Anda di halaman 1dari 10

Untuk membuat larutan asam sulfat encer dari larutan asam sulfat pekat 98% maka langkah

pertama adalah dengan menghitung terlebih dahulu molaritas larutan asam sulfat pekat
tersebut. Setelah mengetahui berapa konsentrasinya maka kita tinggal menggunakan rumus
pengenceran untuk mendapatkan berapa banyak larutan asam sulfat pekat yang diperlukan.

Mari kita mulai perhitungannya:

Mencari massa larutan asam sulfat H2SO4 pekat


= volume x densitas
= 100 x 1.84

= 184 g

Mencari massa asam sulfat H2SO4


= persen x massa larutan
= 98% x 184

= 180.32 g

mencari mol asam sulfat H2SO4


= g/Mr
= 180,32/98
= 1.84 mol

Menghitung konsentrasi dalam molar larutan asam sulfat pekat


= mol / volume larutan
= 1.84 / 0.1
= 18.4 Molar

karena konsentrasi asam sulfat pekat sudah diketahui maka unutk mencari berapa banyak
asam sulfat yang diperlukan untuk membuat larutan asam sulfat 6 M sebanyak 1 liter adalah

MV asam sulfat pekat = MV asam sulfat 6M


18.4 x V = 6 x 1
V = 0.326 L

jadi untuk membuat larutan asam sulfat 6M dari asam sulfat pekat 98% adalah dengnan
memipet 326 mL asam sulfat pekat kemudian diencerkan hingga volumenya 1 liter.
Bagaimana apabila kita mencarinya dalam bentuk Normalitas? tinggal dikalikan 2 nilai
molaritasnya sebab asam sulfat memiliki 2 ion hidrogen, jadi:

Oh ya cara ini bisa juga diaplikasikan untuk mencari konsentrasi asam-asam pekat yang lain
seperti HCl, HNO3m dan H3PO4.

BAGAIMANA CARA MENGUBAH LARUTAN H2SO4 96% PEKAT MENJADI


LARUTAN H2SO4 5%

Seringkali dalam percobaan kimia analisa maupun kimia organik kita memerlukan larutan
asam dengan konsentrasi tertentu untuk keperluan ekstraksi atau melarutkan beberapa
material seperti logam atau sedimen. Larutan asam yang sering dipakai didalam percobaan
kimia analisa adalah asam sulfat ( H 2 SO4 ). Larutan asam sulfat pekat yang tersedia di
laboratorium biasanya konsentrasinya berkisar antara 96-98% b/b. Untuk mengecek
konsentrasi larutan H2 SO4 pekat ini anda bisa melihat tabel yang tercantum dalam
container/botol wadah larutan H2 SO4 tersebut.

Pada tabel tersebut terdapat informasi mengenai konsentrasi sampai densitas larutan H 2 SO4
pekat. Bila anda kesulitan mencari tempat dimana analis biasanya menyimpan asam sulfat
pekat maka coba carilah di lemari asam, disinilah analis biasanya menyimpan larutan-larutan
pekat. Dari asam sulfat pekat biasanya dibuat larutan-larutan asam sulfat yang konsentrasinya
lebih rendah. Disini kita mencoba bagaimana mengubah konsentrasi larutan asam pekat dari
96% menjadi 5% b/b.

Asam sulfat pekat 96% memiliki densitas 1.84 g/mL, bila kita mengambil 10 mL larutan ini
maka berat larutan asam sulfat pekat 96% tersebut asdalah

massa larutan asam sulfat pekat


= volume x densitas
= 10 mL x 1.84 g/mL
= 18.4 g
massa H2SO4 sendiri adalah
= masa larutan x konsentrasi
= 18.4 g x 96%
= 17.664 g

massa air
= massa larutan – massa H2 SO4
= 18.4 g – 17.664 g
= 0.736 g

untuk membuat larutan dengan konsentrasi 5 % maka rumus yang digunakan adalah

5% = massa H2SO4 / (massa H2SO4 + massa air dari larutan + massa air tambahan)
5% = 17.664 / ( 17.664 + 0.736 g + x)
5% = 17.664 / (18.4 + x)
0.92 + 0.05x = 17.664
x = 353.28 g

Apabila kita asumsikan bahwa densitas air adalah 1 g/mL maka air yang ditambahkan untuk
membuat larutan asam sulfat 5% dari larutan asam sulfat pekat 96% adalah sebanyak 353.28
mL untuk setiap 10 mL larutan H2 SO4 pekat 96%.

