Anda di halaman 1dari 46

MENENTUKAN SWELL FACTOR”

http://toghar-wwwtoghar.blogspot.co.id/2011/04/menentukan-swell-factor.html

MENENTUKAN SWELL FACTOR”


1. Pengertian swell factor/factor pengembangan
Material di alam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik, sehingga
hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruangan-ruangan yang terisi udara (voids) diantara
butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali. Akan tetapi bila material tersebut
digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi pengembangan atau pemuaian volume (swell).
Jadi 1,00 cu yd tanah liat dialam bila telah digali dapat memiliki volume kira-kira 1,25 cu yd.
ini berarti terjadi penambahan volume sebesar 25% dan dikatakan material tersebut mempunyai
faktor pengembangan (swell factor) sebesar 0,80 atau 80%. Sebaliknya bila bank yard ini
dipindahkan lalu dipadatkan ditempat lain dengan alat gilas (roller) mungkin volumenya
berkurang, karena betul-betul padat sehingga menjadi berkurang dari 1,00 cu yd. tanah sesudah
dipadatkan hanya memiliki volume 0,90 cu yd, ini berarti susut 10%, dan dikatakan shrinkage
factor nya 10 %.
Tanah maupun massa batuan yang ada di alam ini telah dalam kondisi terkonsolidasi
dengan baik, artinya bagian-bagian yang kosong atau ruangan yang terisi udara
diantara butirannya sangat sedikit; namun demikian jika material tersebut digali dari
tempat aslinya, maka terjadilah pengembangan atau pemuaian volume. Tanah asli
yang di alam volumenya 1 m3, jika digali volumenya bisa menjadi 1,25%, ini terjadi
karena tanah yang digali mengalami pengembangan dan pemuaian dari volume
semula akibat ruang antar butiranya yang membesar.
Faktor pengembangan dan pemuaian volume material perlu diketahui, sebab pada
waktu penggalian material volume yang diperhitungkan adalah volume dalam
kondisi Bank Yard, yaitu volume aslinya seperti di alam. Akan tetapi pada waktu
perhitungan penangkutan material, volume yang dipakai adalah volume material
setelah digali, jadi material telah mengembang sehingga volumenya bertambah besar.
Kemampuan alat angkut maksimal biasanya dihitung dari kemampuan alat itu
mengangkut material pada kapasitas munjung, jadi bila kapasitas munjung dikalikan
dengan faktor pengembangan material yang diangkut, akan diperoleh Bank Yard
Capacity-nya. Tetapi sebaliknya, bila Bank Yard itu dipindahkan lalu dipadatkan di
tempat lain dengan alat pemadat mekanis, maka volume material tersebut menjadi
berkurang. Hal ini disebabkan karena material menjadi benar-benar padat, jika 1 m3
tanah dalam kondisi Bank Yard dipadatkan, maka volumenya menjadi sekitar 0,9 m3,
tanah mengalami penyusutan sekitar 10%.Beberapa angka pemuaian dan penyusutan
jenis material galian disajikan pada.
Contoh :
Sebuah power scraper yang memiliki kapasitas munjung 15 cu yd akan mengangkut
tanah liat basah dengan factor pengembangan 80%, maka alat itu sebenarnya hanya mengangkut
80% x 15 cu yd = 12 cu pay yard atau bank cu yd atau insitu cu yd.
Beberapa persamaan faktor -faktor diatas :
V loose
Percent Swell = ( ———————- – 1) x 100%
V undisturbed

L-B
Swell Factor = ( ———— ) x 100%
B

B-C
Shrinkage Factor = ( ————– ) x 100%
C

2. Faktor yang mempengaruhi SF.


Factor-faktor yang mempengaruhi dalam pekejaan SF salah satunya adalah pengembangan
material yang akan mempengaruhi perubahan berupa penambahan atau pengurangan volume
material(tanah) yang digangu dari bentuk aslinya. Dari factor tersebut bentuk material di bagi
dalam tiga keadaan seperti pada gambar berikut;
 Keadaan asli(Bank condition).
Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami ganguan teknologi di sebut
keadaan asli(bank). Dalam keadaan seperti ini butiran-butiran yang dikadungnya masih
terkonsolidasi dengan baik. Ukuran tanah demikian biasanya dinyatakan alam atau bank
measure= Bank Cubic Meter(BCM) yang di gunakan sebagai dasar perhitungan jumlah
pemindahan tanah.
 Keadaan gembur (loose condition)
Yaitu keadaan material(tanah) setelah diadakan pekerjaan (disturb), tanah demikian misalnya
terdapat di depan lozer blade, di atas truck di daam bucket dan sebagainya. Berat material
(Weight of Material) Berat material yang akan diangkut oleh alat-alat angkut dapat
mempengaruhi :
- Kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.
- Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan gulir dari
jalur jalan yang dilaluinya.
- Membatasi volume material yang dapat diangkut.Oleh sebab itu berat jenis material harus
diperhitungkan pengaruhnya terhadap kapasitas alat muat maupun alat angkut.

Bobot Isi dan Faktor Pengembangan dari Berbagai Material.


Macam Material Bobot Isi Swell Factor
(Density)
lb/cu yd insitu (in bank correction factor)
1. Bauksit 2.700 – 4.325 0,075
2. Tanah liat, kering 2.300 0,85
3. Tanah liat, basah 2.800 – 3.000 0,82 – 0,80
4. Antrasit (anthracite) 2.200 0,74
5. Batubara bituminous 1.900 0,74
(bituminous coal)
6. Bijih tembaga (cooper ore) 3.800 0,74
7. Tanah biasa, kering 2.800 0,85
8. Tanah biasa, basah 3.370 0,85
9. Tanah biasa bercampur pasir 3.100 0,90
dan kerikil (gravel)
10. Kerikil kering 3.250 0,89
11. Kerikil basah 3.600 0,88
12. Granit, pecah-pecah 4.500 0,67 – 0,56
13. Hematit, pecah-pecah 6.500 – 8.700 0,45
14. Bijih besi (iron ore), pecah- 3.600 – 5.500 0,45
pecah
15. Batu kapur, pecah-pecah 2.500 – 4.200 0,60 – 0,57
16. Lumpur 2.160 – 2.970 0,83
17. Lumpur sudah ditekan 2.970 – 3.510 0,83
(packed)
18. Pasir, kering 2.200 – 3.250 0,89
19. Pasir, basah 3.300 – 3.600 0,88
20. Serpih (shale) 3.000 0,75
21. Batu sabak (slate) 4.590 – 4.860 0,77

