Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

BENTUK PENGENDALIAN KONFLIK


Dosen Pengampu : Sriyanto,

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dari Dosen Mata Kuliah Sitem Sosial Budaya
dan Globalisasi

Disusun oleh:
Kelompok 5

BAYU ADJI PERMANA 1401100050


SUNARDI AGUS T. 1401100077
WAHYU NOOR A. 1401100080
DITYA DEWAJI 1401100081
DYAH AYU M. 1401100087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kita panjatkan terhadap Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan nikmatnya kepada kita semua sehingga kita mampu menyusun dan
menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Sistem Sosial
Budaya dan Globalisasi.
Terima kasih kita ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung dan
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah yang kami susun tentunya masih banyak kekurangan, oleh kerena itu
kami mengharapkan kritik dan masukan yang bersifat konstruktif dan membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Purwokerto, 19 November 2017


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 2
A. Definisi Konflik .................................................................................. 2
B. Penyebab Konflik ................................................................................. 8
C. Pengaruh Konflik ................................................................................. 12
D. Bentuk Pengendlian Konflik ................................................................ 12
E. Isu Konflik di Indonesia ....................................................................... 12
BAB III SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 20
A. Simpulan ............................................................................................. 20
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kita sebagai makhluk sosial yang melakukan interaksi dengan masyarakat yang ada
di sekitar kita pasti pernah mengalami suatu pertentangan atau perbedaan dengan
orang-orang yang ada disekitar kita. Petentangan ini yang nantinya akan menjadi
sebuah konflik yang jika dibiarkan akan menjadi suatu masalah yang akan membesar
bsa dikatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial antara satu orang atau lebih
yang mana salah seseorang diantaranya berusaha menyigkirkan pihak lain..
Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalau
menjadi bagian dari hidup manusia yang yang hidup bersosial dan berpolitik serta
menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial politik. Konflik memiliki
dampak positif dan dampak negatif, dampak positif dari adanya konflik sosial adalah
konflik tersebut memfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas berbagai kepentingan.
Kebanyakan konflik tidak berakhir dengan kemenangan disalah satu pihak dan
kekalahan dipihak lainnya
Konflik yang terjadi di Indonesia, ada yang dapat diselesaikan dengan baik hingga
berdampak baik bagi kemajuan dan perubahan masyarakat, akan tetapi ada beberapa
konflik justru berdampak negatif hingga mengakibatkan timbulnya kerusakan,
menciptakana ketidak stabilan, ketidak harmonisan dan ketidak amanan bahkan sampai
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Konflik ini sering terjadi di berbagai elemen
masyarakat. Hal demikian dikarenakan berbagai latar belakang kebudayaan dan status
sosial ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari konflik?
2. Apa saja penyebab terjadinya konflik?
3. Pengaruh konflik
4. Apa saja bentuk-bentuk penyelesaian konflik?
5. Bagaimana tanggapan mengenai isu-isu konflik di Indonesia?
C. Tujuan
1. Pembaca dapat mengetahui definisi konflik.
2. Pembaca dapat mengetahui apa saja penyebab konflik.

2
3. Pembaca dapat mengetahui pengaruh konflik.
4. Pembaca dapat mengetahui bentuk-bentuk penyelesaian konflik.
5. Pembaca dapat mengetahui serta menanggapi isu-isu konflik di Indonesia.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Konflik
Menurut Wirawan (2013: 4-5) Istilah konflik berasal dari kata kerja bahasa
latin configure yang berarti saling memukul. Dari bahasa Latin diadopsi ke
dalam bahasa Inggris, conflict yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa
Indonesia, konflik. Konflik adalah proses pertentangan yang diekspresikan di
antara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai objek konflik,
menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan keluaran
konflik. Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan
perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam.
B. Penyebab Konflik
Konflik sering kali merupakan salah satu strategi para pemimpin utuk
melakukan perubahan. Jka tidak dapat dilakukan secara damai, perubahan
diupayakan dengan menciptakan konflik. Berikut adalah kondisi objektif yang
dapat menimbulkan konflik yaitu, Keterbatasan sumber, manusia selalu
mengalami keterbatasan sumber-sumber yang di perlukanya untuk mendukung
kehidupanya. Keterbatsan itu menimbulkan terjadinya kompetisi diantara
manusia untuk mendapatan sumber yang di perlukanya dan hal ini sering kali
menimbulkan konflik.
Selain itu konflik terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik
mempunyai tujuan yang berbeda. Sebagai contoh, konflik hubungan industrial
di perusahaan. Pengusaha bertujuan memproduksi barang atau memberikan

