Geologi Kawasan Daerah Jember Lumajang Probolinggo Pasuruan - Anlan1
Geologi Kawasan Daerah Jember Lumajang Probolinggo Pasuruan - Anlan1
ANALISIS LANSKAP
“Geologi kawasan daerah Jember-Lumajang-Probolinggo-Pasuruan”
Disusun Oleh:
KELAS : C
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
1
I. PENDAHULUAN
2
II. PEMBAHASAN
Berdasarkan ilmu pengetahuan kebumian, teori yang menjelaskan mengenai bumi yang
dinamis (mobil) dikenal dengan Tektonik Lempeng. Teori tektonika Lempeng adalah teori dalam
bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti
pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga
menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad
ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring
berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua
atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan
mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar
600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen
lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi
Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya).
2.1 Geomorfologi Kota Jember
Luas wilayahnya 3.293,34 km2. Luas kota 95,91 km persegi. Ketinggian 0 sampai
3.3oo meter di atas permukaan laut. Ketinggian daerah kota kurang lebih 87 meter
diatas permukaan laut. Itu bisa kita lihat di stasiun kota Jember. Secara geografis kota
jember berada pada Letak geografis Kabupaten Jember berada di posisi 6°27'9'' s/d
7°14'33'' Bujur Timur dan 7°59'6'' s/d 8°33'56'' Lintang Selatan.
TOPOGRAFI
Jember memiliki luas 3.293,34 Km2 dengan ketinggian antara 0 – 3.330 mdpl.
Iklim Kabupaten Jember adalah tropis dengan kisaran suhu antara 23oC – 32oC. Pada
3
kawasan ini terdapat Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan wilayah
administratif kabupaten Banyuwangi.
Kabupaten Jember memiliki luas wilayah 3.293,34 km2 atau 329.333,94 Ha. Dari
segi topografi sebagian Kabupaten Jember di wilayah bagian selatan merupakan
dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman pangan, sedangkan
di bagian utara merupakan daerah perbukitan dan bergunung-gunung yang relatif
baik bagi pengembangan tanaman keras dan tanaman perkebunan.
Dari luas wilayah tersebut dapat dibagi menjadi berbagai kawasan :
TEKTONIK
Wilayah jember merupakan wilayah yang diapit oleh beberapa gunung
yang memiliki pergerakan lempeng yang cukup besar. Jember dikelilingi oleh
Taman Nasional Meru Betiri ,Gunung Watu pecah, Gunung manggar, gunung
argopuro, gunung sadden, dan lempeng samudra Indonesia yang menyebabkan
permukaan atas bumi berubah membentuk lipatan-lipatan bumi.
4
Lumajang adalah 1790,90 km2atau 3,74% dari luas Propinsi Jawa Timur. Luas tersebut
terbagi dalam 21 Kecamatan yang meliputi 197 Desa dan 7 kelurahan.
Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena diapit oleh tiga
gunung berapi yaitu Gunung Semeru dengan ketinggian 3.676 m, Gunung Bromo
dengan ketinggian 3.2952 m, dan Gunung Lamongan yang tingginya 1.668 m.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut :
5
yang dibentuk pada zaman Kuartier hampir seluruhnya berada pada daerah yang
berlereng lebih 2% dan pada ketinggian antara 100 m sampai lebih dari 1000 m. Sejalan
dengan keadaan tersebut batuan yang dibentuk pada zaman Meosen (Melosen
sedimentary) menyebar pada daerah datar maupun berlereng, tetapi dengan ketinggian
kurang dari 1000 m dan terbanyak pada daerah 100-500 m dari permukaan laut (dpl).
Sedangkan batuan yang dibentuk pada zaman Halocen (aluvium) terdapat pada daerah
berlereng 0 – 2 % dengan ketinggian kurang dari 100 m dari permukaan laut (dpl).
6
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan industri sebagai berikut (
Pemerintah Kabupaten Lumajang, Bagian Ekonomi dan Kesra, 2003 ) :
3. Andesit
7
sumber daya tereka dengan jumlah ± 8.766.456 m3, yang dapat
digunakan untuk bahan bangunan dan ornamen dinding bangunan.
4. Diorit
5. Tuf lapili
8
(As), yang masih merupakan indikasi dalam zona mineralisasi di daerah-
daerah Desa Oro-oro Ombo di Kecamatan Pronojiwo, Gladak Perak di
Kecamatan Candipuro, dan Kali Sukosari di Kecamatan Tempursari.
Bahan galian pasir besi teridentifikasi sebagai endapan pantai di Desa
Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun telah dieksplorasi dan menghasilkan
informasi tentang kandungan Fe rata-rata 48,75%.
Pembentukan jenis tanah dipengaruhi oleh iklim, bahan induk, dan keadaan
topografi. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau yang dikeluarkan Lembaga Penelitian Bogor
tahun 1966, jenis tanah di Kabupaten Lumajang terdiri dari alluvial, regosol, andosol,
mediteran, dan latosol. Sedangkan secara geomorfologinya kota lumajang terbentuk atas
landform volkanik dan landform marine terbukti dengan adanya aktivitas gunung berapi
dan pantai-pantai yang ada dikota Lumajang. Landform volkanik pada Gunung semeru
terbentuk karena aktivitas volkan / gunung berapi (resen atau subresen ). Landform ini
dicirikan dengan adanya bentukan kerucut volkan , aliran lahar , lava ataupun dataran
yang merupakan akumulasi bahan volkan. Landform dari bahan volkan mengalami
proses patahan dan pelipatan.
Kawasan pantai terbentuk akibat bentukan lahan marine . Aktifitas marine yang
utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang.Bentuk
lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar
sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer kearah darat,
tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi,
9
sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi
pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya :
tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan
litologi penyusun.
10
No. Kecamatan Luas (Ha) Prosentase (%)
9. Krucil 20,252.66 11.94
10. Gading 14,684.64 8.66
11. Pakuniran 11,385.00 6.71
12. Kota Anyar 4,258.00 2.51
13. Paiton 5,327.94 3.14
14. Besuk 3,503.63 2.06
15. Krasakan 3,779.75 2.23
16. Krejengan 3,442.84 2.03
17. Pajarakan 2,134.35 1.26
18. Maron 5,139.27 3.03
19. Gending 3,661.48 2.16
20. Dringu 3,113.54 1.84
21. Wonomerto 4,566,84 2.69
22. Lumbang 9,271.00 5.46
23. Tongas 7,795.20 4.61
24. Sumber Asih 3,025.41 1.78
Jumlah 169,616.65 100%
Topografis
11
Perbukitan, berada pada ketinggian 500 – 1000 meter diatas permukaan laut, meliputi
wilayah-wilayah bagian tengah dan di sekitar kaki pegunungan, merupakan bentukan
lereng dari pegunungan yang membujur dari arah Barat ke Timur;
Dataran rendah, berada pada ketinggian 0 – 500 meter diatas permukaan laut, meliputi
wilayah pesisir dan dataran rendah membentang dari Barat sepanjang garis pantai Utara
Selatan.
Untuk melihat lebih jelas kondisi ketinggian di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada
Tabel 2.
8.333,4 10.208,5
1 Sukapura 208,34 1.666,70
9 3
10.139, 14.188,1
2 Sumber 150,62 3.898,15
36 3
2.948,9
4 Bantaran 1.263,85 4.212,83
8
2.439,2
5 Leces 1.241,77 3.680,97
0
Tegal 2.073,4
6 357,18 1.742,90 4.173,56
Siwalan 8
12
Ketinggian (mdpl)
Kecamat
No 500- Jumlah
an 0-25 25-100 100-500 >1000
1000 (Ha)
ar 1
16.566,6
8 Tiris 7.013,17 9.101,22 452,30
9
9.716,0 20.252,6
9 Krucil 3.039,40 7.497,18
8 6
2.340,8 11.385,0
11 Pakuniran 6.011,70 2.234,39 798,07
4 0
Kotaanya 2.548,2
12 93,25 1.616,47 4.258,00
r 8
2.564,7
14 Besuk 572,49 366,39 3.503,63
5
Krejenga 1.174,6
16 2.268,22 3.442,84
n 2
3.311,0
18 Maron 743,78 1.084,48 5.139,27
1
13
Ketinggian (mdpl)
Kecamat
No 500- Jumlah
an 0-25 25-100 100-500 >1000
1000 (Ha)
Wonomer 2.721,6
21 1.845,19 4.566,84
to 5
Geologi
14
Keadaan Geologi (Ha)
Pleisto Jumlah
No Kecamatan Young Lecucite Old
Alluvium Volcanis (Ha)
quartenary Bearing Quartenary
Rock
4 Bantaran - 3.002,458 - - 1.210,370 4.212,828
15
Keadaan Geologi (Ha)
Pleisto Jumlah
No Kecamatan Young Lecucite Old
Alluvium Volcanis (Ha)
quartenary Bearing Quartenary
Rock
21 Wonomerto - 4.394,622 - - 172,221 4.556,843
16
bukit-bukit kecil, sama seperti gunung argopuro yang memanjang. Dataran tinggi
yang terbentuk dari lipatan ini
Pada wilayah bentar ke arah paiton, terdapat bukit bukit tinggi yang erdiri
dari batuan keras dekat laut. Hal ini menunjukkan pengaruh lempeng samudra dan
lempeng benua yang saling konvergen (mendekat) sehingga terbentuk demikian.