Description
Masalah stabilitas karena daya dukung tanah yang rendah seringkali pada tanah dasar
timbul apabila perkerasan jalan atau jalan tanpa perkerasan (jalan tanah) didirikan diatas tanah
lempung dengan sifat kembang-susut yang tinggi atau tanah lempung ekspansif Umumnya, tanah
jenis ini memiliki kekuatan memikul beban yang rendah, terutama apabila tanah tersebut
mengembang. Pada pekerjaan stabilisasi tanah dimana bahan kimia digunakan sebagai bahan
stabilisasi, kekuatan tanah setelah mengembang ini seharusnya dijadikan dasar utama untuk
penentuan jenis dan/atau kadar bahan stabilisasi. Cara ini sama sekali berlainan dengan
kebiasaan stabilisasi selama ini yang hanya menggunakan hargaplastisitas tanah sebagai faktor
penentu jenis dan kadar bahan stabilisasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan antara pengembangan, kepadatan tanah setelah mengembang, dan kokoh tekan pada
tanah dengan sifat kembang-susut yang tinggi yang dipadatkan dan distabilisasi dengan kapur.
Tanah asli dengan PI sekitar 60% dicampur dengan 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% kapur.
Limabendauji dari masing-masing-masing campuran dipadatkan dan kemudian direndam pada
alat odometer. Serangkaian beban surcharge, 0.00, 0.12S, 0.2S, 0.50, dan 1.00 kg/cm2, dipasang
diatas benda uji tersebut Selanjutnya setelah jenuh air, pengembangan, kepadatan, dan kokoh
tekan benda uji dapat ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara
kepadatan tanah setelah mengembang dengan harga logaritmik kokoh tekatmya adalah linier.
Hubungan tersebut bervariasi sesuai dengan kenaikan kadar kapur. Setelah terjadi
pengembangan, kokoh tekan benda uji yang dipadatkan pada kadar air optimum dan sisi basah
kadar air optimum adalah kurang lebih sama Kokoh tekan yang lebih rendah terjadi pada benda
uji yang dipadatkan pada kadar air sisi kering. Kondisi basah-kering yang berulang-ulang akan
semakin menurunkan kepadatan dan juga kokoh tekan tanah. Berdasarkan kekuatan tanah setelah
mengembang bebas, apabila tanah dengan harga PI sekitar 60% digunakan sebagai jalan tanah
yang dilewati kendaraan sejenis truck berat dengan muatan berlebih, kadar kapur yang
diperlukan adalah minimal 12%.

3. Sebagai surveyor, anda di minta untuk menentukan nilai SF pada material tambang suatu
lokasi;
a. Data yang harus dibutuhkan.
1. Azimuth.
2. Jarak.
3. Sudut.
4. volume
b. Alat yang di gunakan untuk menentukan besaran swell factor.
1. Total station.
2. Statif/reflector.
3. Prisma.
4. Tongkat prisma.
5. Kompas.
6. Gps.
c. Prosedur suvey lapangannya.
 Tujuanny.
Untuk menghimpun data secara aktual dan detail , sehingga dapat membantu pada
penyusunan rencana kerja, anggaran biaya , dan pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih baik.
Kurangnya data yang dikumpulkan memperbesar resiko yang tidak dapat diduga. Survey ini
menjadi sangat penting terutama pada daerah- daerah yang belum terbuka bagi proyek
konstruksi.
 Hal-hal yang harus dilakukan dalam survey lapangan;
 Keadaaan Lapangan misalnya;vegetasi, keadaaan tanah, curah hujan, topografi,
volume dan luas area pekerjaan.
 Tenaga Kerja
kualitas tenaga kerja setempat, kemampuan perusahaan, kemampuan logistic.
 Transportasi dan akomodasi
Kemapuan jalan untuk mobilisasi ; yang terkait dengan kelas jalan , lokasi, komunikasi, kondisi
lingkungan temapt pekerjaan dilakukan.

Perencanaan.
Faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan :
 Keaadaan Medan
 Kondisi tanah
 Pengaruh Keadaaan lingkungan
 Spesifikasi Pekerjaan
 Volume pekerjaan yang disyaratkan
 Minimalisasi Biaya Operasional alat
 Umur pemakaian alat
 UU perburuhan dan keselamatan kerja
 Peraturan , Perizinan berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan
Pelaksanaan Pekerjaan.
Faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan;
a. Penentuan Starting Point / titik awal pekerjaan
b. Analisa terhadap lokasi dari peta topografi , untuk memudahkan pengaturan pada pengoperasian
alat-alat berat
c. Pengaturan tahapan area yang akan dikerjakan, dimana dilakukan secara simultan , agar alat-alat
berat dapat digunakan secara efektif dan efisien
d. Pengaturan dan pembuatan jalan akses bagi lalu lintas alat berat
e. Pengamanan lokasi
f. Pengawasan dan Pengendalian pelaksanaan pekerjaan , yang merupakan kontrol
manajemen.
d. Rumus untuk menentukan swell factor.
Material di alam (insitu) ditemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik,
tetapi bila digali atau diberai akan terjadi pengembangan volume. Perbandingan antara volume
alami (insitu) dengan volume berai (loose volume) dikenal dengan istilah faktor pengembangan /
faktor pemuaian /faktor pemekaran (swell factor). Dalam Bentuk rumus dapat dinyatakan
sebagai berikut ;

Faktor pengembangan (swell factor = SF) =[V insitu/V loose]*100%


Persen pengembangan (percent swell = PS) =((V loose-V insitu)/V insitu)*100%.
Kalau angka untuk shrinkage factor tidak ada biasanya dianggap sama dengan percent swell.
Beberapa istilah penting yang berkaitan dengan kemampuan penggalian yaitu :
1. Faktor Bilah (blade factor), yaitu perbandingan antara volume material yang mampu
ditampung oleh bilah terhadap kemampuan tampung bilah secara teoritis.
2. Faktor Mangkuk (bucket factor), yaitu perbandingan antara volume material yang dapat
ditampung oleh mangkuk terhadap kemampuan tampung mangkuk secara teoritis.

3. Faktor Muatan (payload factor), yaitu perbandingan antara volume material yang dapat
ditampung oleh bak alat angkut terhadap kemampuan bak alat angkut menurut
spesialisasi teknisnya.
http://abbyminers.blogspot.co.id/2013/09/sifat-fisik-material.html

Material yang berada di permukaan bumi sangat beraneka ragam,baik jenis,


bentuk, dan lain sebagainya. oleh karenanya alat yang dapat dipergunakan untuk
memindahkannya pun beraneka ragam juga. yang dimaksud dengan material
dalam bidang pemindahan tanah mekanis (earthmoving) meliputi tanah, batuan
vegetasi, (pohon, semak belukar, dan alang-alang) dimana semuannya mempunyai
karakteristik dan sifat fisik masing-masing yang berpengaruh besar terhadap alat
berat terutama dalam hal:

a. menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran yang diproduksi atau
kapasitas produksinya.

b. perhitungan volume pekerjaan.

c. kemampuan kerja alat pada kondisi materiak yang ada.

dengan demikian, mutlak diperlukan kesesuaian alat dengan kondisi material. jika
tidak, akan menimbulkan kesulitan berupa tidak efisiennya alat yang otomatis akan
menimbulkan kerugian karena banyaknya "loss time". beberapa sifat fisik material
yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah sebagai berikut:

a. pengembangan material

b. berat material

c. kekerasan material

d. bentuk material

e. daya dukung tanah

1.) Pengembangan Material (swell factor)

Penegembangan material adalah perunahan berupa penambahan atau


pengurangan volume material (tanah) yang digannggu dari bentuk aslinya. Material
dibagi dalam 3 keadaan:

 Keadaan Asli (bank condition), keadaan material yang masih alami dan belum
mengalami gangguan teknologi disebut keadaan asli (bank). dalam keadaan
seperti ini butiran-butiran yang dikandungnya masih terkonsolidasi dengan
baik. ukuran tanah demikian dinyatakan dalam ukuran alam atau bank
measure= Bank Cubic Meter (BCM) yang digunakan sebagai dasar
perhiotungan jumlah pemindahan tanah.
 Keadaan gembur (loose condition), adalah keadaan material tanah setelah
diadakan pengerjaan (disturb), tanah demikian biasanya terdapat didepan
dozer blade, diatas truck, didalam bucket, dan sebagainya. ukuran volume
tanah dalam keadaan lepas biasanya dinyatakan dalam loose measure =
Loose Cubic Meter (LCM) yang besarnya sama dengan BCM+%swell x BCM
dimana faktor "swell" ini tergantung dari jenis tanah. denagn demikian, dapat
dimengerti bahwa LCM mempunyai nilai yang lebih besar dari BCM.

