss kotor

Data 18 Wong gendeng

13
Berdasarkan pemaparan beberapa data di atas, maka hasil pembahsannya

adalah sebagai berikut:

Makian bahasa Indonesia berbentuk kata dasar

Adapun data tersebut sebagai berikut.

Data01. Istrinya yang dodol padahal


Data02 tolol aja tuh orang nendang anak kecil, pikirannya di mana?
Data 03 Bapak goblok main tendang
Data 05 ni sih bapaknya yang bodoh, orang lagi main ayunan, lah anaknya dia gk
dijaga pake nendang segala
Data 06 Setan bener tuh bapak, melarat bener, mata sipit tuh yang buat ulah lagi.
Data 07 ah Tai
Data 08 acara alay

Apabila dianalisis dengan mengunakan pendekatan sintaksis dapat

disimpulkan pada umumnya makian yang berbentuk kata dasar kehadirannya

berada di belakang klausa inti seperti pada data 03 dan 05. Pada data 06 ada

penggunaan makian setan menjelaskan kelas kata nomina.

Makian berbentuk kata turunan

Bentuk lingual makian bahasa Indonesia pada media sosial yang berbentuk

kata turunan merupakan ungkapan makian yang dibentuk lebih dari saru morfem,

atau dapat dikatakan makian yang sudah mengalami proses morfologi.

Data 08: acara alay

Data 09: gimic semata

Data 11: muka lu kaya ee

14
Berdasarkan bentuk-bentuk makian di atas, dapat diketahui bahwa makian

kata turunan bahasa Indonesia pada media sosial terdapat dua jenis, yaitu kata

turunan yang distribusi letaknya terdapat di luar klausa inti dan kata turunan yang

distribusinya terdapat pada klausa inti. makian bentuk turunan teletak setelah dan

sebelum klausa inti.

Pada klauasa “acara alay” bentuk “alay” terletak Kata turunan ini

menjelaskan makian yang mengarah pada sesuatu yang terkesan tidak bermutu

atau murahan. Selanjutnya, Pada kalimat “muka lu kaya ee” kalimat ini

memberikan pengibaratan muka seperti tai, yang bentuk turunan dalam kalimat

tersebut adalah “ee”, selanjutnya pada frasa “gimic semata” merupakan turunan

dari Bahasa sing yang mengartikan sebuah kebohongan atau kepura-puraan.

Terakhir, proses analisis ditujukan pada makian yang mengalami proses

pemajemukan. Pada data tersebut yang termasuk kedalam bentuk kata turunan

pemajemukan adalah data14, 17 dan 18. Makian banci plastik, jiss kotor dan

wong gendeng adalah contoh makian kata majemuk yang terdapat pada media

sosial.

Makian bahasa Indonesia berbentuk frasa

Terdapat bentuk lingual frasa letak makian tersebut tidak jauh berbeda

dengan kata. Letak makian ini ada yang berada di dalam klausa inti dan di luar

klausa inti. Frasa yang terdapat pada klausa inti biasanya menduduki fungsi

sintaksis subjek dan predikat, untuk fungsi subjek, makian mengantikan orang

yang dimaki, sedangkan untuk fungsi predikat biasanya memberikan keterangan

15
untuk memaki orang, situasi, atau keadaan yang dituju oleh penulis status. Adapun

data-data yang menunjukan makian berbentuk frasa sebagai berikut.

Data 04 Bapak tolol


Data 14 Banci plastik

Makian bahasa Indonesia berbentuk klausa

Penggunaan makian bahasa Indonesia berbentuk klausa pada kolom

komentar akun instagram Lambe Turah terdapat pada data di bawah ini.

Data 04 Bapak goblok main tending


Data 05 ini sih bapaknya yang bodoh…
Data 13 aku waria yang sedang jatuh cinta
Data 16 cakep banget nih banci

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa makian yang berbentuk

klausa terdapat kata atau frasa yang diikuti oleh pronomina. Kehadiran pronomina

pada data tersebut terletak di belakang kata atau frasa makian. Contoh terdapat

pronomina “aku” pada makian “aku waria” Pronomina ini bergabung pada

bentukan makian “ cakep banget ni banci” dan “ini sih bapaknya yang bodoh”.

Variasi Referensi Makian Bahasa Indonesia Kolom Komentar Lambe Turah

Makian bahasa Indonesia pada media kolom komentar lambe turah

memiliki refensi keadaan yang beragam. Keberagaman ini terlihat ketika penulis

media sosial berupaya menggambarkan berbagai macam situasi atau keadaan

yang ada, misal: jiss kotor. Referensi makian yang ketiga adalah keadaan fisik

seseorang yang kurang baik seperti pada “mata sipit tuh yang buat ulah lagi”.

Terakhir, makian yang memiliki referensi pada keadaan yang melanggar agama

atau aturan tuhan, misal pada data banci plastik. Referensi benda diantaranya:biji

16
p*ler, tai dan e’e. Referensi Mahluk Halus pada data yaitu pada Setan bener tuh

bapak, melarat bener, mata sipit tuh yang buat ulah lagi.

Pemakaian Makian Berdasarkan Indeks Penutur

Indeks Usia

Indeks usia berkaitan pada usia berapa pemilik akun tersebut menuturkan

makian dengan jenis-jenis tertentu. Pada penelitian ini peneliti mencoba

mengkategorikan usia berdasarkan tiga jenis kategori yaitu usia remaja, usia

dewasa, dan usia tua. Kategori tersebut dilakukan untuk mempermudah

menghitung rentang usia pemilik akun media sosial.

Berdasarkan data yang diperoleh 18 data dari 18 pemilik akun Instagram

yang berkomentar pada kolom komentar lambe turah sebesar 60% pemilik akun

tersebut berada pada usia dewasa, sedangkan 40 % berada pada kategori

remaja. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan sementara bahwa

pemilik akun yang paling sering mengeluarkan kata-kata dalam bentuk makian

adalah rentang usia dewasa.

Indeks Jenis Kelamin

Indeks jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap pemilihan diksi makian

pada media sosial. Berdasarkan berbagai penelitian perspektif gender yang ada,

banyak peneliti menyimpulkan terdapat perbedaan penggunaan bahasa bila

dikaitkan dengan gender.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, terdapat simpulan bahwa

jenis kelamin perempuan identik menggunakan makian yang lebih halus daripada

laki-laki. Hal ini berpatokan kepada data yang didapat oleh peneliti, tidak

17
ditemukan makian yang dibuat oleh jenis kelamin perempuan yang menggunakan

referensi binatang. Hal ini perlu dikritisi karena menurut peneliti makian-makian

jenis tersebut dikategorikan makian yang paling kasar atau secara psikologis

paling menyakitkan bagi pembaca.

Selanjutnya mengenai sasaran makian, pengguna akun media sosial

berjenis kelamin perempuan banyak menggunakan makian untuk

mengungkapkan kekesalan kepada lawan jenis atau keadan yang tidak

menyenangkan pada dirinya, hal tersebut dapat terlihat pada data berikut.

Indeks Tingkat Pendidikan

Terdapat perbedaan penggunaan makian, baik itu bentuk lingualnya

ataupun referensinya apabila dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki

oleh masing-masing pemilik akun instagram. Tingkat pendidikan adalah sebagai

salah satu alat pembeda dimana seseorang menempati kelas sosialnya.

Dalam proses penggalian data, tingkat pendidikan pemilik akun peneliti

mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut dikarenakan banyak pemilik akun yang

tidak menampilkan tingkat pendidikan di informasi profil mereka.

18
SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan peneliti pada bagian

sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan dalam penelitian ini bahwa ragam

bentuk lingual makian bahasa Indonesia pada kolom komentar akun Instagram

Lambe Turah terdiri dari beberapa bentuk ragam lingual, antara lain bentuk lingual

kata, frasa, klausa dan kalimat. Referensi bentuk lingual dalam bahasa Indonesia

sangat beragam. Hal ini menjadi sebuah keunikan tersendiri, karena perbedaan

latar budaya, pendidikan, jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap penggunaan

referensi makian sebuah bahasa.

Persentasi 80% wanitalah yang ikut berkomentar dalam kolom, sehingga

komentar yang muncul tidak ada yang mengarah pada referensi binatang.hal ini

terkait dengan indek jenis kelamin. Persentasi terbesar makian dilakukan oleh

orang dewas, kemudian remaja. Memaki dalam media sosial dapat berbahaya

ketika sasaran makian tersebut menjadi dua arah, berbeda dengan tuturan

langsung yang kita lakukan dalam proses komunikasi. Hal ini dapat berakibat

terjadinya salah persepsi antara pengguna media sosial (khususnya istagram/

akun lambe turah) tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ballen J. P. and S.Pit Corder (ed). 1975. Papers in Applied Linguistics. Oxford:

Oxford University Press.

Brown, H. Douglas. 1987. Principles of Language Learning and Teaching.

Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Creswell, Jhon. 2015. Riset Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Chaer, Abdul. 2009. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.

Fishman, Joshua. 1972. A Sosiolinguistics: a brief introduction. Rowley

Massachusetts: Newbury House Publisher.

Hickerson ,Nancy Parrot. 1980. Linguistik Anthropology. New York: Holt,

Rinehart and Winston Inc.

Holmes, Janet. 2001. An introduction to Sociolinguistics (Second edition).

London; Longman.

Hymes, Dell. 1972. Models of Interactions of Language and Social Life. Eds

Direction in Sociolinguistics. New York: Rinehart And Winston Inc.

Langacker, W. 1973. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soerjono, Soekanto. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

20

Anda mungkin juga menyukai