3
jasa pelayanan dengan biaya serendah-rendahnya. Hal ini berarti bahwa
perusahan akan memberikan upah buruh serendah mungkin. Penyebab lain dari
konflik karena pihak-pihak yang terlibat konflik memiliki tugas yang
tergantung satu sama lain. Konflik yang terjadi juga disebabkan karena
komunikasi yang tidak baik. Konflik juga terjadi karena adanya beragam
karakteristik sistem sosial

C. Pengaruh Konflik
Konflik mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan umat manusi, baik
secara individual maupun kelompok. konflik mempunyai pengaruh secara
positif dan negatif. Kedua pengaruh tersebut menciptakan perubahan bagi
kehidupan manusia. Konflik mengubah dan mengembangkan kehidupan
manusia menjadi lebuh baik. Adapun pengaruh konflik tersebut, sebagai
berikut:
1. Pengaruh Positif
Konflik mempunyai pengaruh positif terhadap kehidupan umat manusia.
Berikut gambaran pengaruh konflik yang positif.
a) Menciptakan perubahan
b) Membawa objek konflik ke permukaan
c) Memahami orang lain lebih baik
d) Menstimulus cara berfikir yang kritis dan meningkatkan kreativitas
e) Manajemen konflik dalam menciptakan solusi terbaik
f) Konflik menciptakan revitalisasi norma
2. Pengaruh Negatif
Disamping dapat menimbulkan sesuatu yang positif, konflik dapat
menciptakan pengaruh negative. Berikut adalah beberapa gambaran
pengaruh negative dari konfik:
a) Biaya konflik

4
b) Merusak hubungan dan komunikasi di antara pihak-pihak yang
terlibat konflik
c) Merusak sistem organisasi
d) Menurunkan mutu pengambilan keputusan
e) Kehilangan waktu kerja
f) Sikap dan perilaku negatif
g) Kesehatan

D. Bentuk Pengendalian Konflik


Konflik merupakan gejala sosial yang senantiasa melekat dalam
kehidupan setiap masyarakat. Sebagai gejala sosial, konflik hanya akan hilang
bersama hilangnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang dapat
dilakukan adalah mengendalikan agar konflik tersebut tidak berkembang
menjadi kekerasan (violence). Ada tiga syarat agar sebuah konflik tidak
berakhir dengan kekerasan. Ketiga syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus menyadari adanya
situasi konflik diantara mereka. Dengan kesadaran tersebut, mereka akan
berusaha melaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara jujur.
2. Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin bisa dilakukan
apabila berbagai kekuatan sosial yang saling bertentangan terorganisasi
dengan jelas. Jika tidak, pengendalian atas konflik pun sulit dilakukan.
3. Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus mematuhi aturan main
yang telah disepakati bersama. Aturan main tersebut akan menjamin
berlangsungnya hidup kelompok-kelompok yang bertikai. Melalui aturan
itu, setiap kelompok akan enggan berlaku tidak adil. Mereka juga kan
meramalkan tindakan-tindakan yang akan diambil olehkelompok lain dan
memantau munculnya pihak ketiga yang akan merugikan kepentingan
kedua kelompok.
Pada umumnya masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk
mengendalikan konflik di dalam tubuhnya. Beberapa sosiolog menyebutnya

5
sebagai katup [enyelamat (safety valve), yaitu suasana mekanisme khusus yang
dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik. Namun,
katup tersebut hanya merupakan sarana yang bersifat sementara. Tujuan
utamanya adalah menetralkan ketegangan-ketegangan yang timbul dari situasi
pertentangan. Contoh, badan perwakilan siswa atau dewan guru di sekolah.
Melalui badan atau lembaga seperti itu, siswa atau guru dapat mengungkapkan
keluhan-keluhannya.

Secara umum, ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial, yaitu:
1. Konsiliasi (conciliation)
Bentuk pengendalian konflik seperti ini dilakukan melalui lembaga-
lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan
yang adil diantara pihak-pihak yang bertikai. Contoh bentuk pengendalin
konflik ini adalah melalui lembaga perwakilan rakyat. Berbagaai
kelompok kepentingan yang bertikai bertemu di dalam lembaga ini untuk
menyelesaikan konflik mereka.
Pengendalian semacam itu terwujud melalui lembaga-lembaga
tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan
keputusan-keputusan diantara pihak-pihak yang berlwanan mengenai
persoalan-persoalan yang mereka pertentangkan. Pada umumnya,
mengambil contoh di dalam kehidupan politik, lembag-lembaga semacam
itu berupa badan-badan yang bersifat parlementer atau quasi parlementer,
dimana berbagai kelompok kepentingan atau wakil-wakil mereka saling
bertemu satu sama lain untuk mewujudkan pertentangan-pertentangan
mereka melalui cara-cara yang bersifat damai. Hal itu, agar lembaga-
lembaga tersebut dapat berfungsi secara efektif, lembaga-lembaga yang
dimaksud harus memenuhi sedikitnya empat hal berikut:
1. Lembaga-lembaga tersebut harus merupakan lembaga-lembaga yang
bersifat otonom dengan wewenang untuk mengambil keputusan-

6
keputusan tanpa campur tangan dari badan-badan lain yang ada di
luarnya.
2. Kedudukan lembaga-lembaga tersebut di dalam masyarakat yang
bersangkutan harus bersifat monopolistis, dalam arti hanya lembaga-
lembaga itulah yang berfungsi demikian.
3. Peranan lembaga-lembaga tersebut haruslah sedemikian rupa
sehingga berbagai kelompok kepentingan yang berlawanan satu sama
lain itu merasa terikat kepada lembaga-lembaga tersebut, sementara
kepputusan-keputusannya mengikat kelompok-kelompok tersebut
beserta dengan para anggotanya.
4. Lembaga-lembaga tersebut harus bersifat demokratis, yakni setiap
pihak harus didengarkan dan diberi kesempatan untuk menyatakan
pendapat-pendapatnya sebelum keputusan-keputusan tertentu
diammbil.
Tanpa hadirnya keempat hal tersebut, maka konflik-konflik yang
terjadi diantaara berbagai kekuatan sosial akan menyelinap ke bawah
permukaan, yang pada saatnya tanpa dapat diduga sebelumnya akan
meledak ke dalam bentuk kekerasan. Namun demikian, semuanya itu
hanya mungkin diselenggarakan apabila kelompok-kelompok yang saling
bertentangan itu sendiri mampu memenuhi tiga macam persyaratan
sebagai berikut:
1. Masing-masing kelompok yang terlihat dalam konflik harus
menyadari akan adanya situasi konflik diantara mereka, karena itu
menyadari pula adanya dilaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara
jujur bagi semua pihak.
2. Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin dilakukan
apabila berbagai kekuatan sosial yang saling bertantangan itu
terorganisir dengan jelas. Sejauh kekuatan-kekuatan sosial yang
saling bertentangan berada di dalam keadaan tidak terorganisir, maka
pengendalian atas konflik-konflik yang terjadi dianata mereka pun
akan merupakan suatu hal yang sulit dilakukan, sebaliknya, konflik

