Anda di halaman 1dari 21

MEKANIKA FLUIDA

OSBORNE REYNOLDS

BAB I
OSBORNE REYNOLDS

1.1 Tujuan Percobaan


a. Mengamati sifat aliran laminer, transisi dan turbulen pada aliran pipa.
b. Membandingkan sifat aliran fluida antara pengamatan secara visual
dengan perhitungan berdasarkan bilangan Reynolds.
c. Menghitung koefisien gesek untuk masing-masing jenis aliran laminer
dan turbulen.
1.2 Alat-alat Percobaandan Gambar Alat Percobaan
1.2.1 Alat-alat Percobaan :
a. Bangku Kerja Hidrolik
b. Alat Osborne Reynolds
• Pipa pengamatan
• Outlet
• Inlet
• Reservoir Tinta
• Jarum Injeksi
• Bell Mouth
c. Gelas Ukur
d. Stopwatch
1.2.2 Gambar alat percobaan

Gambar 1.1 Gambar bangku kerja hidrolik


(Sumber : Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika FT-UNTAD, 2021)

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

Gambar 1.2 Gambar Alat Percobaan Osborn Reynolds


(Sumber : Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika FT-UNTAD, 2021)

Gambar 1.3 Gambar Alat Percobaan Gelas Ukur


(Sumber : Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika FT-UNTAD, 2021)

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

Gambar 1.4 Gambar Alat Percobaan Stopwatch


(Sumber : Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika FT-UNTAD, 2021)

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA

OSBORNE REYNOLDS

Tampak atas

ReserVoir
Tinta

Kelereng
Injeksi

Bell Mouth Tangki Tinta

Jarum

Outlet Pipa
Pi Pengamatan

Inlet

Tampak depan

Gambar 1.5 Alat percobaan Osborn Reynolds


(Sumber: Buku Penuntun Praktikum Mekanika Fluida)

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

1.3 Dasar Teori

1.3.1 Debit Aliran


Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang
dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam
suatu tempat tiap satu satuan waktu. Aliran air dikatakan memiliki
sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan
berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan
air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing
titik dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh
gravitasi bumi.
Untuk menghitung debit aliran (Q) dari data volume (V) air
yang mengalir selama selang waktu (t) tertentu, dinyatakan dalam
hubungan:

V
Q=
t
.….. (1.1)

Hubungan antara debit (Q) dan kecepatan rata-rata aliran (v)


terhada pukuran penampang pipa (A):atau

Q = v.A atau
Q Q
= 4Q ….. (1.2)
v = A 1 πD ² = πD ²
Keterangan : 4
Q = Debit Aliran (m3/s)
V = Volume Air (m3)
t = Waktu Pengukuran (detik)
A = Luas Penampang (m2)
D = Diameter pipa (m)

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

1.3.2 Bilangan Reynolds

Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang


paling penting dalam mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya
dengan bilangan tak berdimensi lain, untuk memberikan kriteria untuk
menentukan dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara
geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda
pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya
disebut memiliki kemiripan dinamis.
Aliran laminar didefinisikan ebagai aliran dengan luida yang bergerak
dalam lapisan-lapisan, atau lamina-lamina, dengan satu lapisan meluncur
secara lancer pada lapisan yang bersebelahan, atau aliran partikel-partikel
fluida yang bergerak secara parallel (tidak saling memotong) atau aliran
berlapis. Kecenderungan kearah ketak stabilan dan turbulensi direndam
habis oleh gaya-gaya geser viskos yang memberikan tahanan terhadap
gerakan relative lapisan-lapisan fluida yang bersebelahan. Sedangkan
aliran turbulen mempunyai gerakan partikel yang tidak menentukan atau
kecepatan aliran yang relative besar akan menghasilakan liran yang tidak
laminer melainkan kompleks, lintasan gerak partikel saling tidak teratur
antara satu dengan yang lain.
Dalam percobaannya, Reynolds menemukan bahwa perubahan dari
aliran laminer ke turbulen dalam pipa tidak hanya ditentukan oleh
kecepatan (v), tetapi juga oleh diameter pipa (D) dan viskositas kinematik

dari cairan (  ). Hubungan ini secara umum dikenal sebagai Bilangan


Reynolds (NR).

