Anda di halaman 1dari 13

ANALISA PROTEKSI SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG

PT.SMARTFREN PEKANBARU

Alex Sugara Sinaga


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lancang Kuning

ABSTRAK

Petir merupakan fenomena alam yang terjadinya loncatan atau pelepasan muatan
listrik akibat adanya beda potensial antara awan dan bumi. Dengan letak Indonesia pada
daerah khatulistiwa dengan iklim tropis dan kelembapan yang tinggi mengakibatkan
terjadinya hari guruh yang sangat tinggi dan mempunyai kerapatan sambaran petir yang
besar jika dibandingkan dengan negara lain. Sistem Telekomunikasi saat ini merupakan
salah satu aspek penunjang untuk kemajuan suatu daerah. Untuk mendukung kemajuan
sistem telekomunikasi perlu adanya didukung pembangunan infrastruktur (Radio Broadcast
Station) sebagai penunjang. Dikarenakan terbatasnya bangunan tinggi atau pencakar
langit, mengakibatkan pembangunan infrastruktur menara yang tinggi sebagai pemancar
atau penerima gelombang elektromagnetik dilakukan pada lahan datar untuk menunjang
perkembangan teknologi telekomunikasi.

Dengan adanya bangunan menara pemancar dan penerima Radio Broadcast


Station (RBS milik PT. Smartfren Pekanbaru – Site ID : SSG 0910 – Site Name : MGW
Pekanbaru) dan menara pemancar radio (Broadcast Station milik RRI Pekanbaru) yang
berdekatan dengan Gedung Kantor PT. Smartfren Pekanbaru, maka dibutuhkan Sistem
Proteksi Petir yang tepat pada gedung kantor PT. Smartfren Pekanbaru. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis Sistem Proteksi Petir Eskternal pada gedung kantor PT.
Smartfren Pekanbaru dan bangunan menara pemancar yang terdiri dari sistem terminasi-
udara, sistem konduktor penyalur dan sistem pentanahan yang ada, sehingga dapat
diketahui kemampuan kerja penangkap petir, kebutuhan Sistem Proteksi Petir untuk
perlindungan bangunan akibat sambaran petir yang sebenarnya

Teknik analisis data dengan cara menganalisis data baik data primer maupun data
sekunder yang ada dari Sistem Proteksi Petir Eksternal eksisting dengan langkah analisis
pendefinisian Zoning Area Proteksi (ruang proteksi) melalui metode perlindungan ( metode
bola gelinding – Rolling Sphere Method ) petir dan penggunaan sistem pentanahan eksisting
serta penentuan besarnya parameter – parameter petir sesuai dengan level atau tingkat
proteksi.

Dengan hasil analisis dari data yang diperoleh pada penelitian Tugas Akhir
nantinya dapat memberikan hasil maksimal atau perbaikan sistem proteksi eksternal pada
gedung kantor PT. Smartfren Pekanbaru dengan adanya dua buah menara yang berdekatan.

Kata Kunci : Petir, Radio Broadcast System, Sistem Proteksi Petir Eksternal Ruang Proteksi