BAGAIMANA CARA MEMILIH INDIKATOR TITRASI

Misalkan suatu indikator asam lemah kita definisikan sebagai HIn, dan reaksi kesetimbangan
ionisasi indikator tersebut adalah sebagai berikut:

HIn -><- H+ + In-


(biru) (kuning)

maka kita dapat menulis persamaan Handerson-Hasselbalch untuk reaksi diatas sebagai:

pH = pKIn + log [In-]/[HIn]

Warna indikator akan berubah dari biru ke kuning atau sebaliknya pada kisaran pH tertentu
yang disebut dengan pH transisi. Transisi perubahan warna indikator ini sangat tergantung
dari kejelian mata pengamat untuk mendeteksi terjadinya perubahan warna sekecil apapun.
Pada pH transisi ini terdapat dua bentuk indikator yaitu indikator yang tidak terionisasi (HIn)
dan indikator yang terionisasi (In-), dan umumnya mata manusia hanya bisa mendetesi satu
warna dibanding dengan warna yang lain apabila perbandingan konsentrasi antara keduanya
10:1. Jadi apabila warna kuning yang dominan teramati maka perbandingan [In-]/[HIn]
adalah 10/1 dan bila warna biru yang dominan teramati maka [In-]/[HIn] = 1/10, dengan
memasukan nilai ini ke persamaan diatas akan diperoleh:

pH = pKa + log [In-]/[HIn]


pH = pKa + log (10/1)
pH = pKa + 1
pH = pKa + log [In-]/[HIn]
pH = pKa + log (1/10)
pH = pKa -1

Ingat bahwa yang di contohkan disini adalah indikator yang bersifat asam lemah sehingga
pKIn bisa diganti dengan pKa. Apa arti hasil persamaan diatas? artinya pH dimana indikator
berubah dari satu warna ke warna yang lain mempunyai kisaran dari pKa+1 dan pKa-1 atau
sebaliknya. Jadi bila indikator yang saya contohkan diatas memiliki pKa 6,2 maka warna biru
akan teramati pada pH di bawah 5,2 dan warna kuning akan teramati pada pH mulai 7,2 lalu
pada pH 5,2 sampai 7,2 yang teramati adalah campuran warna biru dan kuning atau
menghasilkan warna hijau. (lihat ilustrasi dibawah ini)

pH yang terletak di tengah-tengah pH transisi ( 5,2 + 7,2)/2= 6,2 atau pH=pKa maka
konsentrasi dua bentuk indikator adalah sama [In-] = [HIn], jadi untuk keperluan titrasi anda
seharusnya memilih indikator yang mempunyai nilai pKa indikator sama dengan pH titik
equivalent titrasi yang sedang anda lakukan atau setidaknya pH equivalen berada dalam pH
transisi indikator yang akan digunakan atau juga pH nya mendekati pH transisi.

Sebgagi contoh. Titrasi 0.1 CH3COOH 100 mL dengan 0.1 NaOH, dengan menggunkan
perhitungan secara stoikiometri kita ketahui untuk mencapai titik equivalen diperlukan NaOH
sebanyak 100mL (lihat perhitungan dibawah ini).

