NPM : 170410180045
Kelas : A
Tan Malaka
2. Tan Malaka adalah termasuk salah seorang cendikiawan Minangkabau yang menerima
visi atau idealisasi adat dan falsafah hidup masyarakat minangkabau. Sikap tingkah laku politik
serta jalan pemikirannya sangat diwarnai oleh konsep rantau. Rantau yang dimaksud di sini
adalah dalam falsafah Minangkabau yaitu membuka mata warganya untuk mengenal dunia luar
yang luas di mana mereka akan menemui hal-hal baru yang nanti akan dibawanya pulang ke
kampong halaman.
Cara berpikir yang dikembangkan Tan Malaka sesuai dengan visi rantau: Thesis-
antithesis-syntesis. Tan malaka adalah antithesis yang berkonflik dengan thesis ( alam sebagai
referensi asal). Dari situ lahirlah synthesis hasil pemikiran atau idealisme baru yang mendorong
setiap manusia untuk mengadakan perubahan-perubahan perbaikan nasibnya.
Selanjutnya Tan Malaka juga mengembangkan cara berpikir secara luas dalam bukunya
Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Madilog ini sebagaimana dijelaskan Tan
Malaka mengajak untuk mempergunakan pikiran “rasional” sebab pengetahuan dan cara berpikir
yang begitu adalah tingkatan tertinggi dalam peradaban manusia dan tingkatan pertama buat
masa depan. Pada intinya, madilog adalah cara berpikir baru yang dapat dipakai untuk
memerangi cara berpikir lama yang sangat dipengaruhi oleh dunia mistik atau takhayul yang
menyebabkan orang menyerah kepada alam.
Secara singkat Tan Malaka menjelaskan bahwa negara sosialis terbentuk karena adanya
pertentangan kelas. Pertentangan tersebut terjadi karena perkembangan sebuah negara dengan
adanya hukum dialektika yakni sebagai thesis, antithesis, dan synthesis. Sebagai thesis Tan
Malaka menyebutnya masyarakat yang berada atas dasar kepemilikan bersama atas alat-alat serta
hasil produksi. Antithesisnya adalah masyarakat kapitalis yang mulai terpecah karena
kepemilikan hanya pada sekelompok orang. Sebagai synthesisnya adalah ia menyebut
masyarakat di seluruh dunia yang berjuang menuju masyarakat komunis modern.
Tan malaka mengemukakan pandangannya tentang revolusi dalam kehidupan politik.
Dalam pemikirannya Tan Malaka mengemukakan pendapat, bahwa suatu revolusi bukanlah
sebuah ide yang istimewa dan luar biasa serta bukan lahir atas perintah seorang manusia yang
luar biasa. Kecakapan dan sifat luar biasa dari seseorang yang memiliki ide revolusi untuk
membangun suatu Negara, melaksanakannya atau memimpinnya menuju kemenangan, tidak
dapat diciptakan dengan otaknya sendiri.
Sebuah revolusi disebabkan oleh pergaulan hidup sebagai akibat tertentu dari tindakan-
tindakan masyarakat dalam kata-kata yang sangat dinamis yang berdampak terhadap
pertentangan kelas yang semakin menajam dan berakibat tertentu yang tak dapat terhindarkan.
Faktor-faktor seperti ekonomi, sosial, politik, dan psikologis dapat membuat ketajaman
pertentangan yang menimbulkan pertempuran.
Pemikiran yang menyoroti tentang revolusi di atas memiliki makna bahwa suatu
peubahan yang sangat mendasar sangat memerlukan adanya komitmen bersama antara
pemerintah dengan yang di perintah. Selain itu, di dalam sebuah Negara demokrasi yang
memiliki kekuasaan harus menyadari sepenuhnya bahwa kekuasaan yang dia miliki merupakan
mandat yang diberikan oleh rakyat yang berdaulat. Hal ini dapat dimaknai pula bahwa kondisi
yang ideal dalam sebuah Negara sebaiknya terhindar dari ketimpangan atau kesenjangan dari
aspek sosial, ekonomi, politik, dan psikologis.
3. pemikiran politik dari Tan Malaka yang masih relevan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara saat ini adalah konsep Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Materialisme
menurut Tan Malaka yaitu cara berpikir yang terpusat pada masalah bagaimana memperbaiki
atau mengubah kehidupan duniawi secara realistis dan pragmatis. Konsep dialektika yaitu
dimaksudkan untuk memerangi cara berpikir yang pasif atau dogmatis. Cara berpikir atau
dogmatis ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat yang masih percaya terhadap kekuatan
mistik dan itu menyebabkan mereka tidak percaya kepada kemampuan intelektual dan kekuatan
mereka sendiri untuk mengubah dunia materi. Sedangkan logika yang dijelaskan Tan Malaka
adalah berpikir aktif atau dinamis. Mengapa konsep Madilog tersebut masih relevan dengan
kehidupan bangsa Indonesia saat ini? karena menurut penulis bangsa Indonesia jika berkeinginan
untuk maju sebagai bangsa yang terpandang harus berpikir dinamis, tidak percaya pada hal-hal
mistik atau takhayul, dan harus berpikir pragmatis serta fleksibel. Dengan demikian madilog
merupakan cara berpikir yang realistis, pragmatis, dan fleksibel. Sehingga bisa dikatakan juga
cara berpikir yang lebih logis dan rasional dalam kehidupan dan masih relevan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Melihat fenomena saat ini tercermin adanya tarik menarik
kepentingan politik, sangat dimungkinkan masyarakat tidak lagi menggunakan pemikiran secara
rasional. Di sinilah konsep yang dikembangkan Tan Malaka menjadi solusi alternatif untuk
menangkal hal itu. Artinya, masyarakat Indonesia saat ini harus mampu berpikir secara rasional
terbebas dari friksi-friksi yang berkembang yang akan mengarahkan keutuhan bangsa menjadi
terbelah atau terpecah.
Daftar Pustaka
Rahman, Masykur Arif. 2013. Tan Malaka, Pahlawan Besar yang di lupakan Sejarah.
Jogjakarta: PALAPA
Malaka, Tan. 1974. Madilog (Materialisme, Dialitika, Logika). Jakarta : Lembaga Penelitian &
Pengembangan Masyarakat
A, Kholik. 2006. Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang Revolusi dan Islam di Indonesia. 80.