Anda di halaman 1dari 10

Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.

3, September
2018
Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) pada Pabrik Pembekuan
Cumi-Cumi (Loligo Vulgaris) di PT. Starfood Lamongan, Jawa Timur

Application of Good Manufacturing Practices (GMP) in Frozen Squid


company, PT Starfood Lamongan, East Java

Agil Putra Bimantara1 dan Rr. Juni Triastuti 2*


1
Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
2
Departemen Kelautan , Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya 6015
* juni.triastuti@fpk.unair.ac.id
Abstrak

Pembekuan adalah salah satu cara pengolahan hasil perikanan yang bertujuan untuk mengawetkan
makanan berdasarkan penghambatan pertumbuhan mikroorganisme, menahan reaksi-reaksi kimia dan aktivitas
enzim. Program kelayakan dasar dalam industri pembekuan diperlukan untuk menjamin keamanan pangan yaitu
prosedur operasi standar sanitasi (Sanitation Standart Operating Procedures/SSOP) dan cara produksi makanan
yang baik (Good Manufacturing Practices/GMP).Good Manufacturing Practices (GMP) adalah persyaratan dasar
yang semestinya dipenuhi oleh suatu perusahaan yang ingin menghasilkan pangan yang bermutu dan aman secara
konsisten. Persyaratan tersebut mencakup persyaratan produksi, lokasi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi
dan karyawan. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui secara langsung bagaimana cara penerapan GMP,
mengetahui faktor yang mempengaruhi penerapan GMP, mengetahui dan memahami permasalahan atau kendala
yang timbul dalam penerapan GMP pada pabrik pembekuan cumi-cumi (Loligo vulgaris). Penelitian ini
dilaksanakan di PT. Starfood International yang terletak di Desa Kandang Semangkon, Kecamatan Paciran,
Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 18 Januari sampai 18 Februari 2016. Metode kerja yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi,
wawancara, dan partisipasi aktif. PT. Starfood International adalah anak perusahaan PT. Kelola Mina Laut yang
merupakan perusahaan swasta nasional berbentuk perseroan terbatas bergerak dalam bidang pengolahan hasil
perikanan. Penerapan GMP dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa aspek meliputi lokasi
pabrik, bangunan, produk akhir, peralatan pengolahan, bahan produksi, personal hygiene, pengendalian proses
pengolahan, fasilitas sanitasi, label, keterangan produk, penyimpanan, pemeliharaan sarana pengolahan dan
kegiatan sanitasi, laboratorium, kemasan dan transportasi.

Kata kunci : Industri pembekuan, Loligo vulgaris,Good Manufacturing Practices (GMP).

Abstract

Freezing is one of processing of fishery products intended to preserve food by inhibiting the growth of
microorganisms, resist chemical reactions and enzyme activity. Program eligibility freezing base in the industry
is needed to ensure food safety, namely sanitation standard operating procedures (Sanitation Standard Operating
Procedures / SSOP) and the good food production (Good Manufacturing Practices / GMP). Good
Manufacturing Practices (GMP) are the basic requirements that should be met by a company that wants to
produce quality and safe food consistently. These requirements include the production requirements, locations,
buildings and facilities, production equipment and employees. Research implementation goals are to know
directly how the application of GMP, knowing the factors that affect the application of GMP, know and
understand the problems or obstacles that arise in the implementation of GMP in the freezing squid ( Loligo
vulgaris). The research was carried out at PT. Starfood International, located in Kandang Semangkon village,
District Paciran, Lamongan, East Java Province on 18th January to 18th February, 2016. The work method was
implemented as the descriptive method with collecting data through observation, documentation, interview, and
active participation. PT. Starfood International is a branch of PT. Kelola Mina Laut which is a national private
company that is form of limited company engages in the processing of fishery products. This company has three
operational activity units including surimi managing unit, frozen fish managing unit and fish meal managing
unit. The implementation of GMP is done by assessing some aspects include plant location, the building, the
final product, processing equipment, production materials, personal hygiene, process control processing,
sanitation facilities, label, product description, storage, maintenance of treatment facilities and sanitation
activities, laboratory, packaging and transportation.

Keywords: Freezing industries, Loligo vulgaris, Good Manufacturing Practices(GMP).


PENDAHULUAN Cumi-cumi (Loligo vulgaris)
1
Diterima/Received: 16 Juli 2018
Diterima/Accepted: 28 Agustus 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.3, September
2018
merupakan salah satu komoditi hasil
perikanan yang memiliki nilai ekonomis mencakup persyaratan untuk persyaratan
tinggi dan digemari oleh masyarakat. produksi, persyaratan lokasi, bangunan dan
Cumi-cumi memiliki daging berwarna fasilitas, peralatan produksi dan karyawan
putih serta mengandung protein 14 – 16% (Dewanti dan Hariyadi, 2013).
(Okuzumi dan Fuji, 2000). Salah satu Penerapan GMP dilakukan dengan
kendala dalam pemasaran adalah cumi- melakukan penilaian terhadap beberapa
cumi termasuk hasil perikanan yang aspek meliputi lokasi pabrik, bangunan,
sangat rentan terhadap kerusakan. Upaya produk akhir, peralatan pengolahan, bahan
penanganan untuk menghambat kerusakan produksi, personal hygiene, pengendalian
cumi-cumi perlu dilakukan dengan tepat proses pengolahan, fasilitas sanitasi, label,
(Dwiari dkk., 2008).Pembekuan adalah keterangan produk, penyimpanan,
salah satu cara pengolahan hasil perikanan pemeliharaan sarana pengolahan dan
yang bertujuan untuk mengawetkan kegiatan sanitasi, laboratorium, kemasan
makanan berdasarkan atas penghambatan dan transportasi. Hasil penilaian yang telah
pertumbuhan mikroorganisme, menahan memenuhi persyaratan akan mendapatkan
reaksi-reaksi kimia dan aktivitas enzim- sertifikat berlaku untuk jangka waktu 3
enzim (Nuryani, 2006). (tiga) tahun sepanjang sarana produksiyang
Program kelayakan dasar dalam bersangkutan masih berproduksi dan
industri pembekuan diperlukan untuk memenuhipersyaratan sesuai ketentuan
menjamin keamanan pangan.Program peraturan perundangan- undangan
tersebut adalah prosedur operasi standar (Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
sanitasi (Sanitation Standart Operating dan MakananRepublik Indonesia Nomor
Procedures/SSOP) dan cara produksi 11 Tahun 2014)
makanan yang baik (Good Manufacturing Tujuan Penelitian ini adalah
Practices/GMP).Good Manufacturing mengetahui secara langsung bagaimana
Practices (GMP) adalah persyaratan dasar cara penerapan GMP pada pabrik
yang semestinya dipenuhi oleh suatu pembekuan cumi-cumi, mengetahui faktor
perusahaan yang ingin menghasilkan yang mempengaruhi penerapan GMP,
pangan yang bermutu dan aman secara mengetahui dan memahami permasalahan
konsisten. Persyaratan dalam atau kendala yang timbul dalam penerapan
Good GMP pada pabrik pembekuan cumi-cumi
Manufacturing Practices (GMP) (Loligo vulgaris) di PT. Starfood
Lamongan, Jawa Timur. Manfaat
2
Diterima/Received: 16 Juli 2018
Diterima/Accepted: 28 Agustus 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.3, September
2018
Penelitian ini diharapkan dapat PT. Starfood International terletak
meningkatkan pengetahuan dan menambah pada posisi yang cukup strategis karena
wawasan mengenaipenerapan Good berada dijalur lintas Pantai Utara. Lokasi
Manufacturing Practices (GMP). yang dipilih cukup tepat karena sebagian
besar pemasok bahan baku dari daerah
PELAKSANAAN sekitar pabrik seperti Pelabuhan Nasional
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (Tempat Pelelangan Ikan) Brondong dan
(PKL) ini dilaksanakan di PT. Starfood TPI Weru. PT. Starfood International
International yang terletak di Desa mempertimbangkan beberapa hal dalam
Kandang Semangkon, Kecamatan Paciran, mendirikan pabrik, yaitu dekat dengan
Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa pemukiman warga sehingga memudahkan
Timur. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 18 pabrik mencari tenaga kerja khususnya
Januari sampai 18 Februari 2016.Metode karyawan borongan, jalur trasnportasi
kerja yang digunakan yaitu metode yang mudah diakses karena berada tepat di
deskriptif dengan pengambilan data pinggir jalan raya, serta pabrik berada
meliputi data primer dan data dipinggir laut sehingga memudahkan
sekunder.Data primer yang dikumpulkan pembuangan limbah cair setelah diolah
yang berhubungan dengan penerapan oleh Instalasi Pengolahan Air Limbah
Good Manufacturing Practicies (GMP) (IPAL).
meliputi beberapa aspek seperti lokasi
Bangunan dan Fasilitas Unit Usaha
pabrik, bangunan, produkakhir, peralatan
PT. Starfood International
pengolahan, bahanproduksi, personal
merupakan perusahaan yang
hygiene, pengendalian proses pengolahan,
memproduksi ikan beku (frozen fish)
fasilitas sanitasi, label, keterangan produk,
dan surimi, sehingga desain bangunan
penyimpanan, pemeliharaan sarana
untuk menunjang kegiatan produksi harus
pengolahan dan kegiatan sanitasi,
mudah dibersihkan dan mudah dirawat
laboratorium, kemasan dan transportasi.
agar tidak mencemari produk. Perusahaan
Sedangkan data sekunder yang mendukung
ini memiliki banyak bangunan seperti
kegiatan ini meliputi Sertifikat Kelayakan
ruang mesin, ruang penerimaan bahan
Proses (SKP)
baku, ruang produksi, ruang penyimpanan
non bahan baku, ruang pemotongan
HASIL DAN PEMBAHASAN
kepala, ruang sortir, ruang pembekuan,
Lingkungan dan Lokasi Pabrik
ruang pembuatan es flake dan
cold
3
Diterima/Received: 16 Juli 2018
Diterima/Accepted: 28 Agustus 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.3, September
2018
storage. Dinding disetiap ruang dilapisi
keramik dengan tinggi > 2 m. Penggunaan pedoman GMP Nomor 75/M-
keramik bertujuan untuk memudahkan
dalam pembersihan dinding. Pertemuan
dinding satu dengan lainnya tidak
terbentuk sudut mati sehingga dapat
mencegah pertumbuhan mikroba dan
memudahkan dalam proses sanitasi. Lantai
diruang produksi memiliki kemiringan 50
dan terbuat dari bahan marmer.
Kemiringan lantai yang dapat
memudahkan proses pembersihan dan
sanitasi yaitu ± 50 (Saulina, 2009).
Penggunaan bahan marmer
bertujuan agar lantai tidak licin dan mudah
untuk dibersihkan. Namun konstruksi
lantai masih terdapat keretakan sehingga
memungkinkan terjadinya kehidupan
mikroorganisme yang dapat mencemari
produk.ruang produksi memiliki aliran
pembuangan limbah cair yang dilapisi
dengan PVC. Langit-langit yang
digunakan terbuat dari alumunium dengan
bingkai alumunium dan terdapat atap yang
keropos , berkarat dan mengelupas. Hal ini
tidak sesuai dengan pedoman GMP Nomor
: 75/M-IND/PER/7/2010, langit-langit
seharusnya terbuat dari bahan yang tidak
mudah terkelupas atau terkikis, mudah
dibersihkan dan tidak mudah retak.
Sumber penerangan disetiap ruang cukup
terang dan setiap lampu ditutup dengan
PVC, serta terdapat blowerdisetiap
ruanguntuk sirkulasi udara. Menurut