CH3COOH NaOH - CH3COONa


+ + H2O(l)
(aq) (aq) > (aq)
10
awal 10 mmol -
mmol
10
reaksi 10 mmol 10 mmol
mmol
setimbang- - 10 mmol

CH3COONa adalah garam dari asam lemah dan basa kuat oleh sebab itu maka garam ini
akan terhidrolisis sebagaian dengan raksi sebagai berikut;

CH3COO- + H2O -> CH3COOH + OH-

pH pada saat titik equivalen dapat dihitung sebagai berikut:

[OH-] = [( 1.0x10-14/1.75x10-5)x 0.05]1/2


[OH-] = 7.56.10-6
pOH = 5.12
pH = 14 – pOH
pH = 14 – 5.12
pH = 8.88

Jadi pH pada saat titik equivalen terjadi adalah 8.88 dengan mengetahui pH ini maka
indikator yang cocok untuk titrasi asam asetat dengan NaOH adalah phenolphtalein (pp)
dengan pH transisi antara 8,2-9.8 dan pKa phenolphtalein adalah 9, jadi pp sangat baik sekali
untuk dipakai sebagai indikator pada titrasi ini mengingat pH saat titik equivalen yang hampir
mendekati nilai pKa indikator.

Apabila kita memilih methyl merah sebagai indiator maka titik akhir titrasi akan teramati
terlebih dahulu sebelum titik equivalen mengingat pH transisi methyl merah adalah 4.4-6.2.
Sebaliknya bila kita menggunakan Thymolphtalein sebagai indikator maka titik akhir titrasi
akan teramati sangat jauh dari titk equivalent sebab pH transisi indikator ini adalah 9.3-10.5 .

Kita bisa saja menggunakan indikator lain selain pp yang memiliki pH transisi yang hampir
sama dengan pp yaitu Thymol biru 8.0-9.6 akan tetapi karena indikator ini mengalami
perubahan warna dari kuning ke biru maka warna transisi indiator ini akan lebih susah
diamati pada saat kita melakukan titrasi mengingat mata kita umumnya akan bisa melihat
terjadinya perubahan warna yang lebih jelas bila salah satu perubahan warna indikator
tersebut adalah tidak berwarna, dan hal ini dipenuhi oleh indikator pp yang berubah dari tidak
berwarna menjadi merah keunguan, oleh sebab itulah indikator pp lebih banyak dipakai pada
titrasi asam basa.

INDIKATOR-PENDETEKSIAN TITIK AKHIR TITRASI


Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam
lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator
yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga
indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titrant yang diperlukan
untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga tetes larutan
indikator 0.1%(b/v) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes (0.1 mL) indikator (0.1%
dengan berat formula 100) adalah sama dengan 0.01 mL larutan titrant dengan konsentrasi
0.1 M.

Berikut adalah contoh perubahan warna pada beberapa indikator asam basa.

Methyl violet kuning-violet


Bromphenol Biru kuning-biru
Methyl Orange merah-kuning
Methyl Merah merah kuning
Bromcresol Hijau kuning-biru
Methyl Ungu ungu-hijau
Bromothymol Biru kuning-biru
Phenolphthalein tak berwarna-merah ke unguan
Thymolphthalein tak berwarna-biru
Alizarin Yellow R kuning-merah

Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan
keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein (pp) seperti diatas dalam
keadaan tidak terionisasi (dalam larutan asam) tidak akan berwarna (colorless) dan akan
berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan basa).

Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator dalam

keadaan transisinya. Untuk indikator pp karena indikator ini bertransisi dari


takberwarna menjadi merah keungguan maka yang teramati untuk titik akhir titrasi adalah
warna merah muda (perhatikan warna larutan dalam gambar diatas), untuk contoh yang lain
adalah methyl merah karena dia bertransisi dari merah ke kuning, maka bila indikator ini
dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir titrasi warna yang teramati adalah campuran
merah dengan kuning yaitu menghasilkan warna orange.
Praktikum TITRASI ASAM BASA
TITRASI ASAM BASA (KELAS XI)

Tujuan :

1. Menentukan konsentrasi NaOH dengan cara menetrasikan larutan HCl yang volume dan
konsentrasinya tertentu dengan larutan NaOH yang akan ditentukan konsentrasinya.
2. Membuat kurva titrasi.

Alat dan Bahan :


Alat dan Bahan

1. Buret dan statif 5. Corong

2. Labu elmeyer 6. Larutan HCl 0,1 M

3.Gelas ukur 7. Larutan NaOH x M

4. Gelas kimia 8. Indikator PP

Cara Kerja :

1. Mengambil HCl 0,1 M sebanyak 20 ml lalu tuangkan ke dalam labu elmeyer dan beri 2-3
tetes indikator PP.
2. Mengambil NaOH secukupnya dengan gelas kimia lalu tuangkan menggunakan corong ke
dalam buret setelah ditutup krannya sampai angka nol (0).
3. Membuka kran sedikit demi sedikit sehingga NaOH menetes ke labu elmeyer yang berisi HCl
sambil diguncang-guncangkan. Menghentikan tetesan NaOH sampai warna larutan di labu
elmeyer tepat akan merah.

Pengamatan :
No. Volume HCl 0,1 M Volume NaOH x M

1. 20 ml 17,5 ml

2. 20 ml 17 ml

3. 20 ml 17,5 ml

Rata-rata 52/3 = 17,3 ml

 Warna larutan tepat akan merah TAT (Titik Akhir Titrasi)

HCl penetralan (H2O)


V1.M1 = V2.M2

20.0,1 = 17,3.M2
M2 = 0,12 M

20 ml NaOH + 20 ml HCl → NaCl + H2O

M : 2,4 2

B:2222

S : 0,4 0 2 2

[NaOH] = 0,4/40 = 0,01

[OH-] = 10-2

pOH = 2

pH = 12

Kurva :

Volume NaOH 0,1 M Volume HCl pH Campuran

0 ml 20 ml 1

5 ml 20 ml 2 – log 56

10 ml 20 ml 2

15 ml 20 ml 3 – log 5

20 ml 20 ml 12

25 ml 20 ml 12 + log 2

30 ml 20 ml 11 + log 32

35 ml 20 ml 12 + log 4

40 ml 20 ml 12 +log 46

45 ml 20 ml 11 + log 52

50 ml 20 ml 11 + log 57

Kesimpulan :

 Titrasi asam basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam dan basa.
 Titik akhir adalah pH saat indicator berubah warna (tepat akan merah).
 Kurva titrasi adalah grafik.
 Titrasi dibagi menjadi 3, yaitu:

- Titrasi asam kuat dengan basa kuat.


- Titrasi asam lemah dengan basa kuat.

- Titrasi basa lemah dengan asam.

 Jika pH pada asam ditetesi basa maka pH larutan akan naik, dan sebaliknya jika basa ditetesi
asam maka pH larutan akan turun.

Diposkan oleh Bardiana Dwi S di 02:42


Label: Praktikum Kimia SMU

1 komentar:

my story mengatakan...

SSSSSEEEEEEEEEEEEEEEEEEEPPPPPPPPPPPPPPP!!!!!!!!!!!!!

1 Maret 2011 06:09

Poskan Komentar

Titrasi Asam Basa (Netralisasi)

Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu


larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya. Titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di
dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya.

PRINSIP TITRASI NETRALISASI


Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa
dan sebaliknya.

Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer
yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant,
volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.

TITIK AKHIR TITRASI


Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya
ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator yang digunakan
pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini
umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi
perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang
akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan
demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
Umumnya dua atau tiga tetes larutan indikator 0.1%(b/v) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua
tetes (0.1 mL) indikator (0.1% dengan berat formula 100) adalah sama dengan 0.01 mL larutan titran
dengan konsentrasi 0.1 M.

Berikut tabel indikator asam basa dengan rentang pH dan perubahan warna yang terjadi.

Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan
keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein (pp) seperti diatas dalam
keadaan tidak terionisasi (dalam larutan asam) tidak akan berwarna (colorless) dan akan berwarna
merah keunguan dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan basa).

Anda mungkin juga menyukai