Anda di halaman 1dari 2

Dulu mikirnya bakalan dapet suami yang dikenalin, cocok-cocokan, abis itu nikah.

Jadi aku
ngetik pertanyaan dan mau kuajukan ke calon suami kelak. Eh ternyata dipertemukan sama
yang sekarang, dan punya cukup waktu biar bisa deep talk sebelum menuju ke pernikahan.

Ada beberapa garis besar, seperti cinta, finansial, pernikahan, seks, kesehatan, kehamilan &
persalinan, parenting, hubungan dengan keluarga, komitmen.

1. Cinta, aku bertanya kenapa memilihku? Apakah benar-benar mencintaiku? Bagaimana


dengan sifat burukku? Dan pertanyaan sejenis yang menekankan apakah benar kami benar-
benar saling mencintai? Menurutku cinta penting. Memang cinta tidak bisa untuk makan, tapi
dengan cinta segala upaya dilakukan agar orang yang dicintai bisa makan. Dan oh ya,
jangan lupa, terbukalah, bahkan dengan masa lalu terkelammu pun (masalah keluarga,
trauma, hubungan yang dulu).

2. Finansial. Beberapa orang bakal mikir ini topik tabu atau terkesan matrealistik. NO! Salah
besar. Topik ini sangat krusial, bahkan bisa menjadi masalah besar bila tidak terbuka pada
awalnya. Pertanyaanku yang pertama adalah berapa jumlah uang yang kamu keluarkan dalam
sebulan untuk kebutuhanmu? Lalu akan kucocokkan dengan pengeluaranku. Ini juga sambil
mengukur gaya hidup masing-masing, apakah bisa saling memenuhi dan salah satu tidak
menjadi inferior? Dalam agama pun ada namanya sekufu atau equal alias setara, jadi bukan
unsur matrealisme saja yaa, akan sangat kasihan bila salah satu merasa inferior/minder.
Apakah ada hutang atau tanggungan yang belum selesai (hutang keluarga, cicilan, biaya
sekolah diri sendiri/saudara, dll) harus ditanggung sampai berapa tahun ke depan? Bagaimana
pembagian pos keuangan? Apakah akan menyisihkan untuk keluarga selain keluarga inti
(menjadi tulang punggung misalnya)?

3. Kesehatan. Ini topik yang jarang sekali dibahas dalam hubungan. Padahal akan
berpengaruh besar dengan sisa hidup berdua. Apakah dia punya riwayat penyakit? Apakah
bersedia apabila sebelum menikah melakukan generak check-up berdua? Apabila ditemukan
suatu penyakit apakah bersedia tetap bersama? Apakah setelah menikah mau membuat
asuransi bersama?

4. Seks. Hmmm banyak orang mengira membahas seks sama dengan melakukan seks itu
sendiri. No, no, no... Dari pengalamanku, aku bertanya bagaimana pandangannya terhadap
seks sebelum menikah? Seberapa penting keperawanan baginya? Bagaimana kalau ternyata
aku sudah pernah berhubungan seks sebelum dengannya? Apakah punya obsesi atau
keinginan 'aneh' yang dimiliki (fetish/BDSM/dll)? Terkesan vulgar ya? Padahal ini penting
untuk menyamakan persepsi, agar tidak saling menyakiti, semisal dia sangat mementingkan
keperawanan, sedang kamu sudah tidak perawan. Atau kamu tidak suka melakukan seks
BDSM. Lepaskan, sebelum seumur hidup kamu dihantui dan diungkit dengan perkara ini.

5. Kehamilan, persalinan, dan parenting. Sepaket sebenarnya. Intinya punya anak dan
membesarkannya dengan gaya bagaimana. Bagaimana kalau ternyata salah satu dari kita
malfungsi reproduksi alias tidak bisa membuat hamil? Apakah mau berobat? Apakah mau
bayi tabung? Bagaimana kalau mustahil? Apakah mau meninggalkan? Apabila adopsi,
apakah keluarga akan menerima meskipun artinya garis keturunan keluarga berakhir?
Bagaimana kalau ternyata anak kita cacat? Bagaimana kalau anak kita LGBT? Mau sekolah
negeri atau swasta (berkaitan dengan biaya)? Pakai babysitter atau tidak?
6. Hubungan dengan keluarga. Ingat, menikah bukan sekadar bersatunya dua insan, tapi
dua keluarga. Mau tidak mau kita akan berhubungan dengan keluarga dua belah pihak.
Pertama, apakah kedua orang tua setuju? Adakah dari keluarga yang tidak disuka dari kita?
Bagaimana hierarki dalam keluarga (misal semua keputusan harus bergantung pada siapa,
harus menurut pada siapa)? Bagaimana pola hubungan silaturahmi setelah menikah? Kalau
mau berkunjung/mudik ke tempat siapa duluan?

7. Pernikahan, rumah tangga dan komitmen. Apa bayangannya tentang pernikahan?


Apakah ada wedding dream yang ingin diwujudkan? Keluarga ingin acara pernikahan seperti
apa? Setelah menikah akan tinggal di mana? Bolehkah istri bekerja? Bolehkah salah satu
bersekolah lagi setelah menikah? Bagaimana pembagian tugas rumah tangga? Bagaimana
dengan pembantu? Bagaimana apabila salah satu ternyata berselingkuh?

Banyak juga ya, ini baru kulitnya saja. Akan ada pertanyaan lanjutan yang bisa digali dari
jawaban. Menurutku pertanyaan tersebut akan berdampak besar, biar bisa saling 'membaca'
dan mengerti yang diinginkan, dipikirkan, dan dibayangkan satu sama lain. Menyamakan
value atau tujuan bersama. Dan paling penting tidak beli kucing dalam karung!

"Kalau ta'aruf gimana?"

Sama! Tanyakan apa yang ingin ditanyakan, ingat ta'aruf itu artinya mengenal. Bukan tiba-
tiba ditanya maukah menikah?

Sumber gambar: The Perfect Engagement Ring lies here!

Terakhir, sebanyak apapun pertanyaan, aku masih percaya hati kita akan menuntun kepada
'the one' saat momennya tepat :)

Anda mungkin juga menyukai