Kandidosis Kutis
Kandidosis Kutis
BAB I
KANDIDIASIS
A. DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina,
kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia,
endokarditis, atau meningitis.1,2
B. SINONIM :
Kandidiasis adalah sebuah penyakit dimana sering juga disebut sebagai:
Candidosis
Moniliasis
Oidiomycosis
Trush 1,3,4,5
C. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-
laki maupun perempuan. Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas tetapi insiden
diduga lebih tinggi di negara berkembang. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada daerah
tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dan pada musim hujan sehubungan dengan
daerah-daerah yang tergenang air.1,6
D. ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik
yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae. 1,5
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur.
Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia,
walaupun mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah
jamur dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi
candida, sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan
sistemik.5
Pada awalnya diklasifikasikan sporotrichium oleh Gruby, suatu organisme yang
ditempatkan pada genus Oidium (O. albicans) oleh Robin 1874. Kemudian, hal ini
membingungkan dengan Monilia candida, suatu jamur yang diisolasi dari ruangan
vegetasi. Dilaporkan bahwa kata moniliasis biasa digunakan sebagai sinonim untuk
candidiasis dalam beberapa literatur. Istilah candidiasis digunakan di USA, meskipun
istilah candidosis lebih sering digunakan di Kanada, Inggris, Perancis, dan Italy.4
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat yang terkena, kandidiasis dibagi sebagai berikut:
1. Kandidosis selaput lendir :
a. Kandidosis oral (thrush)
b. Perleche
c. Vulvovaginitis
d. Balanitis atau balanopostitis
e. Kandidosis mukokutan kronik
f. Kandidosis bronkopulmonar dan paru
2. Kandidosis kutis :
a. Lokalisata : 1). Daerah intertriginosa
2). Daerah perianal
b. Generalisata
c. Paronikia dan onikomikosis
d. Kandidosis kutis granulomatosa.
3. Kandidosis sistemik :
a. Endokarditis
b. Meningitis
c. Pielonefritis
d. Septikemia
4. Reaksi id (kandidid). 1
F. PATOGENESIS
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang
komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu.7
Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan mekanik
pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi terjadinya kandidiasis.
2. Substansi antimikrobial non spesifik:
Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam mamalia mengandung substansi yang
bekerja secara non spesifik menghambat atau membunuh mikroba.
3. Fagositosis dan intracellular killing :
Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk memakan dan membunuh spesies
kandida merupakan mekanisme yang sangat penting untuk menghilangkan atau
memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida yang siap difagosit oleh
granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya, susah difagosit. Granulosit dapat
juga membunuh elemen miselium kandida. Makrofag berperan dalam melawan
kandida melalui pembunuhan intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
4. Respon imun spesifik :
imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan melawan infeksi kandida.
Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas seluler pada penderita
kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan infeksi
HIV. Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan terdapat fakta yang
memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi dapat menghambat
fagositosis.7,8
Mekanisme imun seluler dan humoral
Tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit adalah menempelnya kandida pada sel
epitel disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein permukaan kandida dengan
sel epitel. Kemudian kandida mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang
menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga
mempermudah invasi jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan
faktor kemotaktik neutrofil yang akan menimbulkan reaksi radang akut. Lapisan
luar kandida mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga akan
mengaktifasi komplemen dan merangsang terbentuknya imunoglobulin.
Imunoglobulin ini akan membentuk kompleks antigen-antibobi di permukaan sel
kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain
itu kandida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan fagosit lain.
Mekanisme non imun
Interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan mengakibatkan
persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa.8
Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk
berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme
dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme,
adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida
albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada
dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya
Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi
bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu.
G. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya infeksi ini meliputi faktor endogen maupun eksogen, antara
lain :
1. Faktor endogen :
a. Perubahan fisiologik
1) Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
2) Kegemukan, karena banyak keringat
3) Debilitas
4) Iatrogenik
5) Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
6) Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum
yang buruk.
b. Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status imunologiknya
tidak sempurna.
2. Faktor eksogen :
a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan
memudahkan masuknya jamur.
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis. 1
BAB II
KANDIDOSIS KUTIS
A. DEFINISI
Kandidosis kutis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dari genus Candida. Kandidosis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidosis profunda dan
kandidosis superfisial. Nama lain kandidosis kutis adalah superficial kandidosis atau
infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; kandidosis intertriginosa. Berdasarkan letak
gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidosis terlokalisasi dan generalisata.1,4,9,11
Predileksi Candida albicans pada daerah lembab, misalnya pada daerah lipatan
kulit. Karena organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab.4,9,11
B.ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang
lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae.1,5
C. EPIDEMIOLOGI
Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut, traktus
gastrointestinal, dan vagina. Merupakan jamur yang berbentuk oval dengan diameter 2-6
um. Dan dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan bentuk yeast. Jumlah koloni
sangat menentukan derajat penyakit, akan tetapi dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya di
mulut 18 %, vagina 15 %, dan mungkin dalam feses 19 %. Tapi kejadian tersebut
dipengaruhi beberapa faktor seperti rumah sakit dan kemoterapi.9
Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal normal pada
manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai anus). Pada
vagina sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida glabrata. Isolasi spesies
kandida komensal oral berkisar pada 30 – 60 % ditemukan pada orang dewasa sehat.10
Di Jerman ditemukan penyebab yang berbeda-beda pada diaper dermatitis pada 46
laki-laki dan perempuan. Pada 38 pasien menunjukkan penyebab yang spesifik, 63 %
dengan kandidiasis, 16 % dengan dermatitis iritan, 11 % dengan ekzema, dan 11 %
dengan psoriasis. Dari pasien tersebut, 37 orang diterapi dan 73 % dirawat setelah 8
minggu setelah terapi.10
Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa oral
didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari laboratorium sentral Dr.
J.M. Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan September 2003. Sampel
tersebut diteliti dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi dan tipe lesi. Dari total sampel,
55,6 % adalah positif, 63 % terkena pada wanita dan 37 % terkena pada laki-laki.10
Di Jepang, dilaporkan bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1 %) dari
72.660 pasien yang keluar dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan manifestasi
klinis kandidiasis paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103 kasus, diaper
kandidiasis tercatat 102 kasus.10
Di Bombay, India, diperiksa 150 pasien dengan kandidiasis kutaneus. Kerokan kulit
diuji dengan KOH 10 % dan dikultur di sabaorud’s agar. Insiden tersering adalah
intertrigo (75), vulvovaginitis (19), dan paronikia (17). Sedangkan jamur yang diisolasi
didapatkan Candida albicans (136 kasus), Candida tropicalis (12 kasus), dan Candida
guillermondi (2 kasus). Dan diabetes mellitus menjadi faktor predisposisi pada 22 orang
pasien.13
D. PATOGENESIS
Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida yang lain
memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ dalam tubuh.
Organisme tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus vagina, dan usus.
Mereka berkembang biak melalui ragi yang berbetuk oval.14
Kehamilan, kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab, pengobatan
steroid topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang berkaitan dengan penurunan
imunitas seluler menyediakan kesempatan ragi menjadi patogenik dan memproduksi
spora yang banyak pseudohifa atau hifa yang utuh dengan dinding septa.14
Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa dan kulit
(stratum korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya memotong secara horizontal
di bawah stratum korneum dan yang lebih dalam lagi. Secara klinis ditemukan lesi
merah, halus, permukaan mengkilap, cigarette paper-like, bersisik, dan bercak yang
berbatas tegas. Membran mukosa mulut dan traktus vagina yang terinfeksi terkumpul
sebagai sisik dan sel inflamasi yang dapat berkembang menjadi curdy material.14
Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi termasuk faktor protease.
kelemahan faktor virulensi tersebut adalah kurang patogenik. Kemampuan bentuk yeast
untuk melekat pada dasar epitel merupakan tahapan paling penting untuk memproduksi
hifa dan jaringan penetrasi. Penghilangan bakteri dari kulit, mulut, dan traktus
gastrointestinal dengan flora endogen akan menyebabkan penghambatan mikroflora
endogen, kebutuhan lingkungan yang berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi
tanda dari pertumbuhan kandida.10
Jumlah infeksi kandida meningkat secara dramatis pada beberapa tahun terakhir,
mencerminkan peningkatan jumlah pasien yang immunocompromised. Secara spesifik,
tampak makin bertambahnya umur semakin pula terjadi peningkatan angka kesakitan dan
kematian. Meskpin infeksi kandidiasis superfisial dipercaya termasuk ringan, akan tetapi
menyebabkan kematian pada populasi lanjut usia. Candida albicans juga dapat
menyerang kulit dengan folikel rambut yang aktif atau istirahat.10
Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri yang jelek,
dan penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan umur. Dan pengobatan
dengan agen sitotoksik (methotrexate, cyclophosphamide) untuk kondisi rematik dan
dermatologik atau kemoterapi agresif untuk keganasan pada pasien usia lanjut
memberikan resiko yang tinggi.
