Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Edukasi Elektro, Vol. 1, No.

2, November 2017 ISSN 2548-8260 (Media Online)


http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/

EVALUASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL DI GEDUNG


REKTORAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Rohani1, Nurhening Yuniarti2


1, 2
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY
Email: roroft454@gmail.com

ABSTRACT

The aims of this research are to evaluate the external lightning rod system (SPP) which was set and to
find the effectiveness of the conventional lightning rod system by using electrostatic. Methods used in this
research are data collection and data analysis. The data collecting methods consist of: 1) Observation, 2)
Measurement, 3) Literary review, 4) Interview. The data analyses consist of: 1) Needs, Lightning protected
building, 2) Determining the protection radius, 3) Down conductor, 4) Grounding system. This evaluation result
shows that: 1) Based on the UNY Rectorate’s tallest building, it is necessary to have a lightning rod system with
the protection level of III, 2) The usage of the conventional lightning rod with the corner protection method still
need to increase the protection by adding 27 lightning rods. On the other hand, the usage of electrostatic
lightning rod based on the calculation analysis NFC 17-102 standard, has a radius of 100 m, yet it could protect
the whole UNY rectorate buildings and the surrounding areas, 3) The down conductor and grounding system
earth termination, either conventional lightning rod or electrostatic overall has qualified the standard.

Keywords: External Lightning Rod, Electrostatic Lightning Rod, Conventional Lightning Rod

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sistem penangkal petir (SPP) eksternal yang telah
terpasang dan untuk mengetahui efektifitas sistem penangkal petir konvensional dengan elektrostatis. Dalam
penelitian ini metode evaluasi dilakukan dengan metode pengumpulan data dan analisa data. Metode
pengumpulan data terdiri dari: 1) Observasi, 2) Pengukuran, 3) Studi pustaka, dan 4) Wawancara. Analisa data
terdiri dari: 1) Kebutuhan, bangunan akan proteksi petir, 2) Menentukan radius proteksi, 3) Konduktor penyalur,
dan 4) Terminasi bumi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa: 1) Berdasarkan gedung tertinggi gedung Rektorat
UNY sangat memerlukan adanya sistem penangkal petir dengan tingkat proteksi petir level III, 2) Penggunaan
penangkal petir konvensional dengan metode sudut proteksi masih membutuhkan peningkatan proteksi berupa
penambahan batang penangkal petir sebanyak 27 batang, sedangkan penggunaan penangkal petir elektrostatis
berdasarkan analisa perhitungan standar NFC 17-102 memiliki radius 100 m, namun sudah mampu melindungi
keseluruhan gedung Rektorat UNY dan daerah sekitarnya, dan 3) Konduktor penyalur dan terminasi bumi baik
penangkal petir konvensional maupun elektrostatis keseluruhan sudah memenuhi standar.

Kata kunci: Penangkal Petir Eksternal, Penangkal Petir Elektrostatis, Penangkal Petir Konvensional

PENDAHULUAN Pembangunan gedung bertingkat menjadi


solusi karena semakin sempitnya lahan tanah.
Mengingat letak geografis Indonesia Namun disisi lain, dengan semakin banyak
yang dilalui garis katulistiwa menyebabkan berdirinya bangunan bertingkat, beberapa
Indonesia beriklim tropis, akibatnya Indonesia permasalahan mengenai keamanan bangunan
memiliki hari guruh rata-rata pertahun yang menjadi penting untuk diperhatikan, karena
sangat tinggi. Demikian memiliki resiko lebih bangunan bertingkat lebih rawan mengalami
besar mengalami kerusakan akibat terkena gangguan, baik gangguan secara mekanik
sambaran petir. maupun gangguan alam. Salah satu gangguan
alam yang sering terjadi adalah sambaran petir.

187
Rohani: Evaluasi Sistem Penangkal Petir Eksternal di Gedung …

Gedung Rektorat Universitas Negeri METODE


Yogyakarta merupakan salah satu gedung
bertingkat yang ada di daerah kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dalam yang
Dimana gedung tersebut merupakan gedung dilakukan dengan menggunakan metode
yang memiliki intensitas kegiatan akademik dan observasi, pengukuran, studi pustaka dan
birokrasi yang tinggi sehingga memerlukan wawancara. Observasi dilakukan dengan
keamanan dan kenyaman dari berbagai melakukan pengamatan secara langsung
gangguan salah satunya gangguan alam yaitu terhadap objek yang dievaluasi. Hasil observasi
sambaran petir. Untuk menghindari bahaya antara lain; gambar perncanan, data tinggi, lebar
sambaran petir maka diperlukan sistem dan panjang bangunan dan data hari guruh.
penangkal petir. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data
Menyadari hal tersebut, pihak instansi panjang terminasi penangkal petir konvensional
telah memasang sistem penangkal petir di dan pengukuran tahanan pentanahan. Studi
gedung Rektorat. Suatu sistem tentu memiliki pustaka dilakukan dengan mempelajari seluruh
karakteristik dan klasifikasi tertentu untuk dapat aspek teoritis dari berbagai referensi untuk
benjalan dengan baik. Sehubungan dengan hal memperoleh rumusan dan standar-standar yang
tersebut, perlu diketahui karakteristik dan digunakan dalam evaluasi sistem penangkal
klasifikasi sistem penangkal petir yang petir yang terpasang. Adapun standar yang
digunakan pihak kampus UNY yang dipasang digunakan adalah Standar Nasional Indonesia
pada gedung Rektorat, untuk kemudian dapat SNI 03-7015-2004, NFC 17-102, PUIL 2000
analisisa kesesuainya beradasarkan standar. dan Departemen Perkerjaan Umum RI No
Permasalahan pada gedung Rektorat 378/KPTS/1987. Wawancara dilakukan guna
Universitas Negeri Yogyakarta diantaranya melengkapi data-data yang dibutuhkan
radius proteksi yang digunakan untuk sekiranya belum tertulis dengan mengajukan
menyatakan lingkup penangkal petir, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
seberapa banyak suatu daerah yang dapat dengan objek yang dievaluasi kepada pihak-
dicakup oleh penangkal petir sehingga pada pihak yang bersangkutan. Selain kepada pihak
daerah tersebut mempunyai kemungkinan kecil yang bersangkutan dengan objek yang
untuk disambar petir. Konduktor penyalur dievaluasi juga dilakukan wawancara kepada
adalah bagian dari sistem penangkal petir yang pihak lain yang memahami tentang masalah
dimaksudkan untuk melewatkan arus petir dari yang berhubungan dengan objek yang
sistem terminasi udara ke sistem terminasi dievaluasi.
bumi, mengingat sambaran listrik dapat Langkah awal pada tahap evaluasi yakni
menimbulkan induksi terhadap peralatan- dimulai dengan pengambilan data. Pada tahapan
peralatan listrik yang terdapat di dalam ataupun ini data yang diperlukan meliputi data hasil
di sekitar bangunan yang diproteksi, maka observasi, pengukuran dan studi pustaka. Data
pemilihan bahan dan ukuran minimum observasi meliputi denah gedung dan Hari
konduktor penyalur harus sesuai dengan Guruh. Denah gedung digunakan untuk
ketentuan standar. Sistem terminasi bumi menghitung luas daerah yang memiliki angka
adalah bagian dari sistem penangkal petir sambaran petir dan untuk menganalisa radius
eksternal yang dimaksudkan untuk melakukan proteksi serta penentuan letak terminasi udara
dan menetralkan arus petir ke bumi, tampa baik dari kedua metode yang digunakan pada
menimbulkan bahaya bagi orang atau kerusakan tiap-tiap gedung. Data jenis bahan bangunan
pada instalasi di dalam struktur yang akan dan hari guruh digunakan sebagai penentuan
dilindungi. besarnya kebutuhan bangunan akan adanya
sistem penangkal petir berdasarkan indeks-
indeks standar yang digunakan, selain itu data

188
Jurnal Edukasi Elektro, Vol. 1, No. 2, November 2017 ISSN 2548-8260 (Media Online)
http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/

hari guruh juga digunakan untuk menghitung bumi berdasarkan Peraturan Umum Instalasi
besarnya kerapatan sambaran petir ke tanah. Listrik (PUIL) 2000 Pasal 3. 13.2. 10 dilihat
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh dari tahanan pentanahan yang didapatkan dari
referensi mengenai rumusan-rumusan serta hasil pengukuran. Apabila hasil dari analisa
standar yang akan digunakan untuk menentukan data tidak sesuai dengan standar maka
radius proteksi, minimum bahan konduktor dilakukan evaluasi berdasarkan standar yang
penyalur dan tahan pentanahan. teleh ditetapkan sehingga bangunan
Langkah selanjutnya adalah analisa data. keseluruhan terlindungi.
Pada tahap ini dilakukan analisa perhitungan
terhadap data-data yang diperoleh untuk analisa HASIL DAN PEMBAHASAN
penentuan tingkat proteksi berdasarkan standar
(SNI 037014.1-2004). Setelah mengetahui Besarnya bangunan akan sistem
tingkatan proteksi langkah selanjutnya yaitu penangkal petir berdasarkan gedung tertinggi
melakukan analisa perhitungan radius proteksi gedung Rektorat tampak depan (selatan)
baik penangkal petir konvensional maupun Besarnya kebutuhan suatu bangunan
nonkonvensional (elektrostatis) berdasarkan akan adanya sistem penangkal petir dapat
standar (SNI 037014.1-2004) dan standar ditentukan berdasarkan indeks-indeks yang
French NFC 17-102 September 2011, untuk menyatakan faktor-faktor tertentu seperti pada
konduktor penyalur berdasarkan standar (SNI Tabel 1 sampai 5. (Departemen Pekerjaan
037014.1-2004) dilihat dari ukuran minimum Umum RI, 18-20)
bahan yang digunakan dan untuk terminasi
Tabel 1. Indeks A: Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan
Penggunaan dan Isi Indeks A
Bangunan biasa yang tidak perlu diamankan baik bangunan maupun isinya.
-10
Bangunan dan isinya jarang dipergunakan, misalnya di tengah sawah atau ladang,
menara atau tiang dari metal. 0
Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat tinggal, misalnya rumah
tinggal, industri kecil atau stasiun kereta api.
1
Bangunan atau isinya cukup penting, misalnya menara air, took barang-barang
berharga, dan kantor pemerintah. 2
Bangunan yang berisi banyak sekali orang, misalnya bioskop, sarana ibadah,
sekolah, dan monument sejarah yang penting.
3
Instalasi gas, minyak atau bensin, dan rumah sakit.
5
Bangunan yang mudah meledak dan dapat menimbulkan bahaya yang tidak
15
terkendali bagi sekitarrya, misalnya instalasi nuklir.

Tabel 2. Indeks B: Bahaya Berdasarkan Kontruksi Bangunan


Kontruksi Bangunan Indeks B

Seluruh bangunan terbuat dari logam dan mudah menyalurkan listrik. 0


Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi dengan atap 1
Logam
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang. kerangka besi dan atap bukan 2
logam.
Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3

189
Rohani: Evaluasi Sistem Penangkal Petir Eksternal di Gedung …

Tabel 3. Indeks C: Bahaya Berdasarkan Tinggi Tabel 6. Indeks R: Perkiraan Bahaya Sambaran
Bangunan Petir
(m) Indeks C R= Perkiraan
Tinggi Bangunan Pengamanan
A+B+C+D+E Bahaya
Sampai dengan 6 0
Di bawah 11 Diabaikan Tidak perlu
12 2
17 3 Sama 11 Kecil Tidak perlu
27 4 dengan 12 Sedang Agak dianjurkan
35 5 13 Agak besar Dianjurkan
14 Besar Sangat dianjurkan
50 6
70 7
Lebih 14 Sangat Sangat perlu
100 8 dari besar
140 9 Nilai indeks pada gedung Rektorat
200 10 Universitas Negeri Yogyakarta tampak depan
Tabel 4. Indeks D: Bahaya Berdasarkan Situasi (selatan) tahap II berdasarkan Pedoman
Bangunan Perencanaan Penangkal petir adalah sebagai
Situasi bangunan Indeks D berikut:
Di tanah datar pada semua
a. Berdasarkan Tabel 1 gedung Rektorat
ketinggian 0 Universitas Negeri Yogyakarta tampak
Di kaki bukit sampai % tinggi bukit depan (utara) memiliki indeks A sebesar 3
atau di pegunungan sampai l000 1 yakni bangunan yang berisi banyak sekali
meter. orang, misalnya bioskop, sarana ibadah,
Di puncak gunung atau pegunungan sekolah, dan monumen sejarahyang
yang lebih dari 1000 meter. 2 penting
Tabel 5. Indeks E: Bahaya Berdasarkan b. Berdasarkan Tabel 2 gedung Rektorat
Pengaruh Kilat/ Hari Guruh Universitas Negeri Yogyakarta tampak
Hari guruh per tahun Indeks E depan (utara) memiliki indeks B sebesar 2
yakni bangunan dengan konstruksi beton
2 0 bertulang atau rangka besi dan atap bukan
4 1 logam.
8 2
16 3 c. Berdasarkan Tabel 3 gedung Rektorat
32 4 Universitas Negeri Yogyakarta tampak
64 5 depan (utara) memiliki indeks C sebesar 4
125 6 yakni tinggi bangunan sampai 35 meter.
256 7
d. Berdasarkan Tabel 4 gedung Rektorat
Dengan memperhatikan keadaan di Universitas Negeri Yogyakarta tampak
tempat yang hendak dicari tingkat resikonya depan (utara) memiliki indeks D sebesar 0
dan kemudian menjumlahkan indeks-indeks yakni di tanah datar pada semua
tersebut diperoleh suatu perkiraan bahaya yang ketinggian.
ditanggung bangunan dan tingkat pengamanan e. Hari guruh di Daerah Istimewa Yogyakarta
yang harus diterapkan berdasarkan pada Tabel 6 (DIY) sebanyak 256 hari/tahun, maka
di bawah ini. berdasarkan Tabel 5 gedung Rektorat
Universitas Negeri Yogyakarta memiliki
indeks E sebesar 8.

