Anda di halaman 1dari 11

BAB I

FENOMENA KLASIFIKASI ALIRAN

1.1. Pendahuluan

Percobaan fenomena klasifikasi aliran merupakan


suatu eksperimen untuk menentukan sifat aliran, yakni
aliran laminer, transisi dan turbulen. Penentuan sifat aliran
dapat dilakukan melalui pengamatan pada Osborne
Reynolds Apparatus berdasarkan pada pola gerakan dari
zat warna dalam aliran. Zat warna yang dipakai adalah
tinta. Jika tinta tersebut bergerak secara teratur dan
mempunyai garis alur yang sejajar dan bergerak secara
berlapis-lapis, maka aliran tersebut adalah aliran laminer.
Kemudian jika tinta tersebut bergerak menyebar atau
bergalau, maka aliran tersebut adalah aliran turbulen atau
aliran transisi.
Kemudian dari percobaan ini dihitung debit dan
kecepatan fluida, yang selanjutnya akan digunakan dalam
menghitung bilangan Reynolds (Re). Berdasarkan bilangan
Reynolds (Re) tersebut dapat diklasifikasikan sifat-sifat
aliran yang telah diamati, baik secara teoritis maupun
secara pengamatan (visual).

1.2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan Fenomena Klasifikasi Aliran


adalah:
Laporan Praktikum Mekanika Fluida
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Andalas

1. Mengamati dan mengklasifikasi sifat aliran secara


visualisasi berdasarkan pola gerak zat warna dalam
aliran.
2. Menghitung dan mengklasifikasi sifat aliran secara
teoritis berdasarkan bilangan Reynolds (Re).
Membandingkan kecocokan klasifikasi secara
visualisasi dan teoritis.

1.3. Peralatan

a. Osborne Reynolds Apparatus


b. Stopwatch
c. Gelas ukur
d. Termometer
e. Tinta
Bellmouth
Dye injector

Cover plate

Thank stand
Dye injector
tube

Out flow


Gambar 1.1 Gambaran umum Osborne Reynolds Apparatus

Raden Arhanda Mika K SND

1810921044
Laporan Praktikum Mekanika Fluida
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Andalas
1.4. Teori Dasar dan Rumus
1.4.1 Debit Air
Perhitungan besarnya debit yang mengalir
adalah dengan menggunakaan gelas ukur, dalam
selang waktu tertentu:

V
Q=
t
Keterangan:
Q = debit aliran (mm3/dtk)
V = volume air (mm3)
t = waktu pengukuran (dtk)

1.4.2 Bilangan Reynolds (Re)


Bilangan Reynolds adalah suatu bilangan tidak
berdimensi yang menunjukan sifat suatu aliran,
dimana bilangan tersebut merupakan bilangan tak
berdimensi dari parameter-parameter fluida yaitu
kecepatan karakteristik, panjang karakteristik dan
viskositas kinematik. Hubungan dari parameter
tersebut adalah:

V.L
Re =
v
Keterangan:
v = kecepatan (mm/dtk)
v = viskositas kinematik (mm2/dtk)
Raden Arhanda Mika K SND

1810921044
Laporan Praktikum Mekanika Fluida
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Andalas
L = panjang karakteristik (mm)
Untuk aliran dalam pipa diambil kecepatan rata-
rata, sebagai kecepatan karakteristik Reynolds dan
garis tengah pipa D sebagai panjang karakteristik pipa,
sehingga didapat hubungan:

V.D
Re =
v
Keterangan:
Re = bilangan Reynolds
v = kecepatan aliran (mm/dtk)
D = diameter pipa (mm)
v = viskositas kinematik (mm2/dtk)

Bilangan Reynolds mempunyai makna antara


lain sebagai perangkat untuk membedakan sifat aliran
laminer, transisi atau turbulen. Aliran laminer
didefinisikan sebagai aliran-aliran dengan fluida yang
bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina
dengan satu lapisan meluncur secara lancar pada
lapisan yang bersebelahan dimana pertukaran
momentum terjadi akibat difusi molekular saja.
Kecenderungan ke arah ketidakstabilan dan turbulensi
diredam habis oleh gaya-gaya geser viskos yang
memberikan tahanan terhadap gerakan relatif lapisan-
lapisan fluida yang bersebelahan. Namun, aliran
turbulen mempunyai gerakan partikel-partikel fluida

