Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN KONFLIK

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Keperawatan 1 dengan dosen pengampu
Masdum Ibrahim, M.Kep

Disusun oleh :

Anita Hidayat Putri 218090

Aprilia Sucianti 218091

Bhika Djamiri 218092

Hendi Wardani 217111

Krisna Rizaldi Rahayu 218105

Nadia Khofifah 218108

R. Sofwan Muzzaki Sendjaya 218144

Tasya Tasharofa 218122

Verawati Sanjaya 218124

Winia Noviyanti 218126

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa segala Rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi ataupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar lebih
baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung 08 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................. 1

1.3 Tujuan................................................................................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................................................ 2

2.1 Konflik................................................................................................................................................ 2

2.1.1 Definisi Konflik............................................................................................................................ 2

2.1.2 Sumber Konflik........................................................................................................................... 2

2.1.3 Jenis-Jenis Konflik...................................................................................................................... 2

2.1.4 Teori-Teori Konflik....................................................................................................................... 3

2.2 Manajemen Konflik............................................................................................................................ 4

2.2.1 Pengertian.................................................................................................................................. 4

2.2.2 Proses Manajemen Konflik......................................................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................................ 7

3.1 Kasus Konflik Hubungan.................................................................................................................... 7

3.2 Pembahasan Konflik.......................................................................................................................... 7

BAB IV PENUTUP....................................................................................................................................... 9

4.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 9

4.2 Saran................................................................................................................................................. 9

DAPTAR PUSTAKA.................................................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konflik merupakan suatu fenomena sosial yang sering terjadi dalam masyarakat. pada dasarnya,
manusia merupakan mahluk sosial yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang berbeda dimana dari
perbedaan itulah ada kalanya memunculkan suatu pertentangan atau konflik.
Sebagaimana konflik didefinisikan sebagai kondisi yang ditimbulakan oleh adanya kekuatan yang saling
bertentangan (Niniek dan Yusniati, 2007:30). Konflik merupakan gejala kemasyarakatan yang melekat di
dalam kehidupan masyarakat, dan oleh karenanya tidak mungkin dilenyapkan. sebagai gejala
kemasyarakat yang melekat di dalam kehidupan setiap masyarakat. ia akan lenyap bersama lenyapnya
masyarakat itu sendiri.Konflik adalah suatu pertentangan secara langsung dan sadar antara individu atau
kelompok untuk mencapai cita-cita bersama. Dalam menciptakan cita-cita bersama, pihak lawan yang
terlibat dalam konflik itu perlu dihabisi terlebih dahulu. Dalam situasi konflik, karena adanya perasaan
permusuhan yang kuat, kerap kali peniadaan lawan lebih penting dari pencapaian cita-cita (Rahman,
2011:57).

Menurut Kazimoto (2013), konflik adalah adanya perselisihan yang terjadi ketika tujuan,
keinginan, dan nilai bertentangan terhadap individu atau kelompok.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian konflik?

2. Apakah management konflik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai pengertian konflik.

2. Untuk mengetahui mengenai management konflik.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konflik

2.1.1 Definisi Konflik


Konflik adalah perselisihan internal yang dihasilkan dari perbedaan ide, nilai-nilai, dan
perasaan antara dua orang atau lebih (Marquis & Huston, 1996 dalam Hendel dkk, 2005).

Menurut Kazimoto (2013), konflik adalah adanya perselisihan yang terjadi ketika tujuan,
keinginan, dan nilai bertentangan terhadap individu atau kelompok.

2.1.2 Sumber Konflik


Shetach (2012) menyatakanbahwakonflikterjadidisebabkankarena: (1) perbedaan interpersonal
pada setiap dimensi-umur, jenis kelamin, ras, pandangan, perasaan, pendidikan, pengalaman,
tingkahlaku, pendapat, budaya, kebangsaan, keyakinan, dll, (2) perbedaan kepentingan dalam
hubungan antar manusia karena perbedaan budaya, posisi, peran, status, dan tingkat hirarki.

