PURWAKARTA Tanggal :
MODUL KESEHATAN REPRODUKSI Revisi :
DAN KELUARGA BERENCANA Halaman…. Dari
Macam-macam alat kontrasepsi
9.1.2 Dengan alat
a. mekanis/barier
1) kondom
Kondom bagi pria
Kondom adalah salah satu ala t kontrasepsi yang terbuat karet/lateks, berbentuk tabung
tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dandilengkapi kantung untuk
menampung sperma. Kebanyakan kondom terbuat dari karet lateks tipis, tetapi ada yang
membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing) atau plastic (polietelin). (Niken, dkk, 2010 :
74)
Pemakaian kondom dengan tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira abad ke-18 di
inggris. Pada mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri. Pada tahun 1844 Goodyear telah
berhasil membuat kondom dari karet. Yang kini paling umum dipakai ialah kondom dari karet ;
kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. kini telah tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-
macam warna. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539).
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan
mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir
yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung
sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. kondom
dilapisi dengan pelican yang mempunyai sifat spermatisid. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 :
539).
Syarat-syarat standar yang harus dipenuhi oleh kondom :
1. Test elektronik
a. Untuk menemukan lubang kecil/”lubang jarum” pada kondom
b. Dasar test ini : karet tidak menghantarkan arus listrik
2. Test pengisian air (water volume test)
Macam-macam kondom :
1. Kulit
a. Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum)
c. Tidak meregang atau mengkerut
d. Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama
sanggama
e. Lebih mahal
f. Jumlahnya < 1 % dari semua jenis kondom
2. Lateks
a. Paling banyak dipakai
b. Murah
c. Elastic
3. Plastik
a. Sangat tipis (0.025-0.035 mm)
b. Juga menghantarkan panas tubuh
c. Lebih mahal dari kondom lateks
Kerugian Kondom :
1) Angka kegagalan realtif tinggi
2) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus menerus setiap sanggama (kurang
praktis)
1. (Hartanto,Hanafi, 2004 : 60)
Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk
membuat karet.(Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539).
Kontra Indikasi Kondom :
1. Absolut
a) Pria dengan ereksi yang tidak baik
b) Riwayat syok septik
Indikasi:
I.Pria :
1. Penyakit genitalia
2. Sensitivitas penis terhadap secret vagina
3. Ejakulasi premature
II.Wanita :
1. Vaginistis, termasuk yang dalam pengobatan.
2. Kontra indikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan diafragma
atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan.
3. Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di dalam vagina.
4. Metode temporer :
a. Belum mengadakan sanggama secara teratur
b. Selama haid
c. Selama mid-siklus pada pemakaian IUD
d. Selama siklus peretama dari kontrasepsi oral dosis-rendah
e. Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat
f. Selama periode awal post-partum
6) Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom bekas
langsung dibuang ketempat yang bseharusnya, untuk mencegah mengkontaminasi orang
lain, terutama anak-anak.
(Niken,dkk, 2010 : 77)
Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam
penggunaannya. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539)
2) diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke
dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Jenis:
Keterbatasan
• Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-18 kehamila per 100
perempuan per tahun pertama
Diafragma
Sesuai untuk perempuan yang Tidak sesuai untuk perempuan yang
Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal, seperti perokok, atau di atas usia 35 thn.
Tidak menyukai AKDR
Menyusui dan perlu kontrasepsi
Memerlukan proteksi terhadap IMS
Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode yang lain.
Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi
beresiko tinggi.
Terinfeksi saluran uretra
Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina).
Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan.
Ingin metode KB efektif.
Tabel 4 : Penanganan efek samping
Efek samping Penanganan
• Infeksi saluran uretra
• Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai, apabila diafragma menjadi pilihan utama dalam
ber-KB. Sarankan untuk segera mengosongkan kandung kemih setelah melakukan hubungan
seksual atau sarankan memakai metode lain.
• Dugaan adanya reaksi alergi difragma atau dugaan adanya reaksi alergi spermisida
• Walaupun jarang terjadi, terasa kurang nyaman dan mungkin berbahaya. Jika ada iritasi vagina,
khususnya pasca sanggama, dan tidak mengidap IMS, berikan spermisida yang lain atau bantu
untuk memilih metode lain.
• Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum.
• Pastikan ketepatan letak difragma apabila alat terlalu besar. Cobalah dengan ukuran yang lebih
kecil. Tindaklanjuti untuk meyakinkan masalah telah ditangani.
• Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam. • Pemeriksa adanya IMS atau
benda asing dalam vagina, jika tidak ada, sarankan klien untuk melepas diafragma setelah
melakukan hubungan seksual, tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktivitas terakhir. Setelah
diangkat (diafragma harus di cuci dengan hati-hati menggunakan sabun cair dan air, jangan
menggunakan bedak jika akan disimpan). Jika mengidap IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai
dengan pencegahan infeksi.
b. Kimiawi spermasida
2.1 Pengertian Spermisida
Metode kontrasepsi secara kimiawi adalah mencegah terjadinya kehamilan dengan
menggunakan tissue KB, tablet berbusa, suppositoriakimiawi dank rim jelly, atau preparat yang
menghentikan atau membunuh sperma pada saat bersentuhan.Spermisida adalah alat kontrasepsi
2.2 Jenis-Jenis Spermisida
1. Aerosol (busa).
2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
3. Krim.
3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan. Penggunaannya
dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.
4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.
2.5 Manfaat Spermisida
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi.
A. Manfaat kontrasepsi
1. Efektif seketika (busa dan krim).
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Mudah digunakan.
7.Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.