Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengukuran Derajat Keasaman (pH)

PH meter merupakan alat elektronik yang berfungsi untuk mengatur PH


suatu larutan. Ada elektroda khusus yang berfungsi untuk mengukur PH
bahan-bahan semi padat. Cara kerja alat ini dengan cara mencelupkan ke
dalam air yang akan diukur dan secara otomatis alat bekerja mengukur
(Haqiqi.2008).

Indikator universal merupakan campuran dari beberapa indicator yang


memiliki perubahan warna itu mengatur dan sebagai hasilnya indicator
universal ini memiliki perubahan warna dari merah-jingga-kuning-hijau-biru-
nila-ungu atau di singkat mejikuhibuniu (Purba, 1995)

Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada


tahun 1910, seorang ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen
memperkenalkan suatu bilangan yang sederhana. Bilangan ini diperoleh dari
hasil logaritma konsentrasi H+. Bilangan ini kita kenal dengan skala pH.
Harga pH berkisar antara 1 – 14 dan ditulis: pH= -log [H+]

Analog dengan diatas, maka :

pOH= -log [OH–]

sedangkan hubungan antara pH dan pOH adalah:

Kw= [H+] [OH–]

pKw= pH + pOH

pada suhu 250C, pKw= pH + pOH=14

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa:

Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7.Larutan bersifat
asam jika [H+] > [OH–] atau pH < 7.Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–]
atau pH > 7. Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda
negatif, maka makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH, dan karena
bilangan dasar logaritma adalah 10, maka larutan yang nilai pH-nya berbeda
sebesar n mempunyai perbedaan ion H+ sebesar 10n (Keenan. 1984).

Jadi dapat disimpulkan bahwa makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil
pH dan Larutan dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan
dengan pH = 2.

II.2 Titrasi asam basa

Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar


larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini  sejumlah tertentu larutan asam
ditetesi dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik
ekuivalen (asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu
larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi
dapat ditentukan. Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH
larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam
maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada
penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva
titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik
ekuivalen. (Michael. 1997)

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen
4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa
lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan
tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 .pH berubah secara drastis bila
volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul
ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H30. Reaksi
asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa,
pH dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada
temperatur. (Khopkar, S.M. 1990)

Untuk menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl,
sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan basa kuat misalnya
NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan
indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti
potensiometri, spektrofotometer, konduktometer. (Rivai, H, 1990)
DAFTAR PUSTAKA

Keenan, Charles W. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta

Purba, Michael. 1995. Ilmu Kimia. Erlangga: Jakarta

Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2.
Erlangga: Jakarta

Haqiqi, S.H. 2008. Buku Meteri Pokok Larutan. Jakarta

Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai