Laporan Akhir CB Korupsi
Laporan Akhir CB Korupsi
DISUSUN OLEH:
1. Alwin Alfredo (2301878095)
2. Eagan Tan (2301884343)
3. Miranda Carolina (2301903310)
4. Nicho Candra (2301919334)
5. Viviyanti (2301865874)
Pelaksana:
1. Alwin Alfredo
2. Eagan C. W. Tan
3. Miranda Carolina
4. Nicho Candra
5. Viviyanti
Telah disahkan
PENDAHULUAN
Itulah yang melatarbelakangi tim penulis untuk mencari tahu lebih dalam
mengenai korupsi ide ini.
BAB 2
KONSEP DIMENSI
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere
yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Menurut
Transparency International, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus
/ politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Di sisi
lain, korupsi (corrupt, corruptie, corruption) juga bisa bermakna kebusukan,
keburukan, dan kebejatan. Definisi ini didukung oleh Acham yang mengartikan
korupsi sebagai tindakan menyimpang dari norma masyarakat dengan meraup
keuntungan untuk pribadi serta merugikan kepentingan umum. Korupsi adalah
menyalahgunakan kepercayaan publik atau pemilik untuk kepentingan pribadi.1
Perilaku koruptif dapat menjelma dalam berbagai jenis dan bentuk. Jenis
korupsi materi: uang, adalah yang paling dikenali setiap waktu. Namun sejatinya,
terlambat pun juga merupakan korupsi (waktu). Dalam kegiatan kali ini, kami
akan membahas jenis korupsi ide, yaitu menyontek. Selain menyontek,
plagiarisme juga merupakan perilaku yang termasuk korupsi ide, yaitu tindakan
menggunakan pendapat, ide, atau hasil karya orang lain sebagai milik pribadi
tanpa mencantumkan sumber asli pendapat, ide, atau hasil karya orang lain itu.
1
No name, “BAB II Korupsi dan Dampaknya,”
<http://eprints.walisongo.ac.id/3925/3/104211009_Bab2.pdf>, diakses pada 13 Oktober 2019
pukul 16.50 WIB.
opportunistic, yaitu mengganti jawaban ketika ujian sedang berlangsung dengan
menggunakan catatan ketika guru keluar dari kelas; independent planned, yaitu
menggunakan catatan ketika ujian berlangsung, atau membawa jawaban lengkap
atau dipersiapkan dengan menulisnya dahulu sebelum ujian; social active, yaitu
mengkopi atau melihat atau meminta jawaban dari orang lain; social passive,
adalah mengizinkan seseorang melihat atau mengkopi jawabannya. 2 Kurangnya
pembahasan mengenai menyontek mungkin karena para pakar memandang sepele
masalah ini, padahal masalah menyontek merupakan masalah penting dan
fundamental karena berpengaruh pada sumber daya manusia.3
Dari teori tentang motivasi, menyontek bisa terjadi jika berada dalam
tekanan, atau apabila dorongan atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar
daripada potensi yang ada. Semakin besar harapan atau semakin tinggi prestasi
yang diinginkan, semakin besar pula hasrat dan kemungkinan menyontek
(Alhadza, 2004). Selain itu, motivasi berkompetisi juga mendorong perilaku
menyontek, yaitu dorongan diri untuk memperlihatkan keunggulan pribadi dan
mencapai yang terbaik, mencari pengakuan dan kehormatan dari orang lain,
menghindari kerja sama, memaksimalkan hasil pribadi dan menonjolkan diri
(Mahzumah, 2004). Mulai dari tekanan mendapatkan nilai tinggi, posisi tempat
duduk dan jumlah siswa, kerendahan inteligensi, sampai jenis kelamin dan rasa
takut dapat berujung pada tindakan menyontek.4 Hasil penelitian yang dilakukan
Septian Dwi Cahyo dan Solicha (2017) menunjukkan hasil yang sama dengan
penelitian Whitley (1998), yaitu bahwa semakin positif pandangan mengenai
perilaku menyontek, maka semakin cenderung ia menyontek.5
2
Muni Pratiwi (2015), “Hubungan antara self-efficacy dengan Perilaku Menyontek pada Siswa
SMP Ahmad Yani Turen Malang,” <http://etheses.uin-malang.ac.id/618/6/10410172%20Bab%20
2.pdf>, diakses tanggal 13 Oktober 2019 pukul 23.05 WIB.
3
Frila Rezkyani. Op. Cit.