Menurut Robbins (2008), konflik muncul karena ada kondisi yang melatarbelakanginya
(antecedent conditions). Kondisi tersebut, yang disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri
dari tiga ketegori, yaitu :komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.

a. Komunikasi
Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan kesalahpahaman
antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber konflik. Suatu hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesulitan semantik, pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan
dalam saluran komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi kondisi
anteseden untuk terciptanya konflik.
b. Struktur
Istilah struktur dalam kontek sini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran
(kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi
(wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan,
sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa
ukuran kelompok dan derajat spesialisasi merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik.
Makin besar kelompok, dan makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula
kemungkinan terjadinya konflik.
c. Variabel Pribadi
Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi: sistem nilai
yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu memiliki
keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu yang lain. Kenyataan menunjukkan
bahwa tipe kepribadian tertentu, misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan
menghargai rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial.

2.1.3 Jenis-Jenis Konflik


Menurut Rigio (2003) jenis-jenis konflik yang ada antara lain konflik intra personal, konflik inter
personal, konflik intra kelompok dan konflik antar kelompok.

2
a. Konflik Intrapersonal
Konflik intra personal adalah konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini
merupakan masalah internal untuk mengklasifikasi nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi.
Hal ini sering di manifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya seorang manajer
mungkin merasa konflik intra personal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas
terhadap pekerjaan, dan loyalitas kepada pasien.
b. Konflik Interpersonal
Konflik inter personal terjadi antaradua orang ataulebih, dimananilai, tujuan, dan keyakinan
berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang
lain sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Sebagai contoh seorang manajer sering
mengalami konflik dengan teman sesama manajer, atasan, dan bawahannya.
c. Konflik Intra Kelompok
Konflik ini terjadi ketika seseorang didalam kelompok melakukan kerja berbeda dari tujuan,
dengan contoh seorang perawat tidak mendokumentasikan rencana tindakan perawatan pasien
sehingga akan mempengaruhi kinerja perawat lainnya dalam satu tim untuk mencapai tujuan
perawatan di ruangan tersebut.
d. Konflik Antar Kelompok
Konflik ini dapat timbul ketika masing-masing kelompok bekerja untuk mencapai tujuan
kelompoknya. Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas
(kualitas jasa layanan), keterbatasan prasarana.

2.1.4 Teori-Teori Konflik


Teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik adalah:

a. Teori hubungan masyarakat


Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidak
percayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
Sasaran : meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami
konflik, serta mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima
keragaman yang ada didalamnya.
b. Teori kebutuhan manusia
Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia
(fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti
pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi.
Sasaran: mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak
terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
c. Teori negosiasi prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan
perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
Sasaran: membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan
berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan
kepentingan mereka dari pada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan
proses kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
d. Teori identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering
berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
Sasaran : melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik,
sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut dan
membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
e. Teori kesalah pahaman antar budaya

3
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara
komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
Sasaran : menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain,
mengurangi streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan
komunikasi antar budaya.
f. Teori transformasi konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidak setaraan dan
ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Sasaran : mengubah struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan
ketidakadilan termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap
jangka panjang di antar pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk
mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi,
pengakuan.

2.2 Manajemen Konflik

2.2.1 Pengertian
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar
dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses
yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik.
Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak
ketiga.

Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para
pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin
atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.

Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan
masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi
(termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran
terhadap konflik.

Fisher dkk (2001:7) menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam
menggambarkan situasi secara keseluruhan.

1. Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.


2. Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai.
3. Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong
perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
4. Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan
yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan.
5. Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan
berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang
positif.

Tahapan-tahapan diatas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik.
Sehingga masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya misalnya pengelolaan konflik akan
mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik. Sementara Minnery (1980:220) menyatakan bahwa

4
manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses.
Minnery (1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan
bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik
perencanaan kota secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang
representatif dan ideal. Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas,
bahwa manajemen konflik perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap
keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik,
evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang
dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau
pihak ketiga dalam mengelola konflik. Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks
perencanaan kota dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai
partisipan atau pihak ketiga.

2.2.2 Proses Manajemen Konflik


Proses manajemen konflik meliputi proses dari diagnosis, intervensi, dan evaluasi (feedback).
Penentuan diagnosis merupakan dasar dari keberhasilan suatu intervensi. Berikut adalah skema
proses manajemen konflik menurut Rahim (2002) :

Diagnosis Intervention Conflict Learning & effectiveness

- Measurement - Leadership - Amount of - Individual


- Analysis - Culture conflict - Group
- Design - Conflict - Organization
styles

FEEDBACK

Gambar . Proses Manajemen Konflik (Rahim, 2002)

Dalam proses diagnosis yang perlu dilakukan adalah pengumpulan data-data antara lain
identifikasi batasan konflik, besarnya konflik, sumber konflik, kemudian mengkaji sumber daya yang
ada apakah menjadi penghalang atau dapat dioptimalkan untuk membantu penyelesaian konflik
(Huber, 2010). Setelah proses identifikasi (measurement), selanjutnya dilakukan proses analisis
terhadap datadata yang telah dikumpulkan, hal ini bertujuan untuk menentukan strategi resolusi konflik
yang akan diambil disesuaikan berdasarkan besarnya konflik dan gaya manajemen konflik yang akan
dipakai (integrating, obliging, dominating, avoiding, dan compromising).

Proses selanjutnya adalah intervensi. Terdapat bermacam-macam strategi intervensi konflik,


antara lain negosiasi, fasilitasi, konsiliasi, mediasi, arbitrasi, litigasi, dan force. Intervensi ditentukan
berdasarkan dua hal, yaitu proses dan struktural. Proses yang dimaksud adalah intervensi yang
dilaksanakan harus mampu memperbaiki keadaan dalam suatu organisasi, seperti misalnya intervensi
mampu memfasilitasi keterlibatan aktif dari individu yang berkonflik, dan juga penggunaan gaya
penyelesaian konflik diharapkan bersifat sealami mungkin dengan tujuan meningkatkan proses belajar
dan pemahaman individu atau organisasi dalam menyelesaikan konflik saat ini ataupun yang akan
datang (Shetach, 2012). Proses ini juga diharapkan dapat merubah pola kepemimpinan seseorang dan
budaya dalam menyelesaikan konflik. Dengan demikian organisasi atau individu akan memperoleh
keterampilan baru dalam penanganan konflik. Selain itu, intervensi juga diharapkan dapat memperbaiki
struktur organisasi, seperti dalam hal mekanisme integrasi dan diferensiasi, hirarki, prosedur, reward

5
system, dan lain sebagainya. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan suatu
organisasi untuk menyelesaikan konflik berdasarkan berbagai sudut pandang individu yang terlibat di
dalamnya menuju ke arah konstruktif (Rahim, 2002).

Manajemen konflik yang konstruktif bisa diidentifikasi dari adanya proses kreativitas di
dalamnya, penyelesaian masalah dilakukan secara bersama-sama, dimana konflik dianggap sebagai
suatu masalah yang berkualitas terhadap perkembangan individu atau suatu organisasi yang harus
ditemukan pemecahan masalahnya (Hendel, 2005). Setelah intervensi, dilaksanakan suatu evaluasi
terhadap setiap tindakan yang dilakukan, sekaligus hal ini sebagai feedback proses diagnosing pada
konflik yang sudah ada ataupun konflik yang baru.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus Konflik Hubungan


Suatu hari ketua memberikan tugas kepada divisi acara untuk membuat roundon acara donor
darah, namun salah satu anggota divisi acara itu tidak mengikuti saat rapat saat pembagian job desk juga
dia tidak mengerjakan job desknya yang sudah di bagi perjob desknya, padahal dia sudah masuk grup
wa divisi acara yang sudah di buat, salah satu anggota menyindir dan membuat celotehan sehingga iya
marah dan menyebabkannya keluar dari divisi acara sehingga terjadi konflik dan juga job desk yang di
berikan kepadanya tidak di kerjakan sehingga menghambat pengerjaan rangkaian acaranya.

3.2 Pembahasan Konflik


3.2.1 Tahapan proses terjadinya konflik

Identifikasi Masalah

Kolaborasi antara salah satu anggota dengan salah satu anggota divisi belum dapat dilakukan dengan
baik karena

1) Kurang komunikasi
2) Divisi tidak bertanggung jawab melakukan jobdesknya
3) Tidak saling menghargai.

3.2.2 Penanganan Konflik

1. Gambarkan tahap-tahap proses terjadinya konflik

a. Tahap I : Potensial Opposotion


Tidak terdapat komunikasi yang intens terhadap anggota divisi seharusnya ada komunikasi yang
baik antara anggota dan anggota lainnya seperti "kenapa tidak mengerjakan jobdesnya" dan
untuk anggota yang tidak mengerjakan jobdesnya sebaiknya bertanggung jawab terhadap tugas
yang sudah diberikan dan untuk yang menyindir dan membuat celotehan seharusnya tidak
berbuat seperti itu ada baiknya dibicarakan secara baik baik supaya ada jalan keluar yang tidak
merugikan orang lain.
b. Tahap II : Cognition and Personalization
Kasus ini membuat suasana menjadi canggung dan tidak harmonis.
c. Tahap III : Behavior
Anggota itu tidak bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas bagiannya yang seharusnya ia
kerjakan dalam tugas kelompok, juga anggota kelompok yang menyindir dan membuat
celotehan.
d. Tahap IV – Aftermath
Kinerja kelompok menurun dan tugas menjadi terhambat.
2. Jelaskan Penangan Konflik
Dengan komunikasi yang baik membicarakan dan menanyakan dengan secara baik-baik, karena
dengan komunikasi semua permasalahan bisa dibicarakan oleh pihak yang bersangkutan, agar
tidak ada kesalah pahaman dan tidak merugikan salah satu pihak.
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan shering yang akan direncanakan dan
menjadi lebih bertanggung jawab bersama terhadap job desk untuk mensukseskan acaranya.
3. Jelaskan mengapa konflik mempengaruhi Efektifitas Kinerja?
Karena suatu konflik akan membuat beban pikiran yang akhirnya dapat menghambat suatu
pekerjaan.

7
4. Jelaskan apakah kasus anda termasuk konflik fungsional atau diafungsional ?
Kasus Proses ini merupakan Kasus Disfungsional ketika ada konflik yang datang divisi semakin
menjauh dan tidak ikut berkontribusi dalam melakukan tanggung jawabnya mengerjakan job
desk, saling menjatuhkan satu sama lain antara anggotanya.

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Konflik adalah perselisihan internal atau eksternal akibat dari adanya perbedaan gagasan, nilai
atau perasaan antara dua orang atau lebih . Menurut littlefield 1995 dalam nursalam bahwa konflik dapat
dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses.Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan
reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
(interests) dan interpretasi.

Persoalan yang menyebutkan terjadinya konflik hanya semata - mata pada persoalan bagaimana
organisasi dapat mencapai suatu taraf kemajuan tertentu yang diinginkan bersama oleh seluruh para
anggota organisasi

4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang cara penyelesaian kasus dan juga dapat
menganalisis sebuah kasus yang terjadi, dan mahasiswa dapat mencari referensi lain yang lebih banyak
agar mendapat wawasan yang lebih luas.

9
DAPTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/948d79fe6b7aeeecbe8
5d5f510b66c01.PDF&ved=2ahUKEwi684fKlonxAhX_6XMBHXEUCqIQFjAAegQIAxAC&usg=AOvVaw2fm
wzzSa6ZX6al26VJrzZY

iii

Anda mungkin juga menyukai