Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nadia Khofifah

Nim : 218108

Kelas : S1 3C

1. Pengertian

Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah tidak
seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja berbagai organ. Kadar asam basa (pH) dalam darah
diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45.

2. Etiologi

Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH darah normal berkisar
antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut
dinamakan asidosis. Sedangkan darah dengan nilai pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa,
atau disebut dengan alkalosis. Jenis gangguan keseimbangan asam basa Keseimbangan asam basa
dipengaruhi oleh fungsi paru-paru. Manusia bernapas menghirup oksigen dan membuangnya dalam
bentuk karbondioksida (CO2). CO2 adalah zat yang bersifat asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar akan
memengaruhi keseimbangan pH darah, sehingga dapat menimbulkan asidosis atau alkalosis. Asidosis
dan alkalosis yang disebabkan oleh gangguan pada paru-paru atau pernapasan disebut dengan asidosis
respiratorik dan alkalosis respiratorik.

3. Patofisiologi

Keseimbangan asam basa Penyangga kimia, system pernapasan, dan system renal merupakan
mekanisme kunci untuk mengatur keseimbanagan asam basa dalam tubuh

manusia. Penyangga adalah senyawa yang mengatur pH tubuh dengan menerima

atau melepaskan ion H+.Salah satu penyangga terpenting dalam tubuh manusia adalah bikarbonat.

1) Karbondioksida (CO2) dilepaskan dari jaringan tubuh dan diterima oleh sel darah merah (SDM).

2) CO2 dalam sel darah merah, dikombinasikan dengan air dan dibawah pengaruh karbon anhidrasi
(suatu enzim) dengan segera dikonversi menjadi asam karbon

3) Asam karbon berionisasi atau memisah menjadi bikarbonat (HCO3-) dan H+.

4) Bikarbonat meninggalkan sel darah merah dan beredar dalam plasma menuju paru-paru.

5) Ion H+ bebas yang tertinggal dalam sel darah merah dengan cepat berinteraksi dengan
oksihemoglobin dalam sel dan menyebabkan pelepasan oksigen (O2) dari sel darah merah kedalam
jaringan untuk respirasi sel (Bennita, 2013).
Hal sebaliknya terjadi di paru-paru:

1) O2 berdifusi dari paru-paru kedalam sel darah merah, dimana selanjutnya dikonversi menjadi
oksihemoglobin. 2) Hal ini memicu pergantian bikarbonat kembali ke sel darah merah. 3) Setelah berada
dalam sel darah merah, bikarbonat bergabung dengan H+ bebas (dari hasil formasi oksihemoglobin)
untuk membentuk asam karbon. 4) Dibawah pengaruh karbon anhidrasi, asam karbon memisah menjadi
air dan CO2. 5) CO2 berdifusi keluar dari sel darah merah kedalam paru-paru, dimana ia akan
dikeluarkan dari tubuh selama ekshalasi (Bennita, 2013).

4. Manifestasi

Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka panjang (kronis). Umumnya
asidosis respiratorik kronis tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun pada beberapa kasus, penderita
dapat mengalami hilang ingatan, gangguan tidur, dan perubahan kepribadian.

Sedangkan pada asidosis respiratorik akut, gejala awalnya adalah sakit kepala, cemas, gelisah, bingung,
dan penglihatan kabur. Bila tidak segera ditangani, dapat muncul gejala lain seperti lemas, sesak napas,
penurunan kesadaran, hingga koma.

Asidosis metabolik

Gejala asidosis metabolik cukup beragam. Beberapa penderita kondisi ini umumnya memiliki napas yang
beraroma buah. Gejala tersebut merupakan tanda ketoasidosis diabetik atau asidosis metabolik yang
terjadi pada pasien diabetes. Ketoasidosis diabetik termasuk kondisi berbahaya, yang dapat
mengganggu fungsi hati dan ginjal.

Gejala lain asidosis metabolik meliputi:

Pusing

Sakit kepala

Nafsu makan menurun

Mudah mengantuk

Mudah lelah

Napas cepat dan dalam

Detak jantung meningkat

Alkalosis respiratorik
Gejala umum alkalosis respiratorik adalah bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Kondisi tersebut
dikenal dengan hiperventilasi. Gejala lain yang dapat terjadi akibat rendahnya kadar karbondioksida
dalam darah, antara lain:

Pusing

Kembung

Mulut kering

Kram otot di tangan dan kaki

Kesemutan

Nyeri dada

Sesak napas

Gangguan irama jantung

Alkalosis metabolik

Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu kondisi ketika penderita
bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal. Kondisi ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah
terlalu sedikit. Sebaliknya, kadar karbondioksida dalam tubuh meningkat.

Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah, juga sering menyertai alkalosis metabolik. Oleh
karena itu, penderita dapat mengalami gejala seperti mudah lelah, nyeri otot, sering buang air kecil
(poliuria), dan gangguan irama jantung (aritmia).

Gejala lain pada penderita alkalosis metabolik meliputi kulit atau kuku membiru, sesak napas, kram dan
kejang otot, serta mudah marah.

Penyebab Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Masing-masing jenis gangguan keseimbangan asam basa, disebabkan oleh kondisi yang berbeda pula.
Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik disebabkan oleh gangguan pada paru-paru. Sedangkan
asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dipicu oleh masalah pada organ ginjal.

Di bawah ini akan dijelaskan penyebab pada tiap jenis gangguan keseimbangan asam basa.

Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi
paru-paru dalam membuang karbondioksida (CO2). Dengan kata lain, asidosis respiratorik terjadi ketika
tubuh hanya dapat membuang sedikit CO2. Sejumlah kondisi yang dapat memicu asidosis respiratorik
kronis, antara lain:
Asma.

Penyakit paru obstruktif kronis.

Edema paru.

Gangguan pada sistem saraf dan otot, misalnya multiple sclerosis dan distrofi otot.

Kondisi lain yang membuat sesorang terganggu dalam bernapas, misalnya obesitas atau skoliosis.

Sedangkan asidosis respiratorik akut umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:

Henti jantung.

Penyakit paru-paru, misalnya asma, pneumonia, dan emfisema.

Kelemahan otot pernapasan.

Terdapat sumbatan pada saluran pernapasan.

Overdosis obat penenang.

Asidosis metabolik

Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau saat ginjal hanya
mampu membuang sedikit asam melalui urine. Asidosis metabolik terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:

Asidosis diabetik. Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik terjadi ketika tubuh kekurangan insulin,
sehingga lemak yang dipecah bukan karbohidrat. Pemecahan lemak ini mengakibatkan keton darah yang
bersifat asam meningkat. Kondisi ini lazim lebih sering terjadi pada pasien diabetes tipe 1 yang tidak
terkontrol.

Asidosis hiperkloremik. Asidosis hiperkloremik disebabkan oleh kurangnya kadar natrium bikarbonat
dalam tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh diare

Asidosis laktat. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kelebihan asam laktat. Asidosis laktat dapat disebabkan
oleh konsumsi alkohol (ketoasidosis alkoholik), kanker, gagal jantung, kejang, gagal hati, kadar gula
darah rendah, serta kekurangan oksigen dan olahraga yang berlebihan.

Selain beberapa kondisi di atas, asidosis metabolik juga dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, dehidrasi
berat, dan keracunan aspirin.

Alkalosis respiratorik

Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu kondisi ketika seseorang
bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Hiperventilasi tersebut bisa disebabkan oleh perasaan panik
dan cemas. Kondisi lain yang dapat memicu alkalosis respiratorik adalah:
Demam tinggi

Berada di dataran tinggi

Penyakit paru

Penyakit liver

Kekurangan oksigen

Keracunan salisilat

Alkalosis metabolik

Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan basa. Beberapa hal
yang dapat memicu kondisi tersebut adalah:

Muntah berkepanjangan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan elektrolit.

Penggunaan obat diuretik yang berlebihan.

Penyakit kelenjar adrenal.

Penggunaan obat pencahar dan obat maag (antasida).

5. Komplikasi

1. Asidosis metabolik

2. Asidosis respiratori

6. Asuhan Keperawatan

DX : Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi :

Manajemen Elektrolit/Cairan

1. Pantau kadar serum elektrolit yang abnormal, seperti yang tersedia


2. Monitor pee FCubahan status paru atau jantungyang menunjukkan
kelebihan cairan atau dehidrasi

3. Timbang berat badan harian dan pantau gejala

4. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan (misalnya, peningkatan BUN,
albumin, protein total, dan osmolalitas serum)

5. Jaga pencatatan intake/asupan dan output yang akurat.

6. Batasi cairan yang sesuai

7. Monitor tanda-anda vital yang sesuai

8. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan/atau elektrolit yang
menetap atau memburuk

9. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai alasan untuk pembatasan cairan, tindakan hidrasi,
atauadministrasi elektrolit tambahan, seperti yang ditunjukkan.

Anda mungkin juga menyukai