 Keadaan padat (Compact), keadaan padat adalah keadaan tanah setelah


ditimbun kembali dengan disertai usaha pemadatan. keadaan ini akan
dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan (pemampatan).
perubahan volume terjadi karena adanya penyusutan rongga udara diantara
partikel-partikel tanah tersebut. dengan demikian volumenya berkurang,
sedangkan beratnya tetap. ukuran volume tanah dalam keadaan padat
biasanya dinyatakan dalam compact measure= Compact Cubic Meter (CCM)

berikut tabel mengenai faktor kembang tanah :

Tabel faktor konversi volume tanah/material:


Keterangan : A) Asli (bank)

B) Gembur (loose)

C) Padat (compact)

adapun cara perhitungan volume dari berbagai keadaan tanah sebagai berikut:

- Pengembangan (swelling)

- Penyusutan (shrinkage)
dimana : Sw =swell=% pengembangan

Sh = shrinkage= %penyusutan

B= Berat jenis tanah keadaan asli

L= Berat jenis tanah keadaan lepas

C= Berat jenis tanah keadaan padat

cara lain adalah dengan menggunakan Load Factor (LF) yaitu presentase
pengurangan density material dalam keadaan asli menjadi keadaan lepas.

Volume tanah asli = LF X Volume tanah lepas, dengan demikian:

Daftar load factor, presentase swell dan berat berbagai jenis material dapat dilihat
pada tabel berikut:
Contoh Soal:

1). Bila 300 BCM (Bank Cubic Meter) tanah biasa asli digemburkan, maka
berapakah volumenya sekarang?

Jawaban:

Dari tabel faktor konversi, diperoleh data bahwa tanah biasa, faktor
konversi dari asli ke gembur adalah 1,25 maka:

Volume Gembur = Volume asli x Faktor

= 300 x 1,25

= 375 LCM (Loose Cubic Meter)

2). Terdapat 400 LCM tanah biasa asli yang sudah digemburkan. Jika
kemudian tanah dipadatkan dengan compactor, maka berapakah
volumenya sekarang?

Jawaban:

Dari tabel faktor konversi tanah biasa dari gembur ke padat sebesar 0,72
maka:

Volume Padat = volume gembur x faktor


= 400 x 0,72

= 288 CCM (Compacted Cubic Meter)

2) Berat Material

Berat adalah sifat yang dimilkiki oleh setiap material. Kemampuan suatu alat
berat untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengankat, mengankut, dan
lain-lain akan dipengaruhi oleh berat material tersebut. Berat material ini akan
berpengaruh terhadap volume yang diangkut atau didorong, dalam hubungannya
dengan Draw Bar pull (DBP) atau tenaga tarik yang tersedia pada alat
bersangkutan. pada saat sebuah Dump Truck menbgankut tanah dengan berat 1,5
t/m3, alat dapat bekerja dengan bai. tetapi pada saat mengangkat tanah seberat
1,6 t/m3, ternyata alat pengangkut mengalami beban berat sehinggah unit terlihat
berat menggelindingkan rodanya. Berat material ini dihitung dalam satuan berat
(kg,ton,lb), dimana biasanya dihitung dalam keadaan asli atau dalam keadaan
lepas.

3) Bentuk Material

Faktor ini harus dipahami karena akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya
material tersebut dapat menempati suatu ruangan tersebut. Menguingat material
yang kondisi butirannya yang seragam, kemungkinan besar isinya dapat sama
(senilai) dengan volume ruangan yang ditempatinya. sedangkan material yang
berbongkah-bongkah akan lebih kecil dari nilai volume ruangan yang ditempatinya.
oleh karena itu pada material jenis ini akan berbentuk rongga-rongga udara yang
memakan sebagai isi ruangan. Ukuran butir ini akan berpengaruh terhadap
pengisian bucket, misalnya pada pengisian munjung (heaped) dan rongga-rongga
yang terbentuk dalam bucket. Berapa material yang mampu ditampung oleh suatu
ruangan dapat dihitung dengan cara mengoreksi ruangan tersebut dengan suatu
faktor yang disebut "faktor muat" yaitu dengan "bucket faktor" atau "pay load
factor"

4) Kohesivitas (daya Ikat Material)

Yang dimaksud dengan kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan
saling mengikat diantara butir-butir material itu sendiri, sifat ini jelas berpengaruh
terhadap alat, misalnya pengaruhnya terhadap spilage faktor (faktor pengisian).
Material ini berada pada suatu tempat, akan munjung. volume material yang
menempati ruangan ini kemungkinan akan bisa melebihi volume ruangannya,
misalnya tanah liat. sedangkan material dengan kohesivitas yang kurang baik,
misalnya pasir, apabila menempati suatu ruangan akan sukar menggunung,
melainkan permukaanya cenderung rata.

5) Kekerasan Material
Material yang kasar akan lebih susah dikoyak, digali atau dikupas oleh alat
berat. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat. material yang umumnya
tergolong keras adalah bebatuan., Batuan dalam pengertian earthmoving terbagi
dalam tiga batuan dasar yaitu:

a. Btuan beku; sifat keras, padat, pejal, dan kokoh

b. Batuan sedimen; merupakan perlapisan dari yang lunak sampai yang keras

c. Batuan Metamorf; umumnya perlapisan dari yang keras, padat, dan tidak teratur.

Pengukuran kekerasdan tanah biasa dilakukan dengan cara shear meter, rippe
meter, seismik (suara atau getaran), dan soil investigation drill (penegeboran).

6) Daya Dukung Tanah

Daya dukung tanah didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk mendukung


alat yang berada diatasnya. Jika suatu alat berada distas tanah, maka alat tersebut
akan memberikan "ground pressure", sedangkan perlawanan yang diberikan oleh
tanah adalah "daya dukung". Jika ground pressure alat lebih besar dari daya dukung
tanah, maka alat tersebut akan terbenam. demikian oula sebaliknya, alat akan
berada dalam keadaan aman untuk dioperasikan jika ground pressure lebih kecil
dari daya dukung tanah dimana alat tersebut berada. Hal ini perlu dicermati oleh
setiap pelaksana dilapangan untuk menghindari "looose" atau kerugian yang akan
diderita oleh perusahaan.

Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran (test) langsung
dilapangan. Alat yang umum digunakan untuk test daya dukung tanah disebut :
"cone penetrometer".
http://arif-mahakam.mywapblog.com/faktor-
pengembangan-swell-factor.xhtml

Faktor Pengembangan ( swell factor)


Diposting oleh geologist ukt 08 pada 15:34, 19-Apr-15 • Di: ilmu geologi

Swell adalah pengembangan volume suatu volume material setelah digali dari
tempat aslinya ( insitu ). Dialam material di dapat dalam keadaan padat dan dalam
keadaan terkonsolidasi dengan baik, sehingga ada sedikit bagian – bagian kosong
( void ) yang terisi diantara butir-butirnya, lebih jika ukuran biran itu berukuran
halus sekali. Apabila material asli itu digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi
pengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnya
pengembangannya pengembangan itu dikenal dengan istilah faktor
pengembangan ( swell factor ).

Tabel 3.3 Faktor pengembangan ( Swell Factor )

Persen swell
Swell Factor
No Jenis Material (%)
1 Lempung, Kering 35 0,74
2 Lempung, Basah 35 0,74
3 Tanah, Kering 25 0,80
4 Tanah, Basah 25 0,80
5 Tanah Dan Kerikil 20 0,83
6 Krikil, Kering 12 0,89
7 Kerikil, Basah 14 0,88
8 Batu Kapur 60 0,63
Batu, Diledakan Dengan
9 60 0,63
Baik
10 Pasir, Kering 15 0,87
11 Pasir, Basah 15 0,87
12 Batu Serpih 40 0,71

Sumber : Prodjosumarto, 1995.


MATCH
FACTOR
http://mining09uncen.blogspot.co.id/2012/04/perhitungan-produksi-dan-
perhitungan.html

Perhitungan Produksi dan Perhitungan Ongkos Produksi Alat Pemindahan


Tanah Mekanis

PERHITUNGAN PRODUKSI
ALAT PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

A. MEMPERKIRAKAN PRODUKSI BULLDOZER

Produksi bulldozer di hitung bila dipergunakan untuk mendorong yanah


dengan gerakan gerakan yang teratur, misalnnya pada penggalian selokan,
pembuatan jalan raya, penimbunan kembali (Back Filling) dan penumpukan atau
penimbunan (Stock Filling).

Data yang diperlukan untuk menghitung produksi perhitungan bulldozer


adalah:

1. Waktu tetap (memindahkan gigi, berhenti)


2. Waktu mendorong muatan
3. Waktu kembali ke belakang
4. Jarak lintasan ( pulang pergi)
5. Kapasitas bilah (Blade Capacity)
6. Faktor pengembangan (Swell Factor)
7. Efisiensi Kerja

Berdasarkan data-data di atas, maka produksi bulldozer dapat di hitung


dengan menggunakan rumus:
Dimana :
P = Produksi bulldozer
E = Efisiensi kerja
I = Swell Factor (faktor pengembangan)
H = Kapasitas Blade
Ct = Cycle time (waktu daur/edar)

Rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung produksi bulldozer


adalah:

a. P = PMT x FK
b. PTM = KB x T
c. T = 60/ Ct
d. Ct = J/F x J/R x Z

Dari rumus-rumus di atas dapat disederhanakan menjadi :

Dimana :

P = Produksi bulldozer

PTM = Produksi maksimum teoritis dengan efisiensi 100%

m2/jam

FK = Faktor koreksi

KB = Kapasitas bilah ( m3 )

T = Lintasan/jam

Ct = Waktu daur/edar (Cycle time), menit

J = Jam kerja (menit)

F = Kecepatan (Forward velocity), meter/menit

R = Kecepatan mundur (Reserve velocity), meter/menit

Z = Waktu tetap (menit)


- Perhitungan Produksi Bulldozer Untuk Pembabatan ( Clearing )

Dalam pekerjaan pembabatan, pepohonan yang harus dirobohkan


mempunnyai ukuran yang bermacam-macam, oleh karenaitu untuk memperkirakan
waktu yang diperlukan oleh bulldozer untuk merubuhkan pepohonan dipergunakan
persamaan :

Dimana :
T = Waktu yang diperlukan untuk merobohkan pepohonan
untuk lapangan kerja seluas acre (0,047 km2), menit
B = Waktu yang menjelajahi lapangan seluas 1 acre tanpa
merobohkan pepohonan, menit
M = Waktu untuk merobohkan pepohonan yang memiliki
diameter tertentu, menit
N = Jumlah pohon tiap acre untuk selang ( interval ) diameter
Tertentu
D = Jumdiameter semua pohon yang mempunyai diameter > 6
ft tiap acre, feet.
F = Waktu untuk merobohkan per feet, diameter pepohonan
yang mempunyai diameter > 6 ft, pada lapangan yang
datar

B. MEMPERKIRAKAN PRODUKSI DUMP TRUCK

Untuk melakukan perhitungan terhadap produksi dump truck secara teoritis


diperlukan data dari alat dan keadaan lapangan.

Data-data yang diperlukan antara lain :

1. Data teknis yang meliputi :

- Kapasitas mujung (cuyt)


- Berat kosong (lbs)
- Kekuatan mesin (HP)
- Efisiensi mekanis (%)
- Kecepatan meksimum tiap-tiap gear (mph)
2. Keadaan lapangan yang meliputi :

- Jarak tempuh
- Lokasi tempat kerja ( dekat atau tidaknya terhadap permukaan air laut
- “Rolling Resistance” (lb)
- “Coeficient Otration” (%)
- “Swell Factor”
- Bobot isi (lb/cuyt)

Setelah didapatkan data-data di atas maka langkah selanjutnya adalah


melakukan perhitungan terhadap waktu edar.

Waktu edar dump truck terdiri dari :

1. Waktu Tetap

Waktu tetap terdiri dari waktu mengisi, mengosongkan, membelok dan waktu untuk
mencapai kecepatan maksimum.

2. Waktu Untuk Mengangkut Muatan

Sebelum menghitung waktu mengangkut muatan, maka harus terlebih dahulu


mengetahui data-data sebagai berikut:
- Berat kendaraan
- Berat muatan
- Kemampuan roda gerak dalam menerima RP (lb)
-
Waktu untuk mengangkut muatan diperoleh dengan menjumlakan waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkut muatan pada jarak dan kemiringan tertentu yang
sudah di klasifikasikan dalam jalur terlebih dahulu, misalnya: jalur AB diketahui
mempunyai jarak 1600 ft dengan kemiringan 0%. Jalur BC mempunyai lintasan
dengan jarak 1200 ft dengan kemiringan -9% (jalur turun), maka tiap-tiap jalur
tersebut harus dihitung waktu yang dibutuhkan oleh dump truk untuk kembali
kosong dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jadi waktu edar dump truck dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Ct = Waktu tetap + Waktu angkut + Waktu kembali kosong
Sedangkan untuk produksi dump truck dapat dihitung dengan rumput sebagai
berikut
Dimana :
P = Produksi dump truck
E = Efisiensi kerka
I = Swell Factor
H = Kapasitas bak truck
Ct = Waktu edar