7
yang terjadi diantara kelompok-kelompok yang terorganisir akan
lebih mudah melembaga, dan oleh karena itu akan lebih mudah
dikendalikan pula.
3. Setiap kelompok yang terlibat di dalam konflik harus mematuhi
aturan-aturan permainan tertentu, suatu hal yang akan memungkinkan
hubunan-hubungan sosial diantara mereka menemukan suatu pola
tertentu. Aturan-aturan permainan tetrsebuut, pada gilirannya justru
menjamin kelangsungan hidup kelompok-keompok itu sendiri oleh
karena dengan demikian ketidakadilan akan dapat dihindarkan,
memungkinkan tiap kelompok dapat meramalkan tindakan-tindakan
yang akan diambil oleh kelompok orang lain, serta menghindarkan
munculnya pihak ketiga akan merugikan kepentingan-kepentingan
mereka sendiri.
Agar dapat berfungsi efektif dalam menyelesaikan konflik,
lembaga-lembaga konsiliasi harus memenuhi empat hal berikut:
a. Lembaga tersebut haru merupakan lembaga yang otonom.
Keputusan yang diambilnya merupakan keputusan murni tanpa
campur tangan lembaga lain.
b. Kedudukan lembaga tersebut dalam masyarakat yang
bersangkutan harus bersifat monopolitis. Artinya, hanya
lembaga itulah yang berfungsi demikian.
c. Lembaga tersebut harus berperan agar kelompok yang bertikai
merasa terikat kepada lembaga tersebut.
d. Lembaga tersebut harus bersifat demokratis, yakni setiap pihak
harus diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya sbelum
keputusan tertentu diambil.
2. Mediasi (mediation)
Pengendalian konflik dengan cara mediasi dapat dilakukan apabila
kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai
mediator. Pihak ketiga ini akan memberikan pemikiran atau nasehat-
nasehatnya tentang cara terbaik dalam menyelesaikan pertentangan

8
mereka. Sekalipun pemikiran atau nasehat pihak ketiga tersebut tidak
mengikat, cara pengendalian ini kadang menghasilkan penyelesaian yang
cukup efektif. Cara mediasi cukup efektif untuk mengurangi irasionalitas
yang biasanya timbul dalm konflik. Dengan cara mediasi, ada
kemungkinan pihak-pihak yang berkonflik akan menarik diri tanpa harus
kehilangan muka.
3. Arbitrasi (arbitration)
Arbitrasi atau perwasitan umumnya dilakukan apabila kedua belah
pihak yang berkonflik sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima
hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan tertentu untuk
menyelesaikan konflik. Dalam mediasi, pemikiran atau nasehat dari pihak
ketiga bukan merupakan keputusan yang mengikat kedua belah pihak yang
berkonflik. Sebaliknya, dalam perwasitan kedua belah pihak harus
menerima keputusan yang diambil pihak ketiga (wasit). Dengan kata lain,
pihak ketiga tidak mengarahkan konflik untuk suatu tujuan tertentu yang
memenangkan salah satu pihak.
Pandangan Simmel tersebut tentu bukan merupakan hal yang
mutlak, tetapi bergantung pada kondisi konflik itu sendiri. Berikut ini
adalah beberapa cara pengendalian konflik yang lain atau pemecahan
konflik dengan bermacam-macam pendekatan, antara lain:
1. Kompromi atau mengambil jalan tengah dari persoalan yang sedang
dipertentangkan.
2. Memberikan perhtian pada salah satu pihak yang berkonflik dengan
cara menyuap atau menyogok.
3. Menggunakan orang ketiga di luar pihak yang sedang berkonflik. Cara
ini sering disebut dengan memakai wasit atau arbitrasi.
4. Menggunakan aturan yang ketat. Hal ini merupakan cara terkhir. Cara
ini digunakan apabila pihak-pihak yang sedang berkonflik mau
berlindung pada peraturan-peraturan birokrasi atau hukum formal