4
Diterima/Received: 16 Juli 2018
Diterima/Accepted: 28 Agustus 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.3, September
2018
IND/PER/7/2010, pedoman penggunaan penyedia air di PT. Starfood International
pintu ruangan produksi dibuat dari bahan dibagi menjadi dua bagian yaitu air proses
tahan lama, kuat dan tidak mudah pecah. dan air sanitasi. Air proses merupakan air
Pintu ruangan yang berada di pabrik ini yang digunakan pada setiap proses
sesuai dengan pedoman tersebut. Hal ini produksi dan memiliki suhu 50C. Air
dapat dilihat dari pintu ruang satu ke sanitasi merupakan air yang ditujukan
ruang lain terdapat tirai yang terbuat dari untuk kegiatan sanitasi didalam pabrik. Air
PVC. Pintu tirai dari bahan PVC yang digunakan di pabrik ini berasal dari
berfungsi untuk menghindari binatang sumber mata air gunung yang berdekatan
pengerat masuk kedalam ruang produksi. dengan lokasi pabrik, air telah dilakukan
pengujian kualitas agar sesuai dengan
Penyediaan dan Pemeliharaan
standar mutu air minum yang ditetapkan
Fasilitas Sanitasi
oleh pemerintah.
Menurut Pedoman GMP Nomor :
Sarana toilet terletak di ruangan
75/M-IND/PER/7/2010 beberapa aspek
sebelum masuk ke ruang proses yang
fasilitas sanitasi yang diamati
yang berjarak ±5 meter dari ruang
diantaranya adalah sarana penyedia air,
proses
sarana toilet, sarana pembuangan limbah
dan dilengkapi dengan SOP sebelum dan
dan sarana hygiene karyawan. Sarana
sesudah masuk toilet.Jumlah toilet yang pendapat Kanduri dan Eckhardt (2002),
disediakan berjumlah 4 buah. Ketentuan pembersihan toilet dilakukan setiap hari dan
jumlah toilet telah diatur dalam keputusan pastikan ketersediaan air, tisu, dan sabun
Menteri Kesehatan RI Nomor : diisi ulang untuk kebutuhan hari berikutnya.
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Sarana pembuangan limbah terdapat disetiap
persyaratan lingkungan kerja perkantoran bagian proses produksi, berupa pipa saluran
dan industri yaitu untuk 1 sampai dengan limbah cair dan tempat pembuangan limbah
25 orang karyawan pria maka perusahaan padat. Limbah cair ditampung oleh Instalasi
harus menyediakan 1 buah kamar mandi, 1 Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan
buah jamban, dan 2 buah wastafel, diberikan perlakuan penambahan bakteri
sedangkan untuk 1 sampai dengan 20 pengurai dengan metode aerasi sampai
orang karyawan wanita maka perusahaan limbah cair aman sebelum dilepas ke laut.
harus menyediakan 1 buah kamar mandi, 1 Sedangkan limbah padat dari sisa
buah jamban dan 2 buah wastafel. pembekuan diolah menjadi tepung ikan.
Pembersihan toilet dilakukan setiap 3 hari Sedangkan tempat pembuangan sampah
sekali. Hal ini tidak sesuai dengan akhir dari limbah padat selain hasil dari
5
Diterima/Received: 16 Juli 2018
Diterima/Accepted: 28 Agustus 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.3, September
2018
produksi berada di dalam lokasi pabrik yang jaraknya ± 50 m
dari lokasi pabrik.
Sarana hygine karyawan diperlukan
untuk mencegah kontaminasi terhadap
bahan pangan. Fasilitas cuci tangan
terdapat didekat toilet sebelum masuk ke
ruang produksi. Tempat cuci kaki berada
di ruang sebelum masuk ruang ganti dan
ruang sebelum masuk ruang
produksi.Tempat cuci tangan yang ada di
ruangan sebelum proses dilengkapi dengan
sabun cair, chlorin30 ppm. Sedangkan bak
pembilas sepatu dilengkapi dengan
campuran air dengan chlorin 100 ppm.
Washtafel yang digunakan di tempat cuci
tangan menggunakan washtafel dengan
pencetan kaki, sehingga dapat
meminimalisir kontaminasi dan lebih
efektif.

Peralatan pengolahan
Peralatan yang digunakan di PT.
Starfood International bersifat manual,
semi otomatis. Peralatan produksi manual
merupakan peralatan yang digunakan
dalam proses produksi dengan
menggunakan kerja manusia. Peralatan
produksi semi otomatis merupakan
peralatan yang bersifat otomatis, tetapi
masih ada beberapa dilakukan secara
manual.Peralatan dan perlengkapan di area
produksi terutama yang langsung kontak
dengan produk telah sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, yaitu
permukaannya halus, tahan karat, kedap air
6
Diterima/Received: 16 Juli 2018
Diterima/Accepted: 28 Agustus 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.3, September
2018
dan tahan korosif terhadap bahan kimia khusus dengan atribut yang lengkap seperti
serta mudah dibersihkan. Pemeliharaan penutup kepala, masker, sarung tangan,
peralatan yang dilakukan antara lain apron, baju khusus produksi dan
pembersihan peralatan setelah proses mengenakan sepatu boot. Seragam yang
produksi oleh para karyawan dan dipakai harus bersih dan dicuci tiap
pemantauan semua peralatan dilakukan harinya oleh karyawan sendiri. Menurut
oleh QC. Peralatan seperti timbangan Thaheer (2005), suatu pabrik seharusnya
dilakukan cek count, dan dilakukan menyediakan fasilitas laundry sebab
kalibrasi setiap hari, mencuci seragam bagi karyawan sendiri
Sistem Pengendalian Hama umumnya tidak efektif dan menimbulkan
Hama dapat menjadi bahaya pada biaya tambahan bagi karyawan. Bagi
produk, sehingga diperlukan pengendalian karyawan yang sakit tidak diperbolehkan
untuk mencegah masuknya hama kedalam memasuki ruang produksi karena dapat
area produksi.Pencegahan masuknya hama menyebabkan kontaminasi produk yang
berupa serangga ke area proses produksi dihasilkan. Setiap karyawan harus
dilakukan dengan memasang tirai pada memotong kuku yang panjang dan tidak
tiap pintu masuk bagian produksi. menggunaan cat kuku. Karyawan wanita
Terdapat Insect killer yang dipasang pada tidak diperkenankan menggunakan
tiap bagian ruang produksi, dan diletakan perhiasan dan riasan wajah karena dapat
disebelah pintu masuk. Di lingkungan menyebabkan kontaminasi pada produk
pabrik tidak terdapat hewan seperti kucing secara tidak langsung.
yang berkeliaran. Setiap lubang-lubang Proses Produksi
dan saluran tertutup dengan baik sehingga Proses produksi terdiri dari
dapat mencegah hama masuk kedalam penerimaan bahan baku, penimbangan,
ruang produksi. penyiangan, soaking, sortasi, pengemasan,
Higiene dan Sanitasi Karyawan pembekuan, dan penyimpanan.Pada tahap
Higiene karyawan perlu penerimaan bahan baku, cumi-cumi yang
diperhatikan sebab karyawan merupakan akan diproses lebih lanjut dicuci terlebih
salah satu sumber kontaminasi. PT. dahulu menggunakan air es suhu ±50 C.
Starfood International menerapkan Namun pada setiap proses pencucian tidak
beberapa peraturan bagi karyawan terkait dilakukan penambahan sanitizerpada air
hygiene karyawan. Salah satunya adalah pencucian. Hal ini dikarenakan PT.
mengenakan pakaian produksi yang Starfood International memiliki Instalasi
pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
7
Diterima/Received: 16 Juli 2018
Diterima/Accepted: 28 Agustus 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.3, September
2018
menggunkan bakteri yang tidak tahan monitoring sarana dan prasarana dan
terhadap bahan kimia yang berkonsentrasi pencatatan monitoring pembersihan toilet.
tinggi.Tahap penyiangan dan sortasi bahan Pencatatan yang dilaporkan setiap harinya
baku cumi-cumi dialiri air mengalir oleh QC diserahkan pada Kepala QC dan
0
dengan suhu ±20 C.Tahap pembekuan dibukukan agar tersimpan rapi dan dapat
dilakukan dengan metode ABF. melihat data kembali apabila ada
Pembekuan belangsung selama ±8 jam pengaduan. Selain itu, PT. Starfood
0
dengan suhu -40 C. Cumi-cumi setelah International menerapkan sistem telusur
dilakukan pembekuan dilakukan proses pada produk dengan memberikan kode
glazing. Produk akhir dikemas dengan produksi yang telah dikemas.