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia termasuk daerah tropis yang terletak di daerah khatulistiwa dengan
jumlah hari guruh per tahun (Thunder Storm Days) yang sangat tinggi sehingga
memungkinkan banyak terjadinya bahaya dengan kerusakan yang ditimbulkan pada
harta benda dan kematian pada mahluk hidup yang ada disekitarnya akibat sambaran
petir.
Mengingat kerusakan – kerusakan yang dapat ditimbulkan akibat adanya
sambaran petir, maka munculah berbagai usaha untuk mengatasi sambarannya. Di
dalam bidang teknik listrik dikenal sebagai usaha proteksi petir. Dalam usaha
proteksi petir ini tentu dibutuhkan pengetahuan tentang petir dan karekteristik –
karakteristiknya. Dalam hal ini termasuk proteksi petir itu sendiri.
Pembangunan infrastruktur menara Radio Broadcast System (RBS) sebagai
pusat pemancar dan penerima gelombang elektromagnetik merupakan salah satu
wujud dalam perkembangan teknologi telekomunikasi. Konstruksi bangunan menara
yang tinggi banyak menimbulkan permasalahan terutama mengenai perlindungan
keamanan bangunan, karena struktur bangunan yang tinggi sangat rawan mengalami
gangguan baik secara mekanik maupun gangguan alam (petir). Akibat dari sambaran
petir baik dari sambaran langsung maupun tidak langsung dapat mengakibatkan
kenaikan tegangan pada sistem (termasuk pentanahan) serta dapat menimbulkan
kerusakan pada bangunan, peralatan dan instalasi RBS maupun objek lainnya yang
berada disekitar atau terhubung dengan menara RBS.
Oleh sebab itu perlu diketahui level atau tingkatan proteksi pada bangunan
dengan analisis pendefinisian zoning area proteksi melalui metoda perlindungan bola
gelinding ( Rolling Sphere ) dan sistem pentanahan bangunan sebagai proteksi petir
di dalam melindungi dan mengurangi dampak kerusakan akibat sambaran petir pada
gedung kantor PT. Smartfren Pekanbaru dengan menara RBS PT. Smartfren
Pekanbaru (Site ID : SSG 0910, Site Name : MGW Pekanbaru), dan menara
pemancar radio milik RRI Pekanbaru.

2
1.2 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah mengetahui
kehandalan perlindungan Sistem Proteksi Petir pada gedung Kantor Smartfren
Pekanbaru akibat sambaran langsung dan tidak langsung pada bangunan gedung
kantor dan menara Radio Broadcast Station (RBS) milik PT. Smartfren Pekanbaru
dengan memperhatikan kondisi aktual sistem pentanahan yang ada.

1.2.2 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil terbarukan sebagai data
primer dari sistem proteksi dengan standar SNI, PUIPP maupun ITU-K.39 sebagai
standar sistem dari proteksi tersebut, memperoleh hasil pengukuran terbaru terhadap
sistem proteksi yang ada pada gedung kantor dan menara RBS PT. Smartfren
Pekanbaru dan RRI Pekanbaru, serta dapat memperbaiki kesalahan sistem proteksi
yang ada jika ditemukan dari hasil penelitian.

1.3 Rumusan Masalah


Penelitian yang akan diteliti pada tugas akhir ini adalah menganalisis
kehandalan dari sistem proteksi petir yang ada pada bangunan menara PT. Smartfren
Pekanbaru melalui metoda bola gelinding ( Rolling Sphere ) dengan asumsi
perawatan dan perbaikan sistem proteksi petir yang ada tetap dilakukan dengan
jadwal yang telah ditentukan.

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


1. Tugas Akhir ini ditekankan pada :
a. Penentuan ruang proteksi dari penangkap petir. Metode dan parameter petir
diperoleh berdasarkan level atau tingkat proteksi yang mengacu standar SNI
03-7015-2004, Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP) dan ITU-
K.39. Dalam hal ini tidak menjelaskan prinsip kerja penangkap petir
b. Perhitungan arus sambar yang dapat ditangkap SPP eksternal bangunan.
c. Perhitungan untuk menentukan tegangan lebih akibat sambaran langsung
pada menara pemancar RBS PT. Smartfren Pekanbaru.

3
2. Perlindungan petir yang digunakan adalah penangkap petir yang ada pada
gedung dan menara RBS milik PT. Smartfren Pekanbaru
3. Perhitungan hasil akhir dan tampilan gambar dengan Auto CAD.

4
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Jurnal / Tugas Akhir Hasil Penelitian


Telah dilakukan sebuah pembahasan terhadap Penerapan Metoda Jala, Sudut
Proteksi Dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Gedung W, dengan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan bangunan gedung perkuliahan terhadap dari bahaya sambaran
petir langsung. Dalam pembahan tugas akhir ini sang penulis mengaplikasikan pada
Gedung W Universitas Petra. Emmy Hosea, Edy Iskanto, Harnyatris, M.Luden,
Tugas Akhir, Universitas Petra, 2005
Telah dilakukan sebuah pembahasan terhadap Studi Perancangan Proteksi
Petir Eksternal Pada Gedung Biro Rektor USU dengan tujuan pembahasan dalam
mendapatkan hasil perhitungan kebutuhan proteksi gedung, perencanaan komponen
sistem proteksi eksternal gedung dan analisa perhitungan biaya. Dalam pembahasan
tugas akhir ini sang penulis mengaplikasikan pada Gedung Biro Rektorat Universitas
Sumatera Utara. Rapido Parasian Gultom, Tugas Akhir, USU, 2008
Telah dilakukan sebuah pebahasan terhadap Studi Tentang Sistem Penangkal
Petir Pada BTS (Base Transceiver Station) (Aplikasi pada PT. Telkomsel – Banda
Aceh) dengan tujuan pembahasan ini adalah menganalisa pengaruh sambaran petir,
sistem pengamannya terhadap peralatan yang ada pada BTS dan radius terhadap
bahaya sambaran petir.