Raden Arhanda Mika K SND

1810921044
Laporan Praktikum Mekanika Fluida
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Andalas
yang sangat tidak menentu, dimana pertukaran
momentum dalam arah melintang menjadi besar
sebagai akibat difusi turbulen. Sifat pokok aliran yakni
sifat laminer, turbulen serta posisi relatifnya pada
skala yang menunjukkan pentingnya secara relatif
kecenderungan turbulen terhadap kecenderungan
laminer ditunjukkan oleh bilangan Reynolds. Dengan
klasifikasi nilai sebagai berikut:
Re > 4000 Sifat aliran turbulen
2000 ≤ Re ≤ 4000 Sifat aliran transisi
Re < 2000 Sifat aliran laminer

1.4.3. Faktor Gesekan


Akibat adanya gesekan antara fluida dan
dinding fluida akibat aliran fluida, maka akan terjadi
kehilangan energi, yang disebut sebagai kehilangan
tinggi tekan yang besarnya dinyatakan dalam
persamaan Darcy-Weisbach:

L v2
hf = f
D2 g

Keterangan:
hf = kehilangan tinggi tekan (mm)
f = faktor gesekan
L = panjang pipa (mm)
D = diameter pipa (mm)
Raden Arhanda Mika K SND

1810921044
Laporan Praktikum Mekanika Fluida
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Andalas
v = kecepatan aliran (mm/dtk)
g = percepatan gravitasi (mm/dtk2)
Harga faktor gesekan (f) berbeda-beda untuk
setiap jenis aliran yaitu:
a. Untuk aliran laminer menurut Hagen-
Poiseulle dan Darcy-Weisbach:

64
f=

b. Untuk aliran turbulen menurut Blassius:

f = 0,316 Re-0,25

Kehilangan energi akibat friksi pada aliran


laminer adalah linier terhadap kecepatan, sedangkan
pada aliran turbulen kehilangan energi sebanding
dengan eksponensial kecepatan.

1.4.4. Viskositas

Di antara semua sifat-sifat fluida, viskositas


memerlukan perhatian yang terbesar dalam telahan
tentang aliran fluida. Sifat serta ciri-ciri viskositas
dibahas dalam pasal ini, juga dimensi dan faktor
konversi bagi viskositas mutlak maupun viskositas
kinematik. Viskositas adalah sifat fluida yang

Raden Arhanda Mika K SND

1810921044
Laporan Praktikum Mekanika Fluida
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Andalas
mendasari diberikannya tahanan terhadap tegangan
geser oleh fluida tersebut.

Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa


laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu
maka tegangan gesek berbanding lurus dengan
viskositas. Gula tetes dan teh merupakan contoh cairan
yang sangat viskos, air dan udara mempunyai
viskositas yang kecil.

Viskositas Kinematik
Viskositas () seringkali disebut dengan
viskositas mutlak atau viskositas dinamik agar tidak
rancu pengertiannya dengan viskositas kinematik (v),
yang merupakan perbandingan viskositas terhadap
kerapatan massa.

v =/

Untuk menaksir kerapatan massa dan viskositas


terhadap temperatur dapat dilihat pada tabel berikut:

Raden Arhanda Mika K SND

1810921044
Laporan Praktikum Mekanika Fluida
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Tabel 1.1 Kerapatan Massa

T -10 0 4 10 20 40 50 100 °C

ρ 998,15 999,54 1000 999,73 998,23 992,25 998,07 958,4 Kg/m3

Tabel 1.2 Viskositas Kinematik

T 0 5 10 20 25 30 40 100 °C
x10-6
v 1,794 1,519 1,31 1,01 0,897 0,804 0,659 0,3
m2/detik
1.5. Prosedur Percobaan
1. Air dialirkan dengan debit tertentu (Q),
2. Amati profil pada pipa kaca alat Osborne Reynolds
Apparatus, dengan cara mengamati bentuk gerakan dari
zat warna (tinta). Atur bukaan kran sehingga diperoleh
jenis aliran laminer, aliran transisi dan aliran turbulen,
3. Hitung debit air yang mengalir dari alat Osborne Reynolds
Apparatus. Dengan cara mengukur volume air di dalam
gelas ukur pada selang waktu tertentu,
4. Percobaan diulang minimal 15 kali hingga diperoleh data
untuk masing-masing sifat aliran,
a. Aliran Laminer 5 kali
b. Aliran Transisi 5 kali
c. Aliran Turbulen 5 kali
5. Membaca suhu air dalam alat Osborne Reynolds Apparatus.

1.6. Prosedur Perhitungan


1. Hitung debit (Q) yang mengalir,

Raden Arhanda Mika K SND

1810921044
Laporan Praktikum Mekanika Fluida
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Andalas
2. Hitung kecepatan aliran (v),
3. Hitung besarnya bilangan Reynolds (Re),
4. Hitung faktor gesekan untuk jenis aliran tersebut,
5. Bandingkan hasil klasifikasi berdasarkan pengamatan
Dan teori.

1.8.2. Analisa Grafik


1. Grafik Faktor Gesekan (f) vs Bilangan Reynolds
(Re)
a. Pada grafik dapat disimpulkan bahwa Bilangan
Reynolds (Re) dan Faktor Gesekan (f)
berbanding terbalik untuk aliran laminer,
transisi, maupun turbulen.
b. Semakin besar nilai Bilangan Reynolds (Re)
maka, nilai koefisien gesekan (f) semakin
kecil.
c. Nilai Faktor Gesekan (f) pada aliran laminer
lebih besar daripada nilai Faktor Gesekan (f)
pada aliran turbulen dan transisi, sebaliknya
nilai Bilangan Reynolds (Re) pada aliran
laminer lebih kecil dibandingkan dengan nilai

Raden Arhanda Mika K SND

1810921044
Laporan Praktikum Mekanika Fluida
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Bilangan Reynolds (Re) pada aliran turbulen
dan aliran transisi.
d. Pada aliran laminer, kemiringan grafik
terhadap y sangat besar. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor gesekannya besar yang
berkurang seiring bertambahnya nilai Bilangan
Reynolds
e. Pada aliran transisi, kemiringan grafiknya lebih
kecil dibandingkan dengan grafik aliran
laminer. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
faktor gesekan aliran transisi lebih kecil
daripada faktor gesekan aliran laminer.
f. Pada aliran turbulen, bentuk grafik cenderung
landai atau sejajar dengan sumbu x. Hal ini
berarti faktor gesekan aliran turbulen kecil.
2. Grafik log Faktor Gesekan (f) vs log Bilangan
Reynolds (Re)
a. Grafik pada aliran laminer, transisi, dan
turbulen berbentuk garis lurus atau linear.
b. Nilai log Faktor Gesekan (f) pada aliran
laminer, aliran transisi, dan aliran turbulen
semakin ke kanan semakin kecil, yang artinya
nilai log Bilangan Reynolds (Re) berbanding
terbalik dengan log Faktor Gesekan (f).
Semakin besar nilai log Bilangan Reynolds (Re)

Raden Arhanda Mika K SND

1810921044
Laporan Praktikum Mekanika Fluida
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Andalas
maka nilai log Faktor Gesekan (f) akan semakin
kecil.
c. Nilai pada log Bilangan Reynolds (Re) aliran
laminer lebih kecil daripada nilai log Bilangan
Reynolds (Re) aliran transisi dan aliran
turbulen; tapi nilai log f dari aliran laminar
lebih besar daripada nilai log f aliran transisi
dan turbulen.
d. Nilai pada log Bilangan Reynolds (Re) aliran
turbulen adalah yang paling besar.

Raden Arhanda Mika K SND

1810921044

Anda mungkin juga menyukai