Anda di halaman 1dari 6

Analisis lukisan dari berbagai macam karya

1. Lukisan karya koleksi Soekarno

Pelukis: R.Basoeki Abdullah

Judul: Pantai Flores

Tahun: 1935-1993

Media: Oil on canvas

Ukuran: 116,5 cm × 180 cm

Aliran: Realisme

Tempat: Istana Negara Jakarta

Deskripsi Lukisan Pantai Flores

Lukisan ini merupakan lukisan realisme dengan gaya mooi indie. Dengan teknik melukis menggunakan
cat minyak di atas kanvas.Lukisan ini menggambarkan tentang keindahan pantai Flores.

Flores selalu menyimpan sejuta cerita menarik untuk selalu dikenang. Selain karena kekayaan alam dan
budaya lokalnya yang mendunia, Flores juga memiliki catatan sejarah paling penting dalam rentetan
kisah perjalanan bangsa Indonesia.

Karya ini termasuk dalam kategori lanskap alam.

Dalam kategori ini, lukisan yang termasuk kedalamnya adalah yang bertema pemandangan alam
(gunung dan laut), situasi masyarakat yang sedang beraktifitas (seperti membajak sawah) sampai pada
karya-karya yang melukiskan objek binatang dan tetumbuhan, baik bersama-sama maupun sendirian.
Dalam kategori lanskap alam, kita juga akan menemui karya-karya yang memadukan figure (biasanya
wanita telanjang) yang sedang mandi di sungai atau pegunungan. Dalam kasus ini keutamaan tema yang
menjadi aspek penting dalam ketegorisasi.
Karya-karya lanskap Basoeki Abdullah tergolong bertipe lukisan lanskap gaya Inggris, seperti yang
digubah oleh John Constable. Sedikit dengan gaya langit yang dikembangkan oleh gaya cat air William
Turner. Meskipun Basoeki menambah kesan indah-indah tetapi ia masih tergolong tak melakukan
penyimpangan terlalu jauh. Objek yang diambil tak terlalu berubah dan masih “alami”, jika dibandingkan
dengan gaya lukisan Belanda maupun gaya Ideal-Klasik meski semua masih dalam kerangka aliran
Romantisme.

Makna Lukisan

Secara umum lukisan-lukisan Basoeki Abdullah diyakini berpijak pada tradisi melukis Romantisisme dan
Naturalime. Artinya, apa yang tergambarkan dalam kanvas selalu terlihat memanjakan mata dan
memperlihatkan kemampuan mencerap keindahan secara fisik, member hasrat untuk “cuci mata”
(voyeuristic).

Gagasan-gagasannya tidak memperlihatkan sis-sisi terdalam tentang suatu ide. Tanda atau eksekusi
visual tampak lebih beraroma pada permukaan kanvas, bukan keindahan makna. Dengan demikian
dapat ditenggarai bahwa Basoeki lebih pada pelukis yang mengatasnamakan keindahan visual,
keindahan indra mata.

Bisa jadi semua ini disebabkan oleh kesadaran bahwa lukisan adalah ‘cermin kepatuhan diri’. Lukisan
adalah wadah tentang manusia yang selalu cenderung ingin lahir kedua kali dengan kualitas yang lebih
tinggi, lebih indah dan lebih baik. Ia memang tidak basa-basi terhadap semua objeknya. Basoeki sadar
betul mengapa banyak orang yang ingin digambarnya. Mereka ada yang beranggapan dengan lukisan
(dari tangan Basoeki Abdullah) diri sang objek bagai pindah ke dunia surgawi. Basoeki sendiri tentu sadar
tentang lukisan-lukisannya. Basoeki menganggap bahwa ini lukisan, bukan potret.

Singkatnya, posisi lukisan dalam pikiran Basoeki adalah lebih tinggi (dibanding foto atau dunia realitas
misalnya), serta memberi peluang munculnya dimensi non-real yang jauh dari realitas itu sendiri.

Dengan kata lain, keindahan lukisan-lukisan Basoeki adalah keindahan salon, keindahan yang direkayasa
oleh pikiran dan imajinasi pelukis. Dalam konteks lain, lukisan Mooi Indië telah jauh dari akar yang
sebelumnya menumbuhkan yaitu tradisi mendokumentasikan alam.

2. Lukisan karya koleksi Rudana Bali


Pelukis: I Gusti Nyoman Lemad

Judul: Penari

Media: Tinta Cina pada Kertas

Tahun: 1978

Ukuran: 32 × 24 cm

Aliran: lukisan yang klasik

Tempat: Museum Rudana Bali

Deskripsi lukisan

Karya I Gusti Nyoman Lempad yang berjudul "Penari" ini merupakan ungkapan sebuah episode klasik
Calon Arang. Lukisan ini menunjukkan kekuatan gaya pribadi Lempad yang merupakan corak Bali baru
dalam mengembangkan sumber wayang gaya Kamasan. dalam gaya tersebut Lempad hampir selalu
memakai medium tinta cina untuk melukiskan figur-figurnya dalam garis yang linear, bentuk dan gerak
lebih bebas, serta ekspresif. Akan tetapi seluruh ungkapan itu tetap mempertahankan nilai-nilai
dekoratif seni lukis tradisional Bali. Dalam karya ini digambarkan figur Rangda dengan rambut terurai,
mata melotot, bertaring, lidah menjulur, dan payudaranya menggantung. Figur ini merupakan
penjelmaan Calon Arang. Di kanan kiri Rangda ada Sisian, yaitu dua wanita pengiring yang merupakan
murid Calon Arang.

Karya-karya Lempad memang mengungkapkan episode kisah-kisah klasik seperti Sutasoma, Jayaprana,
Gagak Turas dan lain-lainnya. Karya-karya tersebut mempunyai ikatan kuat dengan sistem sosial
masyarakat Bali dengan norma-norma budaya dan tradisinya. Karena nilai-nilai dalam mitologi itu masih
kontekstual mereflesikan norma-norma dalam kehidupan sosial, maka karya "Penari" ini juga
mempunyai dimensi simbolik yang kuat.

Dalam lukisan ini lebih khusus lagi yang diungkapkan adalah adegan nge'reh, yaitu perubahan wujud
Calon Arang menjadi Rangda. Selain dengan ciri-ciri ikonografis di atas, tanda yang lain adalah kaki
kirinya diangkat sebatas lutut. Calon Arang yang kecewa karena lamaran anaknya ditolak oleh Raja
Erlangga, menjadi marah dan membuat kerusuhan, serta menyebarkan penyakit. Nilai simbolis yang
diungkap karya ini adalah perang abadi antara kebaikan dan kejahatan, selama kehidupan masih
berlangsung di muka bumi ini.
3. Lukisan karya koleksi Affandi Jogja

Pelukis: Affandi

Judul: Ibu

Tahun: 1941

Media: cat minyak dan kanvas

Ukuran: 52 × 43 cm

Aliran: Ekspresionisme

Tempat: Museum Affandi Yogyakarta

Deskripsi lukisan

Lukisan berjudul “Ibuku” belum menggunakan ciri khas Affandi yang membuatnya terkenal. Namun
lukisan ini menjadi catatan yang penting, bahwa meskipun Affandi mengabaikan teknik pada karya
ekspresionisnya, ia dapat melakukan teknik lukis realistik (naturalis tepatnya). Sosok ibunya sendiri yang
sudah tua digambarkan mengenakan pakaian sehari-harinya. Namun ibunya berpose anggun seperti
pada lukisan-luksan era renaisans – romantisisme. Tangannya ditaruh di pundaknya, menunjukkan
bahwa Affandi mengerti mengenai pose potret yang dianggap indah untuk menunjukkan sosok potret
perempuan berdasarkan teknik lukis Barat.

Sapuan kuasnya sudah tampak sangat berani dan menunjukkan bahwa ia sudah terbiasa untuk melukis
lukisan yang tampak natural dan mirip aslinya. Ekspresi wajahnya menimbulkan enigma yang selalu
mempertanyakan perasaan apa yang sedang dirasakan oleh sang Ibu. Sedih? Marah? atau memang raut
wajahnya saja yang sudah menggambarkan manis-pahitnya kehidupan yang telah dijalaninya.
Nama : Darin Fadilah

Kelas: XI MIPA 4

No.abs: 09

Anda mungkin juga menyukai