Lempeng samudra (lempeng pasifik) mengalami subduksi. Terdapat bukti patahan
sepanjang jalan pantai bentar menghadap samudra pasifik. Terlihat tebing-eing
dan bukit yang rendah. Bagian lempeng pasifik yang mausk dalam bumi, meleleh
dan menjadi magma yang membentuk gunung bromo, lemongan, semeru, dan
argpuro.
Dataran Pasuruan termasuk jenis aluvium (tanah lumpur) dengan sifat batuannya
intermedier sampai agak basis. Kondisi tanah bertekstur liat dengan kandungan Na dan Cl
yang tinggi sehingga sesuai untuk budidaya tambak dan penggaraman.
Secara geologis daerah Kabupaten Pasuruan masuk dalam pertemuan tiga lempeng
tektonik (Indo Australia, Eurasia, dan lempeng Pasific). Walaupun wilayah Pasuruan
dikelilingi oleh beberapa gunung aktif seperti G.Semeru, G.Welirang serta G.Bromo,
namun proses terbentuknya wilayah Pasuruan terjadi karena proses tektonik yang
disebabkan oleh ke tiga lempeng yaitu Indo Australia, Eurasia, dan lempeng Pasific.
Karena daerah Jawa dilalui oleh cincin api serta dilalui oleh lempeng Eurasia sehingga
pembentukannya dipengaruhi oleh pergerakan dari lempeng tersebut. Karena banyak
dilalui beberapa sungai, maka kemungkinan beberapa daerah di Pasuruan juga
dipengaruhi oleh sedimentasi material (tanah) yang dibawa oleh sungai-sungai ke muara.
Endapan ini lama kelamaan akan membentuk daratan yang relative luas.
17
1. Kerucut gunung api disebelah barat dan tenggara, dengan ciri bentuk strato
dan kerucut gunung api, berketinggian antara 2.000 – 3.350 m dpl. Puncaknya
antara lain: Gunung Welirang, Arjuno, Ringgit dan Bromo.
2. Pegunungan, ada di bagian barat dan barat laut, bercirikan strato dengan
ketinggian 600 – 2.000 m dpl. Puncaknya antara lain adalah Gunung
Penanggungan. Daerah ini sebagian besar masih tertutup semak dan hutan
tropic dengan batuan piroklastika dan epiklastika.
5. Dataran rendah, membentang di daerah bagian utara dan sekitar pantai utara.
Dengan ketinggian 0 – 25 m dpl memiliki endapan alluvium yang
membentang dari timur, yaitu wilayah Kecamatan Nguling, ke arah barat yaitu
Kecamatan Lekok, Rejoso, Kraton, dan Bangil. Sebagian besar merupakan
lahan pertanian, pertambakan, dan perkebunan, dengan sungai utamanya
adalah Sungai Rejoso, Sungai Masangan dan Sungai Kedunglarangan.
Bilamana diitinjau dari jenis Geologi, maka wilayah di Kabupaten Pasuruan dapat
dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu : batuan permukaan, batuan
sedimen dan batuan gunung api. Dengan banyaknya jenis batuan yang ada, menunjukkan
bahwa Kabupaten Pasuruan merupakan daerah yang cukup kaya akan bahan tambang
galian type C (pasir dan batu). Kita ketahui bahwa pada saat ini penggalian tambang C di
wilayah perbukitan/pegunungan yang banyak mengandung pasir dilakukan oleh warga
maupun perusahaan swasta secara cukup besar dan cenderung liar. Bilamana penggalian
tersebut dilakukan secara bebas tanpa kendali serta tidak menerapkan manajemen resiko
18
bencana, maka akan menimbulkan dampak berupa bencana yang cukup besar pula, yaitu
banjir bandang, tanah longsor, serta timbulnya daerah rawan kekeringan. Oleh karena
daerah resapan untuk sumber air di daerah perbukitan berpasir akan berkurang drastis,
sehingga sumur-sumur warga yang biasanya masih ada pada saat musim kemarau tiba
akan menjadi berkurang sekali (asat, kering).
Dari struktur Geologi, Kabupaten Pasuruan terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu
1) Daerah pegunungan dan berbukit, dengan ketinggian antara 180 s/d 1.300 m dpl.
Daerah ini membentang dibagian selatan dan barat meliputi Kec. Lumbang, Kec.
Puspo, Kec. Tosari, Kec. Tutur, Kec. Purwodadi, Kec. Prigen dan Kec. Gempol.
2) Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6 s/d 91 m dpl. Dataran rendah
ini berada dibagian tengah merupakan daerah yang subur.
3) Daerah pantai, dengan ketinggian antara 2 m s/d 8 m dpl yang membentang
dibagian utara meliputi Kec. Nguling, Kec. Rejoso, Kec. Kraton dan Kec. Bangil.
Menurut jenis struktur tanah, wilayah Kab. Pasuruan sebagian besar terdiri dari jenis
sebagai berikut :
Berdasarkan atas struktur geomorfologi dan geologi tersebut, maka ancaman bencana
yang dapat timbul dan seringkali terjadi atas kondisi wilayah Kabupaten Pasuruan adalah:
a) tanah longsor untuk daerah pegunungan dan perbukitan, ketika musim penghujan
tiba;
b) kekeringan kritis untuk daerah yang bertanah tandus dan berbatu, ketika musim
kemarau berlangsung cukup lama ;
19
c) bencana banjir/genangan banjir untuk daerah di dataran rendah disekitar DAS
selama musim penghujan. Terutama curah hujan sedang s/d lebat di beberapa
wilayah selatan dan lokal sekitarnya ;
d) angin puting beliung pada daerah lembah berbukit, ketika musim penghujan dan
perubahan iklim tropik ;
Kondisi topografi merupakan salah satu kondisi fisik yang dapat mengetahui potensi
dan kendala fisik perkembangan suatu kawasan/wilayah. Kondisi topografi erat kaitannya
dengan letak ketinggian dan kemiringan lereng suatu lahan. Secara umum dapat di
diskripsikan bahwa wilayah Kab. Pasuruan terhampar mulai dari daerah
pantai dengan ketinggian 0 m dpl dibagian utara sampai pegunungan dengan ketinggian
>2.000 m dpl dibagian selatan dengan morfologi bentang alam yang bervariasi mulai dari
kemiringan lereng relative datar / sedikit bergelombang (0-8%) sampai dengan
kelerengan yang cukup curam (>45%).
1. Keadaan ketinggian
a) Ketinggian 0 – 12,5 m dpl, meliputi luasan 18.819 ha atau sekitar 12,8 % dari
luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah
Kecamatan Gempol, Beji, Bangil, Rembang, Kraton, Pohjentrek, Gondangwetan,
Rejoso, Winongan, Lekok dan Nguling.
b) Ketinggian 12,5 – 25 m dpl, meliputi luasan 11.356,5 ha atau sekitar 7,7 % dari
luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah
Kecamatan Gempol, Beji, Bangil, Rembang, Kraton, Pohjentrek, Gondangwetan,
Rejoso, Winongan, Grati, Lekok, Nguling dan Kejayan.
c) Ketinggian 25 – 50 m dpl, meliputi luasan 16.353,6 ha atau sekitar 11,1 % dari
luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kec.
Gempol, Beji, Bangil, Rembang, Kraton, Gondangwetan, Winongan, Grati,
Lekok, Nguling, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Pasrepan dan Kejayan.
d) Ketinggian 50 – 100 m dpl, meliputi luasan 13.448,2 ha atau sekitar 9,1 % dari
luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kec.
Gempol, Beji, Rembang, Grati, Nguling, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Pasrepan,
Lumbang dan Kejayan.
20
e) Ketinggian 100 – 500 m dpl, meliputi luasan 39.011,2 ha atau sekitar 26,5 % dari
luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kec.
Gempol, Beji, Winongan, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Pasrepan, Lumbang,
Purwodadi, Tutur, Puspo, Purwosari, Prigen dan Kejayan.
f) Ketinggian 500 – 1.000 m dpl, meliputi luasan 21.877,2 ha atau sekitar 14,8 %
dari luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah
Kec. Gempol, Pasrepan, Lumbang, Purwodadi, Tutur, Puspo, Purwosari, Prigen
dan Tosari.
g) Ketinggian 1.000 – 2.000 m dpl, meliputi luasan 18.615,1 ha atau sekitar 12,6 %
dari luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah
Kec. Gempol, Lumbang, Purwodadi, Tutur, Puspo, Purwosari, Prigen dan Tosari.
h) Ketinggian di atas 2.000 m dpl, meliputi luasan 7.920,8 ha atau sekitar 5,4 % dari
luasan wilayah Kabupaten Pasuruan yang tercakup pada sebagian wilayah Kec.
Lumbang, Purwodadi, Tutur, Puspo, Purwosari, Prigen dan Tosari.
2. Keadaan kemiringan
Kemiringan atau kelerengan lahan/ tanah di wilayah Kabupaten Pasuruan
adalah bervariasi mulai dari kelerengan 0 s/d >45 derajat. Secara morfologi bentang
alam dapat di diskripsikan bahwa daerah yang memiliki kelerengan relative datar /
sedikit bergelombang (0-8%) adalah seluas 85.257,6 ha atau sekitar 57,8 %;
berombak (8-15 %) seluas 31.057,43 ha atau sekitar 21,4 %; berbukit (15-25 %)
seluas 22.057,43 ha atau sekitar 15 %; curam (25-45 %) seluas 6.865,08 ha atau
sekitar 4,7 %, dan sangat curam (>45%) seluas 1.747, 58 ha atau sekitar 1,2 %
dengan sebaran sebagai berikut :
21
b. Kemiringan 2 – 5 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan Purwodadi,
Tosari, Lumbang, Pasrepan, Kejayan, Wonorejo, Purwosari, Prigen,
Sukorejo, Pandaan, Gempol, Beji, Winongan, Grati dan Nguling.
c. Kemiringan 5 – 8 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan Purwodadi,
Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, Pasrepan, Kejayan, Purwosari, Prigen,
Sukorejo, Pandaan, Gempol, Beji, Winongan dan Lekok.
d. Kemiringan 8 – 15 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan
Purwodadi, Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, Pasrepan, Kejayan, Purwosari,
Prigen, Pandaan, Gempol, Winongan dan Grati.
e. Kemiringan 15 – 25 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan
Purwodadi, Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, Pasrepan, Purwosari, Prigen,
Gempol, dan Beji.
f. Kemiringan 25 – 45 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan
Purwodadi, Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, Purwosari, Prigen dan Gempol.
g. Kemiringan diatas 45 derajat mencakup sebagian wilayah Kecamatan Tutur,
Puspo, Tosari, Lumbang dan Prigen.
22
TEKTONISME
Teori tektonik lempeng adalah suatu teori yang menjelaskan mengenai sifat-sifat
bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya endogen yang berasal dari dalam
bumi. Berdasarkan teori tektonik lempeng, lempeng-lempeng yang ada saling bergerak
dan berinteraksi satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng lempeng tersebut juga secara
tidak langsung dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya. Sebagaimana diketahui
bahwa kecepatan rotasi yang terjadi bola bumi akan akan semakin cepat ke arah ekuator.
Pada gambar diperlihatkan prinsip-prinsip dari pergerakan lempeng bumi, dimana pada
bagian kutub (Euler pole) masuk ke dalam lingkaran besar sedangkan ke arah ekuator
masuk ke dalam lingkaran kecil. Interaksi antar lempeng dapat saling mendekat
(subduction), saling menjauh dan saling berpapasan (strike slip fault). Adanya tektonik
ini, maka terbentuk lipatan serta patahan.
Lipatan adalah suatu kenampakan yang diakibatkan oleh tekanan horizontal dan
tekanan vertikal pada kulit bumi yang plastis. Lapisan yang melengkung membentuk
lipatan yang besar, punggung lipatan atau antiklinal dan lembah lipatan atau sinklinal.
Lembah sinklinal yang sangat luas disebut geosinklinal. Daerah ladang minyak bumi di
Indonesia umumnya terletak pada daerah geosinklinal yang oleh J.H.F Umgrove disebut
idiogeosinklinal. Adakalanya sebuah daerah lipatan terjadi dari beberapa antiklinal dan
sinklinal. Deretan semacam itu masing- masing disebut antiklinorium dan sinklinorium.