9
E. Isu Konflik Di Indonesia
1. Jayapura (kompas.com)
Kondisi kesehatan ibu-ibu dan balita di Kampung Banti dan
Kimbely, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, semakin
memprihantikan akibat isolasi yang dilakukan Kelompok Kriminal
Bersenjata (KKB) dalam tiga pekan terakhir. Hal ini dipengaruhi tidak
adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa diakses masyarakat. Bahkan
terakhir, mereka juga mulai mengalami kesulitan untuk mengakses bahan
makanan. Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafli Amar mengungkapkan,
terdapat 150 balita berada di kedua kampung tersebut. Mereka kini sudah
mulai tak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) akibat kurangnya asupan gizi
bagi ibu menyusui di daerah setempat.
Menurut Kapolda Kondisinya sangat ironis, balita termasuk bayi
sudah tak menerima ASI dari ibunya. Ada juga yang sakit dan ada
kebutuhan pribadi utamanya kaum wanita yang tidak dapat terpenuhi.
Kapolda menceritakan, sejauh ini belum ada tanda-tanda baik dari hasil
negosiasi antara tokoh agama dan tokoh masyarakat dengan KKB.
Negosiasi dilakukan untuk membawa warga keluar dari kampungnya dan
mengambil bantuan bahan pokok.
Pemerintah telah melakukan upaya negosiasi masih terus dilakukan.
Namun hingga pagi ini, boleh dikatakan belum ada kabar baik. Pemerintah
berharap agar KKB mengizinkan warga mengambil bantuan bahan pokok
yang telah disediakan Pemerintah Kabupaten Mimika di Mapolsek
Tembagapura. Lokasi tambang Freeport di Tembagapura menjadi salah
satu kawasan yang paling sering terjadi baku tembak antara kelompok
bersenjata TPN-OPM dan TNI-Polri. Perusahaan tambang emas dari New
Orleans, Amerika Serikat, itu menekan kontrak dengan pemerintah
Indonesia pada 7 April 1967 atau tepatnya duah tahun sebelum penyerahan
Papua ke Indonesia. Lokasi Freeport menjadi kawasan yang sering menjadi
sasaran TPN karena dinilai menjadi akar masalah di Papua, hal ini

10
disampaikan langsung oleh Hendrik Wanmang, Komandan Operasi TPN-
OPM III Timikia kepada reporter.

11
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Konflik mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan umat manusi,
baik secara individual maupun kelompok. konflik mempunyai pengaruh secara
positif dan negatif. Kedua pengaruh tersebut menciptakan perubahan bagi
kehidupan manusia. Konflik sering kali merupakan salah satu strategi para
pemimpin utuk melakukan perubahan. Jka tidak dapat dilakukan secara damai,
perubahan diupayakan dengan menciptakan konflik. Berikut adalah kondisi
objektif yang dapat menimbulkan konflik yaitu, Keterbatasan sumber, manusia
selalu mengalami keterbatasan sumber-sumber yang di perlukanya untuk
mendukung kehidupanya.

B. Saran
Sebaiknya kita sebagai bangsa dan negara yang beragam dan juga
bernegara hukum, seharusnya kita berusaha menghindari adanya konflik sosial
di antara masyarakat, agar Negara kita ini bisa menjadi Negara yang penuh
dengan kedamaian, kerusakan dan bebas dari segala jenis konflik dan
pertentangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Maryati, Kun & Juju Suryawati. (2014). Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI

Kurikulum 2013. Jakarta: Erlangga.

Nasikun. (2009). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Wirawan. (2009). Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian.

Jakarta: Salemba Humanika.

Purba, Jhon Roy. (2017). Kontributor Jayapura. Diakses tanggal 11 November

2017 pukul 15.00, dapat ditemukan di

http://regional.kompas.com/read/2017/11/09/06501281/kelompok-

bersenjata-di-papua-tahan-1300-warga.

13

Anda mungkin juga menyukai