Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL 2020-2021

Nama : Muhammad Ikbal Muharrom


NIM : 1910301165
Kelas/Semester : C/III
Program Studi : S1 Fisioterapi
Mata Ujian : Kemuhammadiyahan & Keaisyiyahan
No. Urut Presensi : Ke-39
Tanggal : 21 Januari 2021

Tanda Tangan:

Dosen penguji: Dr. M. Nurdin Zuhdi, S.Th.I., M.S.I

PROGRAM STUDI SI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2021
Peran Muhammadiyah Dan Aisyiyah Dalam Mengangkat
Harkat Dan Martabat Kaum Perempuan Di Indonesia

Perempuan seringkali mendapat tempat yang berbeda dalam kedudukannya sebagai bagian
dari masyarakat dan terkadang secara tidak sadar mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan
hanya dipandang sebelah mata. Perempuan dianggap hanya mempunyai tugas dirumah,
mengurusi anak, memasak di dapur. Hal ini merupakan sesuatu yang dianggap lumrah dimana
saat itu harkat dan martabat wanita tidak pernah dijunjung tinggi.

Namun berbeda halnya yang dilakukan oleh K.H Ahmad Dahlan, sang pendiri Muhammadiyah
yang sangat memperhatikan kedudukan dan martabat perempuan. Sejak awal Muhammadiyah
berdiri di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912, K.H Ahmad Dahlan memposisikan
perempuan sebagai pilar penting untuk mendukung organisasinya itu. Itulah mengapa kemudian
K.H Ahmad Dahlan dan istrinya, Siti Walidah membentuk ‘Aisyiyah pada tahun 1914 yang
bertujuan sebagai wadah pergerakan bagi perempuan Muhammadiyah.

‘Aisyiyah didirikan bukan untuk membedakan kedudukan antara laki-laki dan perempuan, tetapi
K.H Ahmad Dahlan menyadari bahwa Muhammadiyah sangat memerlukan peran dari kaum
perempuan di masa yang akan datang. Menurut beliau, pemberdayaan perempuan menjadi
strategi penting dalam meningkatkan potensi dan peran perempuan agar lebih mandiri, terampil
serta mampu berkarya. Dengan dibantu oleh isterinya Nyai Walidah menggerakkan perempuan
untuk memperoleh ilmu, turut serta dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan, serta didorong
untuk dapat meningkatkan kecerdasan melalui pendidikan informal dan nonformal seperti
pengajian dan kursus.

Persoalan sosial yang saat ini masih menjadi banyak perhatian masyarakat adalah ketidakadilan
dan diskriminasi terhadap perempuan. Ketidakadilan gender (khususnya terhadap wanita)
termanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti marjinalisasi subordinasi (anggapan tidak penting),
stereotype (pelabelan negatif), violence (kekerasan), dan beban kerja ganda atau lebih.
Kemudian, masih adanya tindak kekerasan atau kriminalitas terhadap perempuan dan anak- anak
sebagai korban telah cukup lama menjadi perhatian dari pemerintah maupun organisasi seperti
Muhammadiyah. Untuk memberikan perlindungan terhadap hak perempuan, maka dibentuklah
organisasi ortom yang bernama ‘Aisyiyah

Didirikannya organisasi gerakan perempuan yaitu ‘Aisyiyah dimaksudkan untuk memberikan


kehidupan yang lebih baik bagi kaum perempuan seperti yang dikemukakan oleh Syafiq Hasyim
dalam bukunya yang berjudul “Bebas dari Patriarkisme Islam” bahwa gerakan perempuan baik
di Barat ataupun di dunia Islam memiliki tujuan yang sama, yaitu membebaskan perempuan dari
kedudukan yang tersubordinasi, terepresi dan termarginalisasi menuju kedudukan yang seimbang
dengan kaum laki-laki.

‘Aisyiyah dengan paham keagamaan yang moderat telah mencontohkan bagaimana seharusnya
perempuan ikut berperan di ruang publik, yang menempatkan perempuan sebagaimana nilai-nilai
Islam yang memuliakan dan menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan. Bahwa
perempuan tidak hanya mengurusi persoalan rumah tangga, tetapi perempuan juga memiliki
tanggung jawab untuk pencerahan dan kesejahteraan umat manusia dengan membawa pandangan
bahwa perempuan Islam tidak hanya berperan dalam hal domestik seperti rumah tangga tetapi
juga dalam hal publik (masyarakat).

Upaya pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti Majelis Ekonomi, yang bergerak dibidang
pemberdayaan ekonomi rakyat kecil dan menengah serta pengembangan-pengembangan
ekonomi kerakyatan. Kemudian bidang pendidikan melalui Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah serta Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan dengan tujuan
mengembangkan kualitas pendidikan serta berakhlak mulia untuk umat dan bangsa. Selanjutnya
dalam bidang kesehatan, ‘Aisyiyah memiliki rumah sakit, badan kesehatan ibu, rumah bersalin
dan anak serta balai pegobatan dan posyandu. Dan dalam bidang keagamaan, ‘Aisyiyah bekerja
sama dengan Mejelis Tablig untuk senantiasa mengembangkan gerakan dakwah Islam dalam
seluruh aspek kehidupan dimulai dari mengembangkan materi, strategi dan media dakwah dan
menguatkan kembali kesadaran akan keagamaan di masyarakat.

Di abad ke-21 ini, ‘Aisyiyah masih sangat dibutuhkan dengan melihat kondisi yang ada saat ini,
dimana munculnya berbagai macam problematika yang akan dihadapi perempuan di Indonesia
juga semakin beragam seperti ketidakadilan gender, kekerasan/kriminal, perdagangan perempuan
dan anak hingga prostitusi, menurunnya kualitas kesehatan perempuan dan anak, kemiskinan,
dan berbagai permasalahan sosial lainnya. Dalam konteks Muhammadiyah, penguatan gerakan
perempuan dalam Persyarikatan melekat dengan visi dan misi serta dinamika gerakan
Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Kemudian
dengan melakukan revitalisasi gerakan perempuan muslim juga sejalan dengan misi Islam
sebagai agama yang menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan dan kemanusiaan untuk
menjadi khalifah dimuka bumi ini dan sebagai bentuk perwujudan dari rahamatan lil‟alamin.

Sumber :
1. https://ibtimes.id/kyai-ahmad-dahlan-dalam-pemberdayaan-perempuan/
2. Lembaga Pengkajian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Universitas Muhammadiyah
Malang : Gerakan Perempuan Dalam Perspektif Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai