Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Keperawatan 1 dengan dosen pengampu
Masdum Ibrahim, M.Kep
Disusun oleh :
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa segala Rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi ataupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar lebih
baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................ 1
2.1 Konflik................................................................................................................................................ 2
2.2.1 Pengertian.................................................................................................................................. 4
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................................... 9
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 9
4.2 Saran................................................................................................................................................. 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Kazimoto (2013), konflik adalah adanya perselisihan yang terjadi ketika tujuan,
keinginan, dan nilai bertentangan terhadap individu atau kelompok.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai pengertian konflik.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konflik
Menurut Kazimoto (2013), konflik adalah adanya perselisihan yang terjadi ketika tujuan,
keinginan, dan nilai bertentangan terhadap individu atau kelompok.
Menurut Robbins (2008), konflik muncul karena ada kondisi yang melatarbelakanginya
(antecedent conditions). Kondisi tersebut, yang disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri
dari tiga ketegori, yaitu :komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.
a. Komunikasi
Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan kesalahpahaman
antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber konflik. Suatu hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesulitan semantik, pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan
dalam saluran komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi kondisi
anteseden untuk terciptanya konflik.
b. Struktur
Istilah struktur dalam kontek sini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran
(kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi
(wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan,
sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa
ukuran kelompok dan derajat spesialisasi merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik.
Makin besar kelompok, dan makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula
kemungkinan terjadinya konflik.
c. Variabel Pribadi
Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi: sistem nilai
yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu memiliki
keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu yang lain. Kenyataan menunjukkan
bahwa tipe kepribadian tertentu, misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan
menghargai rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial.
2
a. Konflik Intrapersonal
Konflik intra personal adalah konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini
merupakan masalah internal untuk mengklasifikasi nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi.
Hal ini sering di manifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya seorang manajer
mungkin merasa konflik intra personal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas
terhadap pekerjaan, dan loyalitas kepada pasien.
b. Konflik Interpersonal
Konflik inter personal terjadi antaradua orang ataulebih, dimananilai, tujuan, dan keyakinan
berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang
lain sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Sebagai contoh seorang manajer sering
mengalami konflik dengan teman sesama manajer, atasan, dan bawahannya.
c. Konflik Intra Kelompok
Konflik ini terjadi ketika seseorang didalam kelompok melakukan kerja berbeda dari tujuan,
dengan contoh seorang perawat tidak mendokumentasikan rencana tindakan perawatan pasien
sehingga akan mempengaruhi kinerja perawat lainnya dalam satu tim untuk mencapai tujuan
perawatan di ruangan tersebut.
d. Konflik Antar Kelompok
Konflik ini dapat timbul ketika masing-masing kelompok bekerja untuk mencapai tujuan
kelompoknya. Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas
(kualitas jasa layanan), keterbatasan prasarana.
3
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara
komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
Sasaran : menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain,
mengurangi streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan
komunikasi antar budaya.
f. Teori transformasi konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidak setaraan dan
ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Sasaran : mengubah struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan
ketidakadilan termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap
jangka panjang di antar pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk
mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi,
pengakuan.
2.2.1 Pengertian
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar
dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses
yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik.
Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak
ketiga.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para
pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin
atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan
masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi
(termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran
terhadap konflik.
Fisher dkk (2001:7) menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam
menggambarkan situasi secara keseluruhan.
Tahapan-tahapan diatas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik.
Sehingga masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya misalnya pengelolaan konflik akan
mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik. Sementara Minnery (1980:220) menyatakan bahwa
4
manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses.
Minnery (1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan
bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik
perencanaan kota secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang
representatif dan ideal. Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas,
bahwa manajemen konflik perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap
keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik,
evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang
dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau
pihak ketiga dalam mengelola konflik. Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks
perencanaan kota dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai
partisipan atau pihak ketiga.
FEEDBACK
Dalam proses diagnosis yang perlu dilakukan adalah pengumpulan data-data antara lain
identifikasi batasan konflik, besarnya konflik, sumber konflik, kemudian mengkaji sumber daya yang
ada apakah menjadi penghalang atau dapat dioptimalkan untuk membantu penyelesaian konflik
(Huber, 2010). Setelah proses identifikasi (measurement), selanjutnya dilakukan proses analisis
terhadap datadata yang telah dikumpulkan, hal ini bertujuan untuk menentukan strategi resolusi konflik
yang akan diambil disesuaikan berdasarkan besarnya konflik dan gaya manajemen konflik yang akan
dipakai (integrating, obliging, dominating, avoiding, dan compromising).
5
system, dan lain sebagainya. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan suatu
organisasi untuk menyelesaikan konflik berdasarkan berbagai sudut pandang individu yang terlibat di
dalamnya menuju ke arah konstruktif (Rahim, 2002).
Manajemen konflik yang konstruktif bisa diidentifikasi dari adanya proses kreativitas di
dalamnya, penyelesaian masalah dilakukan secara bersama-sama, dimana konflik dianggap sebagai
suatu masalah yang berkualitas terhadap perkembangan individu atau suatu organisasi yang harus
ditemukan pemecahan masalahnya (Hendel, 2005). Setelah intervensi, dilaksanakan suatu evaluasi
terhadap setiap tindakan yang dilakukan, sekaligus hal ini sebagai feedback proses diagnosing pada
konflik yang sudah ada ataupun konflik yang baru.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Identifikasi Masalah
Kolaborasi antara salah satu anggota dengan salah satu anggota divisi belum dapat dilakukan dengan
baik karena
1) Kurang komunikasi
2) Divisi tidak bertanggung jawab melakukan jobdesknya
3) Tidak saling menghargai.
7
4. Jelaskan apakah kasus anda termasuk konflik fungsional atau diafungsional ?
Kasus Proses ini merupakan Kasus Disfungsional ketika ada konflik yang datang divisi semakin
menjauh dan tidak ikut berkontribusi dalam melakukan tanggung jawabnya mengerjakan job
desk, saling menjatuhkan satu sama lain antara anggotanya.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Konflik adalah perselisihan internal atau eksternal akibat dari adanya perbedaan gagasan, nilai
atau perasaan antara dua orang atau lebih . Menurut littlefield 1995 dalam nursalam bahwa konflik dapat
dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses.Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan
reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
(interests) dan interpretasi.
Persoalan yang menyebutkan terjadinya konflik hanya semata - mata pada persoalan bagaimana
organisasi dapat mencapai suatu taraf kemajuan tertentu yang diinginkan bersama oleh seluruh para
anggota organisasi
4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang cara penyelesaian kasus dan juga dapat
menganalisis sebuah kasus yang terjadi, dan mahasiswa dapat mencari referensi lain yang lebih banyak
agar mendapat wawasan yang lebih luas.
9
DAPTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/948d79fe6b7aeeecbe8
5d5f510b66c01.PDF&ved=2ahUKEwi684fKlonxAhX_6XMBHXEUCqIQFjAAegQIAxAC&usg=AOvVaw2fm
wzzSa6ZX6al26VJrzZY
iii