D.v
NR¿
❑ ……………..….. (1.3)
Keterangan:
NR = Bilangan Reynolds
D = Diameter pipa (m)

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
 OSBORNE
= Viskositas kinematik REYNOLDS
dari cairan
v = Kecepatan aliran (m/s)

Viskositas kinematik (  ) ditentukan oleh perbandingan viskositas absolut

μ
(μ) dan densiti cairan (ρ) μ
ρ v=
ρ

…………….….. (1.4)
Aliran fluida dapat dikategorikan :
1. Aliran laminer
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan, atau
Lamina-lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam
aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam kecenderungan
terjadinya gerakan relatif antara lapisan.

2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat
tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel
antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu
bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam
keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan
tegangan geser yang merata di seluruh fluida sehingga menghasilkan
kerugian – kerugian aliran

3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran leminer ke
aliran turbulen.
Dari hasil eksperimen yang telah di lakukan reynolds menunjukan
bahwa:

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

a. Aliran bersifat laminer bila NR <2000

= Aliran laminer

b. Aliran bersifat transisi bila NR >2000 <4000

= Aliran transisi

c. Aliran bersifat turbulen bila NR >4000

= Aliran turbulen

Gambar 1.6 Jenis-Jenis Aliran


(Sumber: Syukran, ST, MT. Mekanika Fluida, 2009)
1.3.3 Koefisien gesek
Akibat adanya gesekan antara fluida dan dinding pipa selama fluida
mengalir, maka akan terjadi kehilangan energi. Koefisien gesek (f) pada
pipa licin berbeda-beda untuk setiap jenis aliran, yaitu:
a. Aliran laminer, menurut Hagen-Poiseuille dan Darcy-Weisbach

64
f=
NR ….. (1.5)
b. Aliran turbulen, menurut Blasius:

0,316
f= ….. (1.6)
N R 0,25

Keterangan :
f = Koefisien gesekan Darcy-Weisbach
NR = Bilangan reynolds

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

1.4 Prosedur Percobaan dan prosedur perhitungan


1.4.1 Prosedur percobaan
1. Ukur suhu air dan alirkan air dengan debit tertentu pada alat
percobaan Osborn reynolds
2. Alirkan tinta lewat jarum injector dan atur bukaan kran air
sedikit kecil sehingga diperoleh jenis aliran laminer yang
ditandai dari bentuk gerakan aliran tinta pada pipa kaca.
3. Catat jenis aliran yang terjadi
4. Hitung debit air Q dengan cara mengukur volume air V didalam
gelas ukur pada selang waktu t tertentu. Lakukan perhitungan
debit minimal 3x dan tentukan debit yang dapat mewakili.
5. Ulangi percobaan diatas untuk debit air yang berbeda dengan
selisih debit yang hamper sama dari jenis aliran laminer sampai
turbulen.
- aliran laminar sebanyak 5 kali
- aliran transisi sebanyak 3 kali
- aliran turbulen sebanyak 7 kali
1.4.2 Prosedurperhitungan
1. Menghitung waktu rata-rata

t 1+t 2+t 3
t= 3

2. Menghitung volume
3. Menghitung debit aliran Q

4. Menghitung luas penampang pipa (A)


MEKANIKA FLUIDA 1 2
A= π DOSBORNE REYNOLDS
4

5. Menghitung kecepatan aliran

Q
v=
A

6. Menentukan besar bilangan Reynolds

dxv
NR=

7. Setelah diketahui nilai Nr dari semua jenis aliran, ditentukan


jenis aliran secara teoritis dengan syarat :
Aliran bersifat laminar bila NR< 2000
Aliran bersifat transisi bila 2000 ≤ NR≤ 4000
Aliran bersifat turbulen bila NR> 4000
8. Menentukan nilai koefisien gesek (f) untuk jenis aliran laminer :

