Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

Kebutuhan Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

Diruang Penyakit Saraf

RSUD Ratu Zalecha Martapura

A. Konsep dasar Kebersihan Diri


1. Definisi/ Pengertian Kebersihan diri/Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti personal
yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Cara perawatan diri
manusia untuk memelihara kesehatan mereka disebut higiene
perorangan.
Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang
dalam memelihara kebersihan dan kesehatan untuk memperoleh
kesejahteraan fisik dan psikologis.

2. Anatomi Fisiologi
a. Rambut
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada
seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir.
Jenis rambut pada manusi adapat digolongkan menjadi 2 jenis :
1) Rambut terminal : rambut kasar yang mengandung banyak
pigmen, terdapat di kepala, alis, mata ketiak, dan genitalia
eksterna.
2) Rambut velus : rambut halus sedikit mengandung pigmen,
terdapat hampir diseluruh tubuh. Rambut velus diproduksi oleh
folikel-folikel rambut kecil yang ada di lapisan dermis, dengan
diameter <3mm .
Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut :
a) Folikel rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam
berupa tabung yang meliputi akar rambut, umbi rambut,
batang rambut.
Fisiologi rambut :
1. Pengaturan suhu badan
2. Sebagai alat perasa
b. Kulit
Kulit merupakan pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, baik itu cuaca, polusi, temperatur udara dan
sinar matahari. Kulit terbagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu epidermis
yang tersusun dari stratum korneurn, stratum lusidurn, stratum
granulosus, stratum germinativum, dan stratumbasle. Dermis yang
terdiri dari kelenjar keringat, Kelenjar minyak, rambut, Jaringan
lemak, ujung saraf dan kapiler darah. Pada kulit terdapat ujung-ujung
syaraf yang berfungsi sebagai reseptor yaitu:
a.       RasaDingin    : Organ dari Krause
b.      Rasa Panas    : Organ dari ruffini
c.       Rasa Raba     : Benda-benda dari meissners
d.      Rasa Tekan   : Benda-benda dari pacini
e.       Rasa Nyeri    : Ujung saraf bebas
Fungsi Kulit yaitu:
a.       Melindungi tubuh
b.      Pengaturan suhu tubuh
c.       Indera peraba
d.      Sebagai alat ekresi
e.       Pengatur keseimbangan
Masalah-masalah pada kulit
a.       Kulit Kering
b.      Acne
c.       Hirsutism (Pertumbuhan rambut yang abnormal)
d.      Luka lecet
e.       Skin rushes
c. Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang
dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui
apakah lingkungan sekitarnya terang atau gelap. Mata yang lebih
komplek dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Mata
memiliki berbagai organ seperti :
1) Superior rectusmuscle adalah otot mata bagian atas yang
berfungsi menggerakan mata kita keatas.
2) Sclera adalah bagian pelindung mata yang berwarna putih di
bagian luar bola mata.
3) Iris adalah pigmen yang kita bisa melihat warna cokelat atau
hitam atau warna biru jika orang Eropa.
4) Lens adalah media refraksi untuk bisa kita melihat.
5) Kornea adalah bagian paling depan dari fungsi melihat kita.
Kornea tidak ada pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang
besar untuk membiaskan sinar yang masuk ke mata.
6)    Arterior Chambers adalah bilik mata depan.
7) Posterior Chambers adalah bilik mata belakang.
8) Conjunctiva adalah lapisan tipis bening yang menghubungkan
sklea dan kornea.
9)   Inferior rectusmuscle adalah otot mata bagian bawah.
10) Vitreous Chambers adalah aquos humor yang beruap seperti gel
yang mengisi bola mata kita.
11) Retina adalah lapisan yang akan menerima sinar yang di terima
oleh mata kita.
12) Foveacentralis adalah daerah di retina yang paling tinggi
resolusinya untuk mendapatkan sinar yang masuk ke mata.
13) Opticnerve adalah saraf mata yang menghantarkan sinar ke otak
untuk di terjemahkan sebagai penglihatan yang kita lihat saat ini.
d. Hidung
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi
sebagai indra pembau. Indra pembau berupa komoreseptor yang
terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian
atas.
Fungsi Hidung:
a.  Menghangatkan udara
b.  Sebagai penyaring udara yang masuk
c.   Sebagai saluran udara pernapasan
d.  Membunuh kuman-kuman oleh leukosit yang terdapat pada
selaput lendir

