Anda di halaman 1dari 6

A.

Kondisi penyakit

1. Pengertian
Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat
menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009). Influenza, sering dikenal dengan flu
adalah penyakit menular disebabkan oleh virus RNA yaitu virus influenza A, B dan lebih jarang C. Virus
influenza terus mengalami perubahan, sehingga dalam beberapa waktu akan mengakibatkan wabah
(pandemik) yang parah. Virus ini menyerang saluran napas atas dan paru-paru.

2. Insiden dan prevalensi


Influenza merupakan penyakit epidemik yang sangat infeksius dan sering terjadi. penyakit ini disebabkan
oleh kelompok miksovirus dan terjadi dalam dua bentuk utama yaitu influenza A dan B. influenza A
menyebabkan epidemi yang menyebar di seluruh dunia secara periodik (setiap 1-3 tahun) dan pandemi
yang tidak dapat diprediksi (setiap 1-2 dekade). virus influenza A juga menginfeksi banyak hewan seperti
burung, babi dan kuda dan menunjukkan variasi antigenik yang jauh lebih besar daripada influenza B.
influenza C jarang terdapat dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas. empat pandemi influenza A
telah dicatat (tahun 1918, 1957, 1968 dan 1977) : pandemi pertama yang membunuh 200.000 orang di
inggris dan wales, dan 20 juta di seluruh dunia

3. Disebabkan/Faktor resiko
Penyebab influenza adalah virus RNA yang termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae yang dapat
menyerang burung, mamalia termasuk manusia. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar
pada saat penderita batuk, bersin atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus)
penderita. Ada dua jenis virus influenza yang utama menyerang manusia yaitu virus A dan virus B
(Spikler, 2009). Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat mempengaruhi orang tanpa memandang usia
dan jenis kelamin. Influenza diketahui menyebabkan epidemi tahunan dan umumnya mencapai puncaknya
pada musim dingin di daerah beriklim sedang. Sampai saat ini sudah ditemukan beberapa vaksin yang bisa
menangani virus influenza (CDC, 2011).

Influenza A dapat menyebabkan pandemi di seluruh dunia. Flu burung dan flu babi termasuk ke dalam
jenis ini. Sementara itu, influenza B juga dapat menyebabkan epidemi flu musiman, tapi penyakit ini
hanya menyerang manusia. Influenza C bersifat lebih ringan dan tidak akan menciptakan wabah atau
pandemi. Satu lagi, tipe D adalah virus yang sering kali menyerang ternak dan kemungkinan besar tidak
menginfeksi manusia.

Bagi kebanyakan orang, flu sembuh dengan sendirinya. Tapi terkadang, influenza dan komplikasinya bisa
mematikan. Orang-orang yang berisiko lebih tinggi terkena komplikasi flu meliputi:
- Anak kecil di bawah usia 5 tahun, dan terutama mereka yang berusia di bawah 6 bulan
- Orang dewasa yang lebih tua dari usia 65
- Penghuni panti jompo dan fasilitas perawatan jangka panjang lainnya
- Wanita hamil dan wanita hingga dua minggu setelah melahirkan
- Orang dengan sistem kekebalan yang lemah
- Orang yang memiliki penyakit kronis, seperti asma, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati dan
diabetes
- Orang yang sangat gemuk, dengan indeks massa tubuh (BMI) 40 atau lebih tinggi
4. Patologi/patologi fungsional (anatomi+prosesnya)
influenza A mempunyai kemampuan untuk menghasilkan varian antigenik baru pada interval yang tidak
teratur. virus memiliki dua antigen permukaan yaitu hemaglutin (antigen H) dan neuraminidase (antigen
N). imunitas berkembang secara spesifik terhadap antigen H dan N. perubahan pada salah satu antigen
akan menyebabkan hilanginya imunitas sebelumnya. saat ini terdapat 3 subtipe influenza A : H1N1,
H1N2, H3N2.

Patofisiologi influenza dimulai dari inhalasi droplet virus influenza, diikuti replikasi virus dan kemudian
infeksi virus menyebabkan inflamasi pada saluran pernafasan.Virus influenza masuk melalui inhalasi dari
droplet yang infeksius, aerosol partikel mikro, maupun inokulasi langsung lewat sentuhan tangan dari
penderita. Virus kemudian mengikat reseptor asam sialat yang terdapat pada sel epitel jalan napas,
khususnya di trakea dan bronkus. Kemudian, replikasi virus mencapai puncaknya dalam 48 jam pasca
infeksi dan jumlah virus berhubungan langsung dengan derajat keparahan penyakit.

Pada kasus yang berat, terdapat perluasan infeksi virus mencapai bagian paru-paru distal yang sesuai
dengan karakteristik pneumonitis interstisial. Kerusakan pada alveoli yang disertai pembentukan
membran hialin menyebabkan perdarahan dan eksudat keluar dari kapiler alveolar menuju lumen yang
kemudian mengakibatkan gangguan pertukaran gas dan disfungsi napas berat. Respon imun tubuh
terhadap virus influenza mencakup peningkatan sitokin proinflamasi seperti IL-6 dan IFN-α oleh sel yang
terinfeksi. Peningkatan sitokin memuncak pada 48 hari kedua pascainfeksi dan sesuai dengan berat gejala
yang dialami pasien.

5. Gejala local dan sistemik


Manifestasinya yaitu demam, kaku otot, nyeri kepala, mata nyeri, mialgia, nyeri tenggorokan dan batuk
kering. sebagian besar gejala menghilang setelah 2-5 hari, namun batuk dan malainase dapat menetap
selama 1-2 minggu.
Beberapa gejala flu, antara lain:
- Panas tinggi (sampai atau bahkan lebih dari 40°C)
- Mengigil
- Nyeri otot
- Merasa sangat lemah atau lelah
- Sakit kepala
- Mata berair dan panas
- Batuk dan bersin
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat

6. Farmakologi dan fungsinya


- Tatalaksana influenza umumnya tanpa obat (self-limited disease). Hal yang perlu ditingkatkan adalah
daya tahan tubuh. Tindakan untuk meringankan gejala flu adalah beristirahat 2-3 hari, mengurangi
kegiatan fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan dengan makanan berkalori dan protein tinggi, serta
buah-buahan yang tinggi vitamin.
- Antipiretik. Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15 mg/kgBB), atau ibuprofen 3-4 x
200-400 mg/hari (5-10 mg/kgBB).
- Dekongestan, seperti pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
- Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari, atau difenhidramin, 25-50 mg setiap
4-6 jam, atau loratadin atau cetirizine 10 mg dosis tunggal (pada anak loratadin 0,5 mg/kgBB dan setirizin
0,3 mg/kgBB).
- amantadin, akan memperpendek durasi dan mengurangi keparahan gejala influenza A sebanyak 1/3 bila
dimulai dalam 48 jam
- zanamivir dan oseltamivir merupakan inhibitor neuraminidase dan aktif melawan influenza A dan B.
obat ini akan mengurangi jumlah virus yang berkembang biak dan memperpendek durasi gejala bila
diberikan dalam 48 jam setelah onset gejala.

B. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan dasar
a. Anamnesis
Nama : Tn. Udin
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. godean
agama : Islam
pekerjaan : Pegawai bank

keluhan utama : sulit bernafas, hidung tersumbat, bersin, demam


onset : 4 hari lalu
lokasi : hidung
penyebab : tertular dari orang lain
faktor memperberat dan memperingan :

riwayat keluarga : tidak ada


riwayat penyakit dahulu : tidak ada

b. Vital sign
Tekanan darah : 123/80 mmhg
Denyut nadi : 80x /menit
Frekuensi napas : 18x /menit
Suhu : 37,8
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 165 cm

c. IPPA
- Inspeksi :
Statis : Pasien terlihat sulit bernafas, bersin-bersin, dan hidungnya terlihat kemerahan
Dinamis : pasien Nampak lesu/lemas saat berjalan
- Palpasi :
suhu lokal : hangat
- Perkusi :
- Auskultasi :
2. Pemeriksaan fisik/lanjutan (lebih ke fungsional)
- pemeriksaan ekspansi thoraks dengan antopometri
- sulit bernafas menggunakan skala Borg

3. Pemeriksaan penunjang klinis

- uji diagnostik cepat influenza/rapid influenza diagnostic test (RIDT) :


Uji diagnostik cepat influensa merupakan uji untuk menemukan (-deteksi) antigen nukleoprotein virus
influenza, hasil uji dapat i dapat diperoleh dalam waktu 30 menit atau kurang. RIDT dapat digunakan
untuk: menemukan dan membedakan virus influenza A dan B, menemukan menemukan kedua virus
( influenza A dan B) tetapi tidak dapatt membedakannya, dan hanya menemukan menemukan virus
influenza A

- immunofluorescence :
Pemeriksaan terbagi dua (2) yaitu: penentuan kadar langsung Direct immunofluorescence assays (DFA)
atau penentuan kadar tak langsung Indirect immunofluorescence assays (IFA). Uji (Tes) ini dapat
membedakan antara virus influenza A dengan B

