Anda di halaman 1dari 3

Cinta Seumuran

Apakah cinta bisa direncanakan ?, jawabannya bisa. Memilih seseorang untuk


didekati atau dalam bahasa yang sudah dikenal banyak orang “PDKT ( pendekatan )” itu
termasuk rencana dalam cinta, walaupun mungkin di awal rasa itu belum terlihat jelas.
Pendekatan adalah fase di mana kamu menjadi manusia yang berusaha mengenal lebih jauh
seseorang dengan tujuan untuk menjadi pasangan. Pendekatan tidak selalu berakhir dengan
baik, hal itu disebabkan banyak hal, salah satunya karena tidak nyambung entah itu dalam
pola pikir, memahami suatu masalah, atau apapun yang membuat tidak nyaman, sehingga
alternatif mencintai seseorang yang seumuran menjadi pilihan. Umumnya orang yang
seumuran akan mudah nyambung, karena berada dalam fase kehidupan yang sama.

Cinta seumuran itu sering dijumpai, jika melihat di lingkungan sekitar pasti
menemukan beberapa yang berpasangan dengan teman sekolah, teman kuliah. Mereka
memutuskan untuk jatuh cinta dengan seseorang yang seumuran. Orang yang seumuran akan
lebih mudah untuk nyambung, misalnya saat bertemu keluarga besar, kemungkinan akan
ngobrol dengan anak paman yang seumuran daripada dengan paman, hal tersebut terjadi
karena sudah menyadari bahwa topik pembicaraan atau pola pikir berbeda dengan orang yang
lebih tua.

Semakin bertambah umur maka beban dan pikiran yang ditanggung akan lebih besar,
jadi sebagai seseorang yang terlalu jauh jarak umur dengan paman, kemungkinan besar tidak
akan paham dengan topik yang dibicarakan oleh paman. Berbeda ketika dengan anak paman
yang seumuran, akan banyak hal yang dibahas, film bioskop terlaris, video viral dari youtube,
trending twitter, dance tiktok, dan lain-lain.

Saling memahami dalam topik pembicaraan, tumbuh besar dan dewasa bersama,
mengetahui ketika berbuat salah dan saat memperbaikinya, momen-momen itu akan kamu
rasakan jika jatuh cinta seumuran, tapi keputusan yang dipilih memiliki konsekuensi masing-
masing, begitu juga dengan cinta seumuran, tidak selalu berjalan dengan baik, bisa
dihadapkan dengan masalah apalagi jika sudah mulai dewasa. Semakin dewasa tidak hanya
berpikir tentang senang dalam cinta, namun lebih kompleks.

Saat memasuki usia dewasa cinta bukan lagi menjadi hal utama yang dipikirkan, ada
beberapa hal yang juga membutuhkan ruang untuk dipikir, pekerjaan, ekonomi, keluarga. Hal
tersebut seharusnya membuat cinta seumuran saling memahami dan menguatkan satu sama
lain, karena ikut merasakan di usia yang sama dan tanggung jawab yang sama, tapi terkadang
karena standar masyarakat, seperti “ kapan nikah ? “, “ temenmu kemarin udah nikiah lho “,
“ kamu udah saatnya lho “ dan lain-lain, membuat beban pikiran dari pasangan.

Standar masyarakat tersebut juga bisa mempengaruhi salah satu dari pasangan untuk
menuntut pernikahan apalagi jika hubungan pasangan tersebut sudah berjalan sangat lama,
kejadian seperti ini biasanya terjadi dengan kondisi perempuan yang menuntut laki-laki.
Laki-laki dalam hal ini akan merasa terbebani, karena dengan usia yang sama dengan
perempuan, kemudian sama-sama memasuki dunia kerja mungkin 2 tahun, kemudian laki-
laki dituntut tentang pernikahan. Usia kerja 2 tahun adalah usia yang masih singkat, laki-laki
masih harus membantu mungkin membayar hutang keluarga atau dia jadi tulang punggung
keluarga, menghidupi adik-adaiknya, jadi Laki-laki butuh waktu untuk mempersiapkan
pernikahan, Dalam kondisi ini, seharusnya perempuan membantu atau setidaknya memahami
kondisi laki-laki dengan menunggu sampai laki-laki siap melaksanakan pernikahan.

Di sisi lain perempuan juga butuh kepastian atas suatu hubungan, jadi laki-laki juga
harus memahami kondisi tersebut, dan berusaha dengan sungguh untuk melaksanakan
pernikahan. Kemungkinan terburuk dari kondisi ini, jika perempuan sangat menuntut karena
ingin segera menikah dan laki-laki belum siap, akan mulai terjadi keributan antara perempuan
dan laki-laki, kemudian di tengah keributan itu muncul laki-laki lain yang lebih tua, sudah
mapan, dan siap melaksanakan perikahan, kemudian laki-laki yang lebih tua tersebut
mengajak perempuan untuk menikah dengannya.

Kemungkinan terburuk yang lain, jika perempuan sangat menuntut karena ingin
segera menikah dan laki-laki belum siap, akan mulai terjadi keributan antara perempuan dan
laki-laki, kemudian di tengah keributan itu muncul perempuan lain yang siap menunggu laki-
laki dengan segala kondisinya.

Pemikiran yang merugikan salah satu dari pasangan harus dihilangkan. Cinta
seumuran lebih baik berpikiran bahwa satu sama lain sedang tumbuh bersama, memahami
tugas dan tanggung jawab satu sama lain di kehidupan masing-masing, di usia yang sama
berusaha saling membantu saling menguatkan dengan tujun yang akan dicapai bersama, salah
satunya pernikahan.

Setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing, entah memilih sesuai


kemampuan agar tidak terlalu terbebani atau memilih di atas kemampuan dengan tujuan agar
lebih mendapatkan tantangan. Cinta dengan seumuran atau cinta dengan yang lebih tua dua
hal yang berbeda, tapi ada satu kesamaan, sama-sama berdasarkan oleh cinta. Cinta tidak ada
yang salah, dengan siapapun kamu jatuh cinta rasa itu benar, yang salah ketika cinta kamu
jadikan alasan untuk meluapkan egomu terhadap pasangan.

Anda mungkin juga menyukai