menggunakan polybag kemudian
Penilaian Aspek Good Manufacturing
dimasukkan ke dalam master carton (MC).
Practices (GMP)
Manajemen Pengawasan Berdasarkan hasil penilaian aspek
PT. Starfood International selalu GMP yang telah dilakukan oleh
menjaga kualitas produk dihasilkan. Hal Laboratorium Pembinaan dan Pengujian
ini dibuktikan dengan adanya ekspor Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) tahun
produk ke luar negeri yaitu negara Taiwan. 2011, berdasarkan pada checklist
Mutu kualitas cumi-cumi dimonitoring monitoring GMP yang meliputi lokasi
pada tiap bagian produksi mulai dari pabrik, bangunan, peralatan pengolahan,
penerimaan bahan baku, proses produk akhir, personal hygiene,
pengolahan, hingga produk akhir siap pengendalian proses pengolahan, bahan
didistribusikan. Pengendalian mutu yang produksi, fasilitas sanitasi, label,
dilakukan pada saat proses produksi adalah keterangan produk, penyimpanan,
dengan adanya QC disetiap bagian laboratorium, pemeliharaan sarana
produksi. pengolahan dan kegiatan sanitasi, kemasan
Pencatatan dan Dokumentasi dan transportasi. PT. Starfood International
Pencatatan dilakukan oleh karyawan memiliki tiga penyimpangan minor,
yang bertugas mencatat (tally) dengan delapan penyimpangan mayor dan dua
diawasi oleh QC. Pencatatan yang penyimpangan serius. Penyimpangan
dilakukan antara lain pencatatan bahan minor terdapat pada pintu masuk ruangan
baku yang datang dan berat bahan baku, produksi yang telah dilengkapi dengan
pencatatan suhu setiap proses, pencatatan insect killer namun alat tersebut tidak
hasil kalibrasi timbangan, pencatatan difungsikan ketika kegiatan produksi
berlangsung, dinding kamar mandi
8
Diterima/Received: 16 Juli 2018
Diterima/Accepted: 28 Agustus 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.3, September
2018
pegawai yang retak sehingga dapat pedoman CPPOB antara lain,
menjadi sumber kontaminasi, dan tidak bangunan dan fasilitas unit usaha,
terdapat sarana pertolongan pertama untuk peralatan pengolahan, Penyediaan
karyawan. Penyimpangan mayor terdapat dan Pemeliharaan Fasilitas
pada bahan baku yang tidak terhindar dari Sanitasi, Manajemen pengawasan
kontaminasi, tidak dapat mempertahkan serta pencatatan dan dokumentasi.
produk dari kontaminasi. Hal ini Sedangkan Sistem pengendalian
disebabkan karena karyawan tidak hama, Hygiene dan sanitasi
menggunakan hand gloves ketika karyawan belum sesuai dengan
penanganan. Selain itu, penyimpangan pedoman CPPOB.
mayor terdapat pada proses pembuangan 2. Penyimpangan dalam Penerapan GMP
isi perut bahan baku tidak dilakukan di PT. Starfood International terletak
dengan higenis, isi perut yang tidak pada hygine dan sanitasi karyawan,
dibutuhkan tidak segera dibersihkan, desain kostruksi dan pengendalian
desain konstruksi pada dinding terdapat hama masih belum tekontrol.
tonjolan karena pemasangan pipa dan
Saran
langit-langit terdapat banyak retakan. Dari
Saran yang bisa diberikan dalam
total penyimpangan yang terjadi maka PT.
penerapan GMP pada proses produksi
Starfood International mendapatkan
cumi-cumi beku di PT. Starfood
Setifikat Kelayakan Pengolahan (SKP)
International Lamongan yaitu, pabrik perlu
dengan grade B. Hal ini dikarenakan
melakukan perbaikan pada setiap unit
penyimpangan minor tidak melebihi sama
bangunan dan peralatan yang masih
dengan tujuh, penyimpangan mayor tidak
terdapat penyimpangan serta pabrik perlu
melebihi sepuluh dan penyimpangan serius
melakukan peningkatan kualitas pada
tidak melebihi dua penyimpangan.
setiap unit agar tidak terdapat
penyimpangan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan yang dapat diambil dari PKL
Dewanti, R., dan Hariyadi. 2013. HACCP
di PT. Starfood International diantaranya : (Hazard Analusis Critical
1. Penerapan GMP pada proses Control Point) Pendekatan
Sistematik Pengendalian
pembekuan cumi-cumi di PT. Kemanan Pangan. Dian Rakyat.
Starfood International sebagian Jakarta. Hal 30-31.

besar sudah memenuhi persyaratan

9
Diterima/Received: 16 Juli 2018
Diterima/Accepted: 28 Agustus 2018
Dwiari , S. R., Dania, D., Nurhayati, A.,
Sofyaningsih, M., Sandi. F,
Yudhanti I. B. K. W. Y. 2008.
Buku Teknologi Pangan Jilid 1
untuk SMK. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008. v.
224 halaman. Halaman 52-55.

Kanduri, L and R. A. Eckhardt. 2002. Food


Safety In Shrimp Processing: A
Handbook for Shrimp
Processors, Importers,
Exporters and Retailers.
Fishing news Books. United
Kingdom.
Kementerian Kesehatan. 1978. Pedoman
GMP atau Cara Produksi
Makanan Yang Baik (CPMB).
Jakarta.

Nuryani, A.G.B., 2006. Pengendalian


Mutu Penanganan Udang Beku
Dengan Konsep Hazard
Analysis Critical Control Point
Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro
Semarang. Semarang. Tesis.

Saulina, S. 2009. Pengendalian Mutu Pada


Proses Pembekuan Udang
Menggunakan Studi Kasus
Statistical Process Control
(Spc) Di PT Lola Mina Jakarta
Utara. Departemen Teknologi
Hasil Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Skripsi.
Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen
HACCP (Hazard analysis
Critical Control Points). Bumi
Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai