PEMBAHASAN
Beberapa pengertian para ahli bahasa diatas, dapat disimpulkan bahwa bahasa
adalah alat yang digunakan sebagai sarana komunikasi, khas dimiliki oleh manusia.
Ragam bahasa Indonesia ini terbagi dalam ragam tertulis dan ragam lisan dan
keduanya berbeda. Tidak semua tulisan dapat diucapkan dan sebaliknya karena
kaidah ragam lisan yang belum tentu berlaku dalam ragam tulis. Varian lisan
menuntut orang atau teman lain untuk berbicara di depan pembicara, sedangkan
varian tertulis tidak mengharuskan lawan bicara berada di depan. Dalam ragam lisan,
unsur-unsur fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu
ditentukan. Terkadang elemen ini bisa dihilangkan. Hal ini karena bahasa yang
digunakan dibantu oleh gerak tubuh, ekspresi wajah, anggukan, pandangan.
Menurut Rumadhan (2014), menyatakan bahwa bahasa itu dapat dapat
mengalami perubahan bentuk karena dialek. Dalam berkomunikasi menggunakan
jejaring sosial atau media sosial, penggunaan bahasa yaitu dengan tulisan. Fenomena
penggunaan ragam komunikasi di internet sering diistilahkan ecrononciation, hal ini
merujuk pada kata, frasa, dan klausa, bukan pada struktur kalimat. Ada delapan aspek
temuan ragam bahasa, yaitu diftongisasi, zeroisasi, perubahan grafi, ellipsis,
perubahan leksikal, mixing code, penambahan grafi, dan onomatope.
Contoh dari ecrononciation:
Tidak Baku Baku
Pake Pakai
Kalo Kalau
Nggak Tidak
Sampe Sampai
Samak Dengan
Aktip Aktif
Lo Kamu
Gue Saya
Bahasa slang atau prokem ini hadir untuk membuat komunikasi dengan orang
lain sulit dipahami atau aka nada multitafsir dalam menangkap makna bahasa. Bahasa
slang juga menimbulkan kesan kesantunan yang kurang baik saat berbicara dengan
orang lain. Bahasa slang atau prokem ini dilakukan untuk memunculkan variasi baru
bahasa penutur demi kepentingan tertentu, seperti dalam konteks kerahasian
informasi. Menurut Fardani dan Wiranti (2019), proses penyisipan kata dengan cara
ini dilakukan secara konsisten di dalam banyak kata. Dengan demikian, muncul unsur
kesengajaan yang tinggi dalam pembentukan bahasa prokem ini ditemukan melalui
fenomena bahasa lain.
2. Faktor Gengsi
Banyak remaja mencoba gaul tidak ketinggalan zaman yang mengharuskan
mereka untuk mengetahuinya, salah satunya adalah alay, singkatan dari terlalu
kekanak-kanakan, yaitu bahasa tulis dalam bentuk ampuran bahasa gaul lisan, bahasa
asing terutama bahasa Inggris, singkatan, kode, angka, dan simbol. Alasan mereka
menggunakan bahasa ini adalah karena mereka tidak ingin disebut orang kampungan
3. Faktor Periklanan
Kecintaan masyarakat terhadap sinetron, film, bahkan iklan sedikit banyak
berpengaruh terhadap penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa yang digunakan para
remaja berasal dari apa yang mereka dengarkan dan yang mereka lihat. Misalnya di
televisi, banyak sinetron, film, bahkan iklan yang turut mempopulerkan bahasa alay.
Bagi remaja melihat dirinya mengikuti dan menggunakan bahasa alay dalam
kehidupan sehari-hari dianggap gaul dan keren.
2.4 Bentuk Analisis Kalimat Pada Gambar Akun Satu Persen di Instagram
Bentuk Analisis:
1. “Kenapa ya semua orang tuh kayak gak suka sama gue…?”
2. Let's say di kerjaan, lo sebagai manager. Di keluarga, lo sebagai anak
sulung. Di circle, lo sebagai teman. Dan masih banyak lagi.
3. Bisa jadi juga pada akhirnya susah nge-fit, karena gak sama sekali belajar
tentang peran dan segala bobot-bebetnya, termasuk manner dan attitude.
4. Coba aja lo bayangin kalo semua orang gak punya batas dan segalanya serba
semrawut.
5. …..ngejelasin kalo tidur itu ternyata bisa memperbaiki suasana hati, mengisi
sistem kekebalan tubuh & hormon, sampai mengatur nafsu makan.
Beberapa kalimat diatas merupakan kalimat yang dibuat oleh admin Satu Persen
melalui media sosial Instagram, selain pemilihan diksi dapat dilihat terdapat bahasa
daerah, bahasa gaul, dan bahasa slang atau prokem.
No Kalimat Asli Pemilik Kata Non Baku dan Kalimat Perbaikan Sesuai
Akun Perbaikannya Ejaan Bahasa Indonesia
3 Bisa jadi juga pada nge-fit=bugar Bisa jadi juga pada akhirnya
akhirnya susah nge-fit, gak=tidak susah membugarkan karena
karena gak sama sekali bobot-bebet=kepribadian tidak sama sekali belajar
belajar tentang peran dan pendidikan-status tentang peran dan segala
dan segala bobot- sosial ekonomi kepribadian serta pendidikan-
bebetnya, termasuk manner dan status sosial ekonominya,
manner dan attitude. attitude=cara termasuk cara dan sikap.
dan sikap