4. Asas Keterbukaan
Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas Proposionalitas
Asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara dan
warga negara dalam segala aspeknya.
6. Asas Profesionalitas
Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang - undangan yang berlaku.
7. Asas Akuntabilitas
Asas yang menentukaan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyeleggaran
Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
1. Participation, yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi
tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif.
2. Rule of Law, yakni kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
3. Transparency, karakteristik ini dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi.
Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka
yang membutuhkan.
4. Responsiveness, lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani
stakeholders.
5. Concensus Orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.
6. Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan
dan keadilan.
7. Efficiency and effectiveness, pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna
(efisien) dan berhasil guna (efektif).
8. Accountability, pertanggunjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.
9. Strategic Vision, penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke
depan.
Transparansi harus berlangsung baik terhadap perusahaan sebagai pemberi dana maupun pada
lembaga sosial sebagai penerima dana. Kedua belah pihak perlu tahu, berapa biaya pengelolaan
bantuan, dan berapa akhirnya yang sampai pada penerima.
Partisipasi dalam pengelolaan barang atau dana kedermawanan bisa dilakukan dengan melibatkan
perusahaan maupun sipenerima. Sekali waktu dapat menghadirkan langsung perusahaan dalam
program yang sedang kita kerjakan, bahakan bisa dibuatkan acara kunjungan dari perusahaan agar
mereka menyaksikan langsung manfaat dari bantuan yang ia berikan. “Wisata Sosial” seperti ini akan
menambah keyakinan perusahaan bahwa dana yang mereka berikan benar-benar sampai dan
memberikan manfaat kepada banyak orang.