C. MEMPERKIRAKAN PRODUKSI POWER SHOVEL/ BACKHOE

Ada dua metrode yang digunakan untuk menghitung produksi Beckhoe,


yaitu :

1. Metode Tabel ( Tabular Method)


2. “Direct Cumputation Method” (menghitung produksi dumptruck dan bulldozer).
Pehitungan dengan mengguanakan metode tabel agak berbeda dengan metode
tang sebelumnya karena haru mengguanakan tabel khusus yang dibuat oleh para
pembuat alat yang digunakan. Tabel tabel tersebut dibuat dengan mengingat
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi prodeksinya, yaitu:

- Jenis material yang digali


- Kedalaman penggalian
- Sudut putar
- Kondisi kerja
- Kondisi pengolahan
- Ukuran alat angkut
- Pengalaman dan keterampilan operator
- Keadaan fisik dan alat
- Ketinggian dari permukaan air laut

D. MEMPERKIRAKAN PRODUKSI ALAT MUAT WHEEL LOADER

Wheel loader adalah salah satu alat muat yang kini dipergunakan karena
gerakannya yang lincah dan gesit. Tetapi apabila dipergunakan untuk pekerjaan di
daerah berlumpur atau berbatu tajam seperti Quarry andesit, maka sebaiknya roda-
roda karet dilindungi dengan rantai baja (stell beats).

Wheel loader memiliki sebuah bucket yang dipergunakan untuk menggali,


mengangkat dan mengangkut ke suatu tempat. Yang tak jauh atau langsung
dimuatkan ke alat anggkut yang letaknya sama tinggi dengan tempat wheel loader
bekerja. Daya jangkau mangkuknya terbatas (tidak terlalu tinggi).

Untuk melakukan pekerjaan menggali, maka bucket harus di dorong kearah


permukaan kerja. Jika bucket telah penuh “primer mover” mundur dan bucket di
angkut ke suatu tempat penimbunan atau dimuatkan ke atas alat anggkut. Bila
gerakan pemuatan itu berbentuk huruf “V” maka cara pemuatan ini di sebut :” V-
shape loading “. Cara pemuatan yang lain disebut “cross loading” yaitu bila
gerakan wheel loader hanya maju mundur, dan gerakan trucknya juga maju mundur
tetapi memotong arah gerak wheel loader.

Untuk menghitung jumlah prodeksi wheel loader rumus yang digunakan


samadengan rumus produksi backhoe, hanya di bedakan pada pengambil;an data
cycle time. Untuk Wheel Loader gerakannya adalah menggali, manufer bermuatan,
memuat, manuver kosong.

E. EFESIENSI KERJA ALAT MEKANIS

Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja efektif dengan waktu
kerja yang di sediakan oleh perusahaan. Efesiensi kerja dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

F. PENILAIAN TERHADAP EFEKTIFITAS DAN KONDISI ALAT

Untuk melakukan penilaian terhadap efektifitas dan kondisi alat mekanis,


perlu dilakukan terhadap masing-masing komponen berikit:

1. Avaibility Index
Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis alat yang
sesunggunya dari alat yang sedang dipergunakan

Persamaan yang digunakan adalah :

Dimana : W = “Working hourse” atau jumlah jam kerja

R = “Repair hourse” atau jumlah jam untuk

Perbaikan

Keterangan :

W = Waktu yang dibebankan kepada seorng operator suatu

alat yang dalam kondisi padat dioprasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi
pula tiap hambatan yang ada. Termasuk dalam hambatan tersebut adalah waktu
untuk pulang pergi ke front kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan
bakar, hambatan karena keadaan cuaca.

R = Waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena

menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang
serta waktu perawatan preventif.

2. Physical Avaibillity / Operational Avaibility

Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang


dipergunakan. Persamaannya adalah:

Dimana :
S = “Standby Hours” atau jumlah jam suatu
alat yang tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam
keadaan siap oprasi.
W + R + S = “Schedulet Hours” atau jumlah seluruh
jam jalan dimana alat di jadwalkan untuk beroprasi

3. Use Of Avaibillity

Menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroprasi pada saat alat tersebut dapat di pergunakan (Avaibillity). Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Angka “Use Of Avaibillity” biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif


suatu alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi
ukuran seberapa baik menejemen peralatan.

4. Effective Utilization

Menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dipergunakan untuk kerja efektif. Efective Utilization sebenarnya sama dengan
pengertian efesiensi kerja.
Persamaan yang digunakan adalah:

Dimana :

W+R+S+T = “Total hours available” atau “schedule


hours atau jumlah jam kerja yang tersedia

G. PENILAIAN TERHADAP FAKTOR KESERASIAN (MATCH FACTOR)


Untuk menyatakan keserasian (synchronization) kerja alat muat dengan alat
angkut dapat dilakukan penilaian terhadap faktor keserasian (match factor), yaitu
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :
Na = Jumlah alat angkut, buah
Nm = Jumlah alat muat, buah
Ctm = Waktu edar alat muat, menit
Cta = Waktu edar alat angkut

Bila hasil dari perhitungan ternyata :

a. Faktor keserasian < 1. Maka alat muat akan sering menganggur


b. Faktor keserasian > 1. Maka alat angkut kan sering menganggur.
c. Faktor keserasian = 1. Maka alat angkut dan alat muat akan sama-sama sibuk
( sudah serasi ) dan tidak ada yang menunggu.

PERHITUNGAN ONGKOS PRODUKSI

Ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam menghitung ongkos


produksi suatu alat mekanis yaitu:

1. Ongkos Pemilikan (ownership cost), yang terdiri dari :

a. Depresiasi (depreciation), yang dihitung dengan menjumlahkan harga beli alat,


ongkos angkut, ongkos muat, ongkos bongkar dan ongkos pasang, dibagi dengan
umur alat yang bersangkutan.

b. Bunga, pajak dan asuransi. Diambil 10% ( bunga 6%, pajak 2% dan asuransi 2%),
dari penanaman modal tahunan yang dapat dihitung dengan rumus berikut:

- Penanaman modal tahunan


- Ongkos bunga pajak dan sebagainya

Dimana : n = Umur alat

2. Ongkos Operasi ( operation cost ), yang terdiri dari :


a. Ongkos penggantian ban, yaitu harga ban baru dibagi dengan umurnya
b. Ongkos reparasi ban, misalnya untuk vulkanisir dan menambal
c. Ongkos reparasi umum, termasuk harga suku cadang (spare parts) dan ongkos
pasang serta ongkos perawatan.
d. Ongkos bahan bakar. Cara menghitung pemakaian bahan bakar adalah sebagai
berikut: untuk mesin disel rata-rata dibutuhkan 0,04 galon/HP/jam.
e. Ongkos minyak pelumas dan gemuk(grease), termasuk ongkos buruhnya.

Banyaknya pemakaian minyak pelumas oleh alat muat dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

Dimana :
Q = Jumlah minyak pelumas yang dipakai, gph
HP = Kekuatan mesin, HP.
C = Kapasitas crankcase, liter (Kapasitas tangki)
T = Jumlah jam penggantian pelumas. Jam

f. Upah pengemudi termasuk asuransi dan tunjangan

Jumlah ongkos pemilikan (ownership cost) dan ongkos operasi (operation


cost) tersebut di atas hanya merupakan ongkos alat tiap jam tidak termasuk
keuntungan, dan overhead cost.
Untuk mengetahui berapa ongkos produksi yang dikeluarkan perusahaan
penambangan untuk pemuatan dalam satu bulan adalah dengan mengalikan
ongkos perjamnya dengan jumlah jam kerja dalam satu bulan.
http://arfa-manaf.blogspot.co.id/2012/01/kajian-keserasian-alat-mekanis.html

Untuk menguji keserasian kerja sistem rangkaian alat muat dan alat angkut
yang digunakan, maka dapat dibuktikan dengan menggunakan rumus
keserasian kerja (Match factor) sebagai berikut :

dimana :
MF = Match Factor (MF) atau faktor keserasian
Na = Jumlah alat angkut
n = Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut
Ctm = Waktu pemuatan material dari alat muat ke alat angkut, yang
besarnya adalah jumlah pemuatan dikalikan dengan waktu edar alat muat
(n.Ctm)
Nm = Jumlah alat muat
Cta = Waktu pengangkutan

Kombinasi kerja antara Excavator Backhoe PC 200 yang berjumlah 1 unit


dengan Dump yang berjumlah 10 unit dapat diperhitungkan keserasiannya
sebagai berikut :
Na = 10 unit
Nm = 1 unit
Cta = 75.253 menit
Ctm = 9 x 0.3789 menit = 3,41 menit

Pada sistem kombinasi kerja ini didapatkan MF < 1, artinya alat angkut
bekerja 100 % sedangkan alat muat bekerja kurang dari 100 %, atau dengan
kata lain faktor kerja alat muat adalah 45,3 % (FK = MF) sehingga terdapat
waktu tunggu bagi alat muat, yaitu sebesar :

Hal ini berarti alat muat harus menunggu alat angkut datang selama 4,115
menit.
http://benstcrseven.blogspot.co.id/2014/09/produktivitas-dan-match-factor.html

Produktivitas dan Match factor

DASAR TEORI

Produktivitas Alat Gali-Muat dan Angkut.

Volume pekerjaan dan produktivitas perlu di ketahui dalam menentukan

durasi atau waktu dalam suatu pekerjaan penambangan terkhusus dalam

penambangan batubara. Produktivitas adalah laju material yang dapat dipindahkan

per satuan waktu umumnya per jam.

Menurut Rochmanhadi (2000), Produktivitas alat gali-muat dan angkut

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

a. Produktivitas alat gali muat

Keterangan :

Q = Produktivitas alat gali-muat ( Bcm/jam )

Kb = Kapasitas Bucket(Kb spec.Alat x Faktor Koreksi Bucket x SF) m3

Eff = Effisiensi Kerja


Ct = Cycle Time, (detik)
b. Produktivitas alat angkut dihitung dari persamaan berikut :

Keterangan :
Q = Produktivitas alat angkut ( Bcm/jam )
n = Jumlah pengisian
Kb = Kapasitas Bucket(Kb spek.Alatx Faktor Koreksi Bucket x SF), m3
Eff = Effisiensi Kerja
Ct = Cycle Time detik
c. Match factor
Faktor keserasian alat gali-muat dan alat angkut didasarkan pada produktifitas

alat gali-muat dan produktifitas alat angkut, yang dinyatakan dalam Match factor

( MF ).

Bila hasil perhitungan diperoleh,

1. MF < 1, artinya alat gali-muat bekerja kurang dari 100%, sedangkan alat angkut

bekerja 100%
2. MF = 1, artinya alat gali-muat dan alat angkut bekerja 100%,
3. MF > 1, artinya alat gali-muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja

kurang dari 100%,


d. EfisiensiKerjadanWaktukerjaefektif

Efisiensikerjaadalahpenilaianterhadappelaksanaansuatupekerjaanataumerupaka

nperbandinganantarwaktu yang dipakaiuntukbekerjadenganwaktu yang tersedia

(Rochmanhadi, 2000).Waktukerjaefektifdapatdihitungdenganrumus :

sedangkanefisiensikerja

Ek =

Wke = Waktukerjaefektif, menit

Whd = Waktuhambatan yang dapatdihindari

Wkt = Waktukerja yang tersedia


Whtd = Waktuhambatan yang tidakdapatdihindari

III.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitasalat

Menurut Rochmanhadi (2000)faktor-faktor yang langsung mempengaruhi

hasil kerja alat-alatmekanis adalahsebagaiberikut:

1. Jenis Material

Karena perbedaan kekerasan dari material yang akan digali sangat bervariasi.

Maka sering dilakukan pengelompokkan sebagai berikut:

a. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya tanah atas atau top soil,

pasir (sand), lempung pasiran (sandclay).

b. Agak keras atau Medium hard digging, misalnya tanah liat atau lempung (clay)

yang basah dan lengket.

c. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya batu sabak (slate), material yang

kompak (compacted material).

d. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar (fresh

rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat digali, misalnya

batuan beku segar (fresh igneous rock), batuan malihan segar (fresh metamorphic

rock).

2. Effisiensi Operator

Merupakan faktor manusia yang menggerakkan alat-alat yang sangat sukar

untuk ditentukan effisiensinya secara tepat karena selalu berubah-ubah dari hari

kehari bahkan dari jam ke jam tergantung dari keadaan cuaca, keadaan alat yang
dikemudikan, suasana kerja dan lainnya. Sebenarnya effisiensi operator tidak hanya

disebabkan oleh kemalasan pekerja itu sendiri, tetapi juga karena kelambatan-

kelambatan dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari seperti : melumasi

kendaraan, mengganti yang aus, membersihkan bagian bagian terpenting sesudah

sekian jam dipakai, memindahkan ketempat lain, tidak adanya keseimbangan

antara alat gali muat dan alat angkut, menunggu peledakan, perbaikan jalan dan

sebagainya.

3. Faktor pengembangan (Swell Factor)

Pemberaian merupakan presentase pengembangan volume material dari

volume asli, yang dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus

dipindahkan dari kedudukan aslinya. Rumus yang berkaitan dengan pemberaian

material sebagai berikut:

4. Faktor Mangkuk ( Bucket Factor)

Merupakan perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh

mangkuk terhadap kemampuan tampung mangkuk secara teoritis. Biasanya faktor

ini untuk menentukan secara pasti harus dilakukan pengukuran dilapangan. Bila

tidak bisa manggunakan komparasi pendekatan data sesuai material yang digali

(Lampiran E).

5. Pola Penggalian dan Pemuatan

Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-

muat dan alat angkut, yaitu :


a)Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat yang berada di atas

atau di bawah jenjang.

1. Top Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan menempatkan

dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat gali-muat.

2. Bottom Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan menempatkan

dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.

b) Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk dimuati

terhadap posisi alat gali-muat :


1. Single Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada satu

tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati

sampai penuh.
2. Double Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua

tempat, kemudian alat gali-muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh

setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain.

Sumber : Rochmanhadi, 2000, Pemindahan tanah mekanis

GAMBAR 3.1

POSISI SINGLE DAN DOUBLE BACK UP

6. Waktu Edar (cycle time)

Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis untuk

menyelesaikan sekali putaran kerja, dari mulai kerja sampai dengan selesai dan

bersiap-siap memulainya kembali.

a. Waktu edar alat gali-muat


Waktu edar alat gali-muat dapat dirumuskan sebagai berikut :

CT = T1 + T2 + T3 + T4

Keterangan :

CT = Waktu edar alat gali-muat, detik

T1 = Waktu menggali material, detik

T2 = Waktu putar dengan bucket terisi, detik

T3 = Waktu menumpahkan muatan, detik

T4 = Waktu putar dengan bucket kosong, detik

b. Waktu edar alat angkut

Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :

CT = T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6

Keterangan :

CT = Waktu edar alat angkut (menit)

T1 = Waktu mengambil posisi untuk dimuati ( menit)

T2 = Waktu diisi muatan, ( menit)

T3 = Waktu mengangkut muatan, ( menit)

T4 = Waktu mengambil posisi untuk penumpahan, ( menit)

T5 = Waktu pengosongan muatan, ( menit)


T6 = Waktu kembali kosong, ( menit)
http://masdorysaputro.blogspot.com/2015/01/menghitung-produktivitas-
alat-angkut-di.html

Blog Mas Dory - Menghitung produktivitas alat angkut di tambang


menggunakan rumus. Setelah kemarin saya berbagi informasi tentang cara
menghitung produktivitas alat muat (excavator, power shovel, dll), sekarang saat
nya saya berbagi informasi tentang cara menghitung produktivitas alat angkut
seperti Dump truck, ADT, dll.

Ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh, khusus nya buat anda yang bekerja
sebagai pengawas di suatu pertambangan. Yang pertama, kita bisa mengetahui
nilai produktivitas unit angkut di tambang dan berapa pencapaian target maksimal
yang bisa diperoleh unit angkut tersebut. Jika produktivitas unit angkut tersebut
belum bisa memenuhi target produksi perusahaan, maka tindakan apa yang bisa di
ambil agar target perusahaan tetap bisa tercapai.

Selain itu kita juga bisa mengetahui nilai faktor kesesuaian (Match factor) antara
alat muat dan unit angkut dalam satu front (fleet), dimana nilai match factor
menunjukkan efisiensi kerja dan keserasian antara alat muat dan unit angkut di
tambang. Untuk rumus hitungan dari Match factor sendiri akan saya bahas di
kesempatan berikutnya.

Baca juga: Cara menghitung dan memahami produktivitas suatu alat muat
tambang di sini.

Kembali lagi ke rumus untuk menghitung produktivitas alat / unit angkut di


tambang. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung productivity alat
angkut di tambang.

Ptr=60Ctr×Svc×Fvc×Ma×Eu
Keterangan:
Ptr = Produktivitas truck (alat angkut / unit angkut) - m3/jam.

Ctr = Cycle time truck atau alat angkut - menit.

Svc = Standard vessel capacity, Kapasitas standard muatan vessel (bak) truck atau
alat angkut - m3.

Fvc = Fill Factor vessel capacity, Faktor pengisian kapasitas muatan material ke
vessel alat angkut - %.

Ma = Mechanical Availability unit angkut - %.

Eu = Effectivity Utility unit angkut - %.

Dari persamaan diatas bisa diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi besar
kecilnya produktivitas alat angkut di tambang. Dari masing-masing faktor,
mempunyai rumus hitungan masing-masing. Berikut ini adalah faktor-faktor beserta
rumus untuk mengitung nya.

1. Cycle time truck atau alat angkut.

Cycle time truck (Ctr) adalah waktu edar yang diperlukan alat angkut untuk
menyelesaikan 1 trip pekerjaan. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan alat angkut
menyelesaikan 1 trip, semakin tinggi produksi yang di hasilkan unit tersebut.
Berikut ini rumus untuk mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan unit angkut
dalam 1 trip (rumus cycle time alat angkut).

Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60

Keterangan:
Ctr = Waktu edar yang dibutuhkan unit angkut dalam 1 trip - trip/menit.
Stf = Setting time unit angkut di front loading area. Yaitu waktu yang dibutuhkan
unit angkut untuk menempatkan posisi (sebelum unit dimuati muatan oleh alat
angkut) - detik.

Lt = Loading time. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut selama proses
pemuatan material oleh alat angkut - detik.

Htf = Hauling time full. Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut material
dari front ke disposal (unit angkut dalam kondisi penuh muatan) - detik.

Std = Setting time disposal. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk
memposisikan unit saat di disposal - detik.

Dt = Drop time. Yaitu waktu yang diperlukan alat angkut saat menumpahkan,
bongkar, material di disposal - detik.

Hte = Hauling time empty. Waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk kembali dari
disposal ke front area (unit angkut dalam kondisi kosong) - detik.

Angka 60 = satuan untuk mengubah cycle time 1 trip satuan detik ke menit. 1
menit = 60 detik.

Kita bisa menambahkan faktor lain ke dalam persamaan di atas jika faktor tersebut
mempengaruhi waktu yang dibutuhkan unit menyelesaikan 1 trip kerjanya. Misalnya
jika terjadi antrian unit di front area. Maka lama waktu antrian akan di tambahkan.

2. Standard vessel capacity (Svc).


Standard vessel capacity atau kapasitas standar muatan material vessel dari alat
angkut. Kapasitas standard vessel bisa diketahui dari buku pedoman unit yang

dikeluarkan oleh perusahaan pembuat alat angkut tersebut ( m3).

3. Fill Factor vessel capacity (Fvc).


Fill factor vessel capacity atau faktor kapasitas pengisian vessel adalah
perbandingan antara kapasitas nyata vessel alat angkut dengan kapasitas standar
vessel alat angkut. Semakin banyak kapasitas nyata yang bisa di angkut, maka
semakin tinggi produktivitas unit angkut tersebut. Berikut ini rumus yang digunakan
untuk menghitung fill factor vessel capacity.
Fvc=RvcSvc

Keterangan:
Fvc = Fill factor vessel capacity - satuan %.

Rvc = Real vessel capacity, kapasitas muatan nyata vessel alat angkut - satuan m3.

Svc = Standard vessel capacity, Kapasitas muatan standar vessel alat angkut -
satuan m3.

4. Mechanical availability alat angkut (Ma).


Ketersediaan alat angkut berdasarkan dari kondisi mekanikal alat tersebut.

5. Effective Utility alat angkut (Eu).


Ketersediaan alat angkut berdasarkan dari penggunaan efektif alat tersebut.

Baca juga: Cara menghitung ketersediaan alat di tambang berdasarkan kondisi

mekanis (Ma), kondisi fisik (Pa), ketersediaan penggunaan (Ua), dan efektif

penggunaan (Eu) di sini.

Contoh Kasus.
Setelah kita mengetahui semua rumus yang mempengaruhi produktivitas unit
angkut tambang di atas, tidak lengkap rasanya jika tidak berlatih menggunakan
rumus tersebut. Mari kita belajar bersama menyelesaikan contoh kasus di bawah
ini.

Harap diperhatikan:
Angka kapasitas standard bucket alat muat dan angka kapasitas standard vessel
alat angkut di contoh kasus dibawah ini mungkin berbeda dengan spesifikasi data
alat muat dan alat angkut di buku pedoman yang dikeluarkan oleh perusahaan
pembuat unit tersebut. Dan saya menggunakan semua angka lainnya hanya
sebagai perumpamaan saja, mungkin saja angka ini berbeda dengan kenyataan
nya di lapangan. Saya menggunakan angka tersebut cuma bertujuan untuk berlatih
menggunakan rumus produktivitas alat angkut.

Jangan jadikan angka tersebut sebagai patokan untuk menghitung produktivitas


unit angkut di tambang tempat anda bekerja. Jauh lebih bijaksana jika anda melihat
buku pedoman tentang berapa kapasitas standar bucket dan kapasitas standar
vessel sebenarnya di perusahaan tempat anda bekerja dan lakukan pengamatan
sendiri di lapangan untuk bisa mengetahui produktivitas unit tersebut.
Coba hitung berapa produktivitas satu unit alat angkut Caterpillar ADT
740 per jam nya di tambang berdasarkan data yang dikumpulkan
pengawas tambang saat unit tersebut beroperasi.

Data dari pengawas:

1. Alat muat menggunakan PC-400 Komatsu - Standard bucket 3,2 m3. Memerlukan
waktu sekitar 22 detik untuk 1 cycle time alat muat.

2. Kapasitas muatan standard (Svc) vessel ADT-740 Caterpillar adalah 24 m3.


Memerlukan 7,5 sampai 8 bucket untuk mengisi vessel ADT-740 menggunakan PC-
400.

3. Kapasitas nyata muatan (Rvc) vessel ADT-740 Caterpillar adalah 22 m3.

4. Mechanical availability (Ma) ADT-740 Caterpillar sebesar 94%.

5. Effective utility (Eu) ADT-740 Caterpillar sebesar 85%.

6. Setting time front (Stf) di front loading - 20 detik.

7. Loading time (Lt) ADT-740 : 8 bucket x 22 detik = 176 detik.

8. Hauling time full (Htf) ADT-740 - 240 detik.

9. Setting time disposal (Std) ADT-740 - 25 detik.

10. Drop time (Dt) ADT-740 - 16 detik.

11. Hauling time empty (Hte) ADT-740 - 200 detik.


Jawaban contoh kasus di atas.
Sebelum bisa mengetahui berapa produltivitas ADT-740 Caterpillar di atas, kita
harus menghitung dulu faktor-faktor yang mempengaruhi nya berdasarkan rumus
produktivitas unit angkut di atas. Berdasarkan data yang telah di buat pengawas
saat observasi lapangan untuk ADT-740, Kita tinggal mencari berapa cycle time
ADT-740.

CYCLE TIME TRUCK (CTR) ADT-740 CATERPILLAR.

Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60

Ctr=20+176+240+25+16+20060

Ctr = 15 menit (angka pembulatan) setiap 1 trip

Berikutnya kita hitung berapa Fill factor vessel capacity ( Fvc) ADT-740 Caterpillar.

FILL FACTOR VESSEL CAPACITY (FVC) ADT-740 CATERPILLAR.

Fvc=RvcSvc

Fvc=2224

Fvc = 92% (angka pembulatan)

Setelah kita mengetahui Cycle time dan Fill factor vessel capacity ADT-740
Caterpillar di atas, sekarang kita bisa mengetahui berapa produktifitas alat angkut
tersebut di tambang.

PRODUCTIVITY TRUCK (PTR) ATAU ALAT ANGKUT ADT-740 CATERPILLAR.

Ptr=60Ctr×Svc×Fvc×Ma×Eu
Ptr=6015 x 24 x 92% x 95% x 85%

Ptr = 71,3 m3/jam

Dari contoh kasus di atas, kita bisa mengetahui produktivitas per unit per jam alat

angkut Articulated Dump Truck ADT-740 Caterpillar adalah 71,3 m3/jam dengan alat
muat PC-400 Komatsu.

Tentunya ini hanya satu contoh yang saya sederhanakan. Pada kenyataan nya, kita
harus mengetahui semua faktor yang mempengaruhi produltivitas alat angkut
tersebut satu-persatu. Mungkin di butuhkan kerjasama team antar pengawas saat
mengumpulkan data di lapangan, dan semua harus dilaksanakan secara tepat,
terschedule, dan usahakan tidak ada poin yang dilupakan, agar kita bisa mengukur
tingkat produktivitas unit angkut dengan tepat.

Selain melakukan pekerjaan yang berorientasi produksi, jangan pernah lupa


orientasi utama dalam bekerja adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Berorientasi safety dalam bekerja bisa menyelematkan karyawan dari bahaya
kecelakaan selama bekerja, selain itu juga bisa meningkatkan nilai produksi tanpa
diimbangi dengan peningkatan accident. So, keep work safety all.

Artikel berikut nya tentang menghitung faktor kesesuaian antara alat muat dan alat
angkut dalam satu front area di pertambangan. Jadi tetaplah setia bersama Blog
Mas Dory. Siapa tahu informasi yang terdapat di dalamnya bisa bermanfaat buat
pekerjaan anda nantinya.
http://dialogkalasenja.blogspot.co.id/2012/11/keserasian-kerja-match-factor.html

KESERASIAN KERJA ( Match Factor )

KESERASIAN KERJA ( Match Factor ) merupakan suatu factor penting yang digunakan dalam
penentuan jumlah alat angkut maupun jumlah alat gali muat, agar terjadi sinkronisasi kerja.
Apabila jumlah antara alat gali muat sesuai dengan jumlah alat angkut, akan tercapai efektivitas
kerja yang optimal.

Pertama, kita harus mengetahui rumus untuk menghitung produksi alat gali muat dan alat
angkut.

1. Produksi alat gali muat

60
Cn Ff E
P=
We x B
x B
x k
b

dimana :
CnB = kapasitas bucket alat muat, m3
Ff B = faktor pengisian, %
EK = efisiensi kerja alat muat, %
Web = waktu edar alat muat, menit
SF = faktor pengembangan, %
2. Produksi alat angkut

60
Cn Ff E
P=
We x B
x B
x k
x n
t

dimana :
CnB = kapsitas bucket alat muat, m3
Ff B = faktor pengisian, %
EK = efisiensi kerja alat angkut, %
Wat = waktu edar alat angkut, menit
n = jumlah alat angkut
Keserasian kerja akan serasi apabila nilainya = 1.

Produksi alat
1 angkut
= Produksi alat gali
muat

Untuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut digunakan dengan menggunakan
Mitch Factor yang dirumuskan :

Na x
MF CTm
= Nm x
Cta

Dimana:

Na = jumlah alat angkut, unit

CTm = waktu edar alat muat, menit ( n x ctm )

Nm = jumla alat muat

Cta = waktu edar alat angkut

Adapun cara menilainya adalah :

- MF < 1 , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja 100%
sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat angkut yang belum
datang.

- MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak terjadi waktu tunggu dari
kedua jenis alat tersebut.

- MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang dari 100%,
sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
Sumber: My Skripsi

Anda mungkin juga menyukai