4
Ibid.
5
Septian Dwi Cahyo & Solicha (2017), “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek
pada Pelajar dan Mahasiswa di Jakarta - Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia,”
<http://psikologi.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/087-096-Septian-Dwi-Cahyo-
Solicha.pdf>, diakses tanggal 13 Oktober 2019 pukul 18.24 WIB.
Yesmil Anwar (dalam Rakasiwi, 2007) mengungkapkan bahwa menyontek
terlanjur dianggap sepele oleh masyarakat. Padahal, praktik kontinu menyontek
niscaya memunculkan malapetaka: peserta didik akan menanam kebiasaaan tidak
jujur, yang pada saatnya akan menjadi kandidat koruptor (Poedjinoegroho,
2006). 6 Menyontek jelas memunculkan watak pesimis, tidak disiplin, tidak
bertanggung jawab, malas, curang, dan menghalalkan segala cara. Walau salah,
ada kecenderungan terus ditolerir oleh masyarakat, dengan pandangan kewajaran.7
Meski begitu, bukan tak mungkin menahan diri tidak menyontek, atau
menghentikan kebiasaan menyontek. Untuk itu, yang terutama tentu harus ada
tekad dan komitmen setiap pribadi. Jika individunya tak punya tekad dan
komitmen, tak akan ada perubahan sekalipun ada usaha maksimal dari luar.
Individu tersebut justru akan semakin bersemangat menyontek. Dibutuhkan juga
dukungan dari luar, seperti keluarga dan sosial yang baik dan mampu
memotivasinya.
6
Frila Rezkyani. Op. Cit.
7
Anugrahening Kushartanti (2009), “Perilaku Menyontek Ditinjau dari Kepercayaan Diri,”
<http://eprints.ums.ac.id/6681/1/F100050256.pdf>, diakses tanggal 13 Oktober 2019 pukul 22.31
WIB.
BAB 3
Talk show ini kami rekam pada hari Jumat, 18 September 2019 di kost Icon
di depan Universitas Binus Anggrek, dalam 1 hari. Proses editing memakan waktu
sekitar 1 minggu. Saat rekaman, ada beberapa kendala yang kami alami selain
sulitnya berkonsentrasi, di antaranya naskah yang ternyata agak kurang lengkap
serta pencahayaan yang minim. Hasil video kami adalah percakapan naskah yang
telah dimodifikasi.
BAB 4
Alwin Alfredo : Menurut saya, menyontek adalah suatu kelakuan yang tidak
terpuji dan tidak boleh ditiru, karena dampak dari menyontek adalah
ketidakjujuran, maka para siswa yang menyontek akan cenderung tidak jujur saat
bekerja nanti dan bisa berujung pada tindakan korupsi.
Miranda C. : Saya cukup puas dengan hasil kegiatan ini. Menurut saya, hasil
kegiatan ini; baik dalam tahap persiapan dan proposal, video, maupun laporan
akhir banyak memberi saya pelajaran yang penting. Dengan puas dan bangga saya
akui saya memang telah menjauhi kebiasaan menyontek sejak lama dan tetap
dapat mempertahankan prestasi. Namun saya akui pula, saya tidak terlalu
menganggap serius kebiasaan ini, sampai ke tahap menyadari bahwa menyontek
adalah perilaku koruptif dan akan berujung kerusakan karakter menjadi calon
koruptor. Mengerjakan proyek ini membantu saya dalam memahami dan
menyadari betapa seriusnya kebiasaan menyontek jika dibiarkan. Menyontek bagi
saya adalah kebohongan dan kebusukan pribadi yang menjijikan untuk dilakukan,
begitupun perilaku koruptif yang menggerogoti kepercayaan orang lain sedikit
demi sedikit. Dengan pencerahan yang saya dapat melalui proyek ini, saya
berharap hasil video ini pun dapat menjadi pencerahan bagi generasi muda
lainnya untuk menghentikan kebiasaan menyontek dan koruptif mereka.
Nicho Candra : Menurut saya, menyontek ialah salah satu perilaku yang
mencerminkan bibit-bibit perilaku koruptif, karena hal ini dilakukan secara
terstruktur untuk memperoleh hasil yang bagus secara instan. Dan oleh karena itu,
marilah kita sebagai generasi muda mulai sadar akan buruknya perilaku
menyontek dengan dimulai dari diri sendiri, yaitu berperilaku jujur dan bekerja
keras untuk memperoleh hasil yang baik.