2.2 Frekuensi Sambaran Petir


2.2.1 Frekuensi Sambaran Petir Langsung
Jumlah rata –rata frekuensi sambaran petir langsung per tahun (Nd) dapat
dihitung dengan perkalian kepadatan kilat ke bumi per tahun (Ng) dan luas daerah
perlindungan efektif pada bangunan (Ae).
Nd = Ng . Ae…..(1)
Kerapatan sambaran petir ke tanah dipengaruhi oelh hari guruh rata – rata per
tahun di daerah tersebut.
N = 4 . 10-2 . T1,26 ….. (2)
g

5
Sedangkan luas daerah perlindungan pada bangunan dapat dihitung dengan
persamaan berikut :

Ae = ab + 6h(a+b) + 9πh2 ……(3)

Sehingga, dari subsitusi persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1) dapat diperoleh
persamaan nilai Nd adalah :

.
N d = 4.10-2 T 1,26 (ab + 6h(a + b) + 9p h 2 )
di mana :
a = Panjang atap gedung (m)
b = Lebar atap gedung (m)
h = Tinggi atap gedung (m)
T = hari guruh pertahun
Ng = Kerapatan sambaran petir ke tanah

(sambaran/Km2/tahun)

Ae = Luas daerah yang masih memiliki angka sambaran petir

sebesar Nd (Km2)

Nd = Jumlah rata – rata frekuensi sambaran petir langsung per tahun

2.2.2 Frekuensi Sambaran tidak langsung


Rata – rata frekuensi tahunan Nn dari kilat yang mengenai tanah dekat
bangunan dapat dihitung dengan perkalian kerapatan kilat ke tanah per tahun Ng
dengan cakupan daerah di sekitar bangunan yang disambar Ag.
Nn = Ng . Ag
Luas daerah cakupan disekitar bangunan yang menyebabkan suatu tambahan
potensial akibat sambaran ke tanah dapat dihitung :

Ag = ab + 2aρ + 2bρ + πρ2 – Ae

2.3 Resiko Kerusakan Akibat Sambaran Petir


2.3.1 Kerusakan Akibat Tegangan Langkah dan Tegangan Sentuh
Besar resiko tegangan langkah dan tegangan sentuh adalah :

6
ph = k h . p ' h

2.3.2 Tingkat Kerusakan Akibat Sambaran Petir per Tahun


Frekuensi kerusakan tiap tahun (F) pada bangunan dapat di hitung dari
jumlah tingkat frekuensi kerusakan akibat sambaran langsung (Fd) maupun
sambaran tidak langsung (Fi).
F = Fd + Fi
Dimana :
Fd = Nd ph + Nd (p1 + p2 + p3 + p4)
Fi = Nn p3
Sehingga,
F = Nd ph + Nd (p1 + p2 + p3 + p4) + Nn p3

2.3.3 Kemungkinan Orang Berada di Tempat Berbahaya

Dimana :
n = jumlah orang di tempat berbahaya
t = waktu / tahun orang berada di tempat berbahaya ( jam / tahun)

2.3.4 Tingkat Kerusakan Yang Dapat Diterima Bangunan


Nilai frekuensi kerusakan akibat sambaran petir sesuai batas aman yang
dapat diterima bangunan besarnya adalah sebagai berikut :
F < Fa
Dimana :

7
2.4 Kebutuhan Bangunan Akan Sistem Proteksi Petir Terhadap Sambaran
Petir
Pengambilan keputusan perlu atau tidaknya memasang Sistem Proteksi Petir
pada bangunan akan proteksi petir adalah sebagai berikut :

1. Jika F  Fa, tidak perlu Sistem Proteksi Petir


2. Jika F > Fa, diperlukan Sistem Proteksi Petir dengan efisiensi :

atau

Tabel Efisiensi Sistem Proteksi Petir

Tingkat Proteksi Efisiensi Sistem Proteksi Petir


I (E)
0,98
II 0,95
III 0,90
IV 0,80

2.5 Sistem Proteksi Petir Eksternal

Sistem Proteksi Petir (SPP) eksternal adalah sistem instalasi dan alat – alat
diluar suatu struktur untuk menangkap dan menghantarkan arus surja petir ke sistem
pembumian. Proteksi petir eksternal berfungsi sebagai proteksi terhadap tegangan
lebih petir jika terjadi sambaran langsung ke sistem atau bangunan yang dilindungi.

8
2.5.1 Terminasi Udara (Air Termination)

Terminasi udara adalah bagian sistem proteksi petir eksternal yang


dikhususkan untuk menangkap sambaran petir, berupa elektroda logam yang
dipasangkan secara mendatar maupun mendatar.

Beberapa metoda atau rancangan sistem terminasi udara menurut Standar


Nasional Indonesia – (SNI) 03-7015-2004 :

1. Metode Sudut Proteksi ( Protective Angle Method )


2. Metode Bola Bergulir ( Rolling Sphere Method )
3. Metode Jala ( Mesh Sized Method )

Dilihat dari ketiga metode diatas, dalam perancangan terminasi udara pada
bangunan atau gedung bertingkat menurut SNI dapat membentuk zona proteksi dan
meyakinkan bahwa bangunan tersebut terproteksi seluruhnya.

2.5.2 Konduktor Ke Bawah (Down Conductor)

Konduktor ke bawah merupakan bagian sistem proteksi eksternal yang


digunakan untuk menyalurkan atau melewatkan arus petir dari terminasi-udara ke
sistem pembumian.

2.5.3 Sistem Terminasi – Bumi (Grounding System)

Sistem terminasi - bumi perlu dirancang sedemikian rupa sehingga


memperkecil tegangan sentuh dan tegangan langkah sehingga aman bagi manusia
dan peralatan yang terdapat disekitar daerah yang diproteksi.

Jarak aman sistem pentanahan dari gedung atau logam terdekat dan tidak
terhubung ke sistem penangkap petir dapat dicari dengan persamaan berikut :

D = 1/5 x R

Dimana : R : Tahanan Petanahan

D : Jarak aman sistem pentanahan dari bangunan atau logam yang


tidak terhubung dengan SPP Ekternal

9
2.6 Bidang Sambar Dan Jarak Sambar

Bidang sambar merupakan tempat kedudukan titik – titik sambar. Gerakan


busur petir negatif ke bawah dari awan menuju bumi mempunyai pola zig zag hingga
ujung lidah petir cukup dekat untuk membangkitkan busur listrik ke atas dari suatu
benda ditanah disebut jarak sambar (Rs).

Hubungan antara arus dengan jarak sambar menurut Berger 1972 adalah
sebagai berikut :

Rs = 10 x I0,65

Dimana S merupakan jari –jari ruang proteksi yang didapat.

2.7 Elevasi Tegangan – Tegangan Lebih

Elevasi tegangan adalah tegangan yang timbul akibat sambaran petir terjadi
pada ujung penangkal petir. Arus lebih disalurkan melalui penghantar dan tegangan
jatuh di elektroda pentanahan penangkal petir. Tegangan lebih yang terjadi
merupakan penjumlahan dari nilai tegangan induktansi (Vinduksi) dan nilai tegangan
permukaan tanah (Vpentanahan). Besar tegangan lebih yang terjadi akibat sambaran
petir langsung dapat dirumuskan dengan :

Dimana :

V elevasi : Elevasi tegangan atau tegangan lebih pada sistem pentanahan (kV)

I : Arus puncak petir (kA)

R : Tahanan kaki bangunan (Ohm)

L : Induktansi menara / penghantar arus (H)

di/dt : Kecuraman gelombang arus petir (kA / s)

10
Tingkat Proteksi
Parameter Petir
I II III- IV
Nilai arus puncak I (kA) 200 150 100
Muatan total Qtotal (C) 300 225 150
Muatan impuls Qimpuls(C) 100 75 50
Energi Spesifik W/R (kJ/Ω) 10 000 5 600 2 500
di/dt30/90%
Kecuraman rata-rata 200 150 100
(kA/µs)

BAB III
METODA PENELITIAN

3.1. Metoda Pengumpulan Data dan Penyelesaian


Melakukan pengambilan data kualitatif interpresentatif terhadap objek –
objek yang akan dianalisa, mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan
rumus – rumus penyelesaian melalui perhitungan untuk mendapatkan hasil yang
akurasi menggunakan buku – buku panduan, jurnal – jurnal yang berhubungan atau
berkaitan dengan masalah yang dibahas.

3.2. Rencana dan Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan
Oct Nov Des Jan
1 Pengajuan proposal        
2 Seminar proposal        
Pengumpulan data dan
3        
literatur
4 Penyusunan Tugas Akhir        
5 Seminar Tugas Akhir        
6 Ujian sidang Tugas Akhir        

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Rapido Parasian Gultom, Studi Perencanaan Sistem Pengaman Terhadap


Sambaran Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Biro Rektor
Universitas Sumatera Utara, Tugas Akhir, Teknik Elektro Fakultas
Teknik USU, Medan, 2008
2. Soli Akbar Hutagaol, Studi Tentang Sistem Penangkal Petir Pada BTS
( Base Transceiver Station) (Aplikasi pada BTS Telkomsel Aceh), Tugas
Akhir, Teknik Elektro FAkultas Teknik USU, Medan, 2009
3. Emmy Hosea, Edy Iskanto, Harnyatris M. Luden, Penerapan Metode
Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Petir Eksternal yang
Diaplikasikan Pada Gedung W Universitas Kristen Petra, Tugas Akhir,
Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Jasa Kelistrikan,
Laboratorium Masalah Kelistrikan PLN, Jakarta, 2005
4. Ramdhan Halid Siregar, Perencanaan Penempatan, Proteksi Petir Pada
Menara Transmisi P.Brandan-Langsa Untuk Mengurangi Kegagalan
Perlindungan Akibat Sambaran Petir, Tugas Akhir, Teknik Elektro,
Fakultas Teknik Elektro, Universitas Syaih Kuala, Aceh, 2007
5. Vladimir A. Rakov, Lighting Discharge and fundamentals of Lighting
Protection, Journal of International Symposium on Lighting Protection –
Curitiba – Brazil, University of Florida, FL, USA, 2009
6. P.Unakhalekhaka, K Chinnaburt, S Paijit, S Asasripongtorn, Risk
Assessment of Damages due to lighting discharge : A Case Study To A
Telecommunication System In Singbury Province of Thailand, Journal of
International Conference, Australia, 2007
7. Dn, Taufik, Abdul Syakur, Yuningtyastuti, Analisa Kebutuhan
Pemakaian Sistem Proteksi Pada Gedung Bertingkat, Tugas Akhir,
Teknik Elektro Fakultas Teknik UNDIP, Semarang, 2005
8. Recommendation ITU-K.39, Risk Assessment of Damages to
Telecommunication Site due Lighting Discharge, ITU – T Study Group
5, Geneva, 1996
9. SNI 03-7015-2004, Sistem Proteksi Petir Pada Gedung, Agustus, 2006

12
10. Tim, Peraturan Umum Instalasi Penagkal Petir untuk Bangunan di
Indonesia, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Jakarta, 2006
11. Hutauruk, TS. Ir., M.E.E, Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja,
Erlangga, Jakarta, 1991
12. Hutauruk, Ts. Ir., M.E.E, Pengetahahan Netral Sistem Tenaga
Pengetanahan Peralatan, Erlangga, 1991
13. J. G. Anderson, Lighting Perfoemance of Transmission Lines Chapter 12
of 345kV and Above Transmission Line Reference Book-Second Editon,
Electric Power Research Institute, California, 1982
14. Ken R Rand, Lightning Protection and Grounding for
Telecommunication sites-First Edition, Polyphaser, 2000

13

Anda mungkin juga menyukai