Hasil belajar peserta didik merupakan hasil penilaian yang berhubungan dengan informasi peserta
didik dan pembelajarannya. Penilaian itu sendiri merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Sedangkan pembelajaran
merupakan proses interaksi yang direncanakan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya,
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Penilaian autentik (authentic assesment) atau bisa juga disebut penilaian berbasis kinerja menurut
sebagian besar pendidik sangatlah membuang waktu dan energi karena perlu membuat rancangan
penilaian terlebih dahulu. Padahal dengan adanya rancangan penilaian yang baik, pendidik dapat
melakukan penilaian yang konsisten terhadap peserta didik dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
A. Pengertian Penilaian
Penilaian berdasarkan fungsinya sering dibedakan dalam dua kelompok yaitu penilaian sumatif,
yang berfungsi sebagai penilaian dalam mengukur tingkat pencapaian peserta didik pada suatu
periode waktu tertentu; dan formatif, yang yang berfungsi sebagai umpan balik terhadap
kemajuan belajar peserta didik dan perbaikan proses pembelajaran.
Berdasarkan fungsinya tersebut, penilaian dapat dilakukan melalui pendekatan sebagai berikut:
1. Assessment of Learning
Assessment of learning pada dasarnya adalah penilaian sumatif, yaitu penilaian terhadap apa
yang telah dicapai peserta didik. Selama ini assessment of learning paling dominan dilakukan
oleh pendidik dibandingkan assessment for learning dan assessment as learning, karena
penilaian ini dilakukan pada waktu tertentu misalnya tengah semester, akhir semester,
kenaikan kelas, dan akhir suatu jenjang pendidikan.
2. Assesment for Learning
Assesment for learning pada dasarnya adalah penilaian formatif, yaitu penilaian yang
dilakukan untuk mengidentifikasi kesulitan yang mungkin dihadapi peserta didik dan
menemukan cara atau strategi untuk membantu peserta didik sehingga lebih mudah
memahami dan membuat pembelajaran menjadi efektif. Metode yang digunakan biasanya
yang dapat menunjukkan secara jelas pemahaman atau penguasaan dan kelemahan peserta
didik terhadap suatu materi.
3. Assesment as Learning
Assesment as learning pada dasarnya adalah penilaian formatif, yaitu penilaian yang
menekankan pada keterlibatan peserta didik untuk secara aktif berpikir mengenai proses
belajar dan hasil belajarnya sehingga berkembang menjadi pembelajar yang mandiri
(independent learner).
(Sumber: www.etec.ctlt.ubc.ca)
Gambar 1 Piramida Pendekatan Penilaian
Penilaian merupakan istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk
menilai kinerja peserta didik dalam pembelajaran. Sedangkan autentik sendiri menurut KBBI
adalah dapat dipercaya, asli, tulen atau sah.
Menurut Jon Mueller (2006) penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para
peserta didiknya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
Sedangkan penilaian autentik menurut Pusat Kurikulum–Kemdikbud (2009) adalah suatu proses
pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan
menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat,
dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran dan
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Peserta didik dapat
menunjukkan kompetensi mereka karena fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual.
Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa
yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan
belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak
dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan. Biasanya penilaian
autentik ada tugas bagi peserta didik untuk menampilkan kinerjanya dan rubrik yang akan
digunakan untuk menilai penampilan peserta didik tersebut.
B. Prinsip-prinsip Penilaian
Prinsip-prinsip penilaian pada Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2016).
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender;
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua
aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik;
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku;
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan;
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya.