- pemeriksaan serum :
Pemeriksaan untuk menemukan (-deteksi) antibodi sebagai tanggap (respons) terhadap jangkitan
(infeksi) H1N1.19 Pemeriksaan serologik mendadak/akut (dalam satu minggu) dan baru
sembuh/konvalesen (dikumpulkan 2–3 minggu kemudian) dapat digunakan sebagai diagnosis periksa
balik jangkitan (retrospektif infeksi) virus influenza untuk keperluan penelitian dan kajian (studi)
epidemiologik

- reaksi berantai polimerase waktu nyata/IRT-PCR – laboratorium :


Reaksi berantai polimerase waktu nyata (Real Time Poymerase Chain Reaction) merupakan
pemeriksaan yang disarankan (-rekomendasikan) untuk uji penetapan (tes konfirmasi) kasus virus
H1N1. Pemeriksaan virus H1N1 akan positif untuk influenza A tetapi negatif untuk H1 dan H3 dengan
RT-PCR

4. Evaluasi
a. Analisa dari data hasil pengukuran (subjektif&obyektif)
- nyeri
- sesak napas

b. Outcome measure
- VAS
- Skala borg

5. Diagnosa Fisioterapi
- Body Structure :
- Body Function : bersin, demam, lemas
- Activity limitation : lemas ketika beraktivitas, nafsu makan menurun
- Participation Restriction : pekerjaan terganggu

6. Prognosis Fungsional
Prognosis pada umumnya bonam

7. Intervensi (target-modalitas-dosis)

a. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan kelompok terapi yang digunakan dengan kombinasi untuk memobilisasi
sekresi pulmonar. Terapi ini terdiri dari drainage postural, perkusi dada, dan vibrasi. Fisioterapi dada
harus diikuti dengan batuk produktif dan pengisapan pada klien yang mengalami penurunan kemampuan
untuk batuk (Potter & Perry, 2005). Tujuan fisioterapi dada adalah membuang sekresi bronkhial,
memperbaiki efisiensi otot-otot pernapasan (Muttaqin, 2008).

b. Infra red
- Pelaksanaan fisioterapi :
(1) Mengarahkan infra red pada daerah yang akan diterapi yaitu pada daerah dada dan punggung.
(2) Mengatur jarak 45 cm antara lampu dan permukaan kulit.
(3) Menyalakan alat, mengusahakan posisi infra red tegak lurus dengan daerah yang diterapi.
(4) Waktu terapi yaitu 15 menit, dosis yang digunakan adalah sub mitis/normalis dimana pasien
merasakan hangat.

c. Breathing exercise
berfungsi untuk mengontrol pernapasan, dosis 3-5x

8. Kriteria rujukan
5x terapi kondisi pasien membaik

C. Referensi/Daftar Pustaka (jika jurnal di lampirkan)

 Lecture notes penyakit infeksi : B.K Mandal, E.G.L Wilkins, E.M. Dunbar, R.T. Mayon-White Edisi 6
 Taubenberger JK, Morens DM. The pathology of influenza virus infections. Annu Rev Pathol [Internet].
2008 [cited 2017 Aug 1];3:499–522. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=2504709&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
 Hayden FG, Fritz R, Lobo MC, Alvord W, Strober W, Straus SE. Local and systemic cytokine responses
during experimental human influenza A virus infection. Relation to symptom formation and host
defense. J Clin Invest [Internet]. 1998 Feb 1 [cited 2017 Aug 1];101(3):643–9. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9449698
 van Riel D, Munster VJ, de Wit E, Rimmelzwaan GF, Fouchier RAM, Osterhaus ADME, et al. H5N1
Virus Attachment to Lower Respiratory Tract. Science (80- ) [Internet]. 2006 Apr 21 [cited 2017 Aug
1];312(5772):399–399. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16556800
 Braunwald, E. Fauci, A.S. Kasper, D.L. Hauser, S.L.et al. Harrisson’s: Principle of Internal Medicine.
17thed. New York: McGraw-Hill Companies. 2009. p: 1006 - 1020.
 WHO. Pedoman Interim WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Atas yang
Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2007.
 - Sembiring, J., & Sianipar, O. (2018). Epidemiologi Dan Diagnosis Kedokteran Laboratorik Infeksi
Virus H1N1. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 16(3), 140.
https://doi.org/10.24293/ijcpml.v16i3.1040

Anda mungkin juga menyukai