e. Mulut dan gigi


Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas
dalam proses perncernaan makanan. Fungsi utama mulut adalah
untuk menghancurkan makanan sehingga ukurannya cukup kecil
untuk dapat ditelan ke dalam perut. Mulut dapat menghaluskan
makanan karena di dalam mulut terdapat gigi dan lidah. Tanpa
adanya gigi, manusia akan sulit memakan makanan yang
dimakannya. Gigi tumbuh di dalam lesung pada rahang memiliki jari
ngan seperti pada tulang, tapi gigi bukanlah bagian dari kerangka.
Bagian-bagian gigi yaitu:
Mahkota gigi adalah bagian gigi yang tampak dari luar rahang,
1) Akar gigi adalah bagian gigi yang tertanam di dalam
procesusal veolaris,
2) Leher gigi adalah bagian gigi antara puncak gigi dan akar gigi
yang ditutupi oleh gusi,
3) Email : merupakan zat terkeras di dalam tubuh untuk melapisi
mahkota,
4) Dentin : lekukan utama pada ujung gigi, menyerupai tulang,
5) Sementum : lapisan yang keras di sekelilingi akar, dan
6) Pulp : jaringan lembut berisi saraf dan pembuluh darah.
Fungsi gigi yaitu:
 Mengunyah  : Biasany agigi molar dan geraham
 Memotong   : Gigi Insisivus(seri)
 Merobek     : Gigi taring ( Caninus 1 premolar)

f. Genetalia
Genetalia merupakan proses menghasilkan individu barudari
organisme sebelumnya. Organisme bereproduksi melalui 2 cara, yaitu
dengan reproduksi aseksual atau vegetatif yang individunya terbentuk
tanpa melakukan peleburan sel kelamin dan dengan reproduksi
seksual atau generatif yang individunya terbentuk karena melibatkan
persatuan sel kelamin atau gamet dari 2 individu yang berbeda jenis
kelaminnya.

3. Klasifikasi personal Hygiene


Personal hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar yang
rutin dilakukan oleh perawat setiap hari dirumah sakit (Depkes RI, 1987).
Tindak tersebut meliputi sebagai berikut :
a. Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh
b. Perawatan mata
c. Perawatan hidung
d. Perawatan telinga
e. Perawatan gigi dan mulut
f. Perawatan kuku dan kaki
g. Perawatan genitalia
h. Perawatan tubuh (memandikan)
i. Perawatan pakaian
4. Etiologi
Etiologi gangguan kurangnya pemenuhan personal hygiene yaitu :
dikarenakan sakit, sehingga tidak mampu melakukannya sendiri,
kurangnya pengetahuan dan informasi keterbatasan biaya, lingkungan
yang tidak mendukung, tidak adanya fasilitas yang memadai .
Menurut tarwoto dan wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesehatan
Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor presdiposisi :
1) Perkembangan keluarga teralalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis penyakit kronis yang meyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realistis turun klien dengan gangguan jiwa
dengan kemampuan realistis yang kurang meneybabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial kurang didukung dan latihan kemampuan perawatan
diri lingkungannya situasi lingkungan mempengaruhi latiha
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang maerupakan faktor prespitasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000:59) faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah :
1) Body image
2) Praktik sosial
3) Status ekonomi
4) Pengetahuan
5) Budaya
6) Kebiasaan seseorang
7) Kondisi fisik atau psikis

5. Manifestasi Klinis
a. Fisik
1) Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
2) Hidung kotor telinga juga kotor
3) Gigi kotor diserati mulut bau
4) Kuku panjang dan tidak terawat
5) Badan kotor dan pakaian kotor
6) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi
3) Meras tidak berdaya, rendah diri dan hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma, misal : cara makan
berantakan, buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat
mandi/sikat gigi, tidak dapat berpakaian sendiri

6. Patofisiologi
Personal hygiene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang
untuk memelihara kebersihan diri. Personal hygiene dapat terganggu
apabila individu sedang sakit. Selain itu fasilitas yang kurang, kurangnya
pengetahuan tentang personal hygiene yang tepat, ekonomi yang kurang
dan faktor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan mengalami
defisit personal hygiene.
Apabila defisit personal hygiene individu terganggu, maka akan
menimbulkan dampak baik dilihat dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah :
a. Ganggguan integritas kulit
b. Gangguan mukosa mulut
c. Infeksi pada mata dan telinga
d. Gangguan fisik pada kuku
Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah :
a. Kebutuhan harga diri
b. Gangguan interaksi sosial
c. Aktualisasi diri
d. Gangguan rasa nyaman
e. Kebutuhan mencintai dicintai

7. Pathway
 Lemah atau lelah
 Cemas berat
 Tidak mampu merasakan bagian tubuh
 Kerusakan kognisi atau perceptual
 Kerusakan neurovaskuler
 Kerusakan musculoskeletal

Kerusakan dan ketidakmampuan untuk melakukan


aktivitas

Ketidakmampuan merawat diri

Defisit gangguan pemenuhan


personal hygiene
8. Penatalaksanaan
a. Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang
mengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut
khususnya pada daerah yang mengalami tekanan (tonjolan).
Dengan tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya luka dekubitus
akibat tekanan lama dan tidak hilang.
b. Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara mencuci dan
menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kuman yang ada
pada kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau
ketombe yang melekat pada kulit dan memperlancar sistem peredaran
darah di bawah kulit.
c. Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara membersihkan dan
menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini
mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan
mulut, membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebersihan
gigi dan mulut. Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak
mampu merawat kuku secara sendiri. Tujuannya adalah menjaga
kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat
garukan dari kuku.

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Meliputi : pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan urin rutin,
pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan serologi.
b. Pemeriksaan radiagnostik (x-foto tulang belakang, x-foto kpeal dsb)
c. Pemeriksaan penunjang yang lain (CT Joan, LP)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan
terakhir dan sebagainya.
b. Riwayat keperawatan
1) Pola kebersihan tubuh.
2) Perlengkapan personal higiene yang dipakai.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi higiene.
c. Keluhan utama.
1) Pasien merasa tidak nyaman dengan kebersihan dirinya.
2) Pasien mengatakan tidak dapat melakukan makan, mandi dan
eliminasi secara mandiri.
3) Pasien merasa rendah diri terhadap kondisi kebersihannya.
d. Pemeriksaan fisik
1) Rambut
a) Keadaan kesuburan rambut.
b) Keadaan rambut yang mudah rontok.
c) Keadaan rambut yang kusam.
d) Keadaan tekstur.
2) Kepala
a)      Botak/alopesia
b)      Ketombe
c)      Berkutu
d)      Adakah Eritema
e)      Kebersihan
3) Mata
a)      Apakah sklera ikterik
b)      Apakah kunjungtiva pucat
c)      Kebersihan mata
d)      Apakah gatal/mata merah
4) Hidung
a)      Adakah pilek
b)      Adakah elergi
c)      Adakah pendarahan
d)      Adakah perubahan penciuman
e)      Kebersihan hidung
f)        Bagaimana membran mukosa
g)      Adakah septum deviasi
5) Mulut
a)      Keadaan mukosa mulut
b)      Kelembapannya
c)      Adakah lesi
d)      Kebersihan
6) Gigi
a)      Adakah karang gigi
b)      Adakah karies
c)      Kelengkapan gigi
d)      Pertumbuhan
e)      Kebersihan
7) Telinga
a)      Adakah kotoran
b)      Adakah lesi
c)      Bagaimana bentuk telinga
d)      Adakah infeksi
8) Kulit
a)      Kebersihan
b)      Adakah lesi
c)      Keadaan turgor
d)      Warna kulit
e)      Suhu
f)        Teksturnya
g)      Pertumbuhan bulu
9) Kuku tangan dan kaki
a)      Bentuknya bagaimana
b)      Warnanya
c)      Adakah lesi
d)      Pertumbuhannya

10) Genetalia
a)      Kebersihan
b)      Pertumbuhan rambut pubis
c)      Keadaan kulit
d)      Keadaan lubang uretra
e)      Keadaan skrotum, testis pada pria
f)        Cairan yang dikeluarkan
11) Tubuh secara umum
a)      Kebarsihan
b)      Normal
c)      Keadaan postur

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Risiko gangguan intergitas kulit (NANDA, 2012-2014)
Defisini : keadaan di mana kulit seseorang berisiko mengalami
ketidakutuhan (NANDA,2012).
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Bagian tubuh yang lama tertekan.
2) Imobilitasi.
3) Penurunan kesadaran.

Kemungkinan data yang ditemukan:


1) Penurunan kesadaran;
2) Imobilisasi;
3) Kelemahan fisik;
4) Keadaaan kulit pada daerah tertekan terdapat kemerahan, suhu
meningkat, dan lecet;
5) Status nutrisi kurang.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :


1) Stroke
2) Fraktur femur
3) Koma
4) Trauma medulla spinalis

Tujuan yang diharapkan :


1) Pola kebersihan diri pasien normal
2) Keadaan kulit, rambut kepala bersih
3) Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri

b. Gangguan integritas kulit (NANDA, 2012-2014).


Definisi: Keadaan di mana kulit seseorang tidak utuh (NANDA,
2012). Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Bagian tubuh yang lama tertekan;
2) Imobililasasi
3) Terpapar zat kimia;
4) Pembedahan;
5) Trauma tajam atau tumpul.

Kemungkinan data yang ditemukan:


1) Kerusakan jaringan kulit;
2) Gangren;
3) Dekubitus;
4) Kelemahan fisik;
5) Luka operasi.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


1) Stroke;
2) Fraktur femur;
3) Koma penurunan kesadaran;
4) Trauma spinalis.

Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut.


1) Keadaan kulit kembali utuh.
2) Luka tidak ada.
3) Perluasaan luka tidak terjadi.
4) Infeksi tidak ada.
c. Gangguan membran mukosa mulut (NANDA, 2012-2014).
Definisi: kondisi di mana mukosa mulut pasien mengalami luka
atau peradangan (NANDA, 2012).
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Trauma oral, infeksi oral, stomatitits;
2) Pembatasan intake cairan;
3) Pemberian kemoterapi dan radiasi pada kepala dan leher.

Kemungkinan data yang ditemukan:


1) Iritasi atau luka pada mukosa mulut;
2) Peradangan atau infeksi;
3) Kesulitan dalam makan dan menelan;
4) Keadaan mulut yang kotor.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


1) Stroke, penyakit syaraf lainnya seperti meningitis, trauma
kepala berat;
2) penurunan kesadaran;
3) fraktur tulang rahang;
4) kanker leher atau kanker lidah.

Tujuan yang diharapkan:


1) keadaan kulit kemabali utuh;
2) luka tidak ada;
3) perluasaan luka tidak ada
4) infeksi tidak ada.

d. Kurangnya perawatan diri/ kebersihan diri (makan, mandi


berpakaian, eliminasi) (NANDA, 2012-2014).
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan/mandi, makan, berpakaian, dan eliminasi
untuk dirinya (NANDA, 2012).
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Kelelahan fisik;
2) Imobilisasi;
3) Penurunan kesadaran;
4) Kehilangan fungsi sensorik dan penglihatan;

Kemungkinan data yang ditemukan:


1) Rambut kotor;
2) Mulut kotor dan bau
3) Kulit kotor dan bau;
4) Pasien tidak mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri;
5) Kelemahan fisik, penurunan kesadaran, keterbatasan
pergerakan;
6) Kehilangan fungsi sensorik dan penglihatan.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


1) Stroke, penyakit saraf lainnya seperti meningitis, trauma
kepada berat, dan trauma medula spinalis;
2) Penurunan kesadaran, koma;
3) Kanker tulang rahang;
4) Kanker leher atau kanker lidah;
5) Gangguan penglihatan;
6) Postoperasi.

Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut.


1) Kebersihan tubuh psien terjamin.
2) Pasien merasa nyaman.
3) Keadaan rambut dan kulit bersih.
4) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.

3. Intevensi dan Rasional Keperawatan


a. Intevensi dan Rasional Keperawatan pada diagnosa Risiko
gangguan intergitas kulit (NANDA, 2012-2014)

intervensi Rasional
1. Kaji faktor risiko yang dapat 1. Mengidentifikasi faktor yang
menimbulkan gangguan mungkin dapat menyebabkan
integritas kulit, seperti gangguan integritas kulit
kelemahan fisik, kelumpuhan, sehinga dapat mencegah secara
dan keadaan koma. dini terjadinya luka.
2. Kaji keadaan kulit yang 2. Adanyakemerahan, lecet dan
tertekan, seperti adanya peningkatan suhu pada kulit
kemerahan, suhu lebih panas, yang tertekan indikasi
dan lecet. gangguan integritas kulit.
3. Jaga kebersihan kulit dan 3. Tubuh yang kotor dapat
tubuh pasien. menimbulkan lecet atau luka.
4. Lakukan alih posisi setiap dua 4. Penekanan bagian tubuh yang
jam pada pasien yang terus-menerus menibulkan
imobilisasi. hipoksia jaringan kemudian
berlanjut ke kondisi iskemia
dan nekrosis.
5. Lakukan masase dan fibrasi 5. Meningkatkan aliran darah,
pada bagian tubuh yang menjaga vaskiularisasi lebih
tertekan. optimal.
6. Jaga kebersihan tempat tidur, 6. Laken yang kotor, berlipat-
pastikan laken dalam keadaan lipat, dan basah mempercepat
kencang dan kering. terjadinya luka dekubitus.
7. Temptkan pasien pada kasur 7. Mengurangi risiko dekubitus.
antidekubitus jika
memungkinkan.

b. Intervensi dan Rasional Keperawatan pada diagnosa Gangguan


integritas kulit (NANDA, 2012-2014).

Intervensi Rasional
1. Kaji penyebab gangguan 1. Penyebab gangguan
integritas kulit. integritas kulit sanngat
penting untuk menentukan
tindakan keperawatan yang
tepat, misalnya tindakan
keperawatan pada luka bakar
akan berbeda pada luka
karena penekanan.
2. Observasi keadaan kulit sekitar 2. Keadaan kulit disekitar luka
luka pasien: warna, sensai, dan dapat mengidentifikasi
suhu. perkembangan luka, adakah
perluasan atau infeksi, serta
keadaan vaskularisasi.
3. Observasi dan catat keadaan luka 3. Mengetahui perkembangan
pasien: luka bersih, adakah pus, atau perbaikan kondisi luka,
dan granulasi. serta menentukan jenis
perawatan luka yang sesuai.
4. Lakukan pemeriksaan tanda vital 4. Peningkatan suhu nadi
setiap empat jam. pasien salah satu indikasi
adanya infeksi yang
mungkin bersumber dari
luka pasien.
5. Lakukan perawatan luka sesuai
keadaan luka dengan teknik steril. 5. Menjaga kebersihan luka
untuk perkembangan dan
pertumbuhan granulasi dan
menjadmin perbaikan
6. Jaga kebersihan kulit pasien. kondisi luka.
6. Keadaan tubuh atau
kulityang kotor menjadi
sumber mikroorganisme
yang berpotensi
7. Jaga kebersihan tempat tidur menimbulkan infeksi.
pasien seperti klien. 7. Mencegah terjadinya infeksi
8. Pastikan keadaan laken lurus dan nosokomial.
kering. 8. Laken basah dan berlipat
mempercepat terjadinya luka
9. Monitor hasil laboratorium, baru.
seperti eritrosit, trombosit, 9. Leukosit yang meningkat
leukosit dan hemoglobin. merupakan indikasi
infeksi,sedangkan
hemoglobin yang kurang
dapat menghambat
menyembuh luka.
10. Kaji status nutrisi pasien,

10. Status nutrisi pasien yang


kurang dapat memperlambat
penyembuhan luka.
11. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan asupan nutrisi yang 11. Protein merupakan unsur
adekuat, khususnya unsur protein. gizi yang berperan dalam
penggantian sel-sel yang
12. Laksanakan progam pengobatan rusak.
dalam pemberian antibiotik.
12. Mencegah infeksi dan
13. Dokumentasikan keadaan luka, mematikan mikroorganisme.
ukuran, tempat, penampilan luka,
13. Mengetahui perkembangan
dan tindakan yang sudah
luka dan memenuhi
dilakukan.
tanggung gugat perawat

c. Intervensi dan Rasional Keperawatan pada diagnosa Gangguan


membran mukosa mulut (NANDA, 2012-2014).

Intervensi Rasional
1. Kaji kembali pola kebersihan 1. Kebersihan mulut pasien
mulut pasien. disesuaikan dengan pola
yang sama dilakukan oleh
pasien sehingga pasien dapat
beradaptasi dengan keadaan
dirinya.
2. Kaji keadaan mulut pasien, 2. Keadaan mulut yang kotor
adakah stomatis, bau mulut dan menggangggu kenyamanan
mulut kotor. dan mengurangi nafsu
makan pasien.
3. Bantu pasien dlam melakukan 3. Pasien mungkin tidak dapat
perawatan mulut. melakukan sendiri dalam
perawatan mulut.

4. Bersihkan mulut dengan 4. Larutan garam merupakan


menggunakan larutan larutan fisiologis sehinga
garam/NaCl atau bkaing soda membantu melembapkan
kemudian bilas dengan air bersih. mukosa, meningkatkan
granulasi, dan menekan
pertumbuhan bakteri.

5. Lakukan perawatan mulut


sebelum dan sesudah makan 5. Perawatan mulut sebelum
sesuai dengan pola pasien. makan akan meningkatkan
selera makan, sedangkan
sesudah makan akan
meningkatkan kenyamanan
mulut pasien.
6. Gunakan sikat gigi yang lembut. 6. Mencegah terjadinya trauma
dan perdarahan mukosa
mulut.
7. Jika pasien tidak sadar lakukan
7. Kebersihan mulut harus
perawatan mulut dua kali seahari.
selalu terjaga, mulut yang
kotor merupakan sumber
mikroorganisme.
8. Berikan pendidikan kesehatan
tentang pentingnya menjaga 8. Memebrikan pemahaman
kebersihan mulut. dan motivasi pentingnya
kebersihan mulut pasien.

9. Laksanakan program pengobatan.


9. Membantu menyembuhkan
infeksi atau peradangan pada
mulut.

d. Intervensi dan Rasional Keperawatan pada diagnosa Kurangnya


perawatan diri/ kebersihan diri (makan, mandi berpakaian,
eliminasi) (NANDA, 2012-2014).

Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan pasien dalam 1. Menentukan bantuan yang
melakukan perawatan diri. akan dilaukan oleh
perawat.
2. Kaji pola kebersihan diri pasien: 2. Jadwal kebiasaan pasien
waktu, berapa kali dalam sehari, yang sama memungkinkan
penggunaan sabun dan sampo. pasien dapat lebih cepat
beradaptasi.
3. Observasi keadaan kulit, rambut,
3. Menentukan prioritas yang
mulut, mata, hidung, dan kuku
harus dilakukan dalam
pasien.
perawatan diri pasien.

4. Libatkan keluarga pasien dalam


4. Meningkatkan rasa nyaman
melakukan kebersihan diri.
5. Lakukan perawatan rambut, kulit,
5. Menjaga kebersihan dan
mulut, dan kuku sesuai
kenyamanan pasien dan
kebutuhan.
mengurangi risiko infeksi
nosokomial.

6. Bantu pasien dalam memenuhi 6. Memenuhi kebutuhan


kebutuhan sehari-hari, seperti aktivitas harian/ADL pasien.
makan, kebersihan diri,
berpakaian, dan eliminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Kasiati dan Rosmalawati, Ni wayan Dwi. 2016. Modul bahan ajar cetak:
Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta.
Tarwoto, wartona. 2002. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba medika.

Wahid Iqbal Mubarak, dkk. 2015. BUKU AJAR ILMU KEPERAWATAN DASAR
Edisi 1. Jakarta: Salemba medika.

Nanda Internasional 2013. Diagnosa keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta ; EGC

Anda mungkin juga menyukai