C. Jenis-jenis Penilaian
1. Penilaian Sikap
Penilaian sikap terdiri atas penilaian utama yang diperoleh dari hasil observasi harian
yang ditulis didalam jurnal harian dan penilaian penunjang yang diperoleh dari penilaian
diri dan penilaian antarteman, hasilnya dapat jadikan sebagai alat konfirmasi dari hasil
penilaian sikap oleh pendidik. Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta
didik memiliki perilaku yang baik. Perilaku menonjol (sangat baik atau perlu
bimbingan) yang dijumpai selama proses pembelajaran ditulis dalam jurnal atau
catatan pendidik. Apabila tidak ada catatan perlu bimbingan di dalam jurnal, peserta
didik tersebut dikategorikan berperilaku sangat baik.
a. Observasi
Observasi merupakan penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung menggunakan
format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Asumsinya
setiap peserta didik pada dasarnya berperilaku baik sehingga yang perlu dicatat
hanya perilaku yang sangat baik (positif) atau kurang baik (negatif) yang muncul
dari peserta didik. Catatan hal-hal sangat baik (positif) digunakan untuk
menguatkan perilaku positif, sedangkan perilaku kurang baik (negatif) digunakan
untuk pembinaan. Langkah-langkah dalam melakukan penilaian sikap melalui observasi
menurut Kunandar (2014) meliputi:
1) Menyampaikan kompetensi sikap yang perlu dicapai, kriteria penilaian dan
indikator capaian sikap kepada peserta didik;
2) Melakukan pengamatan tampilan peserta didik selama pembelajaran di kelas atau
selama sikap ditampilkan;
3) Melakukan pencatatan tampilan sikap peserta didik;
4) Membandingkan tampilan sikap peserta didik dengan rubrik penilaian;
5) Menentukan tingkat capaian sikap peserta didik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian sikap dengan
teknik observasi:
1) Jurnal digunakan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas selama periode
satu semester;
2) Jurnal oleh guru mata pelajaran dibuat untuk seluruh peserta didik yang mengikuti
mata pelajarannya. Jurnal oleh guru BK dibuat untuk semua peserta didik yang
menjadi tanggung jawab bimbingannya, dan jurnal oleh wali kelas digunakan untuk
satu kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
3) Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru BK dibahas dalam rapat dewan guru
dan selanjutnya wali kelas membuat predikat dan deskripsi sikap setiap peserta
didik di kelasnya;
4) Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada
butir-butir sikap (perilaku) yang hendak ditumbuhkan melalui pembelajaran yang
saat itu sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam RPP, tetapi dapat
mencakup butir-butir sikap lainnya yang ditanamkan dalam semester itu, jika butir-
butir sikap tersebut muncul/ditunjukkan oleh peserta didik melalui perilakunya;
5) Catatan dalam jurnal dilakukan selama satu semester sehingga ada kemungkinan
dalam satu hari perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik muncul lebih dari
satu kali atau tidak muncul sama sekali;
6) Perilaku peserta didik selain sangat baik atau kurang baik tidak perlu dicatat dan
dianggap peserta didik tersebut menunjukkan perilaku baik atau sesuai dengan
norma yang diharapkan.
b. Jurnal
Jurnal catatan guru merupakan catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku. Langkah-langkah dalam melaksanakan penilaian sikap
melalui jurnal menurut Kunandar (2014) meliputi:
1) Mengamati perilaku peserta didik;
2) Membuat catatan sikap dan perilaku peserta didik;
3) Mencatat tampilan peserta didik sesuai dengan indikator;
4) Mencatat sesuai urutan waktu kejadian dengan membubuhkan tanggal setiap
tampilan peserta didik;
5) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik.
c. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Langkah-
langkah dalam melakukan penilaian sikap melalui penilaian diri menurut Kunandar
(2014) meliputi:
1) Menyampaikan kriteria penilaian kepada peserta didik;
2) Membagikan format penilaian diri kepada peserta didik;
3) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
2. Penilaian Pengetahuan
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya secara tertulis, berupa pilihan ganda,
isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Langkah-langkah melakukan tes tulis
menurut jenjangnya (Kemendikbud, 2016) adalah sebagai berikut:
1) Melakukan analisis KD sesuai dengan muatan pelajaran;
2) Menetapkan tujuan penilaian;
3) Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan KD yang akan menjadi pedoman dalam
penulisan soal;
4) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang digunakan;
5) Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal diujikan.
b. Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang diberikan pendidik secara
lisan dan peserta didik merespons pertanyaan tersebut secara lisan. Jawaban tes lisan
dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf. Tes lisan bertujuan menumbuhkan
sikap berani berpendapat, mengecek penguasaan pengetahuan (assessment of
learning) untuk perbaikan pembelajaran (asessment for learning), percaya diri, dan
kemampuan berkomunikasi secara efektif. Tes lisan juga dapat digunakan untuk melihat
ketertarikan peserta didik terhadap materi yang diajarkan dan motivasi peserta didik
dalam belajar (assessment as learning). Adapun langkah-langkah pelaksanaan tes lisan
meliputi (Kemendikbud, 2016):
1) Melakukan analisis KD;
2) Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan KD yang akan menjadi pedoman dalam
pembuatan pertanyaan, perintah yang harus dijawab peserta didik secara lisan.;
3) Membuat pertanyaan atau perintah yang akan disampaikan secara lisan;
4) Menyusun pedoman penilaian;
5) Memberikan tindak lanjut hasil tes lisan.
c. Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan
dan memfasilitasi peserta didik memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.
Penugasan yang berfungsi untuk penilaian dilakukan setelah proses pembelajaran
(assessment of learning). Sedangkan penugasan sebagai metode penugasan bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan yang diberikan sebelum dan/atau selama proses
pembelajaran (assessment for learning). Tugas dapat dikerjakan baik secara individu
maupun kelompok sesuai karakteristik tugas yang diberikan, yang dilakukan di sekolah,
di rumah, dan di luar sekolah.
3. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai kemampuan peserta
didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu. Keterampilan dalam
Kurikulum 2013 meliputi keterampilan abstrak (berpikir) dan keterampilan konkret
(kinestetik). Kaitannya dalam pemenuhan kompetensi, penilaian keterampilan merupakan
penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik terhadap kompetensi dasar
pada KI-4. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengetahuan (KD pada KI-3)
yang sudah dikuasai peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sesungguhnya (real life). Penilaian keterampilan dapat
dilakukan dengan berbagai teknik antara lain:
a. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (performance assessment) adalah penilaian yang menuntut peserta
didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam
berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Pada penilaian kinerja,
penekanannya dapat dilakukan pada produk atau proses. Penilaian kinerja yang
menekankan pada produk disebut penilaian produk, misalnya poster, puisi, kerajinan
dan sebagainya. Sedangkan penilaian kinerja yang menekankan pada proses disebut
penilaian praktik, misalnya bermain sepak bola, memainkan alat musik, menyanyi,
melakukan pengamatan menggunakan mikroskop, menari, bermain peran, membaca
puisi dan sebagainya. Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja adalah sebagai
berikut (Kemendikbud, 2013).
1) Daftar cek (checklist);
2) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records);
3) Skala penilaian (rating scale);
4) Memori atau ingatan (memory approach)
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan pelaporan/penyajian
data. Ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan pada penilaian proyek yaitu
(Kemendikbud, 2016):
1) Kemampuan pengelolaan yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data, dan penulisan laporan
yang dilaksanakan secara kelompok.
2) Relevansi yaitu kesesuaian tugas proyek dengan muatan mata pelajaran.
3) Keaslian yaitu proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karya
sendiri di bawah bimbingan pendidik.
4) Inovasi dan kreativitas yaitu hasil penilaian proyek yang dilakukan peserta didik
terdapat unsur-unsur kebaruan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari
biasanya.
c. Penilain Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan dokumen yang berisi hasil penilaian, penghargaan, dan
karya peserta didik dalam bidang tertentu yang mencerminkan perkembangan (reflektif-
integratif) dalam kurun waktu tertentu. Pada akhir periode portofolio tersebut dinilai
oleh pendidik bersama-sama dengan peserta didik dan selanjutnya diserahkan kepada
guru pada kelas berikutnya dan orang tua sebagai bukti otentik perkembangan peserta
didik. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti
berikut ini (Kemendikbud, 2013).
1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio
2) Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat
3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran
4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang
sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya
5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu
6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan
7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
Adapun karya peserta didik yang dapat dijadikan dokumen portofolio, antara lain berupa
karangan, puisi, surat, gambar/lukisan, dan komposisi musik. Secara lebih spesifik,
bentuk portofolio dapat berupa:
1) File folder yang bisa digunakan untuk menyimpan berbagai hasil karya terkait
dengan produk seni (gambar, kerajinan tangan, dan sebagainya).
2) Album berisi foto, video, audio.
3) Stopmap/bantex berisi tugas-tugas dan tulisan (karangan, catatan) dan sebagainya.
4) Buku peserta didik yang disusun berdasarkan Kurikulum 2013, juga dapat
merupakan portofolio peserta didik.
F. Instrumen Penilaian
Pendidik dituntut untuk mampu membuat dan mengembangkan instrumen penilaian yang
baik untuk mengukur kemampuan hasil belajar peserta didik yang objektif dan
proporsional dengan menggunakan pendekatan assessment as learning, for learning, dan
of learning. Instrumen penilaian adalah alat yang disusun dan digunakan untuk
mengumpulkan dan mengolah informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik (Kemendikbud, 2016).
1. Instrumen Penilaian Sikap
Penyusunan instrumen penilaian sikap dilakukan berdasarkan KI-1 dan KI-2. Pendidik
merencanakan dan menetapkan sikap yang akan dinilai dalam pembelajaran sesuai dengan
kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina
perilaku dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.
a. Sikap Spiritual
Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati adalah menerima, menjalankan, dan
menghargai ajaran agama yang dianutnya.
Contoh sikap pada KI-1 adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2016):
Sikap Indikator
Ketaatan beribabdah perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya
mau mengajak teman seagamanya untuk melakukan
ibadah bersama
mengikuti kegiatan keagamaan yang diselenggarakan
sekolah
melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama, misalnya:
shalat dan puasa
merayakan hari besar agama
melaksanakan ibadah tepat waktu
Berperilaku syukur mengakui kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam
semesta
menjaga kelestarian alam, tidak merusak tanaman
tidak mengeluh
selalu merasa gembira dalam segala hal
tidak berkecil hati dengan keadaannya
suka memberi atau menolong sesama
Sikap Indikator
selalu berterima kasih bila menerima pertolongan
menerima perbedaan karakteristik sebagai anugerah
Tuhan
selalu menerima penugasan dengan sikap terbuka
berterima kasih atas pemberian orang lain
Berdoa sebelum dan sesudah berdoa sebelum dan sesudah belajar
melakukan kegiatan berdoa sebelum dan sesudah makan
mengajak teman berdoa saat memulai kegiatan
mengingatkan teman untuk selalu berdoa
Toleransi dalam beribadah tindakan yang menghargai perbedaan dalam
beribadah
menghormati teman yang berbeda agama
berteman tanpa membedakan agama
tidak mengganggu teman yang
sedang beribadah
menghormati hari besar keagamaan lain
tidak menjelekkan ajaran agama lain.
… …
b. Sikap Sosial
Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup perilaku antara lain: jujur,
disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara.
Contoh sikap pada KI-2 adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2016):
Sikap Indikator
• tidak berbohong
Jujur
• tidak mencontek
• mengerjakan sendiri tugas yang diberikan pendidik,
merupakan perilaku yang tanpa menjiplak tugas orang lain
didasarkan pada upaya • mengerjakan soal penilaian tanpa mencontek
• mengatakan dengan sesungguhnya apa yang terjadi
menjadikan dirinya sebagai atau yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari
orang yang selalu dapat • mau mengakui kesalahan atau kekeliruan
• mengembalikan barang yang dipinjam atau
dipercaya, selaras dalam
ditemukan
perkataan dan tindakan • mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang
diyakininya, walaupun berbeda dengan pendapat
teman
• mengemukakan ketidaknyamanan belajar yang
dirasakannya di sekolah
• membuat laporan kegiatan kelas secara terbuka
(transparan)
Sikap Indikator
…
…
Pendidik menyiapkan format penilaian sikap yang digunakan untuk mencatat hasil
pengamatan. Format penilaian sikap ini dibuat sedemikian rupa agar proses penilaian sikap
dapat dilakukan secara mudah dan praktis.
Contoh format penilaian sikap ditunjukkan pada tabel berikut:
a. Jurnal
b. Penilaian Diri
Nama : ___________________
Kelas : ___________________
Semester : ___________________
Petunjuk Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan
sebenarnya
Laporan penilaian sikap oleh pendidik disampaikan dalam bentuk predikat (sangat
baik, baik, cukup, atau kurang) dan dilengkapi dengan deskripsi.
2. Instrumen Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan harus mengacu kepada pemetaan kompetensi dasar yang berasal
dari KI-3 pada periode tertentu. Soal disusun berdasarkan pada indikator yang telah
ditetapkan pada setiap muatan mata pelajaran.
a. Penilaian pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan;
b. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran;
c. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan;
d. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara
individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
a. substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
b. konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang
digunakan; dan
c. penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Tabel 4 Contoh Kartu Soal
KARTU SOAL
Tahun Ajaran : .........................
Soal
Materi
Indikator
Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir
soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi. Caranya yaitu materi yang akan ditanyakan
diukur dengan perilaku sesuai dengan ranah pada HOTS. Setiap pertanyaan diberikan dasar
pertanyaan (stimulus) dan soal dapat mengukur kemampuan berpikir kritis. Agar butir soal
yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi, setiap butir soal selalu diberikan dasar
pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan, seperti teks bacaan,
paragrap, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik, foto,
rumus, tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta, film, atau suara yang direkam.
Keterampilan mental ini awalnya ditentukan berdasarkan Taksonomi Bloom yang
mengategorikan berbagai tingkat pemikiran, mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi,
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Konsep
Benjamin S. Bloom dkk. dalam buku Taxonomy of Educational Objectives (1956) itu,
sejatinya merupakan tujuan-tujuan pembelajaran yang terbagi dalam tiga ranah. Ketiga
ranah tersebut adalah Kognitif, merupakan keterampilan mental (seputar pengetahuan);
Afektif, sisi emosi (seputar sikap dan perasaan); dan Psikomotorik, yang berhubungan
dengan kemampuan fisik (keterampilan).
Taksonomi untuk menentukan tujuan belajar ini bisa disebut sebagai "tujuan akhir dari
sebuah proses pembelajaran". Setelah menjalani proses pembelajaran tertentu, siswa
diharapkan dapat mengadopsi keterampilan, pengetahuan, atau sikap yang baru. Tingkatan
keterampilan berpikir yang dibagi menjadi tingkat rendah dan tinggi, merupakan bagian dari
salah satu ranah yang dikemukakan Bloom, yaitu ranah kognitif. Dua ranah lainnya, afektif
dan psikomotorik, punya tingkatannya tersendiri. Ranah kognitif ini kemudian direvisi oleh
Lorin Anderson, David Krathwohl, dkk. pada 2001. Urutannya diubah menjadi (1) mengingat
(remember); (2) memahami (understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis
(analyze); (5) mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta (create).
“Higher Order Thinking Skills” (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi
menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis,
dan berpikir kreatif (Presseisen dalam Costa, 1985). Dalam pembentukan sistem konseptual,
proses berpikir tingkat tinggi yang biasa digunakan adalah berpikir kritis. Keterampilan
berpikir kritis sangat diperlukan pada zaman perkembangan IPTEK sekarang ini, sebab saat
ini selain hasil-hasil IPTEK yang dapat dinikmati, ternyata timbul beberapa dampak yang
membuat masalah bagi manusia dan lingkungannya.
a. Memfokuskan pada pertanyaan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah masalah/problem, aturan, kartun, atau
eksperimen dan hasilnya; peserta didik dapat menentukan masalah utama, kriteria yang
digunakan untuk mengevaluasi kualitas, kebenaran argumen atau kesimpulan.
b. Menganalisis argumen
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua argumentasi;
peserta didik dapat: (1) menyimpulkan argumentasi secara cepat, (2) memberikan
alasan yang mendukung argumen yang disajikan, (3) memberikan alasan tidak
mendukung argumen yang disajikan.
c. Mempertimbangkan yang dapat dipercaya
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau eksperimen dan
interpretasinya; peserta didik menentukan bagian yang dapat dipertimbangkan untuk
dapat dipercaya (atau tidak dapat dipercaya), serta memberikan alasannya.
d. Mempertimbangkan laporan observasi
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi konteks, laporan observasi, atau laporan
observer/reporter; peserta didik dapat mempercayai atau tidak terhadap laporan itu
dan memberikan alasannya.
e. Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada peserta
didik adalah benar dan pilihannya terdiri atas: (1) satu kesimpulan yang benar dan logis,
(2) dua atau lebih kesimpulan yang benar dan logis; peserta didik dapat
membandingkan kesimpulan yang sesuai dengan pernyataan yang disajikan atau
kesimpulan yang harus diikuti.
f. Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada
peserta didik adalah benar dan satu kemungkinan kesimpulan; peserta didik dapat
menentukan kesimpulan yang ada itu benar atau tidak, dan memberikan alasannya.
g. Mempertimbangkan kemampuan induksi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data, dan beberapa
kemungkinan kesimpulan; peserta didik dapat menentukan sebuah kesimpulan yang
tepat dan memberikan alasannya.
h. Menilai
Contoh indikatornya: Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan masalah, dan
kemungkinan penyelesaian masalahnya; peserta didik dapat menentukan: (1) solusi
yang positif dan negatif, (2) solusi mana yang paling tepat untuk memecahkan masalah
yang disajikan, dan dapat memberikan alasannya.
i. Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal: Disajikan pernyataan situasi dan argumentasi/naskah; peserta
didik dapat mendefinisikan konsep yang dinyatakan.
j. Mendefinisikan asumsi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan yang implisit di
dalam asumsi; peserta didik dapat menentukan sebuah pilihan yang tepat sesuai
dengan asumsi.
k. Mendeskripsikan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan, iklan, segmen dari
video klip; peserta didik dapat mendeskripsikan pernyataan yang dihilangkan.
Soal HOTs berdasarkan ciri bukan sekedar soal yang merujuk (recite), menyatakan kembali
(restate) dan mengingat kembali (recall), tetapi penekanan soal HOTs diberikan terhadap:
a. mentransfer informasi dari satu konteks ke konteks lainnya
b. memproses dan menerapkan informasi
c. melihat keterkaitan antara informasi yang berbeda-beda
d. menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah
e. secara kritis mengkaji/menelaah ide atau gagasan dan informasi
Pertanyaan yang sifatnya HOTs tidaklah selalu lebih sulit. Sehingga HOTs tidak terbatas
untuk peserta didik di jenjang kelas yang lebih tinggi atau kurikulum yang lebih sulit. Soal
yang sulit tidaklah sama dengan soal HOTs. Misalnya: Mengetahui arti dari kata yang jarang
digunakan mungkin sulit, tetapi ini bukanlah Higher-Order Thinking kecuali melibatkan
proses bernalar (seperti mencari arti dari konteks/stimulus).
3. Instrumen Penilaian Keterampilan
Perencanaan penilaian meliputi penyusunan kisikisi, penyusunan instrumen, dan
penyusunan rubrik penilaian. Penyusunan kisikisi meliputi menentukan
kompetensi yang penting untuk dinilai, dalam hal ini adalah KD dari KI 4 dan
menyusun indikator berdasarkan kompetensi yang akan dinilai.
Instrumen yang disusun mengarah kepada pencapaian indikator hasil belajar, dapat
dikerjakan oleh peserta didik, sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik, memuat
materi yang sesuai dengan cakupan kurikulum, bersifat adil (tidak bias gender dan latar
belakang sosial ekonomi); danmenetapkan batas waktu penyelesaian.