F = 64/ Nr

9. Menentukan nilai koefisien gesek (f) untuk jenis aliran


turbulen :

F = 0,316/ Nr0,25
V
Q=
t

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

1.2 Tabel Viskositas Kinematik Air

Viskositas Viskositas
Suhu
Kinematik (ϑ) Suhu(°C) Kinematik (ϑ)
(°C) -6 2
(10 m /detik) (10-6 m2/detik)
11 1,270 26 0,873
12 1,235 27 0,854
13 1,201 28 0,836
14 1,169 29 0,818
15 1,138 30 0,802
16 1,108 31 0,785
17 1,080 32 0,769
18 1,053 33 0,753
19 1,027 34 0,738
20 1,002 35 0,724
21 0,978 36 0,711
22 0,955 37 0,697
23 0,933 38 0,684
24 0,911 39 0,671
25 0,893 40 0,658

(Sumber : Buku Statika Fluida, Bambang Agus Kironoto, 2016)

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

1.6 Tabel Hasil Perhitungan Dan Grafik

1.6.1 Tabel Hasil Perhitungan Osborn Reynolds

Diameter Pipa = 1 cm

Suhu (T) = 28°C

Viskositas = 0,00836 cm2/detik

Untuk Aliran Laminer


No t (s) V Q A V NR F Jenis Aliran
t1 t2 t3 (ml) (cm3/dtk) (cm2) (cm/dtk Visual Teoritis
)
1. 10,26 10,25 10,23 29 2,832 0,785 3,6076 431,53 0,1484 Laminer Laminer
2. 10,31 10,30 10,28 31 3,012 0,785 3,8369 458,95 0,1394 Laminer Laminer
3. 10,36 10,35 10,33 33 3,191 0,785 4,0649 486,23 0,1316 Laminer Laminer
4. 10,41 10,40 10,38 35 3,368 0,785 4,2904 513,20 0,1247 Laminer Laminer
5. 10,46 10,45 10,43 37 3,544 0,785 4,5146 540,02 0,1185 Laminer Laminer

CIVIL ENGINEERING 20

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

Untuk Aliran Transisi

No t (s) V Q A V NR F Jenis Aliran


t1 t2 t3 (ml) (cm3/dtk) (cm2) (cm/dtk Visual Teoritis
)
1. 10,25 10,27 10,25 228 22,243 0,785 28,336 3389,4 0,0375 Transisi Transisi
8
2. 10,26 10,28 10,26 238 23,196 0,785 29,550 3534,6 0,0375 Transisi Transisi
8
3. 10,27 10,26 10,25 258 25,146 0,785 32,033 3831,7 0,0375 Transisi Transisi
2
Untuk Aliran Turbulen
No t (s) V Q A V NR F Jenis Aliran
t1 t2 t3 (ml) (cm3/dtk) (cm2) (cm/dtk Visual Teoritis
)
1. 10,30 10,33 10,32 490 47,619 0,785 60,661 7256,1 0,0342 Turbulen Turbulen
1
2. 10,28 10,23 10,22 505 49,316 0,785 62,822 7514,7 0,0339 Turbulen Turbulen
0
3. 10,26 10,21 10,20 520 50,880 0,785 64,815 7753,0 0,0336 Turbulen Turbulen
1
4. 10,24 10,19 10,18 535 51,491 0,785 65,593 7846.0 0,0335 Turbulen Turbulen
5
5. 10,22 10,17 10,16 550 52,132 0,785 66,410 7943.7 0,0334 Turbulen Turbulen
9
6. 10,20 10,17 10,16 565 55,555 0,785 70,764 8464,6 0,0329 CIVIL
Turbulen Turbulen
ENGINEERING 20
2
7. 10,18 10,13 10,12 580 57,199 0,785 72,864 8715,8 0,0327 Turbulen Turbulen
A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 9
MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