Patahan adalah gejala retaknya kulit bumi yang tidak plastis akibat pengaruh
tenaga horizontal dan tenaga vertikal. Daerah retakan seringkali mempunyai bagian-
bagian yang terangkat atau tenggelam. Jadi, selalu mengalami perubahan dari keadaan
semula, kadang bergeser dengan arah mendatar, bahkan mungkin setelah terjadi retakan,
bagian-bagiannya tetap berada di tempatnya
VULKANISME
Istilah vulkanisme berasal dari kata latin vulkanismus nama dari sebuah pulau
yang legendaris di Yunani. Tidak ada yang lebih menakjubkan diatas muka bumi ini
dibandingkan dengan gejala vulkanisme dan produknya, yang pemunculannya kerapkali
menimbulkan kesan-kesan religius. Letusannya yang dahsyat dengan semburan bara dan
debu yang menjulang tinggi, atau keluar dan mengalirnya bahan pijar dari lubang di
23
permukaan, kemudian bentuk kerucutnya yang sangat mempesona, tidak mengherankan
apabila di masa lampau dan mungkin juga sekarang masih ada sekelompok masyarakat
yang memuja atau mengkeramatkannya seperti halnya di pegunungan Tengger (Gn.berapi
Bromo) di Jawa Timur.
Vulkanisme dapat didefinisikan sebagai tempat atau lubang diatas muka bumi
dimana daripadanya dikeluarkan bahan atau bebatuan yang pijar atau gas yang berasal
dari bagian dalam bumi ke permukaan, yang kemudian produknya akan disusun dan
membentuk sebuah kerucut atau gunung.
Sebab sebab terjadinya vulkanisme adalah diawali dengan proses pembentukan
magma dalam litosfir akibat peleburan dari batuan yang sudah ada, kemudian magma
naik ke permukaan melalui rekahan, patahan dan bukaan lainnya dalam litosfir menuju
dan mencapai permukaan bumi.
Wilayah-wilayah sepanjang batas lempeng dimana dua lempeng litosfir saling
berinteraksi akan merupakan tempat yang berpotensi untuk terjadinya gejala vulkanisma.
Gejala vulkanisma juga dapat terjadi di tempat-tempat dimana astenosfir melalui pola
rekahan dalam litosfir naik dengan cepat dan mencapai permukaan. Tempat-tempat
seperti itu dapat diamati pada batas lempeng litosfir yang saling memisah-diri seperti
pada punggung tengah samudra, atau pada litosfir yang membentuk lantai samudera.
24
Letak geografi Kabupaten Pasuruan antara 1120 33′ 55″ hingga 1130 30′
37″ Bujur Timur dan antara 70 32′ 34″ hingga 80 30′ 20″ Lintang Selatan dengan
batas – batas wilayah:
Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura.
Bagian Utara terdiri dari dataran rendah pantai yang tanahnya kurang
subur dengan ketinggian permukaan tanah 2 meter sampai 8 meter. Daerah
ini membentang dari timur yakni wilayah kecamatan Nguling ke arah
Barat yakni Kecamatan Lekok, Rejoso, Kraton dan Bangil.
Karena sering terjadi banjir, maka daerah ini dapat disebut sebagai daerah
dataran banjir. Pembentukan daerah ini dipengaruhi oleh sungai-sungai yang
melewati. Aktivitas sungai akan membawa bahan endapan sungai dalam jumlah
26
yang relative banyak dalam kurun waktu yang lama. Dengan adanya penendapan
bahan-bahan sedimentasi ini maka terbentuk wilayah yang dipengaruhi oleh
aktifitas sungai dan disebut dengan landform alluvial.
Penggunaan lahan saat ini (present landuse) di Desa Tutur terdiri atas tiga satuan
penggunaan lahan, yaitu: tegalan (Tg), kebun campuran (Kc), dan pemukiman (P)
(Tabel 1). Komoditas pertanian yang banyak diusahakan adalah jagung, ubi kayu, sapi,
kambing, kopi, apel, mangga, durian, dan bunga krisan. Komoditaskopi, apel, dan
bunga krisan merupakan komoditas unggulan dalam Prima Tani di Desa Tutur.
27
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo. 2011. Tanah dan Lahan Kota Probolinggo. Pemerintah
Kota Probolinggo.
28