Hal lain yang perlu disiapkan adalah rubrik penilaian. Rubrik penilaian hendaknya:
a. memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi tertentu,
b. memiliki indikator yang diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja pada instrumen
atau sistematika pada hasil kerja peserta didik,
c. dapat mengukur kemampuan yang diukur (valid),
d. dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik,
e. dapat memetakan kemampuan peserta didik, dan
f. disertai dengan penskoran yang jelas.
Berikut contoh instrumen penilaian keterampilan, antara lain:
a. Penilaian Praktik
Penilaian mengutamakan penilaian proses yang dilakukan dengan cara
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Hasil penilaian
praktik bisa menggunakan rerata dan/atau nilai optimum. Dalam
pelaksanaan penilaian perlu disiapkan format observasi dan rubrik penilaian
untuk mengamati perilaku peserta didik dalam melakukan praktik.
3 Simpulan tepat
2 Simpulan kurang tepat
1 Simpulan tidak tepat
0 Tidak membuat simpulan
Laporan 3 Sistematika sesuai dengan kaidah penulisan dan isi
(Skor maks = 3) 2 Sistematika sesuai dengan kaidah penulisan atau isi
laporan benar
1 Sistematika tidak sesuai dengan kaidah penulisan dan isi
0 Tidak membuat laporan
Skor maks = 20
Skor Perolehan
Nilai praktik = x 100
Skor Maksimal
No Aspek Skor
1 Perencanaan:
1-3
Latar Belakang (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
Rumusan masalah (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1) 1-3
2 Pelaksanaan:
1-3
a. Pengumpulan data/informasi (akurat = 3, kurang akurat =
2, tidak akurat = 1)
b. Kelengkapan data (lengkap= 3, kurang lengkap = 2, tidak
lengkap = 1-3
1)
c. Pengolahan dan analisis data (sesuai = 3, kurang sesuai = 1-3
2, tidak sesuai = 1)
3 Pelaporan hasil:
1-3
a. Sistematika laporan (baik = 3, kurang baik = 2, tidak baik = 1)
b. Penggunaan bahasa (sesuai kaidah= 3, kurang sesuai 1-3
kaidah = 2, tidak sesuai kaidah = 1)
c. Tampilan (menarik= 3, kurang menarik= 2, tidak menarik= 1)
Skor maksimal 27
Skor Perolehan
Nilai proyek = x 100
Skor Maksimal
Tabel 8 . Contoh lembar pengolahan penilaian proyek
Skor
Juml skor
No Nama Perencanaan Pelaksanaan Laporan (27) Nilai
(6) (12) (9)
1
... ... ... ... ... ... ...
c. Penilaian Produk
Skor **
No Aspek *
1 2 3 4
1. Perencanaan Bahan
2. Proses Pembuatan
a. Persiapan Alat dan Bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keamanan, Keselamatan dan Kebersihan)
3. Hasil Produk
a. Bentuk Fisik
b. Bahan
c. Warna
d. Pewangi
e. Kebaruan
Total Skor
* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis produk yang dibuat
** Skor diberikan tergantung dari ketepatan dan kelengkapan perencanaan, proses, dan
hasil. Semakin lengkap dan tepat perencanaan, proses, dan hasil, semakin tinggi
perolehan skor
1 = tidak baik 2 = kurang baik 3 = baik 4 = sangat baik
Referensi
Nuryani Y. Rusataman, 2006. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dan Penerapannya dalam
Pembelajaran Pendidikan Sains. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam & Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Tim, 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53, Tahun
2015, Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Kemendikbud
Tim, 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23, Tahun
2016, Standar Penilaian Pendidikan. Kemendikbud.
Tim, 2016. Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar,
Kemendikbud.
Tim, 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Kemendikbud.
Tim, 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah Atas.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Kemendikbud.
Ari Pudjiastuti, Elly Arliani, Yudi Yanuar, 2017. Modul Pembinaan Karier Guru Melalui Peningkatan
Kompetensi Kelompok Kompetensi E Jenjang Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Guru Pendidikan Dasar, Kemendikbud.