1.7 Analisa Grafik


1.7.1 Grafik hubungan antara f dengan NR
a. Untuk aliran laminer
1. Grafik hubungan f dengan NR diperoleh dengan
menghubungkan titik 1, 2, 3, 4 dan 5.
2. Dari grafik hubungan f dan NR diperoleh grafik kurva
terbuka ke atas.
3. Dari grafik diketahui bahwa hubungan f dan N R adalah
berbanding terbalik,dimana semakin kecil nilai f maka
semakin besar nilai NR
b. Untuk aliran Turbulen
1. Grafik hubungan antara f dengan NR diperoleh dengan
menghubungkan titik 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7.
2. Dari grafik hubungan f dan NR diperoleh grafik linear.
3. Dari Grafik diketahui bahwa hubungan f dan NR adalah
berbandin gterbalik artinya semakin kecil nilai f maka
semakin besar NR

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

1.8 Kesimpulan Dan Saran


1.8.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pengamatan visual terhadap sifat aliran, maka diperoleh
klasifikasi aliran sebagai berikut :
1. Laminer : Pola aliran gerak lurus dan teratur.
2. Transisi : Pola aliran gerak tinta mulanya lurus lalu
berubah acak dan teratur.
3. Turbulen : Pola aliran gerak tinta tidak teratur dan acak.
2. Dari hasil percobaan Osborne Reynolds ini dapat di peroleh
pembuktian batas-batas bilangan Reynolds sebagai indifikasi jenis
aliran secara teoritis yaitu:

a. Untuk NR laminer berada antara (431,53-540,02) sesuai


dengan ketetapan yaitu NR<2000.
b. Untuk NR transisi berada antara (3389,48-3831,72) sesuai
dengan ketetapan yaitu 2000<NR>4000
c. Untuk NR turbulen berada antara (7256,11-8715,89) sesuai
dengan ketetapan NR>4000
3. Dari hasil percobaan dan perhitungan diperoleh koefisien gesek f:
a. Untuk aliran laminer,koefisien gesek adalah (0,1484-
0,1185).
b. Untuk aliran transisi,koefisien gesek adalah (0,039) yang
diperoleh dari grafik hubungan antara F dan N R pada aliran
laminer dan turbulen).
c. Untuk aliran turbulen, koefisien gesek adalah (0,0342-
0,0327)

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20


MEKANIKA FLUIDA
OSBORNE REYNOLDS

1.8.2 Saran
1. Pengaturan debit sebaiknya dilakukan dengan teliti sehingga
dapat dibedakan dengan jelas antara aliran laminer, turbulen, dan
transisi.
2. Pengaturan waktu dilakukan sesuai dengan pengambilan volume
air yang hilang, sehingga hasil yang diperoleh akan akurat.
3. Ketelitian dalam melakukan praktikum sangat mempengaruhi
keakuratan data yang dihasilkan, untuk itu dibutuhkan kerjasama
yang baik dalam satu kelompok.
4. Kerjasama dalam kelompok lebih ditingkatkan.
5. Sebaiknya untuk alat percobaan yang sudah tidak berfungsi
dengan baik agar bisa diperbaiki dan dirawat secara
berkesinambungan agar proses praktikum bisa berjalan dengan
lancar.
6. Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya sistem jadwalnya lebih
teratur lagi.
7. Untuk pengenalan praktikum sebaiknya semua alat itu berfungsi
secara baik agar mahasiswa dapat menangkap pembelajaran
praktikum secara baik.
8. Di masa pandemic ini, dalam pelaksanaan praktikum di harapkan
mahasiswa lebih memperhatikan protokol kesehatan seperti
menjaga jarak dan memakai masker.

A’an Syaiful Bayaan F 111 17 206 CIVIL ENGINEERING 20

Anda mungkin juga menyukai