Patologi kutaneus superfisial dicirikan dengan pustul subkorneal. Organisme ini
jarang tampak dalam pustul tetapi dapat dilihat pada pewarnaan stratum korneum dengan
PAS (Periodic Acid-Schiff). Histologi granuloma kandidal menunjukkan tanda
papillomatous dan hyperkeratosis dan kulit yang menebal berisi infiltrat limfosit,
granulosit, plasma sel, dan sel giant multinuklear.4
E. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Bayi, wanita hamil, dan usia lanjut
2. Hambatan pada permukaan epitel; karena gigi palsu, pakaian
3. Gangguan fungsi imun
F. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal yang mungkin sangat hebat.
Terdapat lesi kulit yang kemerahan atau terjadi peradangan, semakin meluas, makula atau
papul, mungkin terdapat lesi satelit (lesi yang lebih kecil yang kemudian menjadi lebih
besar). Lesi terlokalisasi di daerah lipatan kulit, genital, bokong, di bawah payudara, atau
di daerah kulit yang lain. Infeksi folikel rambut (folikulitis) mungkin seperti “pimple like
appearance”.12
intertriginosa yang terjadi pada sela jari tangan maupun kaki dapat diikuti dengan
paronikia dan onikomikosis pada tangan atau kaki yang sama.1,15
b. Kandidosis Perianal
Kandidosis perianal adalah infeksi Candida pada kulit di sekitar anus yang
banyak ditemukan pada bayi, sering disebut juga sebagai kandidosis popok atau
diaper rash. Hal ini terjadi karena popok yang basah oleh air kencing tidak segera
diganti, sehingga menyebabkan iritasi kulit genital dan sekitar anus. Penyakit ini juga
sering diderita oleh neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal.1
Popok yang basah akan tampak seperti area intertriginosa buatan, merupakan
tempat predisposisi untuk infeksi ragi. Lesi yang tampak berupa dasar merah dan
pustule satelit.1,14 Kadang sering dijumpai pula gejala pruritus ani.1
Dermatitis popok sering diobati dengan kombinasi steroid krim dan lotion
yang mengandung antibiotic. Walaupun obat ini mungkin berisi klotrimazol yang
merupakan obat anti jamur, mungkin konsentrasinya tidak cukup untuk
mengendalikan infeksi jamur yang terjadi. Komponen kortison dapat mengubah
gambaran klinis dan memperpanjang penyakit. Bentuk nodular granulomatosis
kandidosis di daerah popok, muncul sebagai kusam, eritem, dan nodul dengan bentuk
yang tidak teratur, kadang-kadang dasar yang eritem merupakan reaksi biasa untuk
organisme Candida atau infeksi Candida yang disebabkan oleh steroid. Meskipun
infeksi dermatofit jarang terjadi di daerah popok, tetapi kasus ini sering ditemukan.
Setiap upaya harus dilakukan untuk mengidentifikasi organism dan mengobati infeksi
dengan tepat.14
Pada bayi baru lahir yang menderita kandidosis kutis generalisata, dengan
vesikulopustul di atas eritem muncul pada saat bayi baru lahir atau beberapa jam setelah
lahir. Lesi pertama kali muncul di muka, leher dan menyebar ke seluruh tubuh dalam
waktu 24 jam.16
4. Kandidosis Granulomatosa
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan langsung
Merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk mendiagnosis,
tapi tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain. 14 Pemeriksaan dengan
1,15
kerokan kulit dengan penambahan KOH 10% akan memperlihatkan elemen
candida berupa sel ragi, balastospora 1, peudohifa atau hifa bersepta. Pemeriksaan
langsung tidak dapat menetukan identifikasi etiologi secara spesifik dan kurang
sensitive dibandingkan dengan biakan. Hasil negative tidak selalu bukan disebabkan
oleh Candida. Pemeriksaan langsung mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas
sebesar 89,4% dan 83,90%. Pewarnaan gram juga dapat digunakan dan akan
memberikan hasil yang sama dengan yang diperlihatkan pada pemeriksaan KOH
10%.1
2. Pemeriksaan Biakan
3.Identifikasi Spesies
Germ tube test merupakan cara yang digunakan untuk menentukan indentifikasi
spesies C. albicans. Pemeriksaan ini menggunakan media yang mengandung
serum dan diinkubasi pada suhu 370 C selama 2 jam. Bila terdapat pertumbuhan
germ tube atau sprout mycelium,berarti spesies tersebut adalah C. albicans.
Pertumbuhan Germ tube dikenal sebagai Fenomena Reynols-Braude.
b. Penilaian Klamidospora
Identifikasi Candida sp. dapat juga dilakukan berdasarkan kemampuan ragi untuk
mengasimilasi dan fermentasi karbohidrat yang berbeda utuk setiap spesies.
Candida albicans dapat mengasimilasi dan memfermentasi glukosa, galaktosa,
maltose, dan sukrosa.
CHROM agar kandida merupakan cara komersil media biakan selektif untuk
mengidentifikasi Candida sp. Koloni C. albicans, C. tropicalis, C. glabrata, dan C.
krusei dapat dibedakan berdasarkan morfologi koloni dan warna yang
ditimbulkan oleh masing-masing koloni. Media ini mengandung 10 gr pepton, 20
gr glukosa, 0,5 gr kloramfenikol, 15 gr agar dan 2 gr chromogenic mix.
Chromogenic mix merupakan bahan yang menyebabkan perubahan warna koloni
pada Candida sp.
4. Serologi
5. Pemeriksaan histologi
Didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna periodic acid-schiff (PAS)
menampakkan hifa tak bersepta. Hifa tak bersepta yang menunjukkan kandidiasis
kutaneus berbeda dengan tinea.10
6. Uji sensitifitas secara cepat dan tepat berdasarkan PCR dari DNA dapat juga digunakan
untuk mengidentifikasi patogenitas candida dalam jaringan.
H. DIAGNOSIS BANDING
Lesi kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga
tampak basah. Tidak ditemukan lesi satelit. Penderita juga mengeluh gatal.1
d.Dermatofitosis (tinea)1
I. PENATALAKSANAAN
Terapi topical:
krim atau bedak mikonazol 2%
bedak, larutan dan krim klotrimazol 1%
krim tiokonazol 1%
krim bufonazol 1%
krim isokonazol 1%
krim siklopiroksolamin 1%
Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas.1
Terapi sistemik:
Nistatin tablet
untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap
oleh usus.
Amfoterisin B
Diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik.
Kotrimazol
Pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500mg per vaginam dosis
tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg dosis tunggal atau
dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
Itrakonazol
diberikan pada kandidiasis vulvovaginalis. Dosis untuk orang dewasa 2x100 mg
sehari, selama 3 hari.1
Penggunaan obat anti jamur yang standard hanya flukonazol, itrakonazol, dan
flucytosine. Atau bahkan dapat menggunakan obat antijamur golongan azol terbaru
antara lain voriconazole, ravuconazole, posaconazole.
J. KOMPLIKASI
Kandidiasis Diseminata
Papul eritematosa dengan tengah yang pucat terdapat pada lengan laki-laki 13 tahun
dengan neutropenia dan ewing’s sarcoma. Kultur darah tumbuh candida parapsilos
dan candida Lusitania. Lesi tersebut tersebar dan terhitung ratusan. Pasien
menunjukkan gejala lesi kulit yang disertai dengan nyeri otot dan nyeri mata. Pustul
adalah tanda kutaneus dari kandidiasis diseminata pada pasien dengan leukositosis.
Adanya neutrofil dalam sirkulasi, pustule tidak tampak pada kulit, karena jumlah sel
darah putih menutupinya, lesi mungkin menjadi pustular yang menetap.
X. PENCEGAHAN
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 19 September 2011 – 22 Oktober 2011 Page 19
Kandidosis Kutis Kesuma Larasati (406100116)
Keadaan umum dan higienitas yang baik dapat membantu pencegahan infeksi
kandida, yakni dengan menjaga kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering
mungkin membantu pencegahan infeksi jamur pada orang yang mudah terkena.
Penurunan berat badan dan kontrol gula yang baik pada penderita diabetes mungkin
membantu pencegahan infeksi tersebut.12
K. PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 2006. Pp:103-6
2. SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas Penyakit
Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92
5. Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. Ed 5th. New york. McGraw Hill Company. 2007.
6. Siregar, R.S. Atlas Berwana Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2004. Pp:
279-280.
11. Hall, John C. Sauer's Manual of Skin Diseases 8th edition. Canada. Lippincott
Williams & Wilkins Publishers. 2000.
13. Shroff PS. Clinical and mycological spectrum of cutaneous candidiasis in Bombay. In
: Journal of Postgraduate Medicine. 1990. Volume 36/2. 83-86.
14. Habif, T. P, eds. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy 4th
edition. Pennsylvania. Mosby, inc. 2004. p. 440-450
17. Graham. R, Brown, Burns. T. Infeksi Jamur. Dalam: Lecture Notes Dermatology.
Edisi ke-8. Jakarta. EMS. 2005: 38-40.
LAMPIRAN
Kandidosis Intertriginosa
di lipat payudara
Kandidosis Perianal
“Diaper Rash”
Gambaran blastospora, sel ragi dan psseudohifa Candida pada pemeriksaan KOH
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 19 September 2011 – 22 Oktober 2011 Page 25
Kandidosis Kutis Kesuma Larasati (406100116)