Sedangkan untuk ibu hamil dengan kondisi kista boleh-boleh saja dan disarankan untuk
membatasi olahraga dan aktifitas fisik secara belebih. Pada saat kehamilan masih berusia terlalu
muda (trimester 1) atau justru sudah terlalu tua (trimester 3), disarankan untuk membatasi
olahraga yang berlebihan karena olahraga dan aktifitas fisik berlebihan berisiko memicu
kontraksi dini yang bisa berujung pada keguguran atau persalinan prematur.
Selanjutnya pantau selalu kondisi kandungan ke dokter spesialis kandungan secara berkala.
Untuk mengamati kondisi janin yang dikandung dan juga memantau progresifitas kista yang
dialami. Jika berat janin yang dikandung normal sesuai usia kehamilannya, maka tidak perlu
melakukan olahraga atau diet berlebihan untuk mengurangi lemak tubuh. Selain itu menjalankan
pola hidup yang sehat guna merawat kehamilan.
Sumber :
1. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Exercise in pregnancy [internet]. London:
Royal College of Obstetricians and Gynaecologists; 2006 [disitasi tanggal 18 Januari 2018].
Tersedia dari: http://www.dhed.net/main.html http://www.rcog.org.uk/womens-health/clinical-
guidelines/exercisepregnancy. Accessed April 18, 2013
2. Deidre KT, Zhang C. Reviews / Commentaries / ADA statements physical activity before and
during pregnancy and risk of gestational. Diabetes Care. 2011;34(1):223-9.
3. Khasiat Senam Hamil Sebagai Terapi dan Pencegahan Diabetes Melitus Gestasional :
Majority, Volume 7, Nomor 2, Maret 2018
Penatalaksanaan fisioterapis pada kondisi GDM yaitu dengan merekomendasikan kepada pasien
untuk aktivitas fisik. Penderita GDM sebaiknya memilih jenis olahraga yang sebagian besar
menggunakan otot-otot besar dengan gerakan berirama dan berkesinambungan. seperti jogging,
yoga, senam (aerobic) dan renang. Senam aerobik yang dilakukan pada penderita DM tipe II
sangat berperan penting dalam menurunkan kadar gula darah, karena pada saat melakukan senam
menyebabkan otot bekerja aktif sehingga terjadi peningkatan pemakaian glukosa dalam darah,
hal itu menyebabkan secara langsung terjadinya penurunan pada glukosa dalam darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik termasuk olahraga selama kehamilan
bermanfaat bagi kesehatan ibu dan janinnya, seperti menghindari kenaikan berat badan ibu yang
berlebihan, mengurangi depresi dan sifat mudah marah yang berkaitan dengan kehamilan,
mempertahankan berat janin dalam kisaran normal, mencegah komplikasi kehamilan dan
mengurangi risiko makrosomia. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)
menyarankan wanita hamil untuk melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang setidaknya
150 menit per minggu.
3. Gerak Aktif
Posisi pasien berbaring terlentang kedua tungkai lurus, kemudian pasien diminta menekuk dan
meluruskan pergelangan kaki (dorsi fleksi dan plantar fleksi), gerakan memutar ke dalam dan ke
luar (inversi dan eversi) dan gerakan memutar pergelangan kaki kedalam dan keluar
(sirkumduksi), dilanjutkan dengan menekan lutut ke bawah secara bergantian kanan dan kiri.
Semua gerakan diatas dilakukan sebanyak 3x8 hitungan.
4. Latihan duduk
Bila pasien tidak ada keluhan dapat dilanjutkan dengan latihan duduk. Dari posisi tidur
terlentang ke posisi duduk dilakukan dengan cara kedua tungkai dirapatkan, salah satu lutut
sedikit di tekuk, kemudian tubuh diputar miring bersamaan dengan kedua tungkai kesisi tempat
tidur. Kedua tungkai bawah diturunkan dari Bed sambil mendorong tubuh ke posisi duduk
dengan menggunakan dorongan kedua tangan, kemudian terapis harus menanyakan kepada
pasien apabila pusing atau mual serta dapat dilihat pada wajah pasien apakah pucat atau tidak.
5. Latihan berdiri
Untuk latihan berdiri dimulai dari urutan latihan duduk sampai pasien sudah duduk di tepi Bed
dengan kaki menggantung, dilanjutkan pasien menggeser pantat dan tubuhnya ke salah satu sisi
tangannya untuk menapakkan salah satu kakinya di lantai, hal ini dilakukan dengan kedua
tungkai tetap merapat. Setelah menapak lalu berdiri tegak dan tetap harus ditanyakan oleh terapis
pada pasien adakah keluhan pusing dan mual. Jika tidak ada keluhan dapat dilanjutkan dengan
latihan berjalan di sekitar Bed.
6. Latihan relaksasi
Tidur terlentang, kedua tungkai lurus dan sedikit terbuka, kedua lengan rileks di samping badan.
Dibawah lutut dan kepala diganjal bantal. Tutup mata, lemaskan seluruh tubuh, tenang,
dilakukan pernafasan teratur dan berirama.
Sumber :
1. Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II 2016
2. Mengenal dan Upaya Mengatasi Diabetes Melitus dalam Kehamilan 2019 Mufdillah, Sri
Ratna Ningsih, Claudia Banowati Subarto, Nurbita Fajarini
3. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Pasca Operasi Sectio Caesarea Di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta
Sumber :
1. Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium Diabetes Melitus Gestasional : Liong
Boy Kurniawan, Departemen Ilmu Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, Makassar : RSPTN Universitas Hasanuddin-RS Dr. Wahidin Sudirohusodo,
Makassar
2. Mengenal dan Upaya Mengatasi Diabetes Melitus dalam Kehamilan 2019 Mufdillah, Sri
Ratna Ningsih, Claudia Banowati Subarto, Nurbita Fajarini (e
http://digilib.unisayogya.ac.id/4254/1/Mengenal%20dan%20Upaya%20Mengatasi%20Diabetes
%20dalam%20Kehamilan%20-%20FIX.pdf)
4. Berapakah pertambahan berat badan normal selama kehamilan dan apa intervensi
fisioterapi dalam kenaikan berat badan ibu hamil?
Pertambahan berat badan selama kehamilan adalah perbedaan berat badan awal dan berat badan
akhir dimana berat badan akhir ialah berat badan pada beberapa minggu sebelum melahirkan.
Dalam keadaan normal penambahan berat badan ibu dari awal kehamilan, dihitung mulai dari
trimester I sampai trimester III. Di Indonesia, standar pertambahan berat badan yang normal
adalah sekitar 9-12 kg. Pertambahan berat badan optimal sebesar 12,5 kg adalah gambaran yang
digunakan untuk rata-rata kehamilan. Ini dikaitkan dengan resiko komplikasi yang sangat rendah
selama kehamilan dan persalinan serta bayi dengan berat lahir rendah. Pertambahan berat ibu
cenderung lebih cepat sejak 20 minggu ke depan, meskipun pertambahan berat badan yang
berlebihan selama kehamilan dikaitkan dengan retensi berat badan di masa pascapartum, begitu
juga peningkatan pertambahan berat badan di awal kehamilan dibandingkan dengan di akhir
kehamilan.
Anjuran peningkatan berat badan per trimester kehamilan adalah sebagai berikut :
- Trimester I: 1–2,5 kg per 3 bulan.
- Trimester II: pertambahan berat badan rata-rata 0,35–0,4 kg per minggu.
- Trimester III: pertambahan berat badan 1 kg per bulan. Namun, pada trimester ini pertambahan
berat badan janin rata-rata 200 gram per minggu. Mulai minggu ke-28 hingga akhir kehamilan,
berat badan Anda dapat bertambah sebanyak 4–5 kg.
Terkait intervensi yang bisa dilakukan oleh fisioterapi dalam kenaikan berat badan pada ibu
hamil yaitu dengan upaya promotif dan preventif yaitu terkait manajemen berat badan dengan
melakukan aktivitas fisik/program latihan dari fisioterapi. Adapun program fisioterapi yang bisa
dilakukan yaitu penyuluhan program pemeliharaan kebugaran kehamilan, program senam
fisioterapi dan layanan diskusi keluhan kebugaran dan masalah muskuloskeletal. Fokus utama
dari fisioterapi adalah menangani masalah gerak fungsional pada ibu hamil.
Perlu diketahui, Pada fase kehamilan, wanita mengalami berbagai macam perubahan psikis dan
fisiologis. Ditinjau dari perubahan fisiologis, wanita hamil mengalami perubahan postur yakni
lordosis. Hal ini dikarenakan adanya penambahan berat badan akibat pembesaran fetus sehingga
otot-otot perut mengalami penguluran sehingga menyebabkan otot-otot pada tulang belakang
memendek dan terjadilah kelemahan pada otot-otot dinding perut.
Selain itu juga terdapat kelemahan dari ligamen-ligamen pada sakroiliaka yang mengakibatkan
perubahan pelvis kearah anterior. Perubahan postur tersebut dapat merubah central of gravity
mengarah ke anterior dan wide base of support pada masa kehamilan. Perubahan fisiologis
tersebut dapat memberi dampak yang lebih besar terhadap faktor resiko cedera maupun
gangguan aktifitas dan fungsional sehari-hari.
Dengan adanya beberapa program latihan diatas, diharapkan bisa membantu ibu hamil dalam
beraktivitas sehari-hari khususnya terkait gerak fungsional dan meminimalisir terjadinya masalah
pada muskuloskeletal.
Sumber :
1. Aritonang, Evawany. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Jakarta : IPB Press. 2010.
2. Mandriwati. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC. 2011.
3. Pemberian Core Stability Exercise Dapat Meningkatkan Stabilitas Lumbal Pada Kehamilan
Trimester III : Fakultas Kedokteran Universitas Udayan
4. Pemanfaatan Layanan Fisioterapi Antenatal Online Oleh Ibu Hamil Untuk Meningkatkan
Kebugaran Di Masa Pandemi Covid-19 : Prosiding Forum Ilmiah Tahunan IAKMI (Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia) : Journal Homepage :
http://jurnal.iakmi.id/index.php/FITIAKMI E-ISSN : 2774-3217
B. Hipertensi
Hipertensi pada wanita hamil secara sederhana dapat diklasifikasikan pada 4 kelompok yakni :
1. Hipertensi kronik : yakni kondisi hipertensi telah muncul sebelum hamil atau ada di saat umur
kehamilan belum masuk ke dalam minggu ke-20. Hipertensi tetap menetap walaupun lebih dari
12 minggu setelah melahirkan. Ditandai dengan tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg atau
diastolik ≥ 90 mmHg ataupun gabungan keduanya.
2. Hipertensi gestasional : yakni merupakan hipertensi yang bersifat sementara, muncul pada
pertengahan kehamilan (setelah usia kehamilan 20 minggu), cenderung menjadi normal setelah
melahirkan, dan tidak mengalami proteinuria.
3. Hipertensi Preeklampsi (termasuk hipertensi kronis dengan superimpose preeklampsia) yaitu
adalah jenis hipertensi yang muncul di usia pertengahan kehamilan (lebih dari 20 minggu) dan
protenuria dalam urin sedikitnya 300 mg/24 jam.
4. Hipertensi Eklampsia : eklampsia didefinisikan sebagai munculnya kejang pada wanita dengan
preeklampsia.
Faktor risiko untuk terjadinya hipertensi pada wanita hamil adalah memiliki riwayat keluarga
mengidap hipertensi, usia reproduksi yang terlalu muda atau tua, primigravida, kehamilan yang
berulang kali, penyakit diabetes, penyakit/gangguan ginjal, hipertensi sejak sebelum kehamilan,
penambahan berat badan berlebih selama kehamilan (> 1 kg/minggu). Faktor risiko lain adalah
kehamilan kembar, sering melahirkan dan usia ibu ≥ 40 tahun. Sebuah studi kohort di Amerika
Latin dan Caribia mengidentifikasikan faktor risiko seperti riwayat hipertensi, diabetes atau
diabetes gestasional, ibu melahirkan diatas usia 35 tahun, dan kondisi obesitas (indeks massa
tubuh > 29).
Sehingga untuk mengetahui hipertensi gestasional pada ibu hamil, maka dilakukan pemeriksaann
tekanan darah dengan ketentuan bila tekanan darah > 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20
minggu tanpa riwayat hipertensi sebelumnya dan tanpa disertai dengan proteinuria, maka bisa
dikatakan mengalami hipertensi gestasional.
Sumber :
1. Bellamy L, Casas JP, Hingorani AD, Williams D: Type 2 diabetes mellitus after gestational
diabetes: a systematic review and meta-analysis. Lancet 2009;373:1773– 1779.
2. National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health: Diabetes in pregnancy:
management of diabetes and its complications from pre-conception to the postnatal period.
Clinical Guideline 63. London, National Institute for Health and Clinical Excellence, 2008.
www.nice.org.uk/CG063fullguideline.
3. Robert JM, August PA, Balens G, Barton JR, Bernstein IM, Bruzin M, et.al. Hypertension in
pregnancy. The American College of Obstetricians & Ginecologyst Women's Health Care
Physicians.2013.
4. Mustafa R, Ahmed S, Gupta A & Venutol RC. Review Article : A Comprehensive Review of
Hypertension
5. New York State Departememnt of Health, 2013. Hypertensive disorders in pregnancy.