Perkiraan bahaya sambaran petir


diperoleh berdasarkan Pedoman Perencanaan

190
Jurnal Edukasi Elektro, Vol. 1, No. 2, November 2017 ISSN 2548-8260 (Media Online)
http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/

Penangkal petir yaitu dengan menjumlahkan ditingkat proteksi III dengan nilai efisiensi
seluruh nilai dari indeks di atas dengan: diantara 80%-90%. Oleh karena itu tingkat
R=A+B+C+D+E proteksi pada gedung Rektorat UNY tampak
R=3+2+4+0+8 depan (selatan) tahap II yang sesuai adalah
R = 17 tingkat III.
Perkiraan sambaran petir R = 17, Jika dilakukan analisa perhitungan serupa
berdasarkan pedoman Perencanan Penangkal dengan langkah-langkah di atas menggunakan
Petir nilai tersebut menunjukan gedung data Hari Guruh sebesar 264, Nc sebesar 10-1
Rektorat memiliki bahaya sambaran petir dengan panjang dan lebar bangunan yang
sangat besar, sehingga sangat perlu adanya berbeda serta ketinggian berbeda – beda,
sistem penangkal petir. diperoleh data yang dirincikan dalam Tabel 8.
Perhitungan tingkat proteksi perhitungan Tabel 7. Efisiensi Sistem Proteksi Petir
tingkat proteksi ditentukan dengan Standar Tingkat Proteksi Efisiensi Sistem Proteksi Petir
Nasional Indonesia (SNI) 03-7014.1-2004 (E)
I 0,98
dengan menggunakan data hari guruh, data II 0.95
ukuran bangunan/daerah, area proteksi, III 0,90
frekuensi sambaran langsung setempat (Nd), dan IV 0,80
Sumber: BSN, (2004:13)
frekuensi sambaran tahunan (Nc) yang
Keterangan:
diperbolehkan pada struktur, dengan terlebih E < 0% tidak diperlukan sistem proteksi petir
dahulu menghitung kerapatan sambaran ke 0% < E ≤ 80% berada pada tingkat proteksi IV
tanah (Ng). 80% < E ≤ 90% berada pada tingkat proteksi III
Besarnya sambaran petir ketanah Ng dapat 90% < E ≤ 95% berada pada tingkat proteksi II
95% < E ≤ 98% berada pada tingkat proteksi I
dihitung:
E > 98% berada pada tingkat proteksi I dengan
Ng = 4 . 10-2 . Td 1.25/km2 per tahun penambahan alat proteksi
Ng = 4 . 10-2 . 2641.25 /km2 / tahun Tabel 8. Hasil Perhitungan Beberapa Variasi
Ng = 42,56 per km2 per tahun
Area cakupan ikivalen Ae dapat dihitung
sebagai berikut:
Ae = (ab+6h+(p+l))+(3,14.9h2))
=(1487,5+6(26,6)+76,5)
+((3,14).(9).(26,6)2))
Ae = 21.718,74 m2
Jumlah rata-rata frekuensi sambaran petir dapat
dihitung:
Nd = Ng x Ae x 10-6
Nd = 42,56 x 21.718,74 x 10-6 Pada gedung Rektorat UNY tampak depan
Nd = 0,92 sambaran petir per tahun (selatan) tahap I, II dan III, tampak samping
Dari data Stasiun Meteorologi,
timur dan tampak samping barat, untuk sistem
Kamatologi dan Geofisika Provinsi DIY
penangkal petir eksternalnya menggunakan
diperoleh nilai frekuensi sambaran petir
penangkal petir konvensional dengan panjang
tahunan setempat (Nc) yang diperbolehkan
terminasi udara 1,4 m yang terletak dipuncak
sebesar 10-1 / tahun. Karena nilai Nd lebih besar
atap bangunan tertinggi yang berbentuk plana
dari nilai Nc, maka nilai efisiensi adalah:
kuda.
E Berdasarkan gedung tertinggi yaitu
E gedung Rektorat tampak depan (selatan)
E 0,89 = 89 memiliki tinggi 26,6 m dan panjang terminasi
Dengan demikian nilai E sebesar 0,89 udara adalah 1,4 m maka berdasarkan Tabel 2
berdasarkan pada Tabel 7 nilai E 0,89 berada bangunan tergolong dalam ketinggian 20 m

191
Rohani: Evaluasi Sistem Penangkal Petir Eksternal di Gedung …

sehingga sudut proteksinya 450 sehingga radius menggunaka metode sudut proteksi dengan
proteksinya dapat dihitung dengan: panjang terminasi udara 1,4 meter, gedung
α= Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta tampak
r = α x h = tan 450 x 28 m = 28 m depan (selatan) tahap I, II dan III, tampak
Jika dilakukan analisa yang serupa samping (timur) dan tampak samping (barat)
dengan langkah-langkah di atas dengan belum mampu sepenunya melindungi bangunan
ketinggian gedung dan sudut yang berbeda- dari sambaran petir. Perlindungan efektif adalah
beda sesuai dengan tingkat proteksi maka dapat jika semua bagian bangunan/atap sudah
dirincikan pada Tabel 9. terlindungi oleh penangkal petir atau berada
Tabel 9. Perhitungan Radius Penangkal Petir dalam bidang segitiga proteksi.
Konvensional dengan Metode Sudut Proteksi Untuk mendapatkan perlindungan
Untuk Beberapa Variasi Ketinggian maksimal maka dilakukan evaluasi ulang
dengan menggunakam metode yang sama
dengan penambahan konduktor sebagai
terminal tambahan yang dipasang pada garis
bubungan atap dengan saling terubung sehingga
berbentuk sangkar Faraday seperti pada
Gambar 1, 2 dan 3.
Berdasarkan hasil analisa perhitungan
penangkal petir konvensional dengan

Gambar 1. Evaluasi radius penangkal petir Gambar 2. Evaluasi radius penangkal petir
dengan metode sudut proteksi gedung Rektorat dengan metode sudut proteksi gedung Rektorat
UNY tampak depan tahap I, II dan III UNY tampak samping (barat)

Gambar 3. Evaluasi radius penangkal petir dengan


metode sudut proteksi gedung Rektorat UNY
tampak samping (timur)
Hasil evaluasi sistem penangkal petir tampak samping timur dan tampak samping
konvensional pada gedung Rektorat UNY barat dengan menggnakan metode sudut
tampak depan (selatan) tahap I, II dan III, proteksi dapat dilihat pada Tabel 10.

192
Jurnal Edukasi Elektro, Vol. 1, No. 2, November 2017 ISSN 2548-8260 (Media Online)
http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/

Tabel 10. Hasil Evaluasi Sistem Penangkal hanya sekitar 100 m sehingga luas radius
Petir Konvensional di Gedung Rektorat UNY proteksinya menjadi:
Ax = x Rp2
Ax = 3,14 x 1002
Ax = 31.400 m2

Penangkal petir Non-Konvensional Gambar 4. Radius penangkal petir elektrostatis


(elektrostatis) yang terpasang pada atap gedung gedung Rektorat UNY tampak depan (utara)
Rektorat UNY tampak depan (utara) yaitu jenis
Helita Pulsar 60 No tipe IMH. 6012 dengan
panjang terminasi udara 2 m (sudah termasuk
terminal dan mounting) yang berjumlah 1
batang.
Radius penangkal petir yang terpasang
yaitu 104 meter maka luas daerah proteksinya:
Ax = x r2
Ax = 3,14 x 1042
Ax = 3.3962,24 m2
Bangunan gedung rektorat tampak depan
(utara) barada pada tingkat proteksi level III,
Menurut NF C 17–102 besarnya D pada tingkat Gambar 5. Radius penangkal petir elektrostatis
proteksi level III adalah 45 dan ∆T ketika front gedung Rektorat UNY depan (utara) tampak
time 60 µs sehingga berdasarkan spesifikasi atas
pulsar 60 nilai ∆ adalah 60. Berdasarkan spesifikasi penangkal petir
= (Bangunan tertinggi – Bangunan tersebut memiliki radius proteksi 104 m dan
terendah – jarak atap dari bawah luas proteksi 33.962,24 m2 namun berdasarkan
support final) + Tinggi Support analisisa perhitungan menggunakan standar
terminasi udara NFC 17-102 radius proteksinya sebesar 100 m
= (20,78 – 7,24 – 2) + 2 =16 dengan luas radius proteksi 31.400 m2. Itu
D = 45 m berarti ada penurunan radius proteksi sebesar
= 60 m 3,8%. Penurunan radius tersebut terjadi karena
perhitungan berdasarkan standar NFC 17-102
Rp = √
perhitungan radius proteksi memperhitungkan
adanya bangunan terendah disekitar lokasi.
Rp =√
Meskipun radius yang terhitung berdasarkan
Rp = 100 m standar NFC 17-102 hanya 100 m, namun
Jika merujuk pada spesifikasi yang sudah mampu melindungi keseluruhan
tertulis penangkal petir yang terpasang bangunan gedung Rektorat UNY seperti yang
mempunyai radius proteksi sebesar 104 m, ditunjukan pada Gambar 5.
namun pada kenyataannya bersasarkan Konduktor penyalur yang terpasang pada
perhitungan menggunakan standar NFC 17–102 penangkal petir konvensional dan

193
Rohani: Evaluasi Sistem Penangkal Petir Eksternal di Gedung …

nonkonvensional memiliki jenis yang sama SIMPULAN


yaitu kabel BC. Luas penampang penangkal
konvensional yaitu 50 mm2 dan untuk Berdasarkan gedung tertinggi, gedung
nonkonvensional luas penampang yaitu 35 Rektorat UNY memiliki perkiraan bahaya
mm2. Penghantar ke bawah (down conductor) sambaran petir sangat besar sehingga sangat
baik konvensional maupun nonkonvensional perlu adanya sistem penangkal petir dengan
secara keseluruhan sudah sesuai ketentuan tingkat proteksi level III.
minimum NFC 17-102 dan SNI 03-7015-2004 Penangkal petir konvensional yang
yaitu konduktor penyalur untuk bahan tembaga terpasang pada atap gedung Rektorat tampak
minimum luas penampang yaitu 16 mm2. depan (selatan) tahap I, II dan III, tampak
Terminasi bumi penangkal petir samping (barat) dan tampak samping (timur)
konvensional bejenis elektroda batang berdasarkan analisa metode sudut proteksi
berjumlah 7 buah yang dipasang paralel. masih membutuhkan peningkatan proteksi.
Pengukuran tahanan pentanahan (R) dilakukan Untuk meningkatkan proteksi dengan metode
3 kali pengukuran dengan rentang waktu per yang sama membutuhkan 27 batang penangkal
tiga hari, hasil dari pengukuran tahanan petir dengan panjang 1,4 m yang saling
pembumian ditunjukan pada Tabel 11. terhubung membentuk sangkar Faraday.
Tabel 11. Hasil Pengukuran Tahanan Sedangkan penangkal petir nonkovensional
Pentanahan Penangkal Petir Konvensional (elektrostatis) yang terpasang pada atap gedung
Rektorat tampak depan (utara) berdasarkan
analisa perhitungan menggunakan standar NCF
17-102 radius proteksinya 100 m. Meskipun
radius proteksi hanya 100 m, namun sudah
Untuk menghitung total tahanan pentanahan mampu melindungi seluruh gedung Rektorat
peralel (Rtot) digunakan persaman sebagai UNY, sehingga tampa ada peningkatan proteksi
berikut: pada penangkal petir konvensional bangunan
sudah terlindungi karena seluruh bangunan
Rektorat UNY masuk dalam radius/zona
penangkal petir nonkonvensional
Konduktor penyalur baik penangkal petir
konvensional maupun nonkonvensional secara
keseluruhan sudah sesuai ketentuan minimum
0,28 Ω
standar NFC 17-102 dan SNI 03-7015-2004.
Sedangkan untuk sistem terminasi bumi
Terminasi bumi penangkal petir
konvensional dan nonkonvensional yang
elektrostatis menggunakan terminasi bumi
terpasang ditinjau dari tahanan pentanahan
penangkal petir nonkonvensional bejenis
sudah memenuhi ketentuan PUIL 2000 Pasal 3.
elektroda batang berjumlah satu buah.
13.2. 10.
Berdasarkan hasil pengukuran tahanan
pentanahan untuk penangkal petir
DAFTAR RUJUKAN
nonkonvensional yaitu 1,6 Ω.
Dengan demikian sistem terminasi bumi Asep Dadan. 2010. Optimasi Sistem Penangkal
baik konvensional maupun nonkonvensional Petir Eksternal Menggunakan Jenis
ditinjau dari tahan pentanahan sudah memenuhi Early Streamer. Skripsi. Universitas
ketentuan umum pada PUIL 2000 Pasal 3. 13.2. Indonesia.
10 untuk total keseluruhan nilai tahanan Ahmad Edy Syukral Siregar. 2008.
pentanahan tidak boleh lebih dari 5 ohm. Perancangan Sistem Proteksi Petir

194
Jurnal Edukasi Elektro, Vol. 1, No. 2, November 2017 ISSN 2548-8260 (Media Online)
http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/

Pada Bangunan Gedung Perkantoran, Diambil pada tanggal 17 Juli 2015 dari
Perumahan Dan Pendopo. Skripsi. https://library.e.abb.com/public/0d06b5
Univesitas Gajah Mada Yogyakarta. f7a4abcf1983257d1200425d24/1TXH0
00196C0202-
Aan Tabrani. 2009. Sistem Proteksi Penangkal
Helita%20external%20lightning%20pr
Petir di Gedung PT Bhakti Wasantara
otection.pdf
Net Jakarta. Skripsi. Universitas Marcu
Buana Nedi Gunawan. 2011. Evaluasi Sistem
Penangkal Petir Eksternal Gedung
Abdul Syakur, ddk. 2006. Sistem Proteksi
Bandara Fatmawati Soekarno
Penangkal Petir Pada Gedung Widya
Bengkulu dengan Metode Konvensional
Puraya. Jurnal. Universitas Diponogoro
dan Elektrogeometri. Skripsi.
Badan Standarisasi Nasional. (2004). Sistem Universitas Bengkulu.
Proteksi Petir Pada Bangunan Gedung
Panitia Revisi PUIL. 2000. Persyaratan Umum
(SNI 03-7015-2004). Jakarta: Badan
Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Yayasan
Standarisasi Nasional
PUIL.
Bayu Purnomo. 2015. Penentuan Perlindungan
Protech. 2007. Perbedaan Penangkal Petir
Oleh Batang Penagkal Petir dengan
Konvensional dan Elektrostatis
Metode Sudut Perlindungan. Tesis.
(Radius) System. Diambil pada tanggal
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
10 September 2015 dari
Departemen Pekerjaan Umum Republik http://www.pasangpenangkalpetir.com/
Indonesia. 1987. Pedoman 2014/01/perbedaan-penangkal petir-
Perencanaan Penangkal Petir. Jakarta: konvensional.html#.VkrAUvkrI_4
Departemen Pekerjaan Umum.
Soli Akbar. 2009. Studi Tentang Sistem
French Standar. 2011. French National Standar Penangkal Petir Pada BTS (Base
NFC 17-102. Diambil pada tanggal 12 Transceiver Station) (Aplikasi pada PT.
Oktober 2015 dari Telkomsel-Banda Aceh). Tugas Akhir.
http://id.scribd.com/doc/20738563/NFC Universitas Sumatra Utara. Medan.
-17-
Tri Bambang Lestarianto. 2002. Perancangan
102#scribdhttps://www.google.co.id/url
Sistem Proteksi Petir Eksternal
Hery Setijasa. 2012. Penangkal Petir Terhadap Sambaran Petir Langsung
Ektrostatis dan Konvensional. Jurnal. Pada Stasiun Meteorologi Batan
Politeknik Negeri Semarang. Serpong. Skripsi. Universitas Gajah
Main Catalog. Helita Lightning Protection Mada Yogyakarta.
System External Lightning Protection.

195